.
.
.
"Ceklek!!", terdengar suara pintu masuk di apartemen Sky Garden itu terbuka tepat sebelum tengah malam, menampilkan sosok seorang pria besar bertubuh kekar yang terlihat mengenakan setelan jas berwarna hitam.
Dengan tubuh yang tidak seimbang, ia nampak terhuyung-huyung berusaha berjalan memasuki ruangan yang saat ini sudah gelap tersebut. Samar-samar ia melihat tangga menuju ke kamar utama dan dengan perlahan iapun menaikinya.Tangannya yang nampak kuat dengan urat-urat yang menonjol, memegang lengan tangga itu satu persatu untuk menopang dirinya sendiri yang telah kehilangan kesadaran.
Dari tempatnya berdiri saat ini telah tercium aroma bunga mawar yang terasa menggoda, berasal dari dalam kamar yang ada disana. Langkah demi langkah, pria itu terlihat menuju ke tempat dimana aroma itu berasal. Emosi, benci, dan perasaan direndahkan seakan telah mengambil alih pikirannya kali ini.
Sambil melepaskan dasi yang terikat pada lehernya, sorot matanya itu tertuju ke depan dengan sangat tajam, bagai seekor elang yang hendak mencari mangsanya. Benar, mencari mangsa untuk dihukumnya!
Sesekali ia tersandung! Bahkan hampir terjatuh! Tapi itu sama sekali tidak menyurutkan api membara di matanya yang terlihat begitu merah.
Setelah beberapa langkah yang cukup berat, pria beraroma alkohol itupun melihat sebuah pintu kamar berwarna hitam yang dahulu sempat ditempatinya. Memegang pintu handle yang ada disana, iapun memutar dan mendorongnya begitu saja sampai pintu itu terbuka dengan sangat lebar.
"Brak!", terdengar suara pintu itu terbuka dengan suara yang tidak begitu keras, menampilkan sebuah ruangan yang dihiasi lampu temaram.
Menegakkan tubuhnya, kedua mata elang pria itu menyipit melihat siluet seorang perempuan yang terlihat telah tertidur lelap dibawah cahaya sebuah lampu tidur. Dengan senyum mengejek, pria itu perlahan melepas jasnya, membuka kancingnya dan terus berjalan menuju ketempat dimana wanita itu sedang berada.
.
.
.
Sementara itu di kediaman Shen, berita tentang kepulangan Mu Shenanpun telah didengar oleh Kakek Shen dan anak laki-lakinya Shen Haoran.
Berada diruang keluarga, mereka berdua terlihat menikmati teh hangat dengan masing-masing memegang sesuatu ditangannya. Tentu saja, yang satu memegang surat kabar dan satunya memegang laporan penting perusahaan.
Beberapa waktu bersama, kedua orang itu terlihat hanya diam, dan berfokus dengan apa yang saat ini dipegangnya. Lama kelamaan, salah satu dari merekapun akhirnya sudah tidak tahan untuk tidak berbicara lagi.
"Haoran, apakah Yiyi sudah menghubungimu?", kata Kakek Shen kepada anaknya itu sembari menunjukkan berita pada surat kabar itu.
Benar, itu adalah berita terpopuler hari ini, berita tentang kepulangan Mu Shenan yang diliput oleh berbagai media.
"Belum, Ayah.", ungkap Shen Haoran sembari terus memeriksa laporan yang ada ditangannya. Sekilas, ia melirik kearah surat kabar tanpa diketahui sang ayah yang telah dipenuhi dengan uban dikepalanya itu.
Mendengar jawaban itu, Kakek Shen berdecak dengan sangat kesal. Bagaimana mungkin Shen Yiyi juga tidak menghubungi Shen Haoran. Dirinya sungguh tidak mengerti akan tingkah cucunya ini yang sudah dua tahun pergi bersama suaminya tanpa memberi kabar.
"Yiyi ini, benar-benar keterlaluan. Sejak menikah, dia tidak pernah menjengukku. Dan sekarang, dia dan Mu Shenan sama sekali tidak memberitahu kedatangannya ke negara ini. Benar-benar durhaka!", ungkap Kakek Shen meluapkan kekesalannya karena merasa diabaikan oleh cucu kesayangannya itu.
