Fanny menutup wajahnya dengan guling. Ia merasa sangat sedih, karena kesempatan terakhirnya berakhir dengan sangat buruk.
Tadi saat ada di bioskop ia sempat yakin, bahwa hubungannya dan Aksa akan semakin bagus. Tetapi ternyata salah. Aksa sekarang sudah kembali menjadi sosok laki-laki dingin seperti saat Fanny pertama kali melihatnya.
Mendekati Aksa sama saja menyakiti perasaannya sendiri. Dan Fanny belum siap untuk tersakiti lebih jauh lagi.
Fanny sangat merindukan sosok Aksa yang dulu. Sosok Aksa yang hangat, selalu terlihat ceria, dan siap kapan pun ia membutuhkan bahu untuk bersandar. Tetapi sayang. Sosok Aksa yang itu sudah lenyap dari dunia ini untuk selamanya. Sama persis seperti kalimat Aksa pada saat mereka ada di dalam gedung bioskop.
Fanny mengelap air matanya, saat mendengar pintu kamarnya mulai terbuka. Dengan mata sendu, ia menatap seorang wanita paruh baya yang sekarang ada di ambang pintu kamarnya.
"Kenapa, Ma?" tanya Fanny la
Acara makan malam sudah hampir dimulai. Tetapi sahabat Fitri belum juga datang. Padahal sekarang Fanny, Robert, dan Fitri sudah menunggu kedatangan mereka di ruang tamu.Dengan bosan mereka menunggu tamu tersebut sambil menonton acara TV.Fanny sekarang sudah terlihat sangat cantik. Padahal ia tidak memakai makeup apa pun di wajahnya. Ia hanya menggunakan bedak bayi punya Atlanta dan sedikit parfum.Ia sangat penasaran dengan sahabat Fitri yang akan mampir ke rumah. Karena sangat dari tadi Fitri terlihat sedang seperti orang yang sedang mencemaskan sesuatu. Tetapi apa itu?Tidak lama setelah itu denger ada suara mobil dari depan rumah mereka. Sontak Fitri berdiri lalu beranjak ke luar untuk melihat siapa yang datang. Fitri tersenyum lebar saat mengetahui sahabat lamanya sekarang sudah sampai."Lo tambah cantik aja," ucap sahabatnya sambil memeluk tubuh Fitri."Lo juga. Gimana kabar lo?" tanya Fitri sambil membalas pelukan sahabat
Acara makan malam sudah dimulai. Shila, Fitri, Robert, Fanny dan Aksa sudah berada di meja makan. Mereka sedang menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh Fitri.Sesekali Aksa tersenyum, karena merasa sangat nostalgia. Ia sudah lama sekali tidak makan makanan Fitri. Dan sekalinya ia memakan masakan wanita paruh baya itu, membuatnya langsung merasa sangat bahagia.Bagi Aksa, masakan Fitri adalah yang terbaik. Bahkan seorang chef sekalipun tidak akan bisa mengalahkan masakan seorang Fitri.Tetapi itu dulu. Sekarang semuanya sudah berbeda. Bagi Aksa yang sekarang masakan Fitri adalah masakan biasa. Tidak ada sesuatu yang spesial di dalam masakan perempuan itu."Gua dengar anak lo udah lulus. Bagaimana kedepannya? Mau kuliah atau langsung kerja?" tanya Shila membuka topik pembicaraan."Kalau gua sih maunya dia kuliah dulu. Tapi entah dia maunya gimana," jawab Fitri sambil memandang Fanny."Saya mau kuliah dulu. Akan sangat merepotka
Aksa dan Fanny sudah ada di depan sebuah penginapan. Penginapan inilah yang akan menjadi tempat tinggal mereka beberapa hari ke depan.Di penginapan ini tidak ada orang sama sekali. Yang berarti hanya mereka berdua yang akan berada di penginapan ini.Satu orang laki-laki dan satu orang perempuan berada di atap yang sama. Mungkin akan terjadi sesuatu yang tidak diduga-duga. Atau mungkin akan kisah cinta mereka akan dimulai semenjak hari ini.Aksa menatap koper yang dibawa oleh Fanny. Koper berwarna pink itu membuatnya teringat dengan koper milik Pitaloka."Perjodohan ini, apa memang Senior sudah tau sejak awal?" tanya Aksa sambil mengalihkan pandangannya ke arah Fanny."Bisa nggak manggil gua pakai nama gua aja? Kalau lo manggil gua senior, rasanya kayak canggung 'gitu," tanya Fanny sambil menatap Aksa."Sepertinya Senior tidak tau. Wajar aja sih kalau Senior tidak tau.""Lo ada masalah apa sih sama gua? Perasaan gua
Hari kedua Aksa dan Fanny liburan. Tidak ada yang spesial. Mereka hanya menghabiskan waktu di dalam penginapan.Mereka melakukan aktivitas mereka sendiri-sendiri. Tanpa melakukan percakapan sedikit pun. Merasa kalau tidak ada orang lain di penginapan itu selain diri mereka masing-masing.Mengakibatkan hubungan mereka semakin memburuk.Fanny tau kalau terus seperti ini, mereka akan benar-benar berakhir dengan sebuah perpisahan. Dan itu bukanlah keinginannya yang sebenarnya.Tetapi ia tidak tau harus melakukan apa. Karena setiap kali ia ingin mendekati Aksa, selalu saja ia dihalangi oleh dinding tebal yang seakan berkata; pergi, tempatmu bukan di sini. Dinding itu adalah sifat dingin Aksa. Yang sudah berulangkali membuatnya merasa sangat sedih.Fanny tidak menyerah. Karena cuma dirinya yang bisa menyelamatkan laki-laki itu. Ia berjanji pada dirinya sendiri, kalau setelah kembali dari tempat ini, Aksa sudah berubah menjadi seperti dulu. Aksa yan
