"Udah, kamu fokus nyetir aja. Enggak usah nyanyi segala. Mana suaramu cempreng." Telunjuk kiri Keysha menekan 'off' di audio tersebut."Ih, lagi enak-enaknya, malah dimatiin." Telunjuk kiri Bastian hendak menekan tombol 'on' tetapi keburu Keysha menutup dengan telapak tangannya."Nggak usah puter lagu itu lagi, aku nggak suka liriknya." Keysha melayangakan protes.Bastian menarik kedua sudut bibir, "iya, yang penting kita sudah bersama, aku belum bisa kehilangan kamu seperti jantung membutuhkan detaknya." Tak bisa memiliki, asal bisa bersamanya, itu lebih dari cukup. Melihatnya tersenyum, makan bersama, bercanda, menikmati wajah juteknya, bahkan saat Keysha salah tingkah, itu pemandangan yang sangat indah di mata Bastian.Tidak menanggapi, Keysha menunduk sambil memainkan jari. Dia juga tak tahu perasaan apa yang dirasakan sekarang. Tidak mau mengelak, kebersamaan itu membuatnya nyaman, merasa dicintai dan dihargai. Bastian selalu tahu bagaimana cara memperlakukan sebagai wanitanya.
Mata Keysha melebar, tak percaya dengan ucapan Bastian. "Bohong." Tangan itu mencubit lengan milik Bastian tetapi pria itu tidak menghindar sama sekali."Perlu kamu tanya dia, pake bahasa Inggris?" Bastian menaikkan salah satu alis dengan senyuman menawan."Ih, nggak perlu." Lelaki dewasa itu mempertahankan kontak mata dengannya. Tubuh Bastian masih mendekat dan hangat napas Keysha masih bisa dirasakan. Sekilas terlintas, dia mengingat ucapan Kevin yang menyarankan untuk mengikhlaskannya. Namun, di dalam relung hati ia belum rela sama sekali dan masih ingin bersama, memandangnya sedekat itu.Keysha menyenggol lengannya dan dia pun tersadar dari lamunan. "Sumimasen, tsudzukemashou." Bastian menegakkan posisi tubuh dan berusaha waras.(Maaf, mari kita lanjutkan.)Wanita Jepang itu mengeluarkan proposal dan beberapa gambar produk dari tas. Mereka terlibat percakapan serius, membahas produk yang akan ditawarkan Sir Hiro untuk dipasarkan perusahaan Bastian. Meskipun Keysha tak mengerti a
Kaki Bastian tak siaga menahan bobot tubuh Keysha yang terjatuh mendadak. Tubuh itu terkesan lebih berat dari biasanya.Mereka pun terjungkal dengan posisi tubuh Keysha menindih tubuh Bastian. Detik itu pula, kedua mata mereka bertemu dalam beberapa saat. Jarak mereka sangat dekat. Iris mata mereka saling mendetail wajah orang yang ada di depannya. Kembali, mereka merasa ada sesuatu yang tak beres dengan organ kecil di dada kiri. Saat menyadari kondisi yang terjadi, Keysha pun segera bangkit. "Sorry." Keysha mengelus pelipis yang kini baru terasa nyeri akibat terpentok dahi Bastian. Mukanya pun terlihat memerah. Disusul pria itu pun bangkit berdiri dan mengibaskan celana belakang yang kotor terkena lantai yang becek."Tuh, kan, MKS. Masa kecil suram. Enggak pernah main becekan sih, jadi sekarang dilampiaskan." Nada Bastian sedikit kesal.Keysha berdecak dengan wajah cemberut. "Kan, aku udah minta maaf, masih ngomel aja. Bajuku juga kotor, nih." Dia menunjukkan lengan baju yang berwa
