Arga dan Cindi masuk ke dalam kamar mandi dengan tetap dikawal beberapa orang yang berjaga di depan pintu masuk.Arga berusaha mencari cara agar bisa lari dari sana. Dia mencari celah dari kamar mandi agar bisa keluar. Kebetulan kamar mandi yang dia gunakan ada ventilasi yang cukup jika digunakan untuk tubuhnya. "Aku hidupkan kerannya dulu agar mereka tidak curiga," gumam Arga. Cukup mudah bagi Arga untuk masuk ke dalam ventilasi yang memang kacanya sudah tidak ada karena pecah. Dengan sangat hati-hati, Arga naik ke closet duduk di kamar mandi itu dan mulai memasukkan satu kakinya ke dalam ventilasi.Brak!Tanpa sengaja kaki Arga yang satu lagi menjatuhkan botol sampo yang ada di dalam. Sontak hal itu membuat anak buah Mami Mey curiga. "Hey, buka!" Dengan menggedor-gedor pintu, anak buah Mami Mey memanggil Arga. "Buka atau aku dobrak! Satu ... " Arga benar-benar panik karena dia bisa ketahuan sebelum dirinya berhasil pergi dari sana. Sebelum anak buah Mami Mey mendobrak pintu, Ar
Sungguh kali ini hati Arga benar-benar melow. Dia berada di masjid itu sampai waktu Maghrib. Setelah sholat Maghrib, ada kajian di masjid yang dia singgahi itu. "Rasulullah SAW bersabda "Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya dan aku adalah orang yang terbaik di antara kalian terhadap istriku" (HR. At-Tirmidzi no 3895, Ibnu Majah no 1977. Disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Sahihah no 285).""Selain itu Rasulullah SAW juga bersabda; "Orang yang imannya paling sempurna di antara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istrinya" (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)"Hadist yang disampaikan oleh penceramah seolah menampar Arga. Dia yang selama ini bersikap cuek bahkan cenderung kasar pada Nirmala semakin merasa bersalah setelah mendengarkan ceramah itu."Astaghfirullah al'adzim! Ternyata memang selama ini aku sangat dzalim pada Nirmala. Astaghfirullah!" Berulang kali Arga mengu
Saat menunggu mobilnya selesai diganti ban, tanpa sengaja Raga mendengar bunyi perut Arga. Dia pun menoleh ke arah Arga yang tengah memegangi perutnya yang lapar."Kamu lapar? Mau makan dulu? Yuk!" ajak Raga. Sungguh, tidak ada kata dendam ataupun kebencian dari mulut Raga. Bahkan dia merasa prihatin dengan kondisi Arga saat ini.Karena sudah tidak tahan lagi menahan lapar, Arga menerima ajakan Raga walaupun dia sedikit malu. Kebetulan tak jauh dari tempat mereka saat ini ada warung Padang. Di sanalah mereka makan bersama.Selesai mereka makan, ternyata mobil Raga juga sudah siap. Berangkat lah mereka bersama-sama naik mobil Raga. Tak ada sedikitpun percakapan diantara keduanya. Hingga sampailah mereka di tempat tinggal Raga yang dulu. Tempat tinggal Tante Ria juga."Kenapa kemari?" tanya Arga lirih."Ayo turun! Nanti kamu juga akan tahu," pinta Raga sembari melepas sabuk pengaman yang dia kenakan. Arga pun mengikuti dibelakang Raga. Sungguh, seperti flashback ke masa lalu dimana d
Hari yang ditunggu Nirmala telah tiba. Hari ini sidang perceraiannya yang pertama. Tentu saja dia sangat gugup karena dia baru pertama kali menghadapi persidangan."Tenang, gak usah gugup, Dek. Abang dan Kakakmu akan selalu bersamamu," ujar Kak Aisyah memberikan semangat untuk Nirmala."Terima kasih, ya, Kak. Tanpa kalian, Nirmala gak akan kuat untuk berdiri lagi." Nirmala memeluk erat kakak iparnya itu. "Ya sudah, ayo kita berangkat!" ajak Ridwan memecah keharuan kedua perempuan itu.Semakin dekat dengan pengadilan agama, jantung hati Nirmala semakin berdetak kencang. Dia takut jika nantinya, Arga akan mempersulit Nirmala."Bismillahirrahmanirrahim! Semoga Mas Arga tidak akan membuat masalah dan semoga Mas Arga mau datang. Aamiin!" Doa Nirmala dalam hati. Ridwan sudah menyewa pengacara untuk membantu perceraian adiknya itu. Dan pengacara itu sudah menunggu mereka.Karena banyaknya bisnis yang digeluti Ridwan, mudah baginya meminta bantuan temannya yang punya kenalan pengacara."Nan