"Ayah, sudahlah. Bukankah kau sendiri yang memaksa Shen Yiyi untuk cepat menikah? Dari awal aku sudah menolak, tetapi Ayah terlalu memaksa.", kata Shen Haoran sambil meletakkan berkas di atas meja dan memandang ayahnya itu dengan tajam, seakan ingin mengingatkan ayahnya tentang perjodohan yang terlalu dipaksakan itu!
"Aiyo... Haoran. Mengapa kau masih mempermasalahkan hal ini? Aku mengenal kakek Mu Shenan sudah sangat lama.", katanya menjawab kata-kata Shen Haoran.
"Kau tidak akan pernah mengerti bagaimana persahabatan kami ketika perang waktu itu.. Dan bla...bla...bla.... ", begitulah Kakek Shen kembali menceritakan pengalaman menakjubkannya bersama sahabatnya, Mu Wayon, yang begitu menghebohkan sampai-sampai Shen Haoran dibuat pusing mendengarnya.
"Ayah, kumohon, berhentilah.", ucap Shen Haoran ingin menghentikan sejarah panjang tentang pertemanan kedua pria tua itu yang menyebabkan anaknya menikahi seorang asing yang terkenal dengan sikap dinginnya itu.
Meskipun begitu, Shen Haoran tidak memiliki kuasa untuk menghentikannya!
"Haoran, besok hubungilah anakmu itu. Suruh dia berkunjung kemari bersama suaminya. Bukankah mereka berdua sudah ada di negara ini? Jadi tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak menjenguk kita..", ucap kakek Shen memohon kepada anak lelakinya itu.
"Aku tidak mau.", balas Shen Haoran kepada ayahnya sembari meninggalkan pria tua itu yang tampak begitu kesal.
Berlalu dari sana, Shen Haoran sedikit melirik kebelakang untuk melihat kesedihan yang tersirat dimata tua itu. Tidak! Tidak hanya kakek Shen saja, melainkan dirinya juga sangat merindukan putri tunggalnya yang telah begitu lama tidak pernah menghubunginya. Apakah putri terlalu bahagia, sampai-sampai lupa kepada orangtuanya?
.
.
.
Di dalam kamar utama di apartemen Sky Garden, aroma mawar yang sebelumnya semerbak, saat ini telah bercampur dengan aroma anggur yang sangat dominan. Samar-samar, Shen Yiyi dapat menciumnya disertai hembusan udara panas yang seketika menerpa leher jenjangnya. Hembusan itu, semakin lama semakin terasa panas, diikuti oleh suara nafas yang terdengar lirih tidak beraturan.
Dalam lelapnya, suhu dingin yang sebelumnya menguasai ruang itu, lambat-laun mulai menghilang tak berjejak berganti dengan semburan hawa panas yang saat ini melingkupinya. Sekilas, Shen Yiyi tersadar, namun ia kembali menyangkalnya. Ah, mungkin saat ini dirinya sedang bermimpi! Bukankah dimasa lalunya, selama 10 tahun, ia sangat sering memimpikan Mu Shenan yang hanya akan ada dalam khayalannya belaka? Mungkin ini adalah mimpi yang sama dengan yang sebelumnya ia rasakan!
"Emm..", Shen Yiyi sedikit bergumam merasakan lumatan kasar dibibirnya yang terkesan begitu tergesa-gesa bagai seorang amatiran yang baru belajar melakukannya.
Sejenak, ia berusaha melepaskannya, namun ciuman itu begitu menuntut dan berlangsung dengan sangat panas yang membuat Shen Yiyi tidak bisa melawannya. Sesekali pria itu terlihat menggigit, memagut dan mengulum bibir Shen Yiyi sampai bibirnya itu habis tak bersisa.
Sesaat, pria itu menarik dirinya, terdiam, mematung dengan apa yang sedang dilakukannya dalam pengaruh alkohol yang perlahan sudah mulai menghilang itu. Saat ini, ia nampak begitu kesal! Ia kesal dengan dirinya sendiri!
"Ahhhhkk...", pria itu mengeram frustasi karena bibir itu terasa begitu manis dengan aroma yang sangat lembut sampai-sampai sanggup membangkitkan serigala liar yang berada didalam dirinya. Sayangnya, hasrat yang baru pertama kali dirasakan oleh pria itu terlanjur memuncak, dan ia tidak dapat menahan dirinya.
