Acara makan malam sudah hampir dimulai. Tetapi sahabat Fitri belum juga datang. Padahal sekarang Fanny, Robert, dan Fitri sudah menunggu kedatangan mereka di ruang tamu.
Dengan bosan mereka menunggu tamu tersebut sambil menonton acara TV.
Fanny sekarang sudah terlihat sangat cantik. Padahal ia tidak memakai makeup apa pun di wajahnya. Ia hanya menggunakan bedak bayi punya Atlanta dan sedikit parfum.
Ia sangat penasaran dengan sahabat Fitri yang akan mampir ke rumah. Karena sangat dari tadi Fitri terlihat sedang seperti orang yang sedang mencemaskan sesuatu. Tetapi apa itu?
Tidak lama setelah itu denger ada suara mobil dari depan rumah mereka. Sontak Fitri berdiri lalu beranjak ke luar untuk melihat siapa yang datang. Fitri tersenyum lebar saat mengetahui sahabat lamanya sekarang sudah sampai.
"Lo tambah cantik aja," ucap sahabatnya sambil memeluk tubuh Fitri.
"Lo juga. Gimana kabar lo?" tanya Fitri sambil membalas pelukan sahabat
Acara makan malam sudah dimulai. Shila, Fitri, Robert, Fanny dan Aksa sudah berada di meja makan. Mereka sedang menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh Fitri.Sesekali Aksa tersenyum, karena merasa sangat nostalgia. Ia sudah lama sekali tidak makan makanan Fitri. Dan sekalinya ia memakan masakan wanita paruh baya itu, membuatnya langsung merasa sangat bahagia.Bagi Aksa, masakan Fitri adalah yang terbaik. Bahkan seorang chef sekalipun tidak akan bisa mengalahkan masakan seorang Fitri.Tetapi itu dulu. Sekarang semuanya sudah berbeda. Bagi Aksa yang sekarang masakan Fitri adalah masakan biasa. Tidak ada sesuatu yang spesial di dalam masakan perempuan itu."Gua dengar anak lo udah lulus. Bagaimana kedepannya? Mau kuliah atau langsung kerja?" tanya Shila membuka topik pembicaraan."Kalau gua sih maunya dia kuliah dulu. Tapi entah dia maunya gimana," jawab Fitri sambil memandang Fanny."Saya mau kuliah dulu. Akan sangat merepotka
Aksa dan Fanny sudah ada di depan sebuah penginapan. Penginapan inilah yang akan menjadi tempat tinggal mereka beberapa hari ke depan.Di penginapan ini tidak ada orang sama sekali. Yang berarti hanya mereka berdua yang akan berada di penginapan ini.Satu orang laki-laki dan satu orang perempuan berada di atap yang sama. Mungkin akan terjadi sesuatu yang tidak diduga-duga. Atau mungkin akan kisah cinta mereka akan dimulai semenjak hari ini.Aksa menatap koper yang dibawa oleh Fanny. Koper berwarna pink itu membuatnya teringat dengan koper milik Pitaloka."Perjodohan ini, apa memang Senior sudah tau sejak awal?" tanya Aksa sambil mengalihkan pandangannya ke arah Fanny."Bisa nggak manggil gua pakai nama gua aja? Kalau lo manggil gua senior, rasanya kayak canggung 'gitu," tanya Fanny sambil menatap Aksa."Sepertinya Senior tidak tau. Wajar aja sih kalau Senior tidak tau.""Lo ada masalah apa sih sama gua? Perasaan gua
Hari kedua Aksa dan Fanny liburan. Tidak ada yang spesial. Mereka hanya menghabiskan waktu di dalam penginapan.Mereka melakukan aktivitas mereka sendiri-sendiri. Tanpa melakukan percakapan sedikit pun. Merasa kalau tidak ada orang lain di penginapan itu selain diri mereka masing-masing.Mengakibatkan hubungan mereka semakin memburuk.Fanny tau kalau terus seperti ini, mereka akan benar-benar berakhir dengan sebuah perpisahan. Dan itu bukanlah keinginannya yang sebenarnya.Tetapi ia tidak tau harus melakukan apa. Karena setiap kali ia ingin mendekati Aksa, selalu saja ia dihalangi oleh dinding tebal yang seakan berkata; pergi, tempatmu bukan di sini. Dinding itu adalah sifat dingin Aksa. Yang sudah berulangkali membuatnya merasa sangat sedih.Fanny tidak menyerah. Karena cuma dirinya yang bisa menyelamatkan laki-laki itu. Ia berjanji pada dirinya sendiri, kalau setelah kembali dari tempat ini, Aksa sudah berubah menjadi seperti dulu. Aksa yan
Hari sudah mulai kembali menunjukkan kegelapannya. Tanda kalau sudah mulai malam. Waktu untuk Fanny tidur di ranjang empuknya. Tetapi Fanny tidak melakukan itu. Sekarang Fanny sedang ada di teras. Menatap secara saksama seorang pria paruh baya yang tadi ia pergoki sedang berjalan mengitari penginapannya. Ia merasa aneh dengan pria tersebut. Bagaimana bisa pria itu bisa di penginapan ini? Sedangkan menurut kabar, organisasi Dragon sudah bubar, karena Bos mereka menjadi korban dalam kecelakaan pesawat. Tetapi kenapa sekarang Brian ada di penginapannya? Apa ada seseorang yang menugaskan orang itu? "Jadi, kenapa Anda ke sini?" tanya Fanny sambil menatap manik mata Brian dengan tajam. "Saya hanya ingin mengecek keadaan Tuan Aksa," ucap Brian berbohong. Brian sengaja berbohong. Karena ia yakin, sekarang belum saatnya Fanny tau bahwa Aksa lah yang sekarang berada di puncak organisasi Dragon menggantikan posisi Gino yang telah kosong. "Apa cum
Aksa baru saja mencoba untuk memejamkan matanya. Tetapi tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya dengan keras.Membuatnya mau tidak mau membuka pintu kamarnya untuk melihat siapa orang yang sudah berani-beraninya mengganggu ketenangannya.Saat Aksa sudah membuka pintu tersebut, emosi Aksa sedikit mereda. Karena yang mengetuk pintunya ternyata adalah Fanny."Ada perlu apa?" tanya Aksa sambil menatap Fanny malas."Kesepakatan kita. Jangan bilang lo lupa sama itu," ucap Fanny lalu tersenyum kecil."Oh, kesepakatan itu. Saya masih ingat. Jadi apa yang akan Anda minta?""Gua mau tidur bareng lo. Nggak masalah, 'kan?"Setelah mengucapkan itu, Fanny masuk ke dalam kamar Aksa begitu saja. Tanpa menunggu persetujuan dari sang pemilik kamar, ia duduk di kasur dengan santainya."Kalau itu sepertinya sedikit masalah. Satu perempuan dan satu laki-laki di kamar yang sama. Bukannya itu nggak normal?" tanya Aksa sambil
Malam terakhir Aksa dan Fanny ada di penginapan. Hari ini adalah hari terakhir liburan mereka. Jadi mereka gunakan kesempatan terkahir ini benar-benar untuk bersantai-santai.Supaya besok saat mereka ada di rumah, mereka tidak kecewa karena belum puas menikmati liburan.Aksa memakai hoodie berwarna birunya, lalu berjalan menghampiri Fanny yang sedang menonton TV di ruang tengah."Ikut saya," ucap Aksa saat sudah ada di dekat Fanny."Mau ke mana emang?" tanya Fanny sambil melihat Aksa."Nanti juga tau."Aksa melenggang pergi duluan. Membuat Fanny langsung berdiri dan mengikuti langkah Aksa dari belakang. Fanny sama sekali tidak tau ke mana Aksa akan pergi. Jadi ia putuskan untuk diam dan mengikuti langkah kaki laki-laki itu dari belakang.Tidak lama akhirnya Fanny tau ke mana Aksa membawanya. Laki-laki itu membawanya ke sebuah cafe yang terlihat sangat mewah. Dan di luar cafe itu ada dua orang pria menggunakan jas berwarna hitam sedang
