...Shen Yiyi mengikuti Han Suo untuk masuk ke lobi Hotel Chin Yin. Lobi hotel itu tampak begitu luas dan mewah dengan sofa-sofa berwarna merah yang ditata rapi saling berhadapan dengan meja-meja berbentuk persegi empat diantara sofa-sofa itu. Sekilas, Shen Yiyi melihat, ada beberapa orang yang sedang melakukan pertemuan disana. Akan tetapi, Shen Yiyi tidak terlalu memperhatikannya karena dia diajak berbincang oleh Han Suo yang tiba-tiba menawarkan bantuannya lagi.“Yiyi, apakah tasmu berat? Aku akan membantumu membawanya. Hm?” Han Suo memelankan langkahnya sebelum akhirnya dia mengambil tas dari tangan Shen Yiyi.“Tuan Han, eh tidak perlu,” Shen Yiyi merasa bingung. Tas berwarna hijau dengan garis kuning itu telah berpindah tangan dengan begitu cepat tanpa dia bisa mencegahnya. Bahkan, saat ini, Han Suo sudah menenteng tas itu di bahunya sehingga Shen Yiyi tidak mungkin untuk merebutkan karena hal itu hanya akan menarik perhatian semua orang disana.Han Suo berjalan dengan begitu s
...Shen Yiyi menikmati makan siang itu dengan perasaan cemas. Dia terlihat mengaduk-aduk makanan miliknya sementara pandangannya terus melayang ke arah pintu keluar yang hanya berjarak 5 meja darinya itu.“Yiyi, apa kau tidak lapar?”Di tengah-tengah kecemasan yang dialaminya, tiba-tiba suara dari pasangan makan siangnya mengejutkan Shen Yiyi. Han Suo, rupanya telah menaruh sendok dan garpunya dan saat ini tengah mengangkat segelas anggur merah untuk diteguknya.Kedua mata Han Suo terlihat menelisik ke dalam dua bola mata Shen Yiyi. Dan Shen Yiyi dapat merasakannya.“Tuan Han, makanan yang kau pesan sangat banyak. Aku sudah makan beberapa dan aku sudah sangat kenyang,” sahut Shen Yiyi mencoba untuk mengusir rasa tidak tenang yang sempat menghantuinya.Han Suo lalu tersenyum setelah mendengar jawaban itu. Dengan lembut dia mengarahkan gelasnya sebagai tanda bahwa dia mengajak teman di depannya itu untuk bersulang.Shen Yiyi tahu betul apa yang harus dilakukannya. Untuk mendapatkan i
...Shen Yiyi segera pergi dari restaurant itu dan menuju ke lobi bawah. Sesaat setelah pintu lift yang dinaikinya terbuka, Shen YIyi berlari cukup kencang untuk mengejar Mu Shenan yang dirasanya belum pergi jauh itu.‘Shenan, dimana kau?’ pikir Shen Yiyi sambil sesekali berhenti untuk menoleh ke kanan dan ke kiri disepanjang perjalanannya menuju lobi kaca yang tertutup disana.Setelah Shen Yiyi tidak mendapati tanda-tanda keberadaan Mu Shenan disekitarnya, gadis itu lalu mempercepat jalannya untuk mengejar Mu Shenan yang mungkin masih ada di parkiran. Hanya saja, langkah kakinya terhenti ketika dia melihat pintu mobil di depannya telah penuh sesak. Banyak orang berjubal di depan pintu dengan kamera-kamera ditangan mereka. Akan tetapi, mereka sepertinya tidak bisa leluasa masuk karena beberapa security ada disana untuk menghalangi jalan mereka.“Hey, itu adalah kekasih dari Tuan Han!” teriak salah satu dari mereka mencoba mendorong seorang security yang menahannya.“Nona, ceritakan
...Shen Yiyi masih berdiri di halaman Kediaman Shen sesaat setelah mobil Limousine utusan Mu Shenan mengantarkannya. Sebenarnya, dia sangat ingin bersama Mu Shenan, akan tetapi pria itu masih marah sehingga asisten Bai tidak mengijinkannya berjumpa dengan sang tuan.“Nona, bagaimana ini? Wartawan-wartawan itu pasti tidak akan berhenti,” ucap sopir Ding menghampiri sang nona. “Aiyo, saya sudah melarang anda ke sana. Tapi anda tidak mendengarkan. Lihatlah apa yang terjadi sekarang.” Sopir tua itu menambahkan dengan nada cukup kesal.Sopir Ding tidak hanya sekedar sopir bagi Shen Yiyi. Selain bibi Zhang, sopir Ding juga adalah orang kepercayaan keluarga Shen yang selama ini ikut membesarkan Shen Yiyi di kediaman itu.“Paman Ding, aku juga tidak tahu mengapa para wartawan itu bisa muncul. Padahal aku cuma…” Shen Yiyi hendak melanjutkan kalimatnya, akan tetapi kata-katanya langsung terhenti karena tiba-tiba ada sebuah suara yang menyela dari dalam rumahnya.“Cuma berkunjung ke rumah pri