Sementara itu, Shen Yiyi yang kembali ditindas oleh pria itu dengan hal-hal yang lebih dari sebelumnya, masih tidak tahu mengapa mimpi kali ini terasa begitu nyata, sangat nyata, sampai-sampai ia tidak dapat membedakannya! Saat ini, Shen Yiyi baru tahu rasanya berciuman. Ternyata itu benar-benar manis! Mungkin nanti, ya, nanti saat ia mulai tersadar, ia sudah tidak bisa menghentikan apa yang sedang terjadi!
...Suhu malam yang sebelumnya memanas di kamar itu saat ini telah berganti dengan suasana pagi yang terasa sejuk dan sedikit lebih dingin. Dari balik dinding kaca, tetesan-tetesan embun pagi terlihat mengaburkan pemandangan yang ada didalamnya. Bahkan, burung-burung yang sedang terbang di udarapun tidak akan sanggup untuk hanya sedikit mengintip karena ketebalannya.Disana, suasana terasa begitu sunyi, bahkan tidak ada sedikit suara yang terdengar selain bunyi dentingan jarum jam dan deru nafas seorang pria yang terdengar sangat halus itu.Tidak berapa lama kemudian, udara dingin diluar telah berubah sedikit lebih hangat karena pancaran cahaya matahari yang telah keluar, naik lebih tinggi dari sebelumya, yang berhasil menelisik masuk untuk memperlihatkan sosok pria disana. Fitur wajahnya yang tegas, hidungnya yang mancung, bibirnya yang berwarna kemerah-merahan membuat pria itu terlihat sangat rupawan.Dibalik selimut yang tebal yang saat
..."Chiitttt!!!!!!", dari jalan besar yang ada disana, tiba-tiba terdengar bunyi deritan rem mobil BMW M6 Cabrio berwarna biru mengkilap yang tiba-tiba berhenti di pinggir jalanan sebuah taman bunga di kota S.Sebelumnya, mobil itu telah melaju dengan sangat kencang di atas kecepatan rata-rata dan juga sempat melanggar beberapa rambu lalu-lintas yang dilaluinya. Siapa yang menyangka jika dibalik kemudi mobil sedan mewah dengan konsep coupe asal pabrikan Jerman itu, terlihat seorang wanita muda dengan kulit seputih kertas yang terlihat dipenuhi oleh kissmark dibagian leher, tulang selangka, dan lengannya.Mengepalkan kedua tangannya, wanita itu kemudian memukul kemudi mobilnya dengan sangat keras. "Bang!!Bang!!Bang!!"Seolah-olah meluapkan kekesalannya, ia memukul dengan mencurahkan seluruh tenaganya, sampai-sampai kepalan tangannya itu terlihat telah memerah. Sambil terengah-engah, wanita itu terdengar sesekali menjerit karena kejen
...Dari arah jalan raya, Shen Yiyi melajukan mobilnya menuju ke kediaman Shen yang terletak di area pohon pinus yang tidak jauh dari pusat perkotaan. Setelah memarkirkan mobilnya, wanita itu terlihat membenarkan dandanannya dan juga mencari-cari syal untuk menutupi leher putihnya yang jenjang.Sekilas dari dalam mobil, Shen Yiyi melihat bahwa tidak ada yang berubah dari kediaman Shen. Asri, rindang, dan sejuk, itulah hal yang Shen Yiyi rindukan dari rumah keluarganya ini.Setelah membuka pintu mobil disampingnya, Shen Yiyi kemudian mengambil tas kecil ditangannya dan segera melangkah untuk menuju rumah besar itu. Sesampainya di depan pintu rumahnya, ia sempat terkejut karena kemunculan suara yang telah lama dirindukannya."Oh.. Cucu kesayangan kakek.. Masuklah..", terdengar suara bahagia seorang pria tua yang rambutnya sudah dipenuhi dengan uban berwarna putih keabu-abuan dari sana."Halo Kakek. Bagaimana kabar kakek?",
