...Shen Yiyi terdiam mendengar pertanyaan yang mengejutkannya itu. Tinggal bersama Han Suo jelas adalah sesuatu yang tidak akan mungkin dilakukannya karena dia sudah menikah dengan kakak Mu-nya. 'Lalu bagaimana caranya dia menjawab pertanyaan semacam itu?' batinnya.Shen Yiyi lalu mulai membuka mulutnya untuk berbicara dengan serius. Namun, sebelum dia bisa mengeluarkan kata-kata, Han Suo telah terlebih dahulu menyelanya dengan mengatakan hal lainnya.“Aku memiliki hadiah untukmu.” Han Suo lalu mengambil kotak hitam berpita pink disampingnya. Kotak itu sebelumnya memang sudah diletakkan di atas meja. Akan tetapi tadi, ketika pelayan Fang datang memberikan perlengkapan menyeduh teh, Han Suo memindahkan kotak itu ke atas sofa di dekatnya.Shen Yiyi sedari tadi memang tidak berfokus kepada kotak itu. Dia hanya memikirkan cara mendapatkan informasi tentang Lan Yuo sehingga dia baru menyadari bahwa Han Suo telah menyiapkan sebuah hadiah untuknya.“Yiyi, ambil-lah.” Sekali lagi Han Suo m
...Shen Yiyi mengalihkan jemarinya dari jepit rambut itu. Sesaat, Shen Yiyi tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Apakah dia akan berhenti sampai disini? Ataukah dia harus meladeni tuan Han itu? Batinnya sebelum Han Suo kembali menemuinya.“Yiyi, apa kau sudah lapar?” Han Suo segera bertanya setelah semua kru tim produksi sepenuhnya pergi dari sana. Dia terlihat menggulung kemeja bergaris biru yang dipakainya sembari dia berjalan menuju ke laci di ruang tamu itu untuk mengambil dompet kulit sebelum dia memasukkannya pada saku belakang celananya."Kira-kira tempat mana yang kau suka? Hm?" Han Suo tidak langsung melihat Shen Yiyi. Setelah dia mendapatkan dompet miliknya, kedua tangannya terlihat meraba di dalam laci itu untuk mengambil sebuah benda yang menyerupai kunci mobil.Shen Yiyi belum sempat membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan yang di dengarnya. Akan tetapi Han Suo terlebih dahulu memanggil pelayan Fang dan berbicara kepada pelayan itu mengenai cara reservasi di rest
...Shen Yiyi mengikuti Han Suo untuk masuk ke lobi Hotel Chin Yin. Lobi hotel itu tampak begitu luas dan mewah dengan sofa-sofa berwarna merah yang ditata rapi saling berhadapan dengan meja-meja berbentuk persegi empat diantara sofa-sofa itu. Sekilas, Shen Yiyi melihat, ada beberapa orang yang sedang melakukan pertemuan disana. Akan tetapi, Shen Yiyi tidak terlalu memperhatikannya karena dia diajak berbincang oleh Han Suo yang tiba-tiba menawarkan bantuannya lagi.“Yiyi, apakah tasmu berat? Aku akan membantumu membawanya. Hm?” Han Suo memelankan langkahnya sebelum akhirnya dia mengambil tas dari tangan Shen Yiyi.“Tuan Han, eh tidak perlu,” Shen Yiyi merasa bingung. Tas berwarna hijau dengan garis kuning itu telah berpindah tangan dengan begitu cepat tanpa dia bisa mencegahnya. Bahkan, saat ini, Han Suo sudah menenteng tas itu di bahunya sehingga Shen Yiyi tidak mungkin untuk merebutkan karena hal itu hanya akan menarik perhatian semua orang disana.Han Suo berjalan dengan begitu s
...Shen Yiyi menikmati makan siang itu dengan perasaan cemas. Dia terlihat mengaduk-aduk makanan miliknya sementara pandangannya terus melayang ke arah pintu keluar yang hanya berjarak 5 meja darinya itu.“Yiyi, apa kau tidak lapar?”Di tengah-tengah kecemasan yang dialaminya, tiba-tiba suara dari pasangan makan siangnya mengejutkan Shen Yiyi. Han Suo, rupanya telah menaruh sendok dan garpunya dan saat ini tengah mengangkat segelas anggur merah untuk diteguknya.Kedua mata Han Suo terlihat menelisik ke dalam dua bola mata Shen Yiyi. Dan Shen Yiyi dapat merasakannya.“Tuan Han, makanan yang kau pesan sangat banyak. Aku sudah makan beberapa dan aku sudah sangat kenyang,” sahut Shen Yiyi mencoba untuk mengusir rasa tidak tenang yang sempat menghantuinya.Han Suo lalu tersenyum setelah mendengar jawaban itu. Dengan lembut dia mengarahkan gelasnya sebagai tanda bahwa dia mengajak teman di depannya itu untuk bersulang.Shen Yiyi tahu betul apa yang harus dilakukannya. Untuk mendapatkan i
