Beranda / Rumah Tangga / Aku Bukan Satu-Satunya / Jangan Terlalu Percaya Diri

Share

Jangan Terlalu Percaya Diri

Penulis: Rose Bloom
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-08 23:00:24

“Apa kamu tidak ingin berpikir lagi?” tanya Bram sembari mengelus dagunya yang mulai ditumbuhi rambut.

Amira mendongakkan kepala, dia menatap manik mata Bram akan kesungguhan. Meskipun Bram tahu posisi Amira yang sedang sulit, tetapi Bram tidak mau mengambil keputusan yang nantinya akan merugikan Amira.

“Aku tidak ingin kamu menyesal nantinya,” lanjut Bram sesuai dugaan Amira. Amira mengangguk mantap, dia sudah tidak dibutuhkan lagi.

Lalu, untuk apa bertahan?

“Aku yakin,” kata Amira mantap. “Terimakasih telah membantuku, aku akan memulainya sendiri dari sekarang,” lanjutnya.

Amira mengusap wajahnya yang basah dengan tisu. Amira tidak tahu lagi bagaimana dia harus mengekspresikan kesedihannya ini. Dia terlalu banyak menangis dan rasanya setiap hari mengeluarkan air mata di mulai jenuh dan bosan.

Amira ingin mengakhiri kesedihannya ini dan memulai kehidupan yang baru. Perjalanannya masih panjang, Amira harus bangkit meskipun harus menjadi wanita janda sekalipun.

“Kamu sangat berjasa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Izha Effendi
yaaa bujuk sama kontol lo lan,,pasti si amira gk bakalan lupa mslh mintak cere sama lo..pokok nya lo kasih aja truss kontol lo ke amira tuu..luluh lh hati nya tu wkwkkwkkwkw
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Pertemuan yang Kebetulan

    Hari-hari Amira menjadi tidak karuan, suasana hatinya selalu buruk baik dipagi hari ataupun malam hari. Baru saja dia dipanggil oleh ketua tim divisinya, pekerjaan Amira jadi berantakan dan tidak sesuai dengan intruksi. Banyak yang Amira pikirkan, tentu saja tentang masalah keluarganya.Untung saja Amira hanya diberi sanksi kerja lembur dan menyelesaikan semua bagiannya, ketua timnya masih berbaik hati untuk tidak mengeluarkan surat scors untuk Amira. Setelah keluar dari ruangan ketua tim, wajah Amira memerah. Dia merasa sangat bersalah untuk divisinya, karena dirinya proyek yang akan dikerjakan hampir saja gagal.Luna menghampiri Amira yang baru saja keluar dari ruangan ketua tim, dia mengelus pundak Amira dan merasa iba terhadap sahabatnya itu. Rekan-rekannya yang lain pun turut sedih, meskipun awalnya mereka merasa kesal kepada Amira karena tidak bisa bersikap profesional.“Jadikan sebagai pelajaran, Mir. Meskipun banyak masalah yang kamu hadapi, jangan diulangi lagi,” kata Samuel,

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Bram Menepati Janji

    Bram mendesah panjang, berulang kali Amira hanya mengaduk-aduk sotonya. Bram sampai gemas karena Amira tak kunjung menyuapkan satu sendok ke dalam mulutnya. Bram menaruh sendok dan garpunya sedikit kencang, Amira sampai mendongakkan kepala lalu melihat Bram.“Ada apa?” tanya Amira dengan polosnya.“Sini aku suapin,” sahut Bram kontan menarik mangkok soto milik Amira. Amira terkejut dengan perlakuan Bram yang tiba-tiba. Amira menarik kembali mangkok sotonya.“Maksud kamu apa?”Bram mendesah panjang, sepertinya Amira perlu disuntik cairan kewarasan, “Sejak tadi kamu hanya mengaduk-aduk soto itu tanpa berniat mau memakannya.”Justru Amira tertawa lepas, ternyata alasan itu yang membuat Bram terlihat sangat khawatir padanya. Bram memutar bola matanya malas, dia sangat kesal karena Amira menganggap kekhawatirannya ini hanya lelucon.“Iya iya, ini aku makan,” kata Amira lalu menyuapkan soto ke dalam mulutnya. Bram bisa bernapas lega jika Amira mau menghabiskan makanannya ini. Amira tampak p

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Pulanglah, Nak!