Aksa sudah ada di rumahnya. Sedang mencoba untuk tidur. Karena perjalanannya tadi sangat melelahkan. Sekarang ia mencoba untuk tidur dengan tenang, supaya badannya bisa istirahat penuh setelah tiga hari kemarin liburan bersama Fanny.Baru saja ia memejamkan matanya, ada seseorang yang mengetuk kacanya. Tanpa pikir panjang, Aksa langsung bangkit dari tempat tidurnya, lalu berjalan mendekat ke arah jendela.Sangat aneh. Padahal kamarnya ada di lantai dua. Jadi siapa yang mengetuk jendela kamarnya.Mata Aksa menatap secara saksama seorang laki-laki menggunakan jas hitam yang ada di halaman rumahnya. Brian? Ia sangat penasaran kenapa laki-laki itu menemuinya malam-malam seperti ini.Dengan cepat ia melompat dari jendela. Memang jarak antara lantai dua dan tanah jauh. Tetapi di dekat jendela Aksa ada sebuah pohon yang rantingnya sangat kuat. Jadi Aksa gunakan ranting-ranting itu untuk bergelantungan. Memperlambat kecepatan jatuhnya.Dan berhasil. Ia ber
Elvano tersenyum tipis saat melihat ada pasukan musuh baru yang datang. Padahal pasukan musuh yang sedang ia lawan saja belum sepenuhnya tumbang. Tetapi sekarang sudah ada lagi aja yang datang.Cakra menendang keras wajah musuh yang ada di hadapannya. Setelah itu, ia memandang wajah-wajah musuh yang baru saja. Ia tersenyum kecil karena menyadari kalau staminanya sekarang tinggal sedikit. Dan kalau pun pertempuran ini dilanjutkan lagi, ia tidak yakin bisa bertahan sampai akhir.Nova tertawa keras. Mengetahui kalau musuhnya sekarang bertambah banyak. Ia memang tidak yakin kalau ia bisa memenangkan pertarungan ini. Tetapi setidaknya ia bisa puas karena sudah memukul orang banyak.Alka mengelap sebuah darah yang ada di sudut bibirnya. Lalu menatap semua musuh yang baru saja datang menggunakan tatapan tajam.Heaven sekarang dalam keadaan yang sangat tidak menguntungkan. Karena banyak personil mereka yang sudah kelelahan. Dan kalau pun mereka tetap
Atlanta sekarang sudah beranjak remaja. Sekarang ia sudah resmi menjadi murid SMA Nusa Bangsa. Dan sudah mendapatkan satu teman saat masa MOS.Hari-hari yang ia jalani sangatlah membosankan. Karena setiap hari ia hanya di rumah. Menonton TV, membaca buku, mengerjakan soal-soal. Cuma itu kegiatannya.Tetapi itu semua akan berubah jika Aksa datang. Kedatangan laki-laki itu membuat harinya menjadi lebih menyenangkan. Setiap laki-laki itu datang, pasti laki-laki itu akan membawanya jalan-jalan berkeliling kota, membeli es krim di suatu tempat, dan bermain bersama-sama. Tetapi sangat disayangkan, karena laki-laki itu sangat jarang berkunjung.Dan seperti hari ini. Atlanta sangat bosan. Makanya ia memutuskan untuk kembali ke kamar. Tetapi di tengah jalan atau tepatnya di depan sebuah pintu kamar, ia hentikan langkahnya.Sekarang ia ada di depan pintu kamar yang selalu terkunci. Kamar itu sangat jarang dibuka dan kalau pun dibuka pasti saat itu Atlanta sedang ti
Tiga tahun sudah semenjak hari pernikahan Aksa dan Fanny. Betapa bahagianya Cakra saat mendengar Fanny sudah melahirkan bayinya dengan selamat. Dengan kecepatan penuh, Cakra mengendarai motornya ke rumah sakit, untuk menjenguk perempuan itu dan mengucapakan selamat pada sahabatnya karena sudah menjadi seorang ayah.Saat sudah sampai di rumah sakit. Dengan cepat Cakra langsung berlari ke arah ruang perawatan Fanny. Saat sudah sampai di ruangan tersebut, Cakra melihat Aksa yang sedang duduk di sofa menemani Fanny yang sedang tertidur lelap."Yo, Kapten," ucap Cakra sambil memasuki ruangan."Yo. Lama nggak ketemu," ucap Aksa sambil mengalihkan pandangannya ke arah Cakra."Kan sekarang lo sudah jadi seorang ayah, nih. Ceritalah gimana perasaan lo sekarang.""Bahagia banget. Saking bahagianya gua nggak tau bagaimana cara ngasih taunya ke lo.""Oh, begitu. Kalau 'gitu udah cukup. Asalkan lo bahagia itu sudah cukup."Pandangan Cakra beralih
