Beranda / Romansa / Aksa! / Menunggu Aksa

Share

Menunggu Aksa

Penulis: PlutoPen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aksa sudah dirawat di Rumah Sakit Pelita selama tiga hari. Kondisinya masih sangat buruk. Dan tidak ada tanda-tanda kalau laki-laki itu akan segera bangun dari tidur panjangnya.

Fanny yang tau kalau Aksa tidak kunjung bangun hanya bisa menangis tiap malam. Karena waktu adiknya itu semakin sedikit. Hanya tersisa empat hari lagi. Itu pun kalau Aksa bangun. Kalau tidak, maka kali ini ia akan benar-benar kehilangan adiknya itu.

Para ketua devisi yang mendengar hal itu langsung mengosongkan jadwal mereka untuk menjenguk mantan kapten mereka itu sebentar. 

Karena Aksa sedang koma, jadi tidak ada siapa pun yang boleh masuk ke dalam ruangan laki-laki itu selain pihak keluarga. Jadi sekarang semua yang sedang menjenguk laki-laki itu hanya bisa menatap laki-laki itu dari kaca pintu.

Berharap kalau laki-laki itu segera bangun. Dan sehat lagi. Agar mereka tidak perlu lagi merasakan rasa sakitnya kehilangan seseorang yang begitu mereka sayang.

Sekarang yan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aksa!   Jepit Rambut

    Azkia dan Pitaloka sudah berada di dalam kamar Achazia. Di sana banyak sekali barang milik Zia yang masih tertata rapih. Dan ditutupi oleh banyak debu.Azkia beranjak ke arah lemari, ia ingin mencari sebuah barang yang ada kaitannya dengan adiknya dan Aksa. Siapa tau barang itu ada di lemari.Sedangkan Pitaloka membuka laci meja belajar. Ia mencari di sana. Matanya membulat sempurna saat melihat sebuah foto Aksa dan Achazia yang terlihat sangat berbahagia.Ia lupa, kalau perempuan itu pernah mengisi hari-hari Aksa di masa lalu.Ia tidak ingin terpaku dengan foto itu. Jadi ia cari di laci yang lainnya. Dan ia menekan sebuah surat. Karena penasaran ia membuka surat itu lalu membaca surat itu dengan pelan."Alvin. Dengan surat ini aku mau minta maaf. Karena aku nggak bisa melanjutkan hubungan ini lagi. Kita berbeda. Dan kita nggak akan pernah bersatu. Jadi sebelum rasa cinta ini semakin besar, aku ingin hubungan ini berakhir. Dan sebagai tanda k

  • Aksa!   Telat!

    Pitaloka, Azkia, Elvano, dan Putra sudah sampai di depan ruangan Aksa. Dari luar, mereka bisa melihat para dokter yang sedang memompa jantung Aksa, agar jantung laki-laki itu kembali berdetak.Kondisi Aksa sekarang sudah sangat buruk. Satu-satunya yang bisa menyelamatkan laki-laki itu hanyalah sebuah keajaiban."Gimana rencana lo selanjutnya?" tanya Cakra sambil menatap Putra.'Kita nggak bisa ngelanjutin rencana kita. Kalau memang lo mau, gua bisa bawa lo dan salah satu dari kalian buat bertemu dengan Aksa untuk yang terakhir kalinya.'Putra sedikit kaget mendengar ucapan Zilka tersebut. Untuk terakhir kalinya? Berarti Aksa tidak akan pernah kembali lagi di dunia ini. Dan berarti mereka akan kehilangan Aksa untuk selama-lamanya."Fan. Gua tau ini berat buat lo. Tapi kalau lo mau, gua bisa anterin lo bertemu dengan jiwa Aksa untuk terakhir kalinya," ucap Putra sambil jongkok di depan Fanny.Semua yang ada di sana langsung terkejut saat

  • Aksa!   Dimensi

    Putra, Zilka, dan Fanny sudah sampai di ruang antah berantah. Di sana semuanya penuh dengan warna putih. Dan hawa di tempat itu membuat mereka sedikit pusing. Karena situasinya sangat berbeda dengan di bumi."Itu dia," ucap Zilka sambil menunjuk seorang laki-laki yang sedang tertidur dipangkuan seorang perempuanZilka kali ini bisa terlihat dengan mata telanjang. Bukan karena efek ruang hampa. Tetapi karena semua yang ada di sini hanyalah jiwa. Jadi sesama jiwa bisa melihat satu sama lain.Fanny membulatkan matanya sempurna. Saat melihat Aksa tertidur di pangkuan Zia.Fanny ingin berlari ke arah sana. Tetapi baru satu langkah, ia langsung ditarik oleh Zilka kembali ke tempat asal ia berdiri."Lo jangan maju. Kalau lo maju, jiwa lo nggak bakalan bisa balik lagi ke tubuh lo," ucap Zilka memperingati Fanny."Terus gimana cara kita nyadarin Aksa," ucap Fanny sambil menatap Zilka."Perempuan itu kelihatan sedang memanjakan Aksa. Dia

