"Pertama, aku tidur di sini bukan karena aku menginginkan tidur menemanimu di sini. Tapi karena aku mengantarkan baju itu."Arthur menunjuk pada pakaian yang masih digantung olehnya dalam ruangan itu. Dia sudah tidak menggelitiki Alila, tapi kakinya masih memiting tubuh Alila dan kedua tangannya juga membuat tangan Alila tidak bisa bergerak di saat dia mengarahkan jarinya ke tempat di mana dia menaruh gaun Alila."Oh, itu baju yang akan ku kenakan saat kau wisuda nanti?""Hmm. Dan yang kedua, kenapa aku berada di sini, karena aku tadi ingin menunggumu bangun. Aku ingin tahu alasan kenapa kau tidak mengunci kamar ini dan kenapa kau sengaja tidur polosan. Aku memang kemarin menggulungmu dengan selimut, tapi ku pikir kau seharusnya bisa turun untuk mengambil baju tidur. Makanya aku menebak kau sedang menjebakku.""Tidaklah, aku tidak seperti itu. Dan apa kau jadinya ketiduran?""Iya, lah. Aku ngantuk. Dari tadi malam aku tidak bisa tidur.""Ah, kenapa memangnya kau tidak bisa tidur, Arth
"Eh, tidak, lah! Aku hanya senyum-senyum, soalnya aku suka dengan riasan wajahku! Apa aku terlihat cantik?"Refleks terlontar kata-kata itu dari bibir Alila meskipun dia tahu bukan itu yang ada di dalam benaknya.Kapan dia masuk? Aku tidak mendengar langkah kakinya dan pintu dibuka juga aku tidak dengar! Aduh, apa aku sekarang harus tidur dengan pintu tertutup dan terkunci, kah? Habis dia muncul selalu tiba-tiba, sih!Dan sejujurnya di dalam hati Alila, dia merasa sangat malu sekali karena dia bisa terjebak berkali-kali oleh Arthur dalam semalam. Semuanya sangat memalukan untuk dirinya, apalagi mendapatkan jawaban dari Arthur."Seorang wanita dewasa tidak akan minta untuk disebut cantik! Memang yang aku nikahi ini hanyalah anak berusia lima tahun."Apa susahnya sih, dia menjawab iya atau tidak saja? Kenapa juga harus menyindir, lagi-lagi yang dikaitkan dengan usiaku! Sikapku, usiaku, selalu saja itu! Apa dia pikir pria dewasa itu adalah pria yang suka marah-marah seperti dirinya? dan
"Matamu selalu saja mengarah pada Amar! Apa tidak ada yang lain, yang bisa kau lihat Sweet J?" Dan ini membuat Reza kesal! Dia juga tidak mengerti kenapa bisa mereka harus bertemu lagi!Belum hilang rasa kesalnya pada Amar dan selalu saja terbayang dengan kedatangan Amar, tapi kini pria itu sudah berani menunjukkan dirinya lagi.Tapi memang bukan Reza saja yang tidak suka melihat ini. Seseorang yang berdiri di samping Arthur tak sengaja melirik ke arah suaminya dengan perasaan yang tidak enak.Aku tidak tahu kalau mereka sekampus. Atau mungkin aku lupa kalau mereka sekampus? Harusnya aku tahu karena Arthur pernah bilang dia menolong temannya yang sekampus Tapi aku tidak pernah tahu juga kalau dia akan wisuda di waktu yang bersamaan dengan Arthur. Dan lihat bagaimana dia melirik wanita itu. Aku rasa dia masih memiliki rasa!Alila terganggu. Dia tidak suka melihat bagaimana cara Arthur memandangnya tapi memang ini berbeda dengan cara Arthur bersikap pada Paula. Makanya, dia memang tidak
"Mama, tunggu!"Dan sesaat setelah kepergian Rania, Rich, dia melepaskan toganya dan cepat-cepat menyusul mamanya. Dia melepaskan juga sambil berlari karena memang tidak ingin wanita yang sangat disayanginya Itu kenapa-napa!"Tidak seharusnya kau menyusulku!" ujar Rania yang memang tidak ingin anaknya mengejar."Tidak apa-apa, Mama! Aku akan menemani Mama!""Tapi kan ini adalah hari wisudamu! Kau tetap harus berada di sana!""Wisudaku tidak ada masalah! Justru aku akan sangat bersalah sekali jika Mama tidak ada di sana dan wisuda ini kan hanya untukmu Mama!""Tapi—""Aku tidak punya teman selain Arthur, Mama. Jadi memang ini hanya untuk Mama." Rich meyakinkan lagi.Rich bahkan sempat mengedipkan matanya pada mamanya dan mengecup dahi mamanya karena memang dia sangat menyayangi Wanita itu. Anak itu sangat peduli dan lembut sikapnya. Rich memang agak berbeda dengan Reza, tapi memang dia cukup keras untuk beberapa urusan seperti urusan pekerjaan.Rich tidak mentolerir soal yang satu itu.