...Pagi-pagi benar Shen Yiyi sudah pergi ke pegunungan Qinling. Berita itu tentu saja tidak tersembunyi dari sang tuan besar yang saat ini tengah menyesap kopi pahit di balik meja kerja miliknya.Mu Shenan, dalam balutan kemeja berwarna putih, telah berada di kantornya itu sejak sehari sebelumnya. Semalaman dia tidak tidur. Mungkin beberapa menit saja dia sempat meng-istirahatkan punggungnya, akan tetapi sesaat setelah dia merasa pulih, dia akan kembali berfokus kepada laporan-laporan di atas meja kerjanya."Tuan Mu, Nyonya kesana sendiri. Apakah anda tidak merasa khawatir?" Asisten Bai masih memegang teko kopi saat mengatakan hal itu.Mendengarnya, Mu Shenan tidak bereaksi. Dia hanya sedikit melirik sebelum akhirnya dia meletakkan cangkir kopinya kembali ke atas meja dan meminta asisten Bai untuk mengisi cangkir kosongnya kembali."Tuan, udara di luar dingin. Nyonya hanya ditemani oleh sopir Ding yang sudah tua itu," ucap asisten Bai sambil menuangkan kopi hitam pahit ke dalam can
...Beberapa preman bayaran langsung berlari menuju ke tempat dimana suara itu berasal. Di antara mereka ada yang membawa pisau, bongkahan batu, dan ada juga yang menyambar potongan kayu besar disekitar sana. Tidak dengan tangan hampa, mereka berjalan cepat menuju ke pepohonan besar dimana Shen Yiyi sedang bersembunyi.Dari celah-celah semak, Shen Yiyi sempat mengintip mereka yang berdatangan menuju ke arahnya. ‘Bagaimana ini?’ pikir gadis itu sebelum dia merasakan pergelangan tangannya ditarik oleh sesuatu yang sangat besar dibelakangnya.Langkah-langkah kaki terdengar berbenturan di atas tanah hingga mengeluarkan bunyi ‘Bug! Bug! Bug!’. Segerombolan orang surahan itu lekas memeriksa semak-semak di balik pepohonan yang nampak kosong disana. Tentu saja mereka tidak serta merta percaya bahwa tidak ada orang disana. Mungkin saja, orang yang sedang bersembunyi itu sedang bersembunyi di rerimbunan yang ada disekitarannya.Dengan menggunakan sabit dan potongan kayu balok, orang-orang sur
...Tidak beberapa lama kemudian, sampailah mereka ke hutan wisata dimana mereka sebelumnya memarkirkan mobilnya. Tempat itu tidak ramai. Hanya ada beberapa orang saja yang mungkin ingin menginap disana dengan beberapa petugas yang melayani pendirian tenda mereka."Dimana mobilmu?" Sebuah kata akhirnya keluar dari mulut Mu Shenan.Setelah mendengar pertanyaan itu, Shen Yiyi melayangkan pandangannya ke tempat parkir di sisi sebelah selatan wilayah itu. Dia ingat betul telah meninggalkan sopir Ding disana. Akan tetapi setelah Shen Yiyi menelisik dari kejauhan, sepertinya mobil kediaman Shen itu tidak ada. "Aku tidak tahu kemana sopir Ding pergi," jawab Shen Yiyi. "Jelas-jelas tadi mobilnya ada disana," tunjuknya.Setelah mengatakan itu, Shen Yiyi lalu menunjuk ke arah lain setelah dia menangkap keberadaan mobil Bantley milik pria dingin yang berdiri disebelahnya."Eh, kakak Mu, sopir Ding mungkin sudah pulang. Kalau begitu, bolehkah aku menumpang di mobilmu?" kata Shen Yiyi berbasa-b
...Cup!Mu Shenan merasakan bibir lembut mungil milik wanita itu menyapu bibirnya. Kedua bola mata milik Mu Shenan langsung membelalak lebar ketika ketika dia mendapat perlakuan tidak terduga seperti itu. Tidak! Apakah dia sedang bermimpi?! Batin Mu Shenan sembari merasakan aliran hangat mengalir ke seluruh sendi-sendi tubuhnya.Jantung Mu Shenan berdetak begitu keras. Bahkan, Mu Shenