Beberapa jam sebelum kejadian di rumah sakit."Tuan ada tamu yang ingin bicara dengan Anda dan dia memberikan ini."Di ruang kerja seseorang yang cukup berkuasa, asistennya datang dengan wajah terlihat cemas sambil menunjukkan sesuatu yang membuat pria itu juga kaget sekali melihatnya. Tapi dia cukup pintar dan berpengalaman."Biarkan dia masuk!"Makanya meski tahu kalau ada sesuatu yang tidak beres dari data yang diterimanya, dia tetap menyuruh seseorang yang tidak diinginkannya itu masuk."Apa Anda tahu mengirimkan black mail seperti ini hukumannya bisa sangat berat?""Bos saya mengatakan pada saya untuk menanyakan pada Anda, apa Anda tahu jika menyembunyikan seorang pembunuh itu hukumannya juga sangat berat Tuan Tony Walsh?"Tak aneh jika sekarang Tony justru tersenyum mendengarnya."Caca yang diselamatkan oleh putraku. Apa itu menjadi incaran kalian sampai kalian mengirimkan ini padaku? Dan siapa bosmu? Hubungkan aku dengan Giyan atau seseorang diatasnya sekalian. Atau kalian suru
"Jadi, apa yang kau mau?""Kirim pesan pada anakmu. Katakan padanya kalau kau sudah menyiapkan semua rencana menjatuhkan Reza Clarke sekarang!"Dan setelah komunikasi yang agak alot itu akhirnya Tony setuju. Dia menghubungi putranya dan mengirimkan sesuai dengan yang diperintahkan oleh Giyan.Di saat yang bersamaan Arthur juga masih mendengar obrolan antara Rania dan Reza."Marsha tidak akan kenapa-napa. Aku jamin itu.""Tapi sekarang yang dikenalinya cuma Arthur. Sedangkan Alila sangat mencintai Arthur. Aku khawatir Caca akan sakit hati. Cuma aku juga tidak mau dia bersama dengan Arthur karena Amar lebih baik untuknya. Dia juga sedang mengandung. Bagaimana anak dikandungannya Reza? Kondisinya begitu, apa perlu kita gugurkan?""Sweet J, dia mengandung anak Amar. Tidak mungkin juga aku harus menyuruh Arthur menjaganya. Kita harus membuatnya mengingat Amar.""Kau setuju putriku dengan Amar?""Hm. Aku tidak setuju dan aku masih berat cuma Marsha seperti mencintai Amar saat bersama Amar d
"Reza, kurasa kita tidak mungkin bisa memperingatkan Alila soal Arthur karena dia sangat mencintai pria itu.""Makanya biar aku memikirkan ini Sweet J. Kau tenang saja, pikirkan kandunganmu saja. Biar aku yang mengurusnya. Kau tidak perlu pusing-pusing soal ini.""Tapi Reza--""Sst, sudah istirahat saja. Mau aku mengantarmu pulang dulu? Nanti setelah kau pulang aku akan kembali lagi ke sini dan menemani putri kita Marsha. Yang penting kau dan Alila pulang dulu ke rumah.""Hm, baiklah. Lebih baik begitu karena aku ingin bicara dengan Alila. Dan apa kau punya bukti yang bisa kutunjukkan pada Alila soal Arthur?"Bagaimana ini?Arthur menelan salivanya dan merasa khawatir sekali kalau Reza menunjukkan sesuatu yang menggiring opini Alila tentang dirinya.Tapi di satu sisi dia tidak bisa menunjukkan dirinya karena kalau dia keluar Reza akan semakin tidak percaya padanya.Apalagi Arthur sudah tahu tentang rencananya dengan Rania.Ini membuatnya bingung. Saat dia menatap Caca dia juga tidak b
"Alila, aku pikir kau pulang."Baru saja keluar dari ruang tunggu operasi, Arthur senang sekali melihat Alila masih duduk di ruang tunggu bersama dengan seseorang yang memang ingin ditemuinya.Mereka berdua tapi tidak ada rasa cemburu di dalam hati Arthur seperti dia cemburu pada Shaun."Eh iya. Papa tadi mengajakku pulang dulu. Tapi aku tidak mau. Jadinya tante Rein yang menemani mama. Dan Shaun dia juga ikut pulang karena dia harus menjaga tokonya."Sebenarnya bukan penjelasan itu yang diinginkan oleh Arthur. Dia merasa lega ada Alila di sana dan dengan cepat dia mendekat lalu mendekap wanita itu."Aku khawatir aku tidak bisa bertemu denganmu lagi." Itu adalah jawaban jujur dari Arthur dan rasa takutnya ini sesuatu yang wajar karena Amar paham apa yang membuat pria itu cemas."Ada apa dengan Rich kau tahu sesuatu tentang dia? Papa tadi sepertinya marah sekali dengannya.""Memang kau sedang membicarakan apa sampai bawa-bawa Rich?""Aku bilang suruh saja dia pulang biar menemani mama.