  • Aksa!   Sadar

    Mata Putra dan Fanny mulai terbuka sempurna. Saat mata mereka sudah terbuka sempurna, mereka melihat para sahabat mereka sedang memandangi wajah mereka."Ngapain lo lihat-lihat wajah gua? Naksir lo?" tanya Putra pada Elvano dan Cakra."Jijik gua. Mending gua lihatin foto artis daripada ngelihat wajah lo," jawab Cakra."Jadi gimana?" tanya Elvano.Putra hanya tersenyum kecil saat mendengar pertanyaan Elvano itu. Ia tidak bisa menjawab apa-apa. Karena ia memang belum tau bagaimana hasil akhirnya. Apakah Aksa memilih untuk kembali ke dunia. Atau ikut Zia ke alam selanjutnya.Tidak lama setelah itu, pintu ruangan Aksa dibuka. Keluar seorang dokter dari dalam ruangan tersebut, lalu melihat ke arah mereka."Keluarga Aksa mana?" tanya dokter tersebut."Saya kakaknya, Dok," ucap Fanny sambil berdiri."Saya ada berita baik dan berita buruk. Mana dulu yang mau kamu dengar?""Berita buruk dulu.""Berita buruknya saya nggak t

  • Aksa!   Aqilla dan Aqilla

    Aksa membuka matanya secara perlahan. Saat matanya sudah terbuka sempurna, ia melihat atap berwarna putih. Ia berpaling ke arah kirinya, ia melihat ada Fanny yang tertidur di sofa. Dan tidak jauh dari sana ada seorang laki-laki yang sedang menatap ke arah luar jendela."Papa," gumam Aksa dengan nada sangat pelan karena tenaganya masih belum begitu pulih.Robert yang mendengar suara pun langsung melihat ke arah Aksa. Betapa bahagianya ia saat melihat Aksa sudah membuka matanya lagi.Dengan penuh semangat ia mendekat ke arah kasur Aksa. Mengelus puncak kepala Aksa dengan lembut."Gimana sayang? Ada yang sakit? Papa panggilan dokter, ya," ucap Robert terburu-buru saking senangnya."Jangan berisik. Kakak masih tidur.""Iya. Papa panggilin dokter dulu, ya. Kamu baik-baik di sini."Robert pun berjalan keluar dari ruangan Aksa di rawat. Ia menemui suster, memberi tau kalau anaknya sudah sadar.Sedangkan Aksa hanya terbaring lema

  • Aksa!   Cerita Zia

    Cakra, Putra, dan Aqilla berada di kantin rumah sakit. Secara suka rela dan tanpa paksaan apa pun, Aqilla mau menceritakan tentang kisah percintaan Aksa dan Zia yang sudah lama terlupakan olehnya."Saat itu Aksa dan Zia satu kelas. Nah ada suatu kejadian di mana Zia dibully sama kakak kelas, di situ Aksa langsung ngamuk sampai-sampai mukul kakak kelas itu sampai kakaknya kelasnya terluka parah. Semenjak saat itu, Zia selalu ada di samping Aksa. Dan Aksa selalu melindungi Zia dari orang-orang jahat. Tapi suatu hari, Aksa tau kalau Zia dan dia beda keyakinan. Nah setelah itu Aksa sedikit demi sedikit mulai menjauhi Zia. Melihat Aksa jauh dari Zia, para kakak-kakak kelasnya langsung membully Zia habis-habisan, karena mereka mengira kalau Aksa nggak bakal ikut campur lagi. Tapi salah besar, Aksa mengamuk habis-habisan, sampai satu kelas dia bikin hancur. Saat hari itu juga, dia deklarasi kalau Zia adalah pacarnya. Semenjak itu nggak ada kakak kelas yang berani dekat-dekat dengan