...Setelah masuk ke dalam kediaman Shen, Shen Yiyi mengarahkan pandangannya pada setiap sudut yang ada dalam rumah itu. "Sama sekali tidak ada yang berubah", batinnya.Semua hal di sana masih terlihat sama seperti ketika ia meninggalkan rumahnya itu sepuluh tahun yang lalu, oh tidak! Lebih tepatnya dua tahun yang lalu dikehidupan ini.Shen Yiyi melihat semua perabotannya tidak ada yang berubah! Tirai sutera berwarna coral peach yang sangat halus dan lembut itu adalah favoritnya, kursi Banqueted hitam putih karya seniman Fernando dan Humberto Campana yang menjadi kesukaannya itupun masih menghiasi ruang tamu dengan manis. Sebenarnya, semua perabot di kediaman Shen dipilih dan ditata menurut kesukaan Shen Yiyi sendiri!Saat Shen Yiyi melihat semua itu, tiba-tiba ia merasakan sebuah kehangatan menjalar masuk ke dalam hatinya yang membuatnya seketika merasa aman dan nyaman. Rasanya sudah lama sekali ia tidak merasakan kehangatan seperti
...Di kediaman Shen, ketika Shen Yiyi, Shen Haoran dan Kakek Tua sedang menikmati makan siang mereka, tiba-tiba sesosok wanita muda datang dengan memakai baju musim panas dari desainer yang cukup ternama, tas Gucci edisi terbatas, jam tangan mewah dari Paris, dan highheels menawan yang baru saja diluncurkan oleh Jimmy Choo Lang jenis metallic strappy sandal yang memikat.Sedikit melirik apa saja yang dipakai wanita itu, Shen Yiyi sudah bisa menebak bahwa ia adalah Wei Yuna! Mengapa tidak, seluruh barang yang dipakai oleh Wei Yuna adalah miliknya!Shen Yiyi baru menyadari sekarang, Wei Yuna begitu licik! Wanita itu memakai semua barang bagus untuk menonjolkan tubuhnya supaya tampak mempesona dan bahkan berencana memikat Mu Shenan, sedangkan dirinya malah memakai baju usang seperti pengemis di pinggir jalan.Mengingat itu semua, ada rasa sakit di hati Shen Yiyi, dia tidak akan membiarkan wanita ular itu menghancurkan masa depann
...Di kediaman Shen, setelah Wei Yuna pergi dari sana, Shen Yiyi merasa lega karena tidak perlu melihat paras munafik sepupu yang tidak sedarah dengannya itu.Di depan semua orang, Wei Yuna tampak begitu lembut dan penyayang, tapi siapa yang menyangka bahwa wanita itu bahkan tanpa segan melumuri tangan kotornya dengan darah orang lain untuk mendapatkan keinginannya.Sudahlah!! Shen Yiyi tidak ingin memikirkan wanita ular beludak itu. Saat ini belum tiba waktu bagi Shen Yiyi untuk membuka topeng Wei Yuna!Sejak Shen Yiyi bangkit dari kematiannya, ada begitu banyak hal yang terjadi, terutama adalah kecelakaan yang terjadi antara dirinya dan Mu Shenan semalam. Mengingat itu, sekelebat memori seketika membuat tubuh Shen Yiyi bergidik! Mu Shenan benar-benar serigala busuk!Kemudian dengan langkah gontai, Shen Yiyi melangkah menuju kamar pribadinya yang sudah sangat dirindukannya itu.Perlah
. . . Setelah Nyonya Besar Tua kembali ke rumahnya, Mu Shenan terlihat mengetuk-ngetuk meja kerjanya dengan jari-jemarinya yang panjang. Sesekali, ia membolak-balikkan dokumen dihadapannya itu, namun se-akan ada hal yang yang sedang dipikirkannya. Dari arah luar, nampak asisten Bai mendongakkan kepalanya untuk mengintip apa yang sedang bosnya itu lakukan. Setelah mengetuk pintu di depannya beberapa kali, asisten Bai segera masuk ke dalamnya untuk menyerahkan beberapa dokumen penting lainnya. Berdiri dihadapan Mu Shenan, asisten Bai hanya bisa terdiam. Bosnya ini, meskipun sudah dipanggil beberapa kali, namun belum juga meresponi keberadaan asisten Bai. "Tuan...", asisten memanggilnya, namun bosnya itu terlihat masih saja asyik dengan dunianya sendiri. "Tuan Mu..", katanya sambil menanti sebuah jawaban. Entah mengapa, kali ini, Mu Shenan sulit untuk berkonsentrasi dengan pekerjaannya, seakan ia sedang memikirkan sesuatu,
