"Lo nggak papa?" tanya Fanny kepada Azkia.
"Gua nggak papa, emang kenapa?" jawab Azkia.
"Gua kira lo hilang kayak Pitaloka."
Aksa mengepalkan tangannya erat. Matanya mulai mencari pasangan Pitaloka. Pandangannya tertuju ke arah salah satu laki-laki yang sedang duduk di dekat api unggun sambil meminum satu gelas kopi hangat. Aksa melangkahkan kakinya, melewati banyaknya kerumunan manusia, menghampiri laki-laki tersebut.
"Di mana Pitaloka?" tanya Aksa saat sudah berada di belakang Zaki.
Zaki berdiri lalu berbalik. Tidak ada sedikitpun raut wajah khawatir pada laki-laki itu. Aksa semakin kesal saat melihat Zaki masih bisa tersenyum.
Akhirnya Aksa sudah berada di depan rumahnya. Selama dua hari ia meninggalkan tempat yang penuh dengan kenangan ini. Tidak ada yang berubah selama dua hari ini. Rasa rindu yang menumpuk selama dua hari lenyap begitu saja saat ia melihat Fitri sedang menyirami tanaman yang ada di halaman rumahnya.Aksa berjalan secara perlahan, meminimkan suara langkah agar Fitri tidak menyadari kehadirannya. Secara perlahan ia menuju ke belakang Fitri. Perempuan itu sangat fokus pada tanamannya membuat Aksa bisa berjalan dengan tenang.Ia langsung menepuk pundak Fitri saat ia sudah berada di belakang perempuan itu. Fitri kaget dan tidak sengaja mengarahkan selang air kepada Aksa. Dengan begitu Aksa langsung basah kuyup akibat semburan dari selang itu. Senyuman Aksa tercetak jelas di wajahnya.Fitri langsung memeluk tubuh anaknya itu dengan erat. Selama kepergian Aksa ia tersiksa ole
Aksa sudah berpakaian rapi menggunakan jas dan dasi berwarna hitam. Pakaian itu ia ambil dari lemari almarhum ayahnya. Karena, selama ini pakaian hanya ada kaos dan beberapa kemeja simpel.Ia sudah berada di depan cafe Raimosa, sebuah cafe yang paling digemari oleh Hendra. Cafe yang menjunjung tema astronomi. Jadi, disetiap tembok di dalam cafe tersebut ada gambar-gambar bintang, bulan, matahari, dan beberapa benda langit yang lainnya.Sekarang ia ada sendirian, karena Fitri sudah ia masuk terlebih dahulu. Ia butuh waktu sendiri untuk mempersiapkan diri, agar saat bertemu dengan laki-laki yang sudah bisa membuat Fitri kembali merasakan cinta ia tidak gugup.Setidaknya ia sudah tau latar belakang dari laki-laki itu. Nama laki-laki itu adalah Robert. Mantan istrinya sudah meninggal satu tahun lalu akibat serangan jantung. Ia juga memilik satu anak perempuan yang sudah
Hari Minggu adalah hari kesukaan Aksa. Bagaimana tidak? Ia bisa seharian di toko roti tanpa gangguan dari senior sekaligus pacarnya yang menyebalkan itu.Dengan sebuah pensil di sebelah kiri, dan sebuah buku di hadapannya, ia sedang memikirkan sebuah resep baru untuk dijadikan menu terbaru di toko rotinya ini. Sudah tercatat ada 3 buah roti dari hasil dari resepnya. Dan, semua roti itu laris terjual.Sesekali ia menyeduh segelas kopi hitam yang tadi sempat ia buat sebelumnya. Baginya, meminum kopi bisa membuat otaknya berpikir lebih keras. Dan, bisa menghasilkan sebuah ide-ide baru.Setelah lama ia bergelut dengan pensil dan buku, akhirnya satu buah resep roti sudah ia selesaikan."Sekarang waktunya percobaan. Kalau gagal, tinggal ubah beberapa bahan," ucap Aksa sambil mengangkat selembar kertas yang sudah ia tuliskan resep.Sia