"Bas, kamu siapkan handuk dan baju bersih untuk Keysha. Antar dia ke kamar mandi untuk bersih-bersih." Danisa memberi perintah kemudian Bastian mengantar Keysha ke kamar mandi yang ada di kamarnya.Keysha menunggu di luar saat Bastian masuk dan mengambil handuk dan baju ganti untuknya. Dia tak mau berada dalam satu kamar dengannya karena bukan suami-istri. Apalagi ini adalah kamar pribadinya."Nih." Bastian menyodorkan handuk, kaos dan celana yang tak asing di mata Keysha."Celana ini sepertinya aku kenal." Keysha membolak-balikkan celana katun berwarna coklat tersebut."Itu memang punya kamu dulu."Keysha menautkan alis mencoba mengingat mengapa celana miliknya bisa ada di Bastian. Hitungan detik, Keysha bisa mengingat kejadian itu. Malam di mana Keysha harus menggantikan pakaiannya dengan kaos Bastian karena kehujanan dari kampus. Danisa menyarankan agar Keysha harus pulang dalam keadaan bersih agar tidak masuk angin yang disebabkan baju yang dikenakan basah. Sebelum diantar pulang
Bukan hanya Keysha yang menitihkan air mata, Bastian juga. Saat mereka melonggarkan pelukan, wanita itu melihat jelas ada basah di kedua sudut mata Bastian. Pria itu ikut menangis tetapi enggan memperlihatkan kepadanya. Rasa sakit di hatinya lebih mendalam. Ada penyesalan lantaran dulu tak berani memperjuangkan cintanya dan memilih menjadi pecund4ng pergi ke Jepang.Bastian membingkai wajah Keysha dan mengusap sisa air yang masih basah di pipinya."Dengarkan aku, Key. Tatap mataku, jujur padaku, apa kamu masih mencintaiku? Mulutmu mungkin akan menyatakan tidak, tapi di matamu, aku bisa melihat betapa kamu masih mencintaiku. Sama seperti yang aku rasakan kepadamu. Jadi aku mohon, jangan tinggalkan aku." Ucapan Bastian penuh harap.Keysha tak berani menjawab apapun meski dia tidak bisa mengelak jika memang apa yang dikatakan Bastian adalah benar. Kedua mata mereka berkaca-kaca saling menatap, ada rasa nyeri di hati saat mereka meratapi perpisahan bisa terjadi kapan saja. Kedua tangan Ba
Aku bingung mau menjawab apa atas pertanyaan Ibu Danisa."Bukannya gadis itu cantik? Bagaimana menurutmu, Key? Apa kamu setuju kalau Bastian menikahi Amelia?" tanyanya membuat aku dan Bastian saling melempar pandang.Mungkin Bastian sedang menunggu jawaban dariku, dengan begitu dia dapat mengukur berapa kadar cintaku kepadanya.Lama-lama aku bisa menerka apa yang sedang direncanakan Ibu Danisa kepadaku terhadap pertanyaan tersebut. Pasti bukan ingin membuat Bastian bangkit dari keterpurukannya setelah ditinggal nikah olehku. Aku tahu bagaimana perasaan beliau kala melihat putranya menderita dan tak punya semangat hidup.Hubunganku dan Bu Danisa selama ini cukup baik. Dia wanita yang ramah dan lembut. Tak pernah sekalipun aku melihatnya marah atau kesal kepada Bastian. Bahkan dulu, aku pernah berandai suatu saat aku akan menjadi menantu dan dia menjadi mertuaku."Bu, aku sudah pernah bilang, aku nggak akan nikah dengan siapapun kecuali dengan Keysha."Astaga, jawaban Bastian membuatku
"Kenapa kalian menangis?" ucap Bastian mendekati kita. Kulihat ada sedikit basah di sudut matanya. Apakah dia ikut menangis? Jika aku bertanya, ia pasti akan mengelak. Bisa jadi, mungkin dia terharu dengan ucapan ibu. Lalu, Bu Danisa dan aku terkekeh geli, menyudahi rasa sedih yang melanda hati kita masing-masing."Sering-sering kunjungi Ibu, ya? Ajak Gita juga." katanya sambil menepuk lenganku.Aku mengangguk."Sabar, Bu. Tunggu aku menikahinya, mereka berdua akan tinggal bersama kita," kata Bastian, membuatku menyikut tubuh dan melotot ke arahnya.Dia mengaduh kesakitan dan mengelus bagian yang aku sikut tadi. Lalu, ia tersenyum yang menyadarkanku bahwa pria itu memang sangat rupawan."Ada sesuatu yang tidak bisa kita paksakan. Karena ada hati orang lain yang harus kita jaga perasaannya." Perkataan ibu sangat bijak, aku pun setuju dengannya."Itu benar, Bu," kataku.Bastian menarik napas dan membuangnya kasar. Mungkin dia tidak setuju dengan kalimat ibu. Ya sudahlah, terserah dia s