  • Aksa!   Fanny mencari tau

    Fanny menatap secara saksama Aksa yang sedang menatap Pitaloka dengan tatapan kosong. Pitaloka sedang menyuapi laki-laki itu. Seharusnya laki-laki itu senang. Tetapi kenapa laki-laki itu terlihat seperti orang yang kesepian.Entah kenapa, Fanny sangat tidak menyukai tatapan seorang Aksa yang sekarang. Aksa yang sekarang sangat berbeda dengan Aksa yang dulu ia kenal. Aksa yang dulu ia kenal, tatapan matanya terasa sangat hangat, memberi kenyamanan tersendiri bagi orang yang menatap matanya. Sedangkan Aksa yang sekarang, tatapan matanya terasa kosong, membuat semua orang yang menatapnya merasa kasian.Dan mungkin Pitaloka juga menyadari itu. Perempuan itu sangat mencintai Aksa. Jadi pasti perempuan itu tau kalau tatapan Aksa sangat berbeda.Fanny berdiri dari sofa. Berjalan mendekat ke arah almari kecil yang ada di dekat kasur Aksa. Ia mengambil sebuah handphone yang ia percaya handphone itu lah yang digunakan Aksa untuk menghubungi Aqilla."Ni handphone si

  • Aksa!   Pandangan Aqilla

    Setelah nasi gorengnya telah dimakan habis oleh Aksa. Pitaloka pun langsung membuang bungkus tersebut ke tempat sampah. Lalu kembali lagi duduk di kursi yang berada tepat di samping kasur Aksa. Ia menatap wajah kekasihnya itu dengan saksama. Entah kenapa, ia merasa ada perbedaan besar dengan ekspresi wajah laki-laki itu saat Aqilla dan Aqilla pergi. "Sa. Lo sayang sama Qilla?" tanya Pitaloka sambil menggenggam erat telapak tangan Aksa. Aksa sedikit kaget saat Pitaloka tiba-tiba menanyakan hal tersebut. Saat perasaan kagetnya sudah hilang, gantian senyuman lebar yang muncul di bibirnya. "Kenapa lo berpikiran seperti itu?" tanya Aksa sambil menatap wajah Pitaloka. "Ya karena beda aja ekspresi lo saat ada dia dan nggak ada dia di ruangan ini," jawab Pitaloka. "Gua akuin, gua nyaman kalau ada di dekat dia. Tapi kalau perasaan sayang, enggak. Gua nggak sayang sama dia." "Kenapa lo nyaman sama dia?" "Karena dia asal cep

Bab terbaru

  • Aksa!   Bonus

    Atlanta sekarang sudah beranjak remaja. Sekarang ia sudah resmi menjadi murid SMA Nusa Bangsa. Dan sudah mendapatkan satu teman saat masa MOS.Hari-hari yang ia jalani sangatlah membosankan. Karena setiap hari ia hanya di rumah. Menonton TV, membaca buku, mengerjakan soal-soal. Cuma itu kegiatannya.Tetapi itu semua akan berubah jika Aksa datang. Kedatangan laki-laki itu membuat harinya menjadi lebih menyenangkan. Setiap laki-laki itu datang, pasti laki-laki itu akan membawanya jalan-jalan berkeliling kota, membeli es krim di suatu tempat, dan bermain bersama-sama. Tetapi sangat disayangkan, karena laki-laki itu sangat jarang berkunjung.Dan seperti hari ini. Atlanta sangat bosan. Makanya ia memutuskan untuk kembali ke kamar. Tetapi di tengah jalan atau tepatnya di depan sebuah pintu kamar, ia hentikan langkahnya.Sekarang ia ada di depan pintu kamar yang selalu terkunci. Kamar itu sangat jarang dibuka dan kalau pun dibuka pasti saat itu Atlanta sedang ti

  • Aksa!   Pitaloka Aurora

    Tiga tahun sudah semenjak hari pernikahan Aksa dan Fanny. Betapa bahagianya Cakra saat mendengar Fanny sudah melahirkan bayinya dengan selamat. Dengan kecepatan penuh, Cakra mengendarai motornya ke rumah sakit, untuk menjenguk perempuan itu dan mengucapakan selamat pada sahabatnya karena sudah menjadi seorang ayah.Saat sudah sampai di rumah sakit. Dengan cepat Cakra langsung berlari ke arah ruang perawatan Fanny. Saat sudah sampai di ruangan tersebut, Cakra melihat Aksa yang sedang duduk di sofa menemani Fanny yang sedang tertidur lelap."Yo, Kapten," ucap Cakra sambil memasuki ruangan."Yo. Lama nggak ketemu," ucap Aksa sambil mengalihkan pandangannya ke arah Cakra."Kan sekarang lo sudah jadi seorang ayah, nih. Ceritalah gimana perasaan lo sekarang.""Bahagia banget. Saking bahagianya gua nggak tau bagaimana cara ngasih taunya ke lo.""Oh, begitu. Kalau 'gitu udah cukup. Asalkan lo bahagia itu sudah cukup."Pandangan Cakra beralih