"Maaf, Rich. Ini adalah acara besar untukmu, tapi aku menggagalkannya!""Tidak apa-apa, Mama! Lagian cuman acara wisuda saja. Aku sendiri juga tidak pernah datang ke tempat kuliahnya dan tiba-tiba aku bertemu dengan semua dosen, mahasiswa, yang tidak mengenalku. Hehehe ... kurasa, itu memang tidak berguna, ya!"Rich tidak mau membuat mamanya merasa bersalah, makanya dia berkata begitu saat mengendarai mobilnya. Dan sebenarnya bukan dia tidak mau datang kuliah secara normal, tapi memang dia banyak sekali pekerjaan yang harus diurus di perusahaan papanya.Tadi saat berangkat dari rumah, Reza dan Rania menggunakan mobil lain, sedangkan Rich memang menggunakan mobilnya sendiri. Dia sebenarnya sudah punya planning yang sekarang membuat dirinya merasa sedikit menyesal juga meninggalkan rencana itu.Aku sebenarnya ingin pergi bersama dengan Paula nanti di acara makan siang. Aku ingin memperkenalkannya pada keluargaku tapi sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat!Cuma, dia juga sadar kalau
"Aku tahu, kau tidak membutuhkan bantuanku, Reza! Kau bisa melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Tapi, di sini aku menekankan kalau aku adalah keluarganya Sita. Aku adalah kakaknya Sita dan aku tahu bagaimana dia selama bertahun-tahun ini membuat masalah besar di keluarga kami yang mempengaruhi kejiwaannya sendiri. Kau benar, dia masuk dalam obsesi besar yang tidak jelas! Makanya,aku mencoba menawarkan padamu untuk bicara dengan Rania sehingga dia tidak perlu berpikir buruk tentangmu. Sita yang salah di sini."Sebenarnya Amar tidak perlu sih, menjelaskan seperti ini kalau Reza memang berpikir panjang dan mau berpikir positif tentang dirinya. Dia juga tidak harus membuat semua orang yang berada di sana jadi memikirkan tentang masalah pribadi mereka.Dan untung saja semua yang dikatakan oleh Amar itu dalam bahasa Indonesia dan mereka semua yang ada di sana kebanyakan tidak mengerti, hanya melihat tegang mimik wajah mereka yang sedang membahas sesuatu yang alot. Entah kala
"Papa, kami hanya teman! Aku hanya membantunya dan tidak lebih dari itu.""Apa yang dikatakan Arthur benar?"Sejenak Reza memperhatikan Arthur. Namun, dia tidak langsung percaya begitu saja. Pandangannya kini beralih pada seorang wanita yang diragukan olehnya saat dia mengangguk."Apa kau tahu, kalau Arthur sudah menikah dengan putriku satu-satunya, Alila?""Tahu, Tuan. Maaf, Tuan. Saya akan menjaga jarak."Tak mau membuat masalah, Caca yang sebenarnya juga pedih mendengar papanya menyebut hanya Alila anak perempuannya, dia memilih pasrah mengangguk. Harapannya, semua permasalahan ini berakhir dengan ucapan maaf yang diucapkannya lirih."Tuan Clarke! Luar biasa bisa melihat Anda hadir di sini! Suatu kehormatan untuk kampus kami, karena kami tidak menyangka donatur nomor satu di kampus ini mau berkunjung pada acara pelepasan murid-murid terbaik kami tahun ini."Dan sang Rektor yang baru saja datang, lalu dia melihat keberadaan Reza, menangkap ini sebagai peluang untuk kembali mengharap
PLAAAAK!"Sudah sesuai dengan dugaanku. Kau pasti akan melampiaskan semua kemarahanmu padaku di dalam apartemen,karena tidak ada lagi yang bisa menguntit di sini."Sepanjang acara wisuda bisa terlihat kalau Arthur lebih banyak diam dan dia hanya tersenyum seadanya saja jika ada temannya yang menyapa di acara tersebut.Ayahnya sendiri tidak bisa datang, karena ada beberapa urusan yang harus diselesaikan. Tapi dia tetap harus berusaha terlihat baik dengan teman-temannya dan memperkenalkan Alila sebagai istrinya.Arthur juga mendapatkan ucapan selamat dari beberapa temannya, karena dia dipilih untuk memberikan speech di acara wisuda. Orang yang harus melakukannya yaitu Caca, sudah tidak ada lagi. Dan namanya hilang dari catatan wisuda. Rich yang juga diharapkan tidak ada di sana. Jadi dialah yang terpaksa mengisinya. Untung saja, Arthur sudah terbiasa bicara di depan banyak orang sehingga dia tidak gugup.Apa yang disampaikannya juga cukup membangun dan membakar semangat para peserta wis