    Kedua orang tua Amira telah siap menyambut sang putri yang baru saja turun dari mobil. Namun, mereka terkejut karena pria yang bersama dan mengantar Amira bukanlah Alan. Ayah dan ibu Amira menyimpan banyak pertanyaan untuk putrinya tersebut. “Bram, aku sangat berterima kasih padamu,” ungkap Amira dengan tulus. Jika bukan karena Bram, dia tidak tahu lagi harus meminta tolong kepada siapa. “Sstt, jangan berkata seperti itu. Kamu seperti tidak tahu siapa aku,” jawab Bram sekaligus menyunggingkan sneyumnya. “Aku pulang dulu, ya. Titip salam untuk kedua orang tuamu, sepertinya mereka penasaran mengapa kamu bisa bersamaku malam ini.” Bram melambaikan tangan, setelahnya dia masuk ke dalam mobil. Setelah kepergian Bram, Amira menghampiri kedua orang tuanya, tak lupa dia menyalami tangan ayah dan ibunya. Amira memeluk erat tubuh sang ibu, dia menumpahkan tangisnya dalam pelukan hangat dan tulus yang selalu ibunya berikan. Mendengar suara isakan Amira, Mina sang ibu turut meneteskan air mat

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Menolak Perjanjian

    Semalaman Alan tidak bisa tidur, setiap hendak memejamkan kedua matanya dia selalu teringat akan Amira. Amira semakin jauh darinya, sudah dua hari dia tidak pulang ke rumah, ponselnya pun selalu tidak aktif. Alan mengira bahwa nomornya telah diblokir.Alan berusaha untuk mengunjungi kantor tempat Amira bekerja, tetapi dia tidak pernah menemukan istrinya itu keluar dari gedung kantornya. Bahkan untuk bertemu dengan Luna saja dia sangat kesulitan. Alan sangat frustasi, entah ke mana lagi dia harus meminta bantuan.“Bram?” celetuk Alan teringat oleh seseorang yang mungkin tahu keberadaan Amira. Namun, tidak mungkin Alan bertanya kepada Bram. Terakhir kali mereka berdua bertemu, antara Alan dan Bram terjadi pertengkaran kecil. Bertanya kepada Bram adalah kesalahan besar.“Ke mana lagi aku harus bertanya?” lirih Alan juga mengacak rambutnya asal.Alan mendudukkan dirinya di ujung ranjang, dia menggengam ponsel di tangan kanannya. Alan memejamkan mata, berharap bahwa sang istri menghubungin

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Jangan Datang ke Rumah Ini

    “Amira, kapan kamu sampai?” tanya Alan panik, bahkan suaranya sedikit bergetar.Amira memandangi Alan dan Kayla secara bergantian. Adanya wanita itu membuat Amira enggan untuk memasuki rumah ini. Amira balik badan, awalnya dia berniat untuk kembali dan beristirahat di rumah yang telah ia tinggal beberapa hari, tetapi adanya Kayla membuat Amira tidak sudi menginjakkan kakinya di rumah ini.Prasangka Amira mulai buruk, dia mengira mungkin Kayla telah menetap di rumah ini bersama Alan saat dirinya tidak ada di rumah. Bisa jadi pula bahwa ibu mertuanya yang menyuruh Kayla untuk tinggal bersama Alan. Jika seperti itu kehadiran Amira benar-benar tidak dibutuhkan lagi.Amira lebih baik pergi, dia memantapkan hatinya untuk meninggalkan rumah milik Alan ini. Ya, karena rumah ini milik Alan, jadi tidak ada hak untuk tinggal di tempat ini apalagi memilikinya. Sebelah tangan Amira dicekal oleh Alan, pria itu tidak membiarkan Amira untuk pergi.“Mas bisa jelaskan,” kata Alan berusaha membuat Amira

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Menemui Kedua Orang Tuanya

    Setelah kepergian Kayla, Amira tetap mengabaikan Alan. Bahkan beberapa kali suaminya itu memanggil namanya, Amira tetap diam seolah-olah Alan tidak ada di sampingnya. Amira tidak peduli bagaimana cara Alan bisa membuat Kayla pergi dari rumah ini, yang ia kesalkan karena Kayla dengan berani datang dan Alan membawanya masuk ke dalam rumah.Alan sampai bingung harus dengan cara apa lagi agar Amira tidak marah padanya. Seharusnya Alan membuat sang istri bahagia setelah kembali ke rumah, tetapi dia membuat Amira sangat marah malam ini. Alan tidak bisa berpikir jernih, hidupnya saat ini dipenuhi dengan rasa takut.“Amira, maafkan Mas.” Alan terus membujuk Amira agar menghentikan aktifitasnya yang saat ini sedang memasukkan beberapa barang-barangnya ke dalam koper. Padahal Alan tadinya berpikir bahwa setelah kepergian Kayla, Amira akan tetap tinggal bersamanya.“Kalau kamu berani membawa masuk dia ke rumah ini, itu tandanya kamu memberi peluang dia masuk ke dalam rumah tangga kita.” Amira be

