Fanny sedang ada di ruangan Aksa malam ini. Semua orang sudah pulang, termasuk kedua orang tuanya. Sebenarnya sebelum pulang, Robert meminta untuk Fanny pulang dan biar ia saja yang menemani Aksa. Tetapi permintaan itu ditolak keras oleh Fanny yang bersikeras untuk tetap di sisi Aksa, sampai laki-laki itu benar-benar keluar dari rumah sakit.
Memang hari sudah gelap. Tetapi mereka belum juga tertidur. Mereka sibuk menikmati kesunyian malam.
Mata Fanny yang tadinya menatap ke arah luar jendela. Sekarang beralih menatap Aksa yang sedang duduk di atas kasurnya sambil menatap bintang-bintang yang sedang menghiasi langit malam.
"Kata dokter, lo harus banyak istirahat. Jadi lo nggak boleh tidur malam-malam," ucap Fanny memecahkan keheningan di ruangan tersebut.
"Iya, bentar lagi tidur," ucap Aksa dengan suara yang sangat halus.
"Mereka cuma sebuah bintang yang berkelap-kelip di langit malam. Apa yang asik dari itu? Sampai-sampai lo bisa natap mereka sampa
Aksa sedang di taman rumah sakit. Menikmati udara segar sambil memegangi tiang infusnya. Kondisinya masih belum baik dan sebenarnya ia tidak diizinkan oleh dokter untuk keluar dari ruangan. Tetapi karena ia bosan, akhirnya ia melarikan diri.Untung saja, saat ia melarikan diri, Fanny masih tertidur pulas. Membuat rencana pelarian dirinya semakin mudah.Pandangannya tertuju ke sebuah kupu-kupu yang baru saja melintas melewatinya. Secara saksama, ia memandang ke mana pun kupu-kupu itu terbang. Dan akhirnya berakhir, saat kupu-kupu itu pergi ke luar area rumah sakit.Aksa memandang kedua telapak tangannya. Ia merasa kalau tubuhnya sekarang terasa lebih ringan. Apakah ini karena jiwa Evan sudah tidak ada di tubuhnya lagi? Atau memang karena ia masih dalam keadaan sakit? Entahlah, Aksa sendiripun tidak tau jawaban pastinya.Aksa tersenyum kecil saat melihat ada seorang wanita paruh baya sedang memunguti sebuah apel yang jatuh karena plastiknya sobek.Ak
Malam hari yang tenang. Itu yang Gino rasakan sebelum salah satu anggota Heaven datang ke kediamannya. Menyatakan pertempuran untuk merebutkan Aksa.Gino bisa saja mengerahkan para mafia bersenjata. Tetapi rasanya akan sangat tidak adil. Karena lawannya mereka kali ini adalah geng motor yang selalu menggunakan tangan kosong saat bertarung.Pertempuran itu akan dilakukan minggu depan. Di bawah jembatan tua. Tepat setelah matahari terbenam.Gino rasa pertempuran kali ini akan sulit. Karena para Heaven akan berusaha sekuat tenaga untuk mengambil kapten mereka kembali. Tetapi mau bagaimana pun, Gino tidak bisa memberikan Aksa kepada mereka. Karena Aksa adalah penerus Dragon.Jadi mau tidak mau, Gino harus memenangkan pertempuran ini. Agar para Heaven itu tau kalau Dragon tidaklah mudah untuk dikalahkan. Dan biar mereka paham, bahwa Aksa adalah milik Dragon dan tidak akan ada yang bisa mengambil Aksa dari Dragon."Apa bos bakalan turun tanga
Elvano, Cakra, Putra, Nova, dan Alka sedang berunding di markas besar Heaven. Mereka memikirkan cara termudah untuk mengalahkan Dragon. Supaya mereka bisa mengakhiri pertempuran itu dengan cepat dan meminimalisir pertumpahan darah.Ini adalah pertempuran yang sangat penting bagi mereka. Karena ini adalah pertama kalinya Heaven dan Dragon bertempur. Selama ini, kedua geng besar itu belum pernah bertarung. Jadi pertempuran minggu depan adalah pertempuran yang menentukan, apakah Heaven akan jadi yang terhebat dan bisa membawa sahabat mereka kembali. Atau hanya menjadi pecundang dan pasrah membiarkan sahabatnya dimiliki oleh Dragon untuk selamanya.Tentu saja mereka akan mengerahkan semua pasukan mereka. Agar kemungkinan mereka memenangkan pertempuran ini menjadi lebih besar.Walau pun mereka memang ditakdirkan untuk kalah pada pertempuran itu, setidaknya mereka sudah memberi bukti kepada Aksa, bahwa mereka sangat ingin Aksa kembali lagi ke Heaven.
Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan keluarga Aksa. Karena hari ini adalah hari kepulangan Aksa ke rumah. Benar, Aksa sudah diizinkan untuk kembali ke rumah oleh pihak rumah sakit.Kondisi Aksa yang sudah sehat, nafsu makannya yang sudah kembali lagi menjadi alasan pihak rumah sakit mengizinkan laki-laki itu pulang ke rumahnya.Dan sekarang di kamar lah Aksa sedang berada. Ia menatap sekeliling kamarnya itu dengan saksama. Tidak ada satu pun yang berubah. Masih sama seperti dulu saat terakhir kali ia tidur di kamar ini.Aksa membaringkan tubuhnya di atas kasur. Ia tengkurap sambil menutupi wajahnya dengan bantal miliknya.Mata Aksa membulat sempurna saat menyadari ada yang berbeda dari bantalnya. Ia menghirup aroma bantalnya, lalu selimutnya. Dan benar, aroma bantal dan selimutnya berbeda dari biasanya.Aroma yang sekarang ada di bantal dan selimutnya terasa lebih feminim. Seperti aroma parfum seorang perempuan. Dan Aksa tau betul aroma s
Putra sedang berada di depan pintu rumah Aksa. Ia mendapatkan kabar bahwa sahabatnya itu sudah pulang dari rumah sakit. Jadi ia ingin menjenguk sahabatnya itu.Kalau biasanya, ia bersama Cakra. Sekarang ia sendirian. Hal itu membuatnya sangat malu. Apalagi lagi di rumah Aksa ini ada Fanny. Perempuan yang sangat ia kagumi.Dengan perasaan malu, ia menggedor pintu rumah Aksa tiga kali. Dan menunggu ada orang yang membukakan pintu dari dalam.Ia sangat berharap kalau orang yang membukakan pintu untuknya adalah Aksa. Supaya ia tidak perlu bertemu dengan orang tua dan kakak perempuan sahabatnya itu.Pintu rumah Aksa mulai terbuka. Senyuman Putra yang tadi mengembang sempurna karena mengira bahwa Aksa lah yang membukakan pintu, langsung luntur saat tau ternyata Fanny lah yang membukakan pintu."Putra? Mau cari Aksa?" tanya Fanny sambil menatap Putra."Iya. Katanya Aksa udah pulang dari rumah sakit. Jadi gua mau jenguk dia," ucap Putra menahan rasa
Cakra sedang berbaring di atas kasurnya. Ia merasa sangat bosan. Karena pagi hari ini, ia tidak mempunyai kegiatan apa pun.Sebenarnya ia bisa saja datang ke markas Salamander untuk mengawasi para anggotanya. Tetapi ia terlalu malas untuk melakukan hal yang merepotkan seperti itu. Lagipula Cakra yakin, bahwa para anggota Salamander akan tetap tenang selama tidak ada perintah darinya. Jadi ia tidak perlu mengkhawatirkan apa pun lagi.Cakra turun dari kasurnya, berjalan ke arah meja belajarnya. Ia berniat mengambil handphonenya yang tergeletak di antara buku-buku yang ada di meja belajar.Tangannya sudah menjulur sempurna. Sedikit lagi ia bisa menggapai handphone miliknya itu. Tetapi tiba-tiba tangannya berhenti, saat ia melihat sebuah bingkai foto yang ada di meja belajarnya.Tangannya beralih ke arah bingkai foto tersebut. Ia mengambil bingkai foto tersebut, lalu memandang sebuah foto yang ada di dalamnya.Ia tersenyum kecil saat melihat diri