"Bismillahirrahmanirrahim! Ini memang keputusan yang tepat agar Nirmala bisa bahagia. Ayo Arga, kamu jangan lemah!" ucap Arga pada dirinya sendiri.Dengan langkah mantap, Arga masuk ke pengadilan agama seorang diri tanpa didampingi oleh pengacara. Saat masuk ke dalam ruang sidang, matanya menatap sosok istri yang sudah sejak lama dia tinggal. Bahkan sejak masih tinggal bersama selalu dia sakiti secara verbal.Mata mereka beradu tapi tak sedikitpun ada pembicaraan di antara mereka berdua. Sidang pun berjalan lancar. Tak ada tuntutan apapun dari kedua belah pihak dan mereka berdua sepakat untuk bercerai."La, maafkan semua kesalahanku, ya. Aku harap setelah ini, kamu akan lebih bahagia," ucap Arga. Dia menghampiri Nirmala setelah sidang selesai."Maafkan kesalahanku juga selama menjadi istrimu, Mas. Semoga tidak ada dendam setelah ini dan Mas Arga bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Aamiin!""Aamiin!" sahut Arga. Setelah itu, Arga berpamitan untuk pulang lebih dahulu. Satu Minggu la
Arga benar-benar sudah ikhlas dengan nasib pernikahannya dengan Nirmala. Dia sudah tidak ingin membuat Nirmala menderita tanpa kejelasan status.Saat sidang berlangsung, Arga tidak begitu banyak bicara. Bahkan dia juga ikut setuju untuk mempercepat proses perceraian itu.Setelah meminta maaf pada Nirmala, Arga pamit terlebih dahulu meninggalkan ruang sidang itu. Baru saja dia hendak keluar dari kantor pengadilan agama, ada yang memanggilnya."Mas Arga!" Suara laki-laki terdengar dari belakangnya.Arga menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Terlihat ada seorang laki-laki yang berjalan menghampirinya."Kamu, kan ....?" Ucapan Arga menggantung.Laki-laki itu tersenyum dan berkata," Iya, saya pengacara Nirmala tadi."Ternyata Farhan buru-buru berpamitan pada Nirmala karena hendak menyusul Arga. Ada hal yang ingin dia sam
"Mas Arga! Tolong, Pak! Tolong, Bu! Tolong panggilkan ambulans!" seru Nirmala."Bang ... Bang Ridwan!" Nirmala berlari ke arah kakaknya dengan tak kuasa menahan air mata."Kamu kenapa, La? Ada apa? Di sana ada apa? Kenapa kamu sampai nangis begini?" tanya Ridwan yang panik melihat adiknya menangis."Iya, La, kenapa kamu menangis?" sambung Aisyah yang tak kalah panik."Mas Arga, Bang ... Mas Arga!" Tangisan Nirmala semakin kencang. Tangannya menunjuk ke arah kerumunan."Dek, tenangkan Nirmala. Abang mau lihat ke sana," kata Ridwan pada istrinya."Iya, Bang."Setelah tahu yang terjadi di sana, Ridwan juga ikut terkejut. Tak lama kemudian ada mobil ambulans datang dan membawa Arga ke rumah sakit.***"Pasien atas nama Arga!" seru seorang perawat yang baru saja keluar dari ruang tindakan
"Pasien saat ini masih belum sadarkan diri. Luka tusukannya cukup dalam dan korban kehilangan banyak darah. Kita tunggu saja sampai kami observasi perkembangan selanjutnya," terang Dokter berbadan tambun itu."Astaghfirullah al'adzim! Baik, Dok, terima kasih."Nirmala tak bisa berkata-kata. Dia turut prihatin dengan kejadian yang menimpa yang menimpa Arga. Alhamdulillah kakaknya mau membantu Arga dengan membayar biaya rumah sakit.Nirmala membantu Arga bukan karena masih cinta padanya. Sebagai seseorang yang pernah mengisi hatinya, dia melakukan hal itu sebagai wujud kemanusiaan saja.Dua jam setelah tindakan, Arga tak kunjung sadar. Bahkan dia sempat kejang dan membuat Nirmala panik."Dok! Dokter ... tolong!" teriak Nirmala keluar dari ruangan Arga.Dokter dan perawat berhamburan ke dalam dan Nirmala diminta untuk menunggu lagi di luar ruangan.