Bastian bungkam dan terlihat enggan menjawab pertanyaan. Setelah membuka jendela kaca mobil, dia menekan tombol merah dan kertas parkir pun keluar. Lalu, dia melajukan mobil dengan pelan dan mencari tempat yang kosong untuk memarkirkan mobil.Gita yang tadinya duduk bersandar, seketika menegakkan tubuh dan mengedarkan pandangan ke sekeliling."Kita mau jalan-jalan ya, Om?" Dia membalikkan badan menghadap Bastian."Iya, Sayang." Tangan kiri mengusap kepalanya dengan lembut dan memamerkan senyum manis."Hole!" Wajah bocah tiga tahun itu seketika menjadi riang setelah melihat bangunan megah yang dipenuh lampu."Tapi ini udah malam, Bas. Kita bisa pergi nanti Minggu siang." Keysha melirik jam yang ada di tangannya."Iya, tapi bukan dengan aku, kan?" jawabnya cepat, membuat Keysha membuang napas berat. Ia tak suka dengan tindakan Bastian kali ini. Jam tujuh lewat 30 menit seharusnya mereka sudah ada di rumah. Bagaimana kalau nanti Ikbal meneleponnya? Apa yang akan ia katakan?"Sudahlah,
"Eh, sekretarisku. Ini habis dari kantor. Lembur ada meeting dadakan." Ronald menjawab sedikit salah tingkah. "Kalau anak ini?" Keysha mengelus kepala anak kecil itu dengan lembut. Anak itu mundur dan bersembunyi di belakang gadis yang Keysha belum tahu namanya."Anaknya Bagas, tahu kan?""Bagas, adik kamu?" Bastian menerkanya.Dia mengangguk, "istrinya baru meninggal enam bulan yang lalu, kecelakaan.""Inalilahi ... Sorry ya, aku enggak tahu." "Ya, enggak apa-apa. Jadi sekarang aku yang merawatnya dan kadang gantian sama mama.""Oh, sekretarismu bantuin kamu jaga anak ini juga?" Keysha melihat keakraban dari mereka, anak itu terkesan nyaman memegang tangan sang sekretaris."Halalin segera, biar enggak jadi cibiran orang, masa sekretaris merangkap jadi babysitter." Keysha menggodanya. "Iya, iya, tunggu aja undangannya." Ronald menyambut godaannya dengan kekehan. "Gitu dong move on, bagaiman
"Iya setelah dapat dan sekarang body-ku enggak seksi lagi? Mulai pelan mencampakkanku." Mulutnya tak berhenti menggerutu seperti langkahnya yang terus melaju.Perlahan, Bastian bisa membaca aura kecemburuan dari istrinya semakin memuncak. Dia pun menarik sedikit kedua sudut bibir dan menarik lengan Keysha. "Hei, kamu cemburu?" Wanita itu menahan kaki lagi dan menatap lekat suaminya. Mau mengakuinya, tetapi kok, malu. Namun, syukurlah akhirnya dia peka, batinnya."Au ah, gelap." Lalu, Keysha kembali melangkah menjauhi pemilik mata elang itu. Sementara Bastian masih terpaku memandang punggung Keysha yang semakin lama semakin menjauh."Jadi mikir nih untuk punya anak kedua kalau ngidamnya kayak gini. Parah, kudu siapin stok kesabaran berkarung-karung. Perasaan dulu dia enggak pernah cemburuan kayak begini banget. Selalu percaya karena dia tahu sebesar apa cintaku untuknya." Bastian bermonolog dalam hati sembari menggele