  • Aksa!   Pesta Pernikahan

    Cakra mengambil sebuah dua gelas minuman di atas meja, lalu berjalan menuju Putra yang sedang berkumpul bersama anggota Natch.Cakra menyodorkan salah satu gelasnya ke arah Putra. Sebagai isyarat untuk laki-laki itu minum minuman tersebut. Dan dengan senang hati Putra menerima minuman itu, lalu meminumnya sedikit."Semuanya datang?" tanya Cakra sambil menatap Putra."Dua puluh persen dari anggota Heaven datang," jawab Putra setelah meminum minumannya."Kok cuma dua puluh persen? Bukannya semua anggota Heaven diundang?""Mereka bakalan datang kalau semua tamu undangan yang lainnya sudah pulang. Pikirin aja baik-baik, kalau mereka semua datang sekarang, tempat ini bakalan penuh dengan anak geng motor, nanti para tamu undangan yang lain pada takut. Bisa-bisa acara ini jadi hancur.""Benar juga, ya. Tumben otak lo lancar.""Otak gua memang lancar. Noh otak lu yang mampet."Cakra tersenyum kecil mendengar itu. Pandangann

  • Aksa!   Meminta izin

    Malam hari ini, Azkia menginap di rumah Aksa. Karena besok ia harus membantu Shila untuk mempersiapkan semuanya yang dibutuhkan saat acara pernikahan Aksa dan Fanny.Di kamar tamu lah ia berada sekarang. Ia sudah sangat sering menggunakan kamar tamu ini. Bahkan saking seringnya ia tidur di kamar ini, ia sampai-sampai sudah menganggap kamar tamu ini adalah kamarnya sendiri.Azkia tersenyum tipis, saat melihat Aksa memasuki kamarnya. Ia menatap wajah Aksa dengan saksama, seakan bertanya alasan kenapa laki-laki itu datang ke kamarnya malam-malam seperti ini.Mengetahui ada Aksa, Azkia langsung duduk di pinggir kasur. Supaya lebih sopan. Karena bagaimana pun Aksa lah tuan rumah. Jadi kurang sopan jika ia tiduran di atas kasur, saat ada laki-laki itu.Azkia terheran-heran saat tiba-tiba Aksa jongkok tepat di hadapannya. Ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang dilakukan laki-laki itu? Memasuki kamarnya tanpa sepatah kata pun, lalu tiba-tiba jongkok d

  • Aksa!   Mengantar undangan

    Aksa menatap Azkia secara saksama. Sejak tadi perempuan itu terus mengoceh hal-hal yang tidak penting. Dan Aksa hanya diam sambil berharap kalau ocehan Azkia akan segera berakhir.Dan harapan Aksa menjadi kenyataan. Tetapi itu bukan karena Azkia sudah selesai dengan ocehannya. Melainkan karena Fanny datang ke rumahnya. Dan sekarang sedang menunggunya di ruang tamu."Besok penentuan hari pernikahan lo sama Fanny. Jadi gua mohon jangan ikut-ikutan kalau Heaven sedang ada masalah dengan geng motor lain. Karena itu sangat berbahaya bagi lo," ucap Azkia sambil meredakan emosinya."Kalau gua sampai ikutan?" tanya Aksa dengan polosnya."Gua nggak bakalan izinin lo keluar dari kamar. Gua bakalan kunci kamar lo sampai seminggu, biar lo mati bosan di dalam kamar.""Wih, ngeri amat. Lo ini seorang kakak atau pembunuh kejam?""Dua-duanya. Kenapa? Mau ngeluh? Gua bilangin ke Bunda nih ya kalau lo nggak mau nurut sama gua.""Aduh, mainnya nga