Seminggu lalu para murid SMA Nusa Bangsa telah melaksanakan ujian kenaikan kelas. Semua nilai murid sudah terpampang jelas di papan pengumuman. Saat upacara Pak Broto selaku kepala sekolah menyatakan bahwa 100% murid didiknya lulus dengan nilai di atas KKM. Semua murid langsung berlari ke arah papan pengumuman saat upacara selesai.Tak disangka terjadi desak-desakan. Pitaloka berusaha untuk menyingkirkan semua orang yang ada di dekatnya, tetapi hasilnya nihil. Tenaganya tidak bisa melawan mereka. Kalau Pitaloka terus-terusan ada di dalam kerumunan itu, bisa-bisa ia kehilangan kesadaran.Suasana mulai memanas, dan tenaga Pitaloka sudah terkuras. Saat ia ada sebuah tangan yang menuju ke matanya, tiba-tiba ada laki-laki yang memeluk tubuhnya. Tubuh laki-laki itu memeluk tubuh Pitaloka, agar Pitaloka terhindar dari sebuah serangan tidak disengaja.Pitaloka menenggelamka
Pitaloka menatap cermin yang ada di kamarnya. Sudah sehari setelah pengumuman kenaikan kelas. Jadi, sekarang adalah hari libur. Bosan, itu lah yang sedang ia rasakan. Kalau biasanya ia akan pergi ke toko roti Aksa, berbeda dengan sekarang.Hari ini organisasi Triangle akan datang ke rumahnya. Jadi, ia dipaksa oleh Gino untuk dandan secantik mungkin. Tetapi, tangannya seperti kaku. Ia tidak menyentuh satu pun make-up yang ada di meja riasnya.Pikirannya terus memikirkan Cakra dan Aksa. Kedua laki-laki itu selalu bisa menghantui pikirannya, saat ia sedang bengong. Kenapa ia harus dijodohkan oleh orang lain? Padahal, ia sangat berharap kalau Cakra adalah jodohnya di masa depan.Pitaloka menghapus semua khayalannya saat ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. Ternyata, orang itu adalah Ghibran. Laki-laki itu diperintah oleh Gino untuk memeriksa keadaan Pitaloka. Set
Acara pernikahan Fitri dan Robert dilaksanakan setelah penerimaan raport anak mereka masing-masing. Anak mereka satu sekolah, jadi mereka tidak begitu repot dalam menyesuaikan jadwal pernikahan.Acara berlangsung dengan meriah. Dalam acara ini hanya anggota keluarga dan beberapa teman dekat yang diundang. Sebenarnya, anak mereka sudah diberi kesempatan untuk mengundang teman sekolahnya. Tetapi, ditolaknya mentah-mentah.Fitri dan Robert tau kalau anak mereka masing-masing sulit untuk nerima kenyataan ini. Tetapi, mereka yakin kalau semuanya akan membaik seiring waktu.Fitri menatap Aksa. Anak laki-lakinya itu terlihat sangat gagah menggunakan setelan jas berwarna biru cerah. Rambut yang tersisir rapi. Tetapi, sayang. Anak laki-lakinya itu dari tadi hanya diam, bahkan tidak mengobrol sedikitpun dengan tamu undangan.Aksa langsung tersenyum saat ia me
Sinar matahari mulai menghangatkan tubuh seorang wanita yang masih tertidur pulas di atas kasur. Karena, sangat kelelahan wanita itu lupa menutup korden jendela kamarnya sebelum ia tertidur.Matanya mulai terbuka saat ia mendengar kalau ada kebisingan. Ia mengucek matanya lalu merubah posisinya yang tadinya tiduran menjadi duduk.Ayah sama Ibu akan ke luar kota untuk beberapa hari. Jadi, kamu di rumah sendirian. Aksa akan tinggal di rumahnya sendiri. Kalau ada apa-apa telfon aja dia.Perasaan Fanny berubah khawatir setelah mengingat perkataannya ayahnya. Ia langsung bangkit dari kasur lalu berjalan ke luar kamar.Pikirannya mulai berpikiran aneh-aneh. Ia takut kalau pembuat suara kebisingan itu adalah orang gila. Selama ini Fanny lebih takut kepada orang gila dari pada seorang pencuri.Kaki Fanny perlahan menuruni tangga me
Malam hari yang dingin. Membuat siapa saja tidak akan betah berada di luar ruangan. Tetapi, berbeda dengan Fanny. Perempuan itu sekarang berada di depan Minimarket. Ia baru saja selesai berbelanja cemilan untuk ia makan nanti di rumah.Fanny menghembuskan nafas panjang. Ia menyesal karena tidak mengajak Aksa disaat-saat seperti ini. Ia merogoh kantong jaketnya, dan ternyata ia tidak membawa hpnya. Terpaksa ia harus jalan kaki sampai rumah.Ia melangkah kaki dengan perasaan malas. Sesekali ia memejamkan mata sambil menikmati udara malam yang menerpa wajahnya.Langkah terhenti. Ia melihat jalan kecil yang ada di sebelah kanannya. Jalan kecil itu adalah jalan pintas untuk menuju perumahannya, tetapi pencahayaan di jalan tersebut sangatlah minim.Sekarang pilihan Fanny ada dua. Yaitu jalan melewati jalan utama, tetapi jaraknya sedikit jauh atau melewati jalan pintas dengan berbagai resi
Atlanta sekarang sudah beranjak remaja. Sekarang ia sudah resmi menjadi murid SMA Nusa Bangsa. Dan sudah mendapatkan satu teman saat masa MOS.Hari-hari yang ia jalani sangatlah membosankan. Karena setiap hari ia hanya di rumah. Menonton TV, membaca buku, mengerjakan soal-soal. Cuma itu kegiatannya.Tetapi itu semua akan berubah jika Aksa datang. Kedatangan laki-laki itu membuat harinya menjadi lebih menyenangkan. Setiap laki-laki itu datang, pasti laki-laki itu akan membawanya jalan-jalan berkeliling kota, membeli es krim di suatu tempat, dan bermain bersama-sama. Tetapi sangat disayangkan, karena laki-laki itu sangat jarang berkunjung.Dan seperti hari ini. Atlanta sangat bosan. Makanya ia memutuskan untuk kembali ke kamar. Tetapi di tengah jalan atau tepatnya di depan sebuah pintu kamar, ia hentikan langkahnya.Sekarang ia ada di depan pintu kamar yang selalu terkunci. Kamar itu sangat jarang dibuka dan kalau pun dibuka pasti saat itu Atlanta sedang ti
Tiga tahun sudah semenjak hari pernikahan Aksa dan Fanny. Betapa bahagianya Cakra saat mendengar Fanny sudah melahirkan bayinya dengan selamat. Dengan kecepatan penuh, Cakra mengendarai motornya ke rumah sakit, untuk menjenguk perempuan itu dan mengucapakan selamat pada sahabatnya karena sudah menjadi seorang ayah.Saat sudah sampai di rumah sakit. Dengan cepat Cakra langsung berlari ke arah ruang perawatan Fanny. Saat sudah sampai di ruangan tersebut, Cakra melihat Aksa yang sedang duduk di sofa menemani Fanny yang sedang tertidur lelap."Yo, Kapten," ucap Cakra sambil memasuki ruangan."Yo. Lama nggak ketemu," ucap Aksa sambil mengalihkan pandangannya ke arah Cakra."Kan sekarang lo sudah jadi seorang ayah, nih. Ceritalah gimana perasaan lo sekarang.""Bahagia banget. Saking bahagianya gua nggak tau bagaimana cara ngasih taunya ke lo.""Oh, begitu. Kalau 'gitu udah cukup. Asalkan lo bahagia itu sudah cukup."Pandangan Cakra beralih