"Sayang, kita ke sana, yuk! Biar kamu minum teh hanget dulu. Sekalian sarapan, aku khawatir kamu masuk angin." Mata Keysha mengikuti arah pandang suaminya. Sebuah tenda kaki lima orang berjualan makanan."Kamu mau makan apa?" tanya Bastian yang duduknya agak berjauhan dengan Keysha. "Ada bubur, soto Surabaya ama tupat tahu.""Bubur aja." Sorot matanya tertuju ke gerobak mamang yang berbaju kuning. "Buburnya enggak pake sambal, kacang, kerupuk dan satu lagi, enggak pake lama." Bastian geleng-geleng lalu menuju ke mamang berbaju kuning itu kemudian kembali duduk di tempat semula. Suasana di sana masih belum begitu ramai "Nih, minum dulu." Teh hangat disodorkan di depannya.Ada resah di wajah suami melihat acara muntah-muntah tadi. Bibir Keysha sedikit pucat dan paras terlihat lemas. Bukannya dia tidak mau membantu, kalian bisa tahu, kan reaksinya, gaes.Dua bubur panas tersaji di meja. Baru beberapa suap bubur itu masuk
"Mau ke mana, Sayang?" tanya Bastian ketika melihat Keysha bersiap dengan kaos lebar yang menutup perut buncitnya dan celana panjang lengkap dengan sepatu kets."Mau jalan keliling kompleks. Kata dokter kalo mau normal, kudu banyak jalan." Keysha berlalu begitu saja melewatinya. "Tunggu, aku temani, ya. Mumpung Sabtu, aku hari ini enggak ke kantor." Bastian beranjak dari duduk dan berjalan menuju ke arahnya."Enggak usah, Mas. Aku bisa sendiri. Kamu jangan mendekat." Dia membentang salah satu tangannya dan tangan lain menutup hidung."Astaga. Iya, aku jaga jarak nanti pas kamu jalan. Aku enggak dekat-dekat. Kamu di depan, entar aku ikutin kamu dari belakang. Aku cuma ingin temani, enggak mau kamu kenapa-napa nanti. Itu aja, oke?" Lelaki itu menahan langkah dan memberi penjelasan. Berharap dia diizinkan ikut. Dia hanya ingin pastikan kalau istrinya aman-aman saja saat jalan pagi.Dengan terpaksa, Keysha mengangguk setuju, "tapi
"Tapi waktu itu kamu jadi pergi 'kan?" Ibu memotong pembicaraannya."Iya, mau enggak mau, bisnis itu penting sekali. Tapi apa, Bu? Tiap jam aku harus video call-an. Terus, pas dia mau tidur, aku harus tunggu dia sampai tidur, baru boleh dimatiin video call-nya. Itu pun karena aku suruh dia ambil bajuku untuk dia cium. Manjanya kelewatan banget. Sementara tadi?"Bastian menarik napas panjang sebelum melanjutkan keluhannya."Bekas saliman tangan dan bekas kecupan di kening, buru-buru dia cuci. Kayak jijik gitu sentuhan suaminya."Kalimat terakhirnya beriringan dengan gelak tawa Danisa."Sabar. Sabar." Wanita mengelus lengannya. Tawaan itu belum berakhir, masih berlanjut untuk beberapa detik kemudian."Perasaan, istri teman-temanku kalau ngidam enggak kayak gitu deh. Ngidamnya cuman makanan doang, martabak, soto, bakso, atau apa gitu. Istriku, kok, beda, ya?""Iya, itu yang Ibu bilang tadi, reaksi setiap ibu hamil itu beda-beda. Ada yang ngidam makanan,
"Bentar, nih mau cukur dulu. Udah lebat." Berbagai alasan dia lontarkan untuk mengulur waktu agar bisa berlama-lama berada di kamar, syukur-syukur dia diizinkan tidur di kamar itu lagi."Enggak pake acara cukur-cukuran. Ayo, silakan keluar! Cukur di kamar tamu." Sekuat tenaga dia mendorong lagi tubuh suaminya. Sebenarnya bukan sang suami tidak bisa menahan tubuh, dia hanya melihat kondisi tubuh sang istri seperti itu. Dia tidak tega menggunakan tenaga untuk memaksa mempertahankan diri. Pintu kamar segera dikunci ketika sang suami berhasil diseret ke luar."Key, jangan gitu dong. Sayang, please, salahku apa? Izinkan aku tidur di sini malam ini." Lelaki itu masih mengiba, berharap hati Keysha luluh. Akan tetapi, usaha permohonannya tidak digubris sang istri. Tidak ada sahutan apapun di balik pintu kamar itu."Key, tolong bukakan pintu, aku lupa sesuatu. Madu yang kamu beli, ketinggalan di kamar. Please izinkan aku masuk untuk mengambilnya." Wajahny