Aksa berada di dalam apartemen milik Shila. Ia duduk di sebuah sofa empuk sambil memandang Shila yang sedang membuatkannya minuman di dapur.Ia masih bertanya-tanya tentang apa maksud sebenarnya wanita itu mengucapkan kalimat tadi? Apakah wanita itu hanya mengerjainya saja? Atau memang wanita itu memiliki niatan lain.Saat Aksa sedang bengong. Shila berjalan ke arah Aksa sambil membawa sebuah nampan yang di atasnya ada sebuah dua buah teh manis hangat untuk mereka berdua minum.Saat sudah ada di depan Aksa. Shila menaruh nampan berserta isinya di atas meja yang ada di hadapan Aksa. Lalu duduk tepat di sebelah AksaLamunan Aksa langsung buyar saat menyadari bahwa Shila sudah duduk di sampingnya."Oh, iya. Ini lihat, di sana ada waktu foto kamu pas masih bayi," ucap Shila sambil mengambil sebuah album foto yang tersimpan di laci meja lalu memberikannya kepada Aksa.Aksa diam. Tetapi tangannya mengambil album foto yang diberikan oleh Shil
Semua murid Angkasa segera memasuki gedung sekolah, karena sebentar lagi mata pelajaran jam pertama akan segera di mulai.Suasana lorong yang tadinya sepi. Sekarang sudah mulai ramai, karena banyak murid-murid yang sedang berjalan ke arah kelas mereka masing-masing.Lorong yang tadinya sangat ramai dan berdesak-desakan. Tiba-tiba langsung menjadi longgar. Bukan karena semua muridnya sudah masuk ke dalam mereka. Tetapi karena para murid berbaris rapi di pinggi lorong. Membukakan jalan untuk seorang siswa yang sedang berjalan.Semua pandang mata memandang ke arah siswa tersebut. Mulut mereka tak henti-hentinya memuji siswa tersebut. Dan ada beberapa juga orang yang takut saat melihat siswa itu.Siswa itu adalah Aksa. Orang yang tidak lama ini identitasnya telah terbongkar luas. Jabatannya sebagai ketua Heaven dan raja jalanan yang selama ini telah dirahasiakan dengan baik-baik, sekarang sudah tersebar luas. Membuatnya terkenal di kalangan anak S
Atlanta sekarang sudah beranjak remaja. Sekarang ia sudah resmi menjadi murid SMA Nusa Bangsa. Dan sudah mendapatkan satu teman saat masa MOS.Hari-hari yang ia jalani sangatlah membosankan. Karena setiap hari ia hanya di rumah. Menonton TV, membaca buku, mengerjakan soal-soal. Cuma itu kegiatannya.Tetapi itu semua akan berubah jika Aksa datang. Kedatangan laki-laki itu membuat harinya menjadi lebih menyenangkan. Setiap laki-laki itu datang, pasti laki-laki itu akan membawanya jalan-jalan berkeliling kota, membeli es krim di suatu tempat, dan bermain bersama-sama. Tetapi sangat disayangkan, karena laki-laki itu sangat jarang berkunjung.Dan seperti hari ini. Atlanta sangat bosan. Makanya ia memutuskan untuk kembali ke kamar. Tetapi di tengah jalan atau tepatnya di depan sebuah pintu kamar, ia hentikan langkahnya.Sekarang ia ada di depan pintu kamar yang selalu terkunci. Kamar itu sangat jarang dibuka dan kalau pun dibuka pasti saat itu Atlanta sedang ti
Tiga tahun sudah semenjak hari pernikahan Aksa dan Fanny. Betapa bahagianya Cakra saat mendengar Fanny sudah melahirkan bayinya dengan selamat. Dengan kecepatan penuh, Cakra mengendarai motornya ke rumah sakit, untuk menjenguk perempuan itu dan mengucapakan selamat pada sahabatnya karena sudah menjadi seorang ayah.Saat sudah sampai di rumah sakit. Dengan cepat Cakra langsung berlari ke arah ruang perawatan Fanny. Saat sudah sampai di ruangan tersebut, Cakra melihat Aksa yang sedang duduk di sofa menemani Fanny yang sedang tertidur lelap."Yo, Kapten," ucap Cakra sambil memasuki ruangan."Yo. Lama nggak ketemu," ucap Aksa sambil mengalihkan pandangannya ke arah Cakra."Kan sekarang lo sudah jadi seorang ayah, nih. Ceritalah gimana perasaan lo sekarang.""Bahagia banget. Saking bahagianya gua nggak tau bagaimana cara ngasih taunya ke lo.""Oh, begitu. Kalau 'gitu udah cukup. Asalkan lo bahagia itu sudah cukup."Pandangan Cakra beralih