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-14
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Tidak Ada Artinya Lagi

    "Itu semua sudah cukup, Mas."Amira menatap Alan di tengah-tengah kesadarannya hanya lima persen. Amira menengok jam di dinding yang saat ini menunjukkan pukul satu malam. Namun, Amira masih belum bisa memejamkan kedua matanya, lalu mengarungi alam mimpi. Alan sangat keras kepala, tidak hanya itu, suami Amira ini sejak tadi sibuk memasukkan barang-barang milik Amira ke dalam koper. Padahal cukup satu koper saja untuk mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan Amira saat tinggal dengan kedua orang tuanya. Alan tidak ingin Amira merasa kekurangan saat jauh darinya. Dia mempersiapkan semua barang yang menurutnya penting. Juga... Alan ingin citranya terlihat baik di depan mertuanya dengan memenuhi segala kebutuhan Amira. "Mas Alan benar-benar ingin aku minggat dari rumah ini, ya?" Emosi Amira mulai tersulut, perbuatan sang suami ini seakan-akan hendak mengirim Amira jauh dan tidak diperkenankan untuk kembali lagi. Kedua tangan Alan kontan terhenti dan dia menjauh dari koper Amira. Ala

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-15
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Antara Aku atau Dia

    "Sekarang, apa keputusan Mas Alan? Pilih aku atau Kayla?"Seperti disambar petir yang mengenai seluruh tubuh Alan, detik itu juga seluruh tubuhnya gemetar hebat. Alan tidak menyukai keberadaannya yang berada pada titik terumit. Alan menghela napas panjang, dia tidak bisa menjawab pertanyaan Amira. Bibirnya terasa berat dan lidahnya terasa kelu hanya sekedar mengatakan sepatah dua patah terhadap Amira.Amira mengepalkan kedua tangannya saat melihat Alan tidak merespon pertanyaan barusan. Alan terlalu lama berpikir, bahkan saat ini dia tidak sanggup menatap langsung manik mata Amira. Amira teramat jengah, dia pergi begitu saja meninggalkan Alan di rumah ini sendirian."Amira." Alan memanggil nama sang istri, tetapi membiarkannya pergi hingga menghilang di balik pintu.Alan pun dilema, dia tidak bisa memilih salah satu diantara dua wanita yang saat ini telah menjadi istrinya. Alan sangat mencintai Amira, dia tidak akan pernah meninggalkan Amira. Begitu pun dengan Kayla, dia juga tidak bi

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-21

Bab terbaru

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Kekalahan Mutlak

    "Aku ingin bertemu Mas Alan, apakah dia sibuk?"Ibu hamil yang kini sudah memasuki trimester ketiga itu sedikit terengah-engah setelah menyusuri jalanan rumah sakit dan kini berdiri tepat di depan ruangan dokter. Kayla dengan tentengan tas besar yang di dalamnya sudah ia siapkan bekal untuk suaminya. Dia berhadapan dengan tiga orang perawat yang berjaga di lantai tiga, di mana ruangan Alan juga ada di lantai ini. Kayla tidak ingin langsung masuk ke ruangan suaminya, karena terakhir kali dia ke sini tanpa izin terlebih dahulu, dia mendapat amukan dari Alan. "Oh maaf, Dokter Alan sedang keliling," ucap salah satu perawat. Kayla pun mengangguk, dia memahami apa yang sedang dilakukan suaminya. Tugas penting memang harus didahulukan. "Oke baiklah, aku akan tunggu di depan ruangannya."Setelah itu, Kayla duduk di ruang tunggu. Dia tersenyum kecil karena setelah ini dialah satu-satunya nyonya dari Alando Bagaskara. Hanya menunggu beberapa hari lagi Alan dan Amira akan bercerai, mereka aka

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Yang Sebenarnya Terjadi

    Bisakah kita bertemu?Satu hari itu Amira gunakan untuk beristirahat di rumah Luna. Luna tidak mengizinkannya untuk kembali ke rumah bibinya, melihat kondisi Amira saat ini membuat Luna khawatir. Sedangkan Luna pergi bekerja, Luna yang meminta izin cuti kepada manager mereka. Sampai-sampai manager mereka mempertanyakan keberadaan Amira dan juga merasa khawatir. Siang ini dia mendapatkan pesan dari Sandi. Asisten dokter itu ingin menemuinya dilokasi yang tak jauh dari rumah sakit. Amira ragu-ragu, tetapi akhirnya dia menyetujui untuk bertemu dengan pria itu. Amira juga memahami bahwa Sandi tidak bisa pergi jauh-jauh dari rumah sakit. Amira menunggu Sandi disebuah kafe estetik yang nuansanya sangat modern. Duduk di sini sembari menyesap jus alpukat kesukaannya begitu menenangkan. Bau margarin dari roti bakar yang baru saja dipesan, membuat perut Amira bergejolak. Amira bisa menahannya dan memakannya. Entah apa yang ingin disampaikan oleh Sandi. Dia sangat penasaran karena itu Amira d