Extra part 1"Mau ngapain kamu ke sini, Mas?" Wajah jutek Keysha di balik pintu kamar kala membuka pintu setelah mendengar ada ketukan."Mau mandi, nih, habis pulang dari kantor, gerah." Sang suami masuk dengan santai sambil melonggarkan dasi yang seakan mencekiknya seharian. "Di kamar tamu, kan ada kamar mandi juga, kenapa enggak mandi di situ aja?" Wajahnya masih menunjukkan ketidakrelaan sang suami masuk ke kamar."Di sana kamar mandinya enggak ada air panas, water heater-nya rusak. Kamu juga tahu, kan?" Bastian masih dengan nada selembut mungkin, membuka jam tangan branded yang melingkar di pergelangan tangan dan meletakkan tas kerja di meja.Tatapan Keysha masih menyoroti setiap gerak-geriknya sambil menutup hidungnya."Suami pulang bukan disalim, eh, matanya jutek gitu, sih?" Sengaja lelaki berkemeja putih itu mengulurkan tangannya untuk disalam.Dengan malas akhirnya Keysha mendekati, meraih dan mencium punggung
Bastian paling pintar menggombali mantan pacarnya. Keysha yang mendapatkan kalimat itu langsung merasa melayang jauh di angkasa. Rona wajah si istri pun mulai memerah. Dia pun menggigit bibir menahan untuk tidak tersenyum."Kupastikan kamu tidak bisa ke mana-mana lagi. Kamu sudah menjadi milikku seutuhnya. Aku tidak akan segan-segan membawamu ke puncak kebahagiaan yang selama ini sudah tertunda akibat ketidak-gentle-anku waktu itu.""Sorry ya, waktu itu aku yang menikah duluan, aku...." Kalimat Keysha terpangkas karena aksi kilat Bastian. Lelaki itu menghentikan paksa kalimatnya dengan mengecup bibirnya lalu menarik diri.Mata Keysha melebar saat mendapatkan perlakuan nakal dari mantan pacar yang kini sah menjadi suaminya. Bertahun-tahun pacaran dulu, mereka tidak pernah sekalipun melakukan hubungan seintim itu. Mereka hanya sekadar melakukan genggaman tangan, pelukan dan kecupan kening."Kamu dengar, Key. Memang kamu istri keduaku, tapi aku pastikan sekara
Air mata Tisna pun luluh begitu saja tanpa ditahan. Dia sangat senang bisa menjadi istri dari lelaki itu. Meski dia tahu, maut yang ada di depannya sekarang akan memisahkan mereka."Mas, aku titip Keysha. Aku mohon kamu jangan pernah menyakiti perasaannya. Awas aja kalau nanti dia ngadu kalau kamu mem-bully dia." Wanita itu menoleh ke arah Keysha, begitu juga dengan Bastian yang melirik sekilas ke arahnya."Iya, aku janji." ***"Gimana saksi? Sah?""Sah.""Sah."Untaian doa pun terdengar sebelum Keysha mencium tangan suami barunya dan disusul kecupan kening Keysha dari Bastian. Mata pengantin wanita tak sengaja mengarah ke arah Tisna yang sedang memejamkan mata seperti tertidur. "Tisna?" Bergegas Keysha berlari menghampiri temannya yang duduk di kursi roda dengan tangan yang sudah terlulai lemas. Keysha meraih tangan yang dingin, diraba denyut nadi yang tak bernada. Hampir semua orang mengelilingi dan menatap iba wanita itu yang terlihat s