"Kau lihat siapa yang ada di luar. Apa aku harus membukakan pintunya? Apa mereka disuruh oleh ayahku?"
"Kau bilang Pak David yang membantumu. Kurasa dia ke sini untuk menagih penjelasan darimu. Kau bukakanlah pintu itu. Dan mungkin aku juga bisa membersihkan namaku karena tuduhan dari ayahmu kalau aku adalah orang yang mencelakai Pak Reza sampai dia memutuskan kontrak kerjasama dengan perusahaan kami."
"Baiklah Dicky."
Shine awalnya takut tapi kadang orang yang ada di sisi seseorang dan memberikan saran itu sangat berguna sekali untuk membuat keyakinan seseorang jadi lebih kuat.
Sama seperti yang dilakukan Dicky yang juga sudah malas sekali dengan semua tuduhan padanya beberapa tahun ini.
Tuduhan itu tidak berdasar, dia juga sudah mengelak dengan alibinya.
"Istirahatlah Rania. Kau sudah lama sekali main handphone. Tiga jam."Dari sejak diberikan handphone oleh Amar memang Rania tidak berhenti. Ada saja yang dilakukan dengan handphonenya.Dan ini bukan pertama kalinya Amar meminta Rania beristirahat.Sejam setelah diberikan kesempatan main handphone Rania sudah diperingatkan tapi wanita itu mengatakan dia masih ingin scrolling media sosial. Belum lagi alasannya yang belum selesai chating, mau mencari inspirasi desain dan sedang mendengarkan musik favoritnya.Tapi menurut Amar, Rania tak bisa berlama-lama lagi karena kondisinya yang baru sembuh."Iya. Iya. Tapi aku baru dapat kabar dari Rein. Makanya aku excited banget.""Memang dia bilang apa?"
"Halo Amar. Aku harap kedatangan kami tidak mengganggu kalian.""Tentu saja tidak. Kalian sudah ditunggu Rania. Silakan masuk, Neil, Rein."Sesuai dengan dugaan dari Rania tentang siapa yang datang. Wanita itu juga sudah tersenyum dan sudah membuka tangannya tak sabar untuk memeluk sahabatnya yang datang berkunjung."Aku sangat merindukanmu. Ya ampun, padahal aku baru tadi malam berkunjung ke tokomu tapi sekarang aku memang benar-benar merindukanmu lagi.""Oh Rania, aku minta maaf sekali padamu. Andaikan aku tahu kejadian ini, aku tidak akan pernah membiarkanmu meninggalkan toko sendirian kemarin malam. Maafkan aku ya."Sambil mendekat lalu memeluk Rania erat, Rein meluapkan semua rasa di dalam hatinya.Dia memang merasa bersalah sekali
"Rein, banyak sekali yang ingin kubicarakan denganmu. Senang sekali aku bisa melihatmu sekarang.""Tahan dulu."Rania memang sudah tak sabar ingin bercerita banyak pada sahabatnya dan juga menanyakan tentang seseorang yang dipikirnya sahabatnya itu lebih tahu dari dirinya.Tapi Rein tidak berpikir sama seperti dirinya."Aku tidak datang ke sini hanya untuk menjengukmu.""Apa Reza menyuruhmu datang ke sini untuk membawaku?""Bagaimana kau bisa menebak begitu?" jelas saja Rein jadi kaget dengan jawaban Rania.Dia sendiri belum memberikan informasi apapun tapi sahabatnya sudah menuduh ke sana."Apa kau tahu sesuatu Rania?""Kataka