  • Aksa!   Bertemu Atlanta

    Fitri tersenyum lebar saat melihat Aksa sekarang sedang berada di depan rumahnya bersama dengan Fanny. Sudah lama sekali, laki-laki itu tidak kembali ke rumahnya. Sekalinya laki-laki itu kembali hanya sekedar untuk mengantarkan Fanny.Rasanya miris sekali, saat mengingat bahwa dulu Aksa adalah bagian dari keluarganya. Tetapi sekarang Aksa sudah terlihat seperti orang asing. Yang bahkan sama sekali tidak terlihat merindukannya."Nggak masuk dulu?" tanya Fitri saat Aksa mau berbalik.Gerakan Aksa langsung terhenti saat mendengar suara Fitri. Rasa rindu yang selama ini ia telah lupakan, sekarang kembali muncul. Membuatnya ingin memeluk tubuh Fitri dengan erat. Lalu melepaskan semua rasa rindu yang telah ia simpan rapih-rapih selama ini."Saya harus kembali ke rumah sakit untuk membantu Bunda. Jadi mungkin lain waktu," ucap Aksa lalu tersenyum kecil."Atlanta juga butuh sosok kakak laki-laki. Jadi bisa temui dia? Biar dia tau kalau dia punya kakak laki

  • Aksa!   Warung ramen

    Aksa menatap perempuan yang ada di hadapannya secara saksama. Ini sama sekali tidak ada di dalam rencananya. Sebelumnya ia hanya berencana makan ramen bersama Putra sambil membahas beberapa hal. Tetapi siapa sangka Azkia dan Fanny berada di sana juga.Dengan paksaan Putra, akhirnya Aksa mau berbagi meja dengan Azkia dan Fanny. Sebenarnya ini adalah rencana Putra dan Azkia. Mereka memang sengaja mengajak Aksa dan Fanny ke warung ini, supaya hubungan mereka bisa menjadi lebih dekat.Dan rencana mereka untuk mempertemukan Aksa dan Fanny berhasil.Aksa menatap wajah Azkia. Mempertanyakan kenapa perempuan itu bisa berada di warung tersebut bersama Fanny. Tetapi hanya dibalas dengan senyuman oleh Azkia."Mau pesan apa, Vin?" ucap seorang perempuan yang bertugas untuk mencatat pesanan Aksa dan teman-temannya.Sontak Fanny, Azkia, dan Putra langsung merasa terheran-heran. Pasalnya perempuan itu memanggil Aksa dengan nama Alvin. Yang artinya perempuan

  • Aksa!   Putra menyerah

    Sekarang Aksa dan Putra sedang ada di markas besar Heaven. Putra sengaja mengajak Aksa bertemu di sini, agar tidak ada yang menganggu perbicangan mereka. Karena saat ini Putra ingin membicarakan hal yang sangat penting. Dan hal itu sangat bersangkutan dengan kebahagiaan dua orang yang ia sayang.Aksa dan Putra berdiri saling berhadapan. Putra tersenyum lebar, lalu melayangkan sebuah pukulan cepat. Putra sengaja fokus kecepatan bukan kekuatan, karena ia tau kalau ia fokus pada kekuatan, maka kecepatan tangannya akan berkurang dan Aksa akan menangkis pukulannya dengan sempurna.Aksa menyentuh pipinya yang baru saja terkenal pukulan Putra. Ia merasa sedikit nyeri, karena sudah lama tidak merasakan pukulan. Terlebih lagi, pukulan sahabatnya itu memang tidak bisa diremehkan."Lo cinta sama Fanny?" tanya Putra sambil menatap tajam Aksa."Kenapa lo tiba-tiba tanya begitu?" tanya Aksa sambil menatap sinis Putra."Karena gua cinta sama dia.""K

  • Aksa!   Kesalahan Fanny

    Fanny menatap secara saksama Aqilla yang duduk di seberangnya. Ia sedikit kaget, saat tiba-tiba perempuan itu datang ke rumahnya lalu meminta waktunya sedikit untuk hanya sekedar berbicara tentang Aksa.Dari raut wajah perempuan itu, sepertinya perempuan itu sedang dalam mood yang buruk. Tetapi apa yang membuat sahabatnya itu terlihat seperti itu?"Jujur sama gua. Apa lo pernah bilang sesuatu ke Aksa? Sampai-sampai dia nggak percaya kalau lo cinta sama dia?" tanya Aqilla secara tiba-tiba.Fanny tertegun saat mendengar hal itu. Secara frontal Aqilla menanyakan hal seperti kepadanya. Seakan perempuan itu sangat yakin kalau dirinya pernah melakukan hal itu dengan sengaja."Setahu gua sih nggak pernah," jawab Fanny dengan ragu."Jangan bohong. Karena ini menyangkut masa depan lo sama Aksa," ucap Aqilla sambil menatap tajam Fanny."Enggak, Qilla. Emang kenapa, sih?""Aksa merasa kalau lo nggak cinta sama dia. Makanya sampai sekarang

DMCA.com Protection Status