...Shen Yiyi segera pergi dari restaurant itu dan menuju ke lobi bawah. Sesaat setelah pintu lift yang dinaikinya terbuka, Shen YIyi berlari cukup kencang untuk mengejar Mu Shenan yang dirasanya belum pergi jauh itu.‘Shenan, dimana kau?’ pikir Shen Yiyi sambil sesekali berhenti untuk menoleh ke kanan dan ke kiri disepanjang perjalanannya menuju lobi kaca yang tertutup disana.Setelah Shen Yiyi tidak mendapati tanda-tanda keberadaan Mu Shenan disekitarnya, gadis itu lalu mempercepat jalannya untuk mengejar Mu Shenan yang mungkin masih ada di parkiran. Hanya saja, langkah kakinya terhenti ketika dia melihat pintu mobil di depannya telah penuh sesak. Banyak orang berjubal di depan pintu dengan kamera-kamera ditangan mereka. Akan tetapi, mereka sepertinya tidak bisa leluasa masuk karena beberapa security ada disana untuk menghalangi jalan mereka.“Hey, itu adalah kekasih dari Tuan Han!” teriak salah satu dari mereka mencoba mendorong seorang security yang menahannya.“Nona, ceritakan
...Shen Yiyi masih berdiri di halaman Kediaman Shen sesaat setelah mobil Limousine utusan Mu Shenan mengantarkannya. Sebenarnya, dia sangat ingin bersama Mu Shenan, akan tetapi pria itu masih marah sehingga asisten Bai tidak mengijinkannya berjumpa dengan sang tuan.“Nona, bagaimana ini? Wartawan-wartawan itu pasti tidak akan berhenti,” ucap sopir Ding menghampiri sang nona. “Aiyo, saya sudah melarang anda ke sana. Tapi anda tidak mendengarkan. Lihatlah apa yang terjadi sekarang.” Sopir tua itu menambahkan dengan nada cukup kesal.Sopir Ding tidak hanya sekedar sopir bagi Shen Yiyi. Selain bibi Zhang, sopir Ding juga adalah orang kepercayaan keluarga Shen yang selama ini ikut membesarkan Shen Yiyi di kediaman itu.“Paman Ding, aku juga tidak tahu mengapa para wartawan itu bisa muncul. Padahal aku cuma…” Shen Yiyi hendak melanjutkan kalimatnya, akan tetapi kata-katanya langsung terhenti karena tiba-tiba ada sebuah suara yang menyela dari dalam rumahnya.“Cuma berkunjung ke rumah pri
...Pagi-pagi benar Shen Yiyi sudah pergi ke pegunungan Qinling. Berita itu tentu saja tidak tersembunyi dari sang tuan besar yang saat ini tengah menyesap kopi pahit di balik meja kerja miliknya.Mu Shenan, dalam balutan kemeja berwarna putih, telah berada di kantornya itu sejak sehari sebelumnya. Semalaman dia tidak tidur. Mungkin beberapa menit saja dia sempat meng-istirahatkan punggungnya, akan tetapi sesaat setelah dia merasa pulih, dia akan kembali berfokus kepada laporan-laporan di atas meja kerjanya."Tuan Mu, Nyonya kesana sendiri. Apakah anda tidak merasa khawatir?" Asisten Bai masih memegang teko kopi saat mengatakan hal itu.Mendengarnya, Mu Shenan tidak bereaksi. Dia hanya sedikit melirik sebelum akhirnya dia meletakkan cangkir kopinya kembali ke atas meja dan meminta asisten Bai untuk mengisi cangkir kosongnya kembali."Tuan, udara di luar dingin. Nyonya hanya ditemani oleh sopir Ding yang sudah tua itu," ucap asisten Bai sambil menuangkan kopi hitam pahit ke dalam can
...Beberapa preman bayaran langsung berlari menuju ke tempat dimana suara itu berasal. Di antara mereka ada yang membawa pisau, bongkahan batu, dan ada juga yang menyambar potongan kayu besar disekitar sana. Tidak dengan tangan hampa, mereka berjalan cepat menuju ke pepohonan besar dimana Shen Yiyi sedang bersembunyi.Dari celah-celah semak, Shen Yiyi sempat mengintip mereka yang berdatangan menuju ke arahnya. ‘Bagaimana ini?’ pikir gadis itu sebelum dia merasakan pergelangan tangannya ditarik oleh sesuatu yang sangat besar dibelakangnya.Langkah-langkah kaki terdengar berbenturan di atas tanah hingga mengeluarkan bunyi ‘Bug! Bug! Bug!’. Segerombolan orang surahan itu lekas memeriksa semak-semak di balik pepohonan yang nampak kosong disana. Tentu saja mereka tidak serta merta percaya bahwa tidak ada orang disana. Mungkin saja, orang yang sedang bersembunyi itu sedang bersembunyi di rerimbunan yang ada disekitarannya.Dengan menggunakan sabit dan potongan kayu balok, orang-orang sur