"Rania apa maksudmu kau tidak bisa pergi?"Sahabatnya jadi kebingungan sendiri dengan sikap Rania ini. Tiba-tiba langsung berubah keinginan Rania."Apa kau khawatir kalau aku akan melakukan hal yang sama seperti Bagus?"Tapi melihat sikap Rania seseorang yang baru saja masuk ruangan itu mulai menebak. Sikapnya tak bisa membuat Rania merasa lebih baik."Aku tidak mengenal nama yang kau sebutkan. Aku hanya ingin pergi bersama dengan sahabatku dan keluar. Tapi tiba-tiba ada dirimu." Rania berpura-pura, tambah membuat Rein bingung."Kau tidak perlu berbohong padaku." Tapi pria itu yang menjawab duluan."Ada alat penyadap yang ada di tubuh Rein. Kami tadi memasang di bajunya dan semua yang kau katakan itu kami mendengarnya. Makanya aku datan
"Kenapa kau diam saja? Jangan bilang kau marah padaku lagi sampai kau tak mau menjawabku, Za! Di mana Marsha?"Rania bertanya sambil menangis.Untungnya Rich sudah dibawa ke kamar dan dia tidak mendengar keributan ini.tok tok tokDan sebelum Reza menjawabnya suara ketukan pintu sudah terdengar."Buka Dave!"Lagi-lagi dia belum menjawab pertanyaan Rania yang memang masih depresi memikirkan tentang nasib putrinya."Rania, ada apa denganmu? Kenapa kau menangis begitu?"Suara yang sudah lama sekali tak didengar oleh Rania yang membuat dirinya kaget dan menengok ke sumber suara."Bang Abi?"
"Ya seriuslah Rania. Aku saat itu sudah cukup besar untuk mengetahui situasi yang saat itu terjadi." Abian jadi gemas sendiri."Kau, memang bukanlah adik kandungku tapi aku sangat menyayangimu karena aku memang ingin punya adik perempuan. Lagian kau juga masih sedarah denganku. Kau adalah sepupuku.""Bang Abi."Rania ingin sekali memeluk kakaknya tapi entah kenapa seseorang cepat sekali menaruh tangannya di antara Abi dengan Rania."Kau bukan kakak kandungnya?""Ya secara hubungan biologis kami tidak punya hubungan dan keluar dari satu rahim. Tapi dia adalah adikku dan aku selalu menganggapnya adikku karena ibuku dengan ibunya adalah saudara jadi kami adalah keluarga.""Kalau begitu berhentilah untuk memeluknya. Kau hanya sepupunya."
Amar: Apa?Reza: aku rasa kau tidak tuli dan kau mendengar apa yang tadi kuminta. Sebuah permintaan sederhana jika kau ingin melanjutkan pertukaran ini maka kau harus memenuhi apa yang kuinginkan.Tidak ada negosiasi lagi Reza sudah mematikan teleponnya membuat kecemasan terlihat di wajah Amar.Kalau aku tidak meninggalkannya sendirian dan aku tidak membawa para bodyguard bermain kartu mungkin ini semua tidak akan terjadi.Sejenak Amar menyalahkan dirinya sendiri yang sudah lalai. Dia tidak menjaga Rania dengan benar.Harusnya dia tidak berpikir semudah itu sampai harus membawa bodyguard meninggalkan pintu kamar Rania.Ini memberikan penyesalan yang besar padanya.
"Ayah, kau tidak bisa memisahkanku dengan Dicky. Aku sudah bilang aku sangat mencintainya. Dan lepaskan kami. Aku berjanji tidak akan meminta warisan apapun darimu dan yang kuinginkan hanya bisa hidup bersama dengan kekasihku.""Haha, kau pikir di sini kau yang menentukan, Shine?"Tapi tentu saja ayah Shine tidak akan mempermudah keinginan dari putrinya. Ini sudah dua jam berlalu Bagus mengurung mereka di apartemen Dicky sehingga keduanya tidak bisa pergi kemanapun karena ayah Shine membawa pasukannya dan membuat mereka tak bisa berkutik."Ayah, apa salahku padamu? Aku anakmu. Bukankah seharusnya kau memberikan kebahagiaan padaku? Bukan memaksakan kehendakmu.""Hahaha."Pertanyaan Shine malah membuat Bagus terkekeh. Seperti sesua