Cakra, Putra, dan Aqilla berada di kantin rumah sakit. Secara suka rela dan tanpa paksaan apa pun, Aqilla mau menceritakan tentang kisah percintaan Aksa dan Zia yang sudah lama terlupakan olehnya.
"Saat itu Aksa dan Zia satu kelas. Nah ada suatu kejadian di mana Zia dibully sama kakak kelas, di situ Aksa langsung ngamuk sampai-sampai mukul kakak kelas itu sampai kakaknya kelasnya terluka parah. Semenjak saat itu, Zia selalu ada di samping Aksa. Dan Aksa selalu melindungi Zia dari orang-orang jahat. Tapi suatu hari, Aksa tau kalau Zia dan dia beda keyakinan. Nah setelah itu Aksa sedikit demi sedikit mulai menjauhi Zia. Melihat Aksa jauh dari Zia, para kakak-kakak kelasnya langsung membully Zia habis-habisan, karena mereka mengira kalau Aksa nggak bakal ikut campur lagi. Tapi salah besar, Aksa mengamuk habis-habisan, sampai satu kelas dia bikin hancur. Saat hari itu juga, dia deklarasi kalau Zia adalah pacarnya. Semenjak itu nggak ada kakak kelas yang berani dekat-dekat dengan
Fanny menatap secara saksama Aksa yang sedang menatap Pitaloka dengan tatapan kosong. Pitaloka sedang menyuapi laki-laki itu. Seharusnya laki-laki itu senang. Tetapi kenapa laki-laki itu terlihat seperti orang yang kesepian.Entah kenapa, Fanny sangat tidak menyukai tatapan seorang Aksa yang sekarang. Aksa yang sekarang sangat berbeda dengan Aksa yang dulu ia kenal. Aksa yang dulu ia kenal, tatapan matanya terasa sangat hangat, memberi kenyamanan tersendiri bagi orang yang menatap matanya. Sedangkan Aksa yang sekarang, tatapan matanya terasa kosong, membuat semua orang yang menatapnya merasa kasian.Dan mungkin Pitaloka juga menyadari itu. Perempuan itu sangat mencintai Aksa. Jadi pasti perempuan itu tau kalau tatapan Aksa sangat berbeda.Fanny berdiri dari sofa. Berjalan mendekat ke arah almari kecil yang ada di dekat kasur Aksa. Ia mengambil sebuah handphone yang ia percaya handphone itu lah yang digunakan Aksa untuk menghubungi Aqilla."Ni handphone si
Setelah nasi gorengnya telah dimakan habis oleh Aksa. Pitaloka pun langsung membuang bungkus tersebut ke tempat sampah. Lalu kembali lagi duduk di kursi yang berada tepat di samping kasur Aksa. Ia menatap wajah kekasihnya itu dengan saksama. Entah kenapa, ia merasa ada perbedaan besar dengan ekspresi wajah laki-laki itu saat Aqilla dan Aqilla pergi. "Sa. Lo sayang sama Qilla?" tanya Pitaloka sambil menggenggam erat telapak tangan Aksa. Aksa sedikit kaget saat Pitaloka tiba-tiba menanyakan hal tersebut. Saat perasaan kagetnya sudah hilang, gantian senyuman lebar yang muncul di bibirnya. "Kenapa lo berpikiran seperti itu?" tanya Aksa sambil menatap wajah Pitaloka. "Ya karena beda aja ekspresi lo saat ada dia dan nggak ada dia di ruangan ini," jawab Pitaloka. "Gua akuin, gua nyaman kalau ada di dekat dia. Tapi kalau perasaan sayang, enggak. Gua nggak sayang sama dia." "Kenapa lo nyaman sama dia?" "Karena dia asal cep
Fanny sedang ada di ruangan Aksa malam ini. Semua orang sudah pulang, termasuk kedua orang tuanya. Sebenarnya sebelum pulang, Robert meminta untuk Fanny pulang dan biar ia saja yang menemani Aksa. Tetapi permintaan itu ditolak keras oleh Fanny yang bersikeras untuk tetap di sisi Aksa, sampai laki-laki itu benar-benar keluar dari rumah sakit.Memang hari sudah gelap. Tetapi mereka belum juga tertidur. Mereka sibuk menikmati kesunyian malam.Mata Fanny yang tadinya menatap ke arah luar jendela. Sekarang beralih menatap Aksa yang sedang duduk di atas kasurnya sambil menatap bintang-bintang yang sedang menghiasi langit malam."Kata dokter, lo harus banyak istirahat. Jadi lo nggak boleh tidur malam-malam," ucap Fanny memecahkan keheningan di ruangan tersebut."Iya, bentar lagi tidur," ucap Aksa dengan suara yang sangat halus."Mereka cuma sebuah bintang yang berkelap-kelip di langit malam. Apa yang asik dari itu? Sampai-sampai lo bisa natap mereka sampa