Cakra mengambil sebuah dua gelas minuman di atas meja, lalu berjalan menuju Putra yang sedang berkumpul bersama anggota Natch.Cakra menyodorkan salah satu gelasnya ke arah Putra. Sebagai isyarat untuk laki-laki itu minum minuman tersebut. Dan dengan senang hati Putra menerima minuman itu, lalu meminumnya sedikit."Semuanya datang?" tanya Cakra sambil menatap Putra."Dua puluh persen dari anggota Heaven datang," jawab Putra setelah meminum minumannya."Kok cuma dua puluh persen? Bukannya semua anggota Heaven diundang?""Mereka bakalan datang kalau semua tamu undangan yang lainnya sudah pulang. Pikirin aja baik-baik, kalau mereka semua datang sekarang, tempat ini bakalan penuh dengan anak geng motor, nanti para tamu undangan yang lain pada takut. Bisa-bisa acara ini jadi hancur.""Benar juga, ya. Tumben otak lo lancar.""Otak gua memang lancar. Noh otak lu yang mampet."Cakra tersenyum kecil mendengar itu. Pandangann
Malam hari ini, Azkia menginap di rumah Aksa. Karena besok ia harus membantu Shila untuk mempersiapkan semuanya yang dibutuhkan saat acara pernikahan Aksa dan Fanny.Di kamar tamu lah ia berada sekarang. Ia sudah sangat sering menggunakan kamar tamu ini. Bahkan saking seringnya ia tidur di kamar ini, ia sampai-sampai sudah menganggap kamar tamu ini adalah kamarnya sendiri.Azkia tersenyum tipis, saat melihat Aksa memasuki kamarnya. Ia menatap wajah Aksa dengan saksama, seakan bertanya alasan kenapa laki-laki itu datang ke kamarnya malam-malam seperti ini.Mengetahui ada Aksa, Azkia langsung duduk di pinggir kasur. Supaya lebih sopan. Karena bagaimana pun Aksa lah tuan rumah. Jadi kurang sopan jika ia tiduran di atas kasur, saat ada laki-laki itu.Azkia terheran-heran saat tiba-tiba Aksa jongkok tepat di hadapannya. Ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang dilakukan laki-laki itu? Memasuki kamarnya tanpa sepatah kata pun, lalu tiba-tiba jongkok d
Aksa menatap Azkia secara saksama. Sejak tadi perempuan itu terus mengoceh hal-hal yang tidak penting. Dan Aksa hanya diam sambil berharap kalau ocehan Azkia akan segera berakhir.Dan harapan Aksa menjadi kenyataan. Tetapi itu bukan karena Azkia sudah selesai dengan ocehannya. Melainkan karena Fanny datang ke rumahnya. Dan sekarang sedang menunggunya di ruang tamu."Besok penentuan hari pernikahan lo sama Fanny. Jadi gua mohon jangan ikut-ikutan kalau Heaven sedang ada masalah dengan geng motor lain. Karena itu sangat berbahaya bagi lo," ucap Azkia sambil meredakan emosinya."Kalau gua sampai ikutan?" tanya Aksa dengan polosnya."Gua nggak bakalan izinin lo keluar dari kamar. Gua bakalan kunci kamar lo sampai seminggu, biar lo mati bosan di dalam kamar.""Wih, ngeri amat. Lo ini seorang kakak atau pembunuh kejam?""Dua-duanya. Kenapa? Mau ngeluh? Gua bilangin ke Bunda nih ya kalau lo nggak mau nurut sama gua.""Aduh, mainnya nga
Fitri tersenyum lebar saat melihat Aksa sekarang sedang berada di depan rumahnya bersama dengan Fanny. Sudah lama sekali, laki-laki itu tidak kembali ke rumahnya. Sekalinya laki-laki itu kembali hanya sekedar untuk mengantarkan Fanny.Rasanya miris sekali, saat mengingat bahwa dulu Aksa adalah bagian dari keluarganya. Tetapi sekarang Aksa sudah terlihat seperti orang asing. Yang bahkan sama sekali tidak terlihat merindukannya."Nggak masuk dulu?" tanya Fitri saat Aksa mau berbalik.Gerakan Aksa langsung terhenti saat mendengar suara Fitri. Rasa rindu yang selama ini ia telah lupakan, sekarang kembali muncul. Membuatnya ingin memeluk tubuh Fitri dengan erat. Lalu melepaskan semua rasa rindu yang telah ia simpan rapih-rapih selama ini."Saya harus kembali ke rumah sakit untuk membantu Bunda. Jadi mungkin lain waktu," ucap Aksa lalu tersenyum kecil."Atlanta juga butuh sosok kakak laki-laki. Jadi bisa temui dia? Biar dia tau kalau dia punya kakak laki
Aksa menatap perempuan yang ada di hadapannya secara saksama. Ini sama sekali tidak ada di dalam rencananya. Sebelumnya ia hanya berencana makan ramen bersama Putra sambil membahas beberapa hal. Tetapi siapa sangka Azkia dan Fanny berada di sana juga.Dengan paksaan Putra, akhirnya Aksa mau berbagi meja dengan Azkia dan Fanny. Sebenarnya ini adalah rencana Putra dan Azkia. Mereka memang sengaja mengajak Aksa dan Fanny ke warung ini, supaya hubungan mereka bisa menjadi lebih dekat.Dan rencana mereka untuk mempertemukan Aksa dan Fanny berhasil.Aksa menatap wajah Azkia. Mempertanyakan kenapa perempuan itu bisa berada di warung tersebut bersama Fanny. Tetapi hanya dibalas dengan senyuman oleh Azkia."Mau pesan apa, Vin?" ucap seorang perempuan yang bertugas untuk mencatat pesanan Aksa dan teman-temannya.Sontak Fanny, Azkia, dan Putra langsung merasa terheran-heran. Pasalnya perempuan itu memanggil Aksa dengan nama Alvin. Yang artinya perempuan
Sekarang Aksa dan Putra sedang ada di markas besar Heaven. Putra sengaja mengajak Aksa bertemu di sini, agar tidak ada yang menganggu perbicangan mereka. Karena saat ini Putra ingin membicarakan hal yang sangat penting. Dan hal itu sangat bersangkutan dengan kebahagiaan dua orang yang ia sayang.Aksa dan Putra berdiri saling berhadapan. Putra tersenyum lebar, lalu melayangkan sebuah pukulan cepat. Putra sengaja fokus kecepatan bukan kekuatan, karena ia tau kalau ia fokus pada kekuatan, maka kecepatan tangannya akan berkurang dan Aksa akan menangkis pukulannya dengan sempurna.Aksa menyentuh pipinya yang baru saja terkenal pukulan Putra. Ia merasa sedikit nyeri, karena sudah lama tidak merasakan pukulan. Terlebih lagi, pukulan sahabatnya itu memang tidak bisa diremehkan."Lo cinta sama Fanny?" tanya Putra sambil menatap tajam Aksa."Kenapa lo tiba-tiba tanya begitu?" tanya Aksa sambil menatap sinis Putra."Karena gua cinta sama dia.""K
Fanny menatap secara saksama Aqilla yang duduk di seberangnya. Ia sedikit kaget, saat tiba-tiba perempuan itu datang ke rumahnya lalu meminta waktunya sedikit untuk hanya sekedar berbicara tentang Aksa.Dari raut wajah perempuan itu, sepertinya perempuan itu sedang dalam mood yang buruk. Tetapi apa yang membuat sahabatnya itu terlihat seperti itu?"Jujur sama gua. Apa lo pernah bilang sesuatu ke Aksa? Sampai-sampai dia nggak percaya kalau lo cinta sama dia?" tanya Aqilla secara tiba-tiba.Fanny tertegun saat mendengar hal itu. Secara frontal Aqilla menanyakan hal seperti kepadanya. Seakan perempuan itu sangat yakin kalau dirinya pernah melakukan hal itu dengan sengaja."Setahu gua sih nggak pernah," jawab Fanny dengan ragu."Jangan bohong. Karena ini menyangkut masa depan lo sama Aksa," ucap Aqilla sambil menatap tajam Fanny."Enggak, Qilla. Emang kenapa, sih?""Aksa merasa kalau lo nggak cinta sama dia. Makanya sampai sekarang