"Kau yakin ini akan berhasil?""Aku tidak tahu Amar tapi kita coba saja dulu."Saat setelah memasuki ruangan keduanya masih saling berbisik. Mereka belum menemui David yang ada di dalam bilik tempat Caca berada."Hey david.""Oh kalian berdua kemari?""Ya. Kami sudah membuat sesuatu untuk mengetes Caca.""Mengetes?""Iya mengecek ingatannya. Apakah yang kami lakukan ini berguna atau tidak. Coba kau lihatlah di handphonenya Amar itu."Caca sudah tidur selama sejam. Kondisinya sudah agak tenang bahkan kalau Amar dan Arthur masuk ke dalam ruangan itu mungkin sekarang David sudah tertidur karena sangking heningnya."Maksud kalian membuat ini untuk mengingatkan apa yang sudah terjadi dan dilupakannya?”“Ya. Untuk mengingatkan itu. Dia bisa mengingatnya berkali-kali kalau dia menggunakan ini. Dan aku akan pikirkan juga bagaimana membuat robotnya"Robot?"David masih belum paham maksud dari Arthur"Maksudku begini. Saat dia bangun dan dia tidak sadarkan diri seperti suara elektronik asisten
"Kita harus cepat karena kurasa dia tidak akan lama sendirian di sana!"Seseorang berbisik pada temannya yang mengerti dan dia mulai mendorong kursi roda itu.Mereka berjalan mendekat ke arah seorang wanita yang sedang duduk sendiri dan pria yang ada di kursi roda itu menjatuhkan sesuatu dekat dengan posisi wanita itu."Hei tunggu." "Oh maaf kakekku sudah agak tua dan dia sering tidur sembarangan."Seseorang yang mendorong kursi roda itu pun mulai bicara dia terlihat manis dan tidak menyeramkan.“Tidak apa-apa ini kuambilkan!”"Kakek itu fotonya jatuh.""Oh maaf. Kakek tadi tertidur. Mana foto mana? Sedang apa kita ada di sini? Bukankah tadi kita sedang ada di London?""Maaf kakekku punya penyakit demensia dia sering lupa."Kata-kata pria itu membuat wanita tadi terlihat cemas dan dia mengingat seseorang yang membuat hatinya terluka lagi." Tidak apa-apa kakakku juga punya masalah hampir sama seperti ini, gara-gara aku dia tidak bisa mengingat banyak hal," ucapnya yang kini berjalan
"Amar sudah menemaninya. Dia sudah sadar dan bisa berkomunikasi dengan suaminya karena ide dari Arthur.""Apa yang kau buat?" Reza melirik tak suka."Hanya kompilasi foto tentang mereka berdua dan membuat Caca percaya kalau dia memang mengenal Amar dan hubungan mereka sudah cukup jauh.”Sejujurnya Arthur tidak mau membahas masalah ini. Tapi karena Reza sudah bertanya dia terpaksa harus menjelaskan dulu padahal pikirannya tadi mengarah pada Alila."Aku tidak menginginkan dia mengenali Amar!"Cuma lagi-lagi Arthur terdistraksi dengan jawaban dari Reza."Apa maksudmu?""Kau pasti menguping pembicaraanku dengan istriku bukan di dalam sana?" sindir Reza."Itu semua hanya untuk menyenangkan dirinya saja, hanya trik. Aku tidak menginginkan Amar dekat dengan putriku. Apa kau berusaha untuk mewujudkan keinginanku supaya aku percaya padamu kalau kau orang baik setelah bukti-bukti yang kudapatkan kau ingin menghancurkan bisnisku?"Arthur sebenarnya tidak tahu kalau Reza menyadari keberadaannya d
"Alila, kau ada dimana?"Sementara itu setelah menjauh dari Reza, Arthur sudah sibuk dengan handphonenya dan mencoba menghubungi orang-orangnya.Arthur: Cari Alila. Aku tidak yakin dia baik-baik saja. Berikan kabar padaku secepatnya.Perintah sudah diberikan. Arthur segera mungkin menutup teleponnya setelah orang di ujung sana mengerti apa yang diperintahkannya.Dia lalu mengetik di handphonenya menjelaskan kronologisnya tentang di mana keberadaan Alila dan kemungkinan Alila dibawa pergi.Ini untuk mempermudah timnya mencari di CCTV di jalan di mana Alila berada.Setelah itu dia kembali menghubungi seseorang via telepon.Arthur: Siapkan mobilku. Aku menunggu di lobi rumah sakit. Kau keluar dari parkiran.Hanya kalimat itu yang terurai sebelum dia menutup teleponnya.Arthur memang bekerja efisien. Dan sebetulnya yang dilakukan ini bisa dilakukan juga oleh Reza. Dia punya lebih banyak orang dan dia lebih punya power ketimbang Arthur.Tapi Reza masih belum aware sedangkan Arthur tidak ma