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Pulang Dengan Hati Gundah

    Pagi-pagi sekali, Amira telah bersiap dengan pakaian rapinya untuk memperbaiki semua masalah yang terjadi kemarinnya. Amira telah menyiapkan mental dan hatinya karena dirinya tahu setelah ini dia akan mendapatkan sakit yang luar biasa. Walau wajahnya masih terlihat pucat, dan tubuhnya kian hari kian lemah. Amira akan tetap melanjutkan rencanya hari ini. Dia akan pergi ke rumah Alan, dia harus menjelaskan bahkan meminta maaf jika pria itu menginginkannya. Sebesar itu rasa cintanya, meskipun dirinya tidak bersalah dia akan meminta maaf, meskipun dia tahu Alan yang berselingkuh darinya Amira akan tetap merendahkan dirinya. Tepat di depan rumah yang dulu pernah ia tempati, Amira meraup banyak-banyak udara. Dadanya terasa sesak, tetapi tidak apa-apa dia adalah wanita yang kuat. Amira mengetuk pintu, dia menunggu dengan degup jantung yang bertalu-talu. "Assalamualaikum," ucap Amira saat pintu dibuka lebar-lebar. Salamnya tidak dijawab, kedatangannya tidak disambut dengan baik. Wajah-waj

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Rahasia Yang Terungkap

    "Luna?" Suara Bram menggantung di udara, Amira pun juga menoleh mencari seseorang yang Bram sebutkan baru saja. Wajah Amira ikut cemas, dia takut bahwa Luna menyaksikan semua kejadian dan pertengkaran barusan. Luna akan sangat kecewa padanya, Amira tidak ingin hal itu terjadi. "Luna? Ka-kamu...." "Aku melihat semuanya dan aku mendengar semuanya," kata Luna memotong perkataan Amira. Amira semakin menegang, dia bangkit walau kesusahan untuk berdiri. Amira menghampiri sahabatnya yang kini sudah berkaca-kaca. "Apa yang aku dengar barusan itu bohong, kan?" Luna mencari jawaban, dia sudah kecewa karena telah berpisah dengan pria yang masih dia kasihi hingga sekarang. Dan sekarang dia tidak ingin mendengar pengakuan yang semakin membuatnya patah hati. "Lun, apa yang kamu dengar tolong lupakan!" Amira menggenggam kedua tangan Luna dan berusaha menenangkannya. "Tidak." Kini Amira dan Luna menatap Bram secara bersamaan. "Bram, jangan!" "Lun, sebenarnya aku mencintai Amira jauh dari sebe

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Terdengar Suara Talak

    "Sejak aku melihatmu, aku sudah jatuh hati padamu." Suara Bram menggema di sudut-sudut bangunan yang masih separuh jadi itu. Tangan Amira yang hendak mengambil beberapa material terhenti seketika saat mendengar pengakuan Bram yang kesekian kalinya. Amira masih saja syok saat Bram mengungkapkan perasaan padanya. Padahal suasana sebelumnya tidak secanggung ini, tetapi Bram membuat Amira tidak enak hati terhadap pria itu. BrukBrukTerdengar suara langkah kaki seseorang yang sedang berlari, Bram menengok ke belakang dan benar saja ada seorang pekerja berlari ke arahnya. Seharusnya pekerja tersebut melihat Bram yang sedang berdiri di depannya, tetapi pekerja tersebut malah mendekat dan seperti sengaja menabrak tubuh Bram.Gerakan tubuhnya yang secara impulsif seketika menabrak tubuh Amira. Keduanya pun terkejut, Bram menubruk Amira yang saat itu memegang material besi-besi kecil. Besi-besi itu pun tanpa sengaja berjatuhan mengenai punggung Bram yang berusaha melindungi Amira. Nas sekali