Cakra mengambil sebuah dua gelas minuman di atas meja, lalu berjalan menuju Putra yang sedang berkumpul bersama anggota Natch.Cakra menyodorkan salah satu gelasnya ke arah Putra. Sebagai isyarat untuk laki-laki itu minum minuman tersebut. Dan dengan senang hati Putra menerima minuman itu, lalu meminumnya sedikit."Semuanya datang?" tanya Cakra sambil menatap Putra."Dua puluh persen dari anggota Heaven datang," jawab Putra setelah meminum minumannya."Kok cuma dua puluh persen? Bukannya semua anggota Heaven diundang?""Mereka bakalan datang kalau semua tamu undangan yang lainnya sudah pulang. Pikirin aja baik-baik, kalau mereka semua datang sekarang, tempat ini bakalan penuh dengan anak geng motor, nanti para tamu undangan yang lain pada takut. Bisa-bisa acara ini jadi hancur.""Benar juga, ya. Tumben otak lo lancar.""Otak gua memang lancar. Noh otak lu yang mampet."Cakra tersenyum kecil mendengar itu. Pandangann
Malam hari ini, Azkia menginap di rumah Aksa. Karena besok ia harus membantu Shila untuk mempersiapkan semuanya yang dibutuhkan saat acara pernikahan Aksa dan Fanny.Di kamar tamu lah ia berada sekarang. Ia sudah sangat sering menggunakan kamar tamu ini. Bahkan saking seringnya ia tidur di kamar ini, ia sampai-sampai sudah menganggap kamar tamu ini adalah kamarnya sendiri.Azkia tersenyum tipis, saat melihat Aksa memasuki kamarnya. Ia menatap wajah Aksa dengan saksama, seakan bertanya alasan kenapa laki-laki itu datang ke kamarnya malam-malam seperti ini.Mengetahui ada Aksa, Azkia langsung duduk di pinggir kasur. Supaya lebih sopan. Karena bagaimana pun Aksa lah tuan rumah. Jadi kurang sopan jika ia tiduran di atas kasur, saat ada laki-laki itu.Azkia terheran-heran saat tiba-tiba Aksa jongkok tepat di hadapannya. Ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang dilakukan laki-laki itu? Memasuki kamarnya tanpa sepatah kata pun, lalu tiba-tiba jongkok d
Aksa menatap Azkia secara saksama. Sejak tadi perempuan itu terus mengoceh hal-hal yang tidak penting. Dan Aksa hanya diam sambil berharap kalau ocehan Azkia akan segera berakhir.Dan harapan Aksa menjadi kenyataan. Tetapi itu bukan karena Azkia sudah selesai dengan ocehannya. Melainkan karena Fanny datang ke rumahnya. Dan sekarang sedang menunggunya di ruang tamu."Besok penentuan hari pernikahan lo sama Fanny. Jadi gua mohon jangan ikut-ikutan kalau Heaven sedang ada masalah dengan geng motor lain. Karena itu sangat berbahaya bagi lo," ucap Azkia sambil meredakan emosinya."Kalau gua sampai ikutan?" tanya Aksa dengan polosnya."Gua nggak bakalan izinin lo keluar dari kamar. Gua bakalan kunci kamar lo sampai seminggu, biar lo mati bosan di dalam kamar.""Wih, ngeri amat. Lo ini seorang kakak atau pembunuh kejam?""Dua-duanya. Kenapa? Mau ngeluh? Gua bilangin ke Bunda nih ya kalau lo nggak mau nurut sama gua.""Aduh, mainnya nga