Cakra mengambil sebuah dua gelas minuman di atas meja, lalu berjalan menuju Putra yang sedang berkumpul bersama anggota Natch.Cakra menyodorkan salah satu gelasnya ke arah Putra. Sebagai isyarat untuk laki-laki itu minum minuman tersebut. Dan dengan senang hati Putra menerima minuman itu, lalu meminumnya sedikit."Semuanya datang?" tanya Cakra sambil menatap Putra."Dua puluh persen dari anggota Heaven datang," jawab Putra setelah meminum minumannya."Kok cuma dua puluh persen? Bukannya semua anggota Heaven diundang?""Mereka bakalan datang kalau semua tamu undangan yang lainnya sudah pulang. Pikirin aja baik-baik, kalau mereka semua datang sekarang, tempat ini bakalan penuh dengan anak geng motor, nanti para tamu undangan yang lain pada takut. Bisa-bisa acara ini jadi hancur.""Benar juga, ya. Tumben otak lo lancar.""Otak gua memang lancar. Noh otak lu yang mampet."Cakra tersenyum kecil mendengar itu. Pandangann
Malam hari ini, Azkia menginap di rumah Aksa. Karena besok ia harus membantu Shila untuk mempersiapkan semuanya yang dibutuhkan saat acara pernikahan Aksa dan Fanny.Di kamar tamu lah ia berada sekarang. Ia sudah sangat sering menggunakan kamar tamu ini. Bahkan saking seringnya ia tidur di kamar ini, ia sampai-sampai sudah menganggap kamar tamu ini adalah kamarnya sendiri.Azkia tersenyum tipis, saat melihat Aksa memasuki kamarnya. Ia menatap wajah Aksa dengan saksama, seakan bertanya alasan kenapa laki-laki itu datang ke kamarnya malam-malam seperti ini.Mengetahui ada Aksa, Azkia langsung duduk di pinggir kasur. Supaya lebih sopan. Karena bagaimana pun Aksa lah tuan rumah. Jadi kurang sopan jika ia tiduran di atas kasur, saat ada laki-laki itu.Azkia terheran-heran saat tiba-tiba Aksa jongkok tepat di hadapannya. Ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang dilakukan laki-laki itu? Memasuki kamarnya tanpa sepatah kata pun, lalu tiba-tiba jongkok d
Aksa menatap Azkia secara saksama. Sejak tadi perempuan itu terus mengoceh hal-hal yang tidak penting. Dan Aksa hanya diam sambil berharap kalau ocehan Azkia akan segera berakhir.Dan harapan Aksa menjadi kenyataan. Tetapi itu bukan karena Azkia sudah selesai dengan ocehannya. Melainkan karena Fanny datang ke rumahnya. Dan sekarang sedang menunggunya di ruang tamu."Besok penentuan hari pernikahan lo sama Fanny. Jadi gua mohon jangan ikut-ikutan kalau Heaven sedang ada masalah dengan geng motor lain. Karena itu sangat berbahaya bagi lo," ucap Azkia sambil meredakan emosinya."Kalau gua sampai ikutan?" tanya Aksa dengan polosnya."Gua nggak bakalan izinin lo keluar dari kamar. Gua bakalan kunci kamar lo sampai seminggu, biar lo mati bosan di dalam kamar.""Wih, ngeri amat. Lo ini seorang kakak atau pembunuh kejam?""Dua-duanya. Kenapa? Mau ngeluh? Gua bilangin ke Bunda nih ya kalau lo nggak mau nurut sama gua.""Aduh, mainnya nga
Fitri tersenyum lebar saat melihat Aksa sekarang sedang berada di depan rumahnya bersama dengan Fanny. Sudah lama sekali, laki-laki itu tidak kembali ke rumahnya. Sekalinya laki-laki itu kembali hanya sekedar untuk mengantarkan Fanny.Rasanya miris sekali, saat mengingat bahwa dulu Aksa adalah bagian dari keluarganya. Tetapi sekarang Aksa sudah terlihat seperti orang asing. Yang bahkan sama sekali tidak terlihat merindukannya."Nggak masuk dulu?" tanya Fitri saat Aksa mau berbalik.Gerakan Aksa langsung terhenti saat mendengar suara Fitri. Rasa rindu yang selama ini ia telah lupakan, sekarang kembali muncul. Membuatnya ingin memeluk tubuh Fitri dengan erat. Lalu melepaskan semua rasa rindu yang telah ia simpan rapih-rapih selama ini."Saya harus kembali ke rumah sakit untuk membantu Bunda. Jadi mungkin lain waktu," ucap Aksa lalu tersenyum kecil."Atlanta juga butuh sosok kakak laki-laki. Jadi bisa temui dia? Biar dia tau kalau dia punya kakak laki