..."Baiklah Kakek.. Aku akan menunggu.", seorang pria muda memakai setelan jas elegan dengan dasi bergaris merah terlihat mengangguk memberikan tanda hormat kepada kakek Shen yang nampak begitu bahagia dengan kedatangannya."Ha.. Ha..ha.. ", tak henti-hentinya kakek Shen terus tertawa sembari menepuk-nepuk pundak pria muda yang sangat tinggi di depannya.Kakek tua itu terlihat sangat senang! Apalagi pria muda itu membawakannya begitu banyak buah tangan yang disukainya. Ada gingseng berusia ratusan tahun, teh herbal penambah umur panjang, dan juga sekotak besar kue moci kesukaannya. Sungguh, pria itu adalah cucu menantu yang bisa diandalkan!Benar. Sore ini Mu Shenan pergi ke kediaman Shen untuk menjemput Shen Yiyi, isteri yang tidak disukainya itu. Awalnya, ia sendiri sangat enggan. Tetapi melihat kesehatan neneknya yang menurun, lelaki garang itu menjadi sangat tidak tega.Semua ini karena ulah neneknya yang unik itu! Jika b
...Pagi telah menjelang di kota S. Hari ini, Shen Yiyi dan Mu Shenan harus kembali ke Kediaman Mu setelah mereka berdua mendapat pesan singkat dari Nyonya besar tua. Meski Shen Yiyi masih membenci suaminya setelah percakapan yang tidak terselesaikan semalam, tapi dia tetap ikut kesana karena dia harus berjumpa dengan nenek mertuanya yang sempat sakit itu.“Aw….” Mu Shenan terdengar mengaduh sembari satu tangannya memegang tengkuk lehernya. Mungkin dia berpikir bahwa Shen Yiyi akan merasa kasihan dan menyudahi pertengkaran mereka. Tapi, ternyata tidak!Mu Shenan kembali diam. Dia mengarahkan matanya ke jalanan ke depan dan sesekali melirik Shen Yiyi yang saat ini memejamkan matanya. “Yiyi, apa tidurmu nyenyak semalam?” tanyanya tanpa balasan apapun. Mu Shenan hanya bisa menghela nafasnya. Sepertinya, dia tidak akan berbaikan dengan isterinya dalam waktu singkat sehingga dia memilih untuk diam supaya isterinya itu tidak bertambah semakin marah.Kediaman Mu telah terlihat di depan. M
...“Kakek, kumohon jangan membicarakan hal itu. Aku yakin kakek akan selalu sehat.” ucap Shen Yiyi terjeda. “Oh, besok aku akan membawakan kakek buah persik dari Mongol. Orang bilang siapapun yang memakan buah itu pasti akan mendapat berkah umur panjang dari langit. Bagaimana Kek?”“Haha… Yiyi, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin tenang. Apalagi, sebentar lagi aku akan menimang seorang cicit. Tapi tentang buah itu? Em… Baiklah. Kau bisa membawakan beberapa untukku,” sahut kakeknya sebelum teringat kembali akan pembicaraan selanjutnya. “Yiyi, tentang hak waris itu. Kakek mau kau menjaganya dengan baik. Apa kau mengerti?”“Hm… Iya, aku mengerti,” jawab Shen Yiyi."Baiklah, sekarang aku bisa tenang. Kau istirahatlah. Sampaikan salamku untuk suamimu.""Baik Kek," ucap Shen Yiyi menutup pembicaraan itu.Setelah mendengar kakek Shen menutup sambungan teleponnya, Shen Yiyi langsung meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Meski Shen Yiyi senang karena Shen Ara dan Wei Y