Fitri tersenyum lebar saat melihat Aksa sekarang sedang berada di depan rumahnya bersama dengan Fanny. Sudah lama sekali, laki-laki itu tidak kembali ke rumahnya. Sekalinya laki-laki itu kembali hanya sekedar untuk mengantarkan Fanny.Rasanya miris sekali, saat mengingat bahwa dulu Aksa adalah bagian dari keluarganya. Tetapi sekarang Aksa sudah terlihat seperti orang asing. Yang bahkan sama sekali tidak terlihat merindukannya."Nggak masuk dulu?" tanya Fitri saat Aksa mau berbalik.Gerakan Aksa langsung terhenti saat mendengar suara Fitri. Rasa rindu yang selama ini ia telah lupakan, sekarang kembali muncul. Membuatnya ingin memeluk tubuh Fitri dengan erat. Lalu melepaskan semua rasa rindu yang telah ia simpan rapih-rapih selama ini."Saya harus kembali ke rumah sakit untuk membantu Bunda. Jadi mungkin lain waktu," ucap Aksa lalu tersenyum kecil."Atlanta juga butuh sosok kakak laki-laki. Jadi bisa temui dia? Biar dia tau kalau dia punya kakak laki
Aksa menatap perempuan yang ada di hadapannya secara saksama. Ini sama sekali tidak ada di dalam rencananya. Sebelumnya ia hanya berencana makan ramen bersama Putra sambil membahas beberapa hal. Tetapi siapa sangka Azkia dan Fanny berada di sana juga.Dengan paksaan Putra, akhirnya Aksa mau berbagi meja dengan Azkia dan Fanny. Sebenarnya ini adalah rencana Putra dan Azkia. Mereka memang sengaja mengajak Aksa dan Fanny ke warung ini, supaya hubungan mereka bisa menjadi lebih dekat.Dan rencana mereka untuk mempertemukan Aksa dan Fanny berhasil.Aksa menatap wajah Azkia. Mempertanyakan kenapa perempuan itu bisa berada di warung tersebut bersama Fanny. Tetapi hanya dibalas dengan senyuman oleh Azkia."Mau pesan apa, Vin?" ucap seorang perempuan yang bertugas untuk mencatat pesanan Aksa dan teman-temannya.Sontak Fanny, Azkia, dan Putra langsung merasa terheran-heran. Pasalnya perempuan itu memanggil Aksa dengan nama Alvin. Yang artinya perempuan
Sekarang Aksa dan Putra sedang ada di markas besar Heaven. Putra sengaja mengajak Aksa bertemu di sini, agar tidak ada yang menganggu perbicangan mereka. Karena saat ini Putra ingin membicarakan hal yang sangat penting. Dan hal itu sangat bersangkutan dengan kebahagiaan dua orang yang ia sayang.Aksa dan Putra berdiri saling berhadapan. Putra tersenyum lebar, lalu melayangkan sebuah pukulan cepat. Putra sengaja fokus kecepatan bukan kekuatan, karena ia tau kalau ia fokus pada kekuatan, maka kecepatan tangannya akan berkurang dan Aksa akan menangkis pukulannya dengan sempurna.Aksa menyentuh pipinya yang baru saja terkenal pukulan Putra. Ia merasa sedikit nyeri, karena sudah lama tidak merasakan pukulan. Terlebih lagi, pukulan sahabatnya itu memang tidak bisa diremehkan."Lo cinta sama Fanny?" tanya Putra sambil menatap tajam Aksa."Kenapa lo tiba-tiba tanya begitu?" tanya Aksa sambil menatap sinis Putra."Karena gua cinta sama dia.""K
Fanny menatap secara saksama Aqilla yang duduk di seberangnya. Ia sedikit kaget, saat tiba-tiba perempuan itu datang ke rumahnya lalu meminta waktunya sedikit untuk hanya sekedar berbicara tentang Aksa.Dari raut wajah perempuan itu, sepertinya perempuan itu sedang dalam mood yang buruk. Tetapi apa yang membuat sahabatnya itu terlihat seperti itu?"Jujur sama gua. Apa lo pernah bilang sesuatu ke Aksa? Sampai-sampai dia nggak percaya kalau lo cinta sama dia?" tanya Aqilla secara tiba-tiba.Fanny tertegun saat mendengar hal itu. Secara frontal Aqilla menanyakan hal seperti kepadanya. Seakan perempuan itu sangat yakin kalau dirinya pernah melakukan hal itu dengan sengaja."Setahu gua sih nggak pernah," jawab Fanny dengan ragu."Jangan bohong. Karena ini menyangkut masa depan lo sama Aksa," ucap Aqilla sambil menatap tajam Fanny."Enggak, Qilla. Emang kenapa, sih?""Aksa merasa kalau lo nggak cinta sama dia. Makanya sampai sekarang