Aksa menatap perempuan yang ada di hadapannya secara saksama. Ini sama sekali tidak ada di dalam rencananya. Sebelumnya ia hanya berencana makan ramen bersama Putra sambil membahas beberapa hal. Tetapi siapa sangka Azkia dan Fanny berada di sana juga.Dengan paksaan Putra, akhirnya Aksa mau berbagi meja dengan Azkia dan Fanny. Sebenarnya ini adalah rencana Putra dan Azkia. Mereka memang sengaja mengajak Aksa dan Fanny ke warung ini, supaya hubungan mereka bisa menjadi lebih dekat.Dan rencana mereka untuk mempertemukan Aksa dan Fanny berhasil.Aksa menatap wajah Azkia. Mempertanyakan kenapa perempuan itu bisa berada di warung tersebut bersama Fanny. Tetapi hanya dibalas dengan senyuman oleh Azkia."Mau pesan apa, Vin?" ucap seorang perempuan yang bertugas untuk mencatat pesanan Aksa dan teman-temannya.Sontak Fanny, Azkia, dan Putra langsung merasa terheran-heran. Pasalnya perempuan itu memanggil Aksa dengan nama Alvin. Yang artinya perempuan
Sekarang Aksa dan Putra sedang ada di markas besar Heaven. Putra sengaja mengajak Aksa bertemu di sini, agar tidak ada yang menganggu perbicangan mereka. Karena saat ini Putra ingin membicarakan hal yang sangat penting. Dan hal itu sangat bersangkutan dengan kebahagiaan dua orang yang ia sayang.Aksa dan Putra berdiri saling berhadapan. Putra tersenyum lebar, lalu melayangkan sebuah pukulan cepat. Putra sengaja fokus kecepatan bukan kekuatan, karena ia tau kalau ia fokus pada kekuatan, maka kecepatan tangannya akan berkurang dan Aksa akan menangkis pukulannya dengan sempurna.Aksa menyentuh pipinya yang baru saja terkenal pukulan Putra. Ia merasa sedikit nyeri, karena sudah lama tidak merasakan pukulan. Terlebih lagi, pukulan sahabatnya itu memang tidak bisa diremehkan."Lo cinta sama Fanny?" tanya Putra sambil menatap tajam Aksa."Kenapa lo tiba-tiba tanya begitu?" tanya Aksa sambil menatap sinis Putra."Karena gua cinta sama dia.""K
Fanny menatap secara saksama Aqilla yang duduk di seberangnya. Ia sedikit kaget, saat tiba-tiba perempuan itu datang ke rumahnya lalu meminta waktunya sedikit untuk hanya sekedar berbicara tentang Aksa.Dari raut wajah perempuan itu, sepertinya perempuan itu sedang dalam mood yang buruk. Tetapi apa yang membuat sahabatnya itu terlihat seperti itu?"Jujur sama gua. Apa lo pernah bilang sesuatu ke Aksa? Sampai-sampai dia nggak percaya kalau lo cinta sama dia?" tanya Aqilla secara tiba-tiba.Fanny tertegun saat mendengar hal itu. Secara frontal Aqilla menanyakan hal seperti kepadanya. Seakan perempuan itu sangat yakin kalau dirinya pernah melakukan hal itu dengan sengaja."Setahu gua sih nggak pernah," jawab Fanny dengan ragu."Jangan bohong. Karena ini menyangkut masa depan lo sama Aksa," ucap Aqilla sambil menatap tajam Fanny."Enggak, Qilla. Emang kenapa, sih?""Aksa merasa kalau lo nggak cinta sama dia. Makanya sampai sekarang