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Rencana Jahat Kayla

    "Aku ingin kamu bekerja dengan becus."Kayla melirik kesekitar karena takut ada yang melihatnya sedang berbicara dengan seorang pria asing. Suara bising dari decitan besi dan alat-alat berat tak menyurutkan semangat Kayla untuk melancarkan rencananya. "Jangan sampai gagal," perintah Kayla lagi dengan kedua matanya yang memelotot tajam. "Baik, Bu. Serahkan saja pada saya," jawab pria yang memakai topi berwarna kuning. Kayla tersenyum dengan puas saat pria itu pergi dari hadapannya. Senyuman licik di bibirnya karena dendamnya terhadap Amira. Rencananya harus berhasil, dengan begitu dia bisa mendapatkan cinta dan perhatian dari Alan. Kayla mengintip dari balik tembok dan melihat pria suruhannya itu melaksanakan tugas seperti yang diperintahkan olehnya. Bukan hanya senyuman yang terbit di bibir Kayla, kini tawa kecil akan kemenangan seolah tak mau pergi dari mulut kecilnya. Kayla pergi dari bagunan proyek setengah jadi yang digarap oleh perusahaan Amira dan yang menjadi tanggungjawab

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Memisahkan Cinta Sejati

    "Apa kamu sadar saat mengatakan itu?"Alan berkacak pinggang seolah-olah syok mendengar pengakuan dari Kayla. Kayla memaku di tempatnya, dia menunggu jawaban dari Alan atas pengakuannya tersebut. Dia berharap ada harapan besar dari suaminya ini, berharap pula bahwa suaminya juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya. "Aku sangat sadar saat mengatakan itu, Mas." Kayla mendekati Alan kembali, tetapi pria itu malah menjauh darinya. "Bagaimana pun juga aku istrimu, Mas. Tidak ada yang salah dengan perasaanku ini," lanjutnya lagi berusaha meyakinkan Alan. "Tentu saja salah!!!"Brak!!!Brak!!!Alan menggebrak meja beberapa kali yang ada di depannya, sejenak Kayla menutup kedua matanya dan merasakan sakit yang berdenyut di dasar hatinya. Ya, bodoh sekali bahwa dirinya berharap bahwa Alan akan mencintainya seperti pria itu mencintai Amira. Pada kenyataannya dia tidak pernah mendapatkan bagian sedikit pun di hati Alan. Bukan Kayla namanya jika dia menyerah hanya sampai di sini saja, dia

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Tinggalkan Dia!

    "Apa salahnya mesra-mesraan dengan suami sahku?" Amira menatap Kayla penuh kemenangan. Tawa Amira sedikit mengejek saat melihat wajah Kayla yang pias. Kayla pun balik menertawakan Amira, wanita itu pun tidak mau mengalah dan semakin menunjukkan taringnya. Amira menaikkan sebelah alisnya, lalu kakinya mundur beberapa langkah saat perut buncit Kayla hampir menyentuh bagian perutnya. "Masih bilang kalau Mas Alan adalah suamimu? Bukannya kamu sendiri yang meminta cerai darinya?" Kayla berkacak pinggang, Amira melihatnya saja terasa begah dengan perut buncit Kayla yang sepertinya membuat Kayla kesulitan bernapas. "Masih punya muka ternyata kamu ya, padahal kamu sendiri yang membuang Mas Alan." Kayla membuat emosi Amira terpancing. Namun, Amira tidak ingin membuang-buang tenaga hanya untuk meladeni Kayla. Mood paginya harus baik untuk bekerja, sebisa mungkin Amira mengatur napas dan mengembalikan perasaannya seperti semula. "Bagaimana kalau aku dan Mas Alan tidak jadi bercerai?" Sejujur

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Saling Mengikhlaskan

    "Apa benar kamu baik-baik saja?" Alan membuntuti ke manapun Amira pergi. Amira menghela napas panjang, dia menghentikan langkahnya saat sudah berada di ruang tamu. Alan pun turut berhenti tepat di belakang sang istri. Amira membalikkan badannya, lalu menatap serius wajah Alan yang terlihat sangat khawatir padanya. "Aku baik-baik saja, Mas. Lihat aku sudah lebih kuat dari pada kemarin. Jangan melihatku seperti anak kecil, okay." Amira menyelempangkan tasnya. Jika berlama-lama di atas tempat tidur rasanya akan lebih sakit. Amira lebih suka bergerak dan bebas melakukan apapun dari pada bermalas-malasan di rumah. Apalagi saat ini dia ada di rumah yang tidak ingin ia tempati. Alan tidak membiarkan Amira begitu saja untuk pergi bekerja. Dia mengambil kunci mobil dan menyusul Amira yang sudah ada di halaman rumah. Alan menarik lengan Amira sampai wanita itu memekik karena bertubrukan dengan dada bidang Alan. "Ahh ada apa lagi, Mas?" Amira semakin jengkel dengan sikap antusias Alan. "Ak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status