...Shen Yiyi telah selesai membersihkan dirinya ketika dia mendengar ponselnya berdering. Hari sudah hampir larut malam, tetapi seseorang menghubunginya. Ada apa? Batinnya sebelum dia mengambil ponselnya dan mendapati bahwa kakek Shen adalah orang yang meneleponnya.“Halo kakek… Selamat malam. Kakek mengapa belum tidur?” sapa Shen Yiyi yang dibalas oleh suara batuk diseberang sana.“Uhuk… uhuk…” Kakek Shen terdengar sedang tidak baik-baik saja. Shen Yiyi megerutkan dahinya dan segera bertanya pada kakeknya itu.“Kakek, apa kau sedang sakit? Aku akan segera menelepon bibi Zhang. Kakek ber-istirahatlah.” Shen Yiyi cukup panik karena dirinya sedang tidak ada disana. Sementara Shen Haoran, ayahnya itu, pastilah saat ini masih sibuk di ruang kerjanya. Shen Yiyi hendak menutup sambungan telepon itu supaya bisa menghubungi kepala pelayannya. Akan tetapi sang kakek lekas-lekas mencegahnya.“Yiyi… Kakek tidak apa-apa. Kau tenang saja. Aku hanya batuk karena udara terlalu dingin,” sahut pria
...Setelah menikmati makan malam, Mu Shenan membawa Shen Yiyi pulang ke apartemen Sky Garden. Meski ada beberapa hal yang masih mengganjal di hatinya, Mu Shenan tetap merasa senang karena pada akhirnya dia bisa membawa isterinya itu kembali pulang bersamanya.“Biar aku saja,” ucap Mu Shenan mendahului Shen Yiyi mendorong pintu rumah mereka.Ketika mereka sudah sampai di dalam rumah, Mu Shenan buru-buru membantu melepas sepatu isterinya dan menggantinya dengan sebuah sandal rumah yang baru dibelinya. Sandai berbulu itu berwarna peach dengan tatakan kaki yang sangat lembut dan empuk ketika digunakan.“Shenan, apa yang kau lakukan?” tanya Shen Yiyi merasa tidak enak. Bagaimanapun Mu Shenan adalah CEO dari Perusahaan Mu. Lagipula, Shen Yiyi juga tahu bahwa Mu Shenan adalah tipe lelaki dingin yang tidak akan mungkin melakukan hal semacam itu. Jadi, Shen Yiyi buru-buru menarik kakinya dari pergelangan tangan Mu Shenan ketika pria itu hendak memakaikan sepatu sandal pada kaki yang kedua.
...Dalam lembar pertama album itu, Shen Ping bisa melihat foto Shen Ara ketika dia pertama kali datang ke Kediaman Shen. Wajahnya begitu lusuh dan kulitnya kecoklatan karena terbakar terik matahari. Pada waktu itu, Shen Ping masih ingat, dirinya begitu kasihan dengan gadis remaja yang baru diambilnya dari panti asuhan Kelopak Teratai.Penampilan gadis remaja itu sangat mengingatkan Shen Ping akan masa perang yang pernah dilaluinya ketika dirinya masih muda. Ada begitu banyak anak menjadi yatim piatu dan terlantar pada masa perang yang sudah merebut nyawa banyak orang di wilayah perbatasan. Hati Shen Ping begitu sedih sehingga dia akhirnya mencurahkan kasih sayang kepada gadis remaja itu layaknya putrinya sendiri dan memberinya nama ‘Shen Ara’.'Kenapa kau sampai melakukan hal itu?' tanyanya dalam hati.Shen Ping tidak pernah menyangka bahwa putri angkatnya itu akan bertindak berlebihan pada Shen Yiyi. Sejujurnya, dia tidak bisa memahami alasan Shen Ara melakukannya. Apakah kasih sa
...Suara mobil milik Shen Ara terdengar meninggalkan Kediaman Shen. Dari depan pintu kamarnya, kakek Shen terlihat memegangi dadanya. Sepertinya, pria tua itu mengalami rasa sakit akibat semua musibah yang barusaja terjadi pada keluarga mereka.Kakek Shen meremas dadanya untuk meredakan rasa sakit yang mendadak menyerangnya. Dalam sela-sela kesakitannya itu, beberapa kali dia terdengar mengutuki dirinya sendiri atas semua yang telah terjadi pada keluarga mereka. Apakah dia tidak becus mengurusi rumah tangga di keluarganya? Apa kesalahannya di masa lalu sehingga dewa-dewa menghukumnya? batin Shen Ping merasa begitu sedih dan getir disaat yang bersamaan atas tindakan Shen Ara.Isteri Haoran telah tiada. Lalu setelahnya, hampir-hampir mereka juga kehilangan Shen Yiyi karena ulah Wei Dong. Kakek Shen berpikir bahwa semua hal-hal buruk yang terjadi di keluarganya sudah usai. Akan tetapi, harapannya tidak terwujud!"Ling!" seru kakek Shen memanggil seorang pelayan yang terlihat dari keja