Hari sudah mulai kembali menunjukkan kegelapannya. Tanda kalau sudah mulai malam. Waktu untuk Fanny tidur di ranjang empuknya. Tetapi Fanny tidak melakukan itu. Sekarang Fanny sedang ada di teras. Menatap secara saksama seorang pria paruh baya yang tadi ia pergoki sedang berjalan mengitari penginapannya. Ia merasa aneh dengan pria tersebut. Bagaimana bisa pria itu bisa di penginapan ini? Sedangkan menurut kabar, organisasi Dragon sudah bubar, karena Bos mereka menjadi korban dalam kecelakaan pesawat. Tetapi kenapa sekarang Brian ada di penginapannya? Apa ada seseorang yang menugaskan orang itu? "Jadi, kenapa Anda ke sini?" tanya Fanny sambil menatap manik mata Brian dengan tajam. "Saya hanya ingin mengecek keadaan Tuan Aksa," ucap Brian berbohong. Brian sengaja berbohong. Karena ia yakin, sekarang belum saatnya Fanny tau bahwa Aksa lah yang sekarang berada di puncak organisasi Dragon menggantikan posisi Gino yang telah kosong. "Apa cum
Aksa baru saja mencoba untuk memejamkan matanya. Tetapi tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya dengan keras.Membuatnya mau tidak mau membuka pintu kamarnya untuk melihat siapa orang yang sudah berani-beraninya mengganggu ketenangannya.Saat Aksa sudah membuka pintu tersebut, emosi Aksa sedikit mereda. Karena yang mengetuk pintunya ternyata adalah Fanny."Ada perlu apa?" tanya Aksa sambil menatap Fanny malas."Kesepakatan kita. Jangan bilang lo lupa sama itu," ucap Fanny lalu tersenyum kecil."Oh, kesepakatan itu. Saya masih ingat. Jadi apa yang akan Anda minta?""Gua mau tidur bareng lo. Nggak masalah, 'kan?"Setelah mengucapkan itu, Fanny masuk ke dalam kamar Aksa begitu saja. Tanpa menunggu persetujuan dari sang pemilik kamar, ia duduk di kasur dengan santainya."Kalau itu sepertinya sedikit masalah. Satu perempuan dan satu laki-laki di kamar yang sama. Bukannya itu nggak normal?" tanya Aksa sambil
Malam terakhir Aksa dan Fanny ada di penginapan. Hari ini adalah hari terakhir liburan mereka. Jadi mereka gunakan kesempatan terkahir ini benar-benar untuk bersantai-santai.Supaya besok saat mereka ada di rumah, mereka tidak kecewa karena belum puas menikmati liburan.Aksa memakai hoodie berwarna birunya, lalu berjalan menghampiri Fanny yang sedang menonton TV di ruang tengah."Ikut saya," ucap Aksa saat sudah ada di dekat Fanny."Mau ke mana emang?" tanya Fanny sambil melihat Aksa."Nanti juga tau."Aksa melenggang pergi duluan. Membuat Fanny langsung berdiri dan mengikuti langkah Aksa dari belakang. Fanny sama sekali tidak tau ke mana Aksa akan pergi. Jadi ia putuskan untuk diam dan mengikuti langkah kaki laki-laki itu dari belakang.Tidak lama akhirnya Fanny tau ke mana Aksa membawanya. Laki-laki itu membawanya ke sebuah cafe yang terlihat sangat mewah. Dan di luar cafe itu ada dua orang pria menggunakan jas berwarna hitam sedang
Aksa sudah ada di rumahnya. Sedang mencoba untuk tidur. Karena perjalanannya tadi sangat melelahkan. Sekarang ia mencoba untuk tidur dengan tenang, supaya badannya bisa istirahat penuh setelah tiga hari kemarin liburan bersama Fanny.Baru saja ia memejamkan matanya, ada seseorang yang mengetuk kacanya. Tanpa pikir panjang, Aksa langsung bangkit dari tempat tidurnya, lalu berjalan mendekat ke arah jendela.Sangat aneh. Padahal kamarnya ada di lantai dua. Jadi siapa yang mengetuk jendela kamarnya.Mata Aksa menatap secara saksama seorang laki-laki menggunakan jas hitam yang ada di halaman rumahnya. Brian? Ia sangat penasaran kenapa laki-laki itu menemuinya malam-malam seperti ini.Dengan cepat ia melompat dari jendela. Memang jarak antara lantai dua dan tanah jauh. Tetapi di dekat jendela Aksa ada sebuah pohon yang rantingnya sangat kuat. Jadi Aksa gunakan ranting-ranting itu untuk bergelantungan. Memperlambat kecepatan jatuhnya.Dan berhasil. Ia ber