Aksa sedang di taman rumah sakit. Menikmati udara segar sambil memegangi tiang infusnya. Kondisinya masih belum baik dan sebenarnya ia tidak diizinkan oleh dokter untuk keluar dari ruangan. Tetapi karena ia bosan, akhirnya ia melarikan diri.Untung saja, saat ia melarikan diri, Fanny masih tertidur pulas. Membuat rencana pelarian dirinya semakin mudah.Pandangannya tertuju ke sebuah kupu-kupu yang baru saja melintas melewatinya. Secara saksama, ia memandang ke mana pun kupu-kupu itu terbang. Dan akhirnya berakhir, saat kupu-kupu itu pergi ke luar area rumah sakit.Aksa memandang kedua telapak tangannya. Ia merasa kalau tubuhnya sekarang terasa lebih ringan. Apakah ini karena jiwa Evan sudah tidak ada di tubuhnya lagi? Atau memang karena ia masih dalam keadaan sakit? Entahlah, Aksa sendiripun tidak tau jawaban pastinya.Aksa tersenyum kecil saat melihat ada seorang wanita paruh baya sedang memunguti sebuah apel yang jatuh karena plastiknya sobek.Ak
Malam hari yang tenang. Itu yang Gino rasakan sebelum salah satu anggota Heaven datang ke kediamannya. Menyatakan pertempuran untuk merebutkan Aksa.Gino bisa saja mengerahkan para mafia bersenjata. Tetapi rasanya akan sangat tidak adil. Karena lawannya mereka kali ini adalah geng motor yang selalu menggunakan tangan kosong saat bertarung.Pertempuran itu akan dilakukan minggu depan. Di bawah jembatan tua. Tepat setelah matahari terbenam.Gino rasa pertempuran kali ini akan sulit. Karena para Heaven akan berusaha sekuat tenaga untuk mengambil kapten mereka kembali. Tetapi mau bagaimana pun, Gino tidak bisa memberikan Aksa kepada mereka. Karena Aksa adalah penerus Dragon.Jadi mau tidak mau, Gino harus memenangkan pertempuran ini. Agar para Heaven itu tau kalau Dragon tidaklah mudah untuk dikalahkan. Dan biar mereka paham, bahwa Aksa adalah milik Dragon dan tidak akan ada yang bisa mengambil Aksa dari Dragon."Apa bos bakalan turun tanga
Elvano, Cakra, Putra, Nova, dan Alka sedang berunding di markas besar Heaven. Mereka memikirkan cara termudah untuk mengalahkan Dragon. Supaya mereka bisa mengakhiri pertempuran itu dengan cepat dan meminimalisir pertumpahan darah.Ini adalah pertempuran yang sangat penting bagi mereka. Karena ini adalah pertama kalinya Heaven dan Dragon bertempur. Selama ini, kedua geng besar itu belum pernah bertarung. Jadi pertempuran minggu depan adalah pertempuran yang menentukan, apakah Heaven akan jadi yang terhebat dan bisa membawa sahabat mereka kembali. Atau hanya menjadi pecundang dan pasrah membiarkan sahabatnya dimiliki oleh Dragon untuk selamanya.Tentu saja mereka akan mengerahkan semua pasukan mereka. Agar kemungkinan mereka memenangkan pertempuran ini menjadi lebih besar.Walau pun mereka memang ditakdirkan untuk kalah pada pertempuran itu, setidaknya mereka sudah memberi bukti kepada Aksa, bahwa mereka sangat ingin Aksa kembali lagi ke Heaven.
Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan keluarga Aksa. Karena hari ini adalah hari kepulangan Aksa ke rumah. Benar, Aksa sudah diizinkan untuk kembali ke rumah oleh pihak rumah sakit.Kondisi Aksa yang sudah sehat, nafsu makannya yang sudah kembali lagi menjadi alasan pihak rumah sakit mengizinkan laki-laki itu pulang ke rumahnya.Dan sekarang di kamar lah Aksa sedang berada. Ia menatap sekeliling kamarnya itu dengan saksama. Tidak ada satu pun yang berubah. Masih sama seperti dulu saat terakhir kali ia tidur di kamar ini.Aksa membaringkan tubuhnya di atas kasur. Ia tengkurap sambil menutupi wajahnya dengan bantal miliknya.Mata Aksa membulat sempurna saat menyadari ada yang berbeda dari bantalnya. Ia menghirup aroma bantalnya, lalu selimutnya. Dan benar, aroma bantal dan selimutnya berbeda dari biasanya.Aroma yang sekarang ada di bantal dan selimutnya terasa lebih feminim. Seperti aroma parfum seorang perempuan. Dan Aksa tau betul aroma s
Putra sedang berada di depan pintu rumah Aksa. Ia mendapatkan kabar bahwa sahabatnya itu sudah pulang dari rumah sakit. Jadi ia ingin menjenguk sahabatnya itu.Kalau biasanya, ia bersama Cakra. Sekarang ia sendirian. Hal itu membuatnya sangat malu. Apalagi lagi di rumah Aksa ini ada Fanny. Perempuan yang sangat ia kagumi.Dengan perasaan malu, ia menggedor pintu rumah Aksa tiga kali. Dan menunggu ada orang yang membukakan pintu dari dalam.Ia sangat berharap kalau orang yang membukakan pintu untuknya adalah Aksa. Supaya ia tidak perlu bertemu dengan orang tua dan kakak perempuan sahabatnya itu.Pintu rumah Aksa mulai terbuka. Senyuman Putra yang tadi mengembang sempurna karena mengira bahwa Aksa lah yang membukakan pintu, langsung luntur saat tau ternyata Fanny lah yang membukakan pintu."Putra? Mau cari Aksa?" tanya Fanny sambil menatap Putra."Iya. Katanya Aksa udah pulang dari rumah sakit. Jadi gua mau jenguk dia," ucap Putra menahan rasa