...Perubahan ekspresi itu dapat ditangkap oleh Shen Haoran. Dalam hati, Shen Haoran merasakan sebuah sayatan ketika dia melihat bagaimana Wei Yuna bisa memainkan mimik wajahnya dengan begitu cepat. Apakah… begini cara Wei Yuna selama ini mempengaruhinya untuk menyalahkan Shen Yiyi? Batin Shen Haoran menarik nafasnya dalam-dalam untuk menahan luapan emosi yang keluar akibat ulah-ulah Wei Yuna yang tiba-tiba bermunculan dalam ingatannya.‘Kartu akses milik Shen Yiyi yang diambil oleh Wei Yuna’‘Perubahan penampilan Shen Yiyi menjadi gadis gila’‘Wei Yuna yang mempengaruhinya untuk memutuskan pernikahan Shen Yiyi’‘Dan juga, Wei Yuna yang dengan senang hati memperkenalkan dirinya sebagai calon isteri Mu Shenan’Sedari awal, bahkan jauh sekali sebelum saat ini, bukankah Wei Yuna memang telah menindas Shen Yiyi? Pikir Shen Haoran mengerutkan kedua alisnya semakin dalam.Sementara Shen Haoran menenangkan emosinya, Shen Ara yang sudah tidak dapat berkata-kata dengan Shen Haoran akhirnya m
...Malam telah menjadi semakin larut. Meski demikian, cahaya lampu di ruang tamu kediaman Shen masih menyala begitu terangnya menyoroti anggota keluarga Wei yang baru saja datang kesana.“Kakak Hao… Kumohon maafkan aku. Percayalah, aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti Shen Yiyi. Yang kulakukan hanyalah-“, ucap Shen Ara berusaha menjelaskan.“Ara, diamlah! Kau tidak perlu menjelaskannya kepadaku,” sahut Shen Haoran dengan wajahnya yang sudah memerah.“Tidak! Kakak Hao, kau harus mendengar penjelasan kami. Jujur saja, aku hanya ingin menyelamatkan Perusahaan Shen. Sama sekali, aku tidak bermaksud mendorong Shen Yiyi pada CEO Yuan Xi itu. Kakak Hao, tolong percayalah… Aku tidak akan setega itu pada keponakanku sendiri,” lanjut Shen Ara yang seketika dibalas sebuah tawa kecut dari Shen Haoran.“Ckck… Apa kau bilang? Kau ingin menyelamatkan Perusahaan Shen? Dan kau tidak akan setega itu kepada Shen Yiyi?” Shen Haoran mengulangi apa yang didengarnya dari adik angkatnya sebelum
...Mu Shenan melaju dengan kecepatan rata-rata menjauhi gedung Balai Kota itu. Setelah dia menyelesaikan permasalahan Shen Yiyi, hatinya merasa lebih tenang meskipun ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.‘Aku memang memiliki hubungan di masa lalu dengan Shen Yiyi. Apakah Tuan Mu datang jauh-jauh hanya untuk mengetahui tentang hal ini?’Pernyataan Han Suo masih terngiang begitu jelas di telinga Mu Shenan. Sebelumnya, Mu Shenan hanya menanggapinya dengan suara kekehan ketika dia mendengar pria muda itu mengatakannya. Akan tetapi, ada satu hal yang mengusik hati Mu Shenan ketika dia melihat ekspresi wajah CEO dari Yuan Xi itu. Dari apa yang dia lihat, pria bermarga Han itu sedang tidak berbohong. Lalu sebenarnya apa hubungan Shen Yiyi dan Han Suo di masa lalu? Batin Mu Shenan.Untuk beberapa waktu, Mu Shenan tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Namun sesaat setelah Mu Shenan menyadari bahwa Shen Yiyi sedang memperhatikannya, cepat-cepat pria itu merubah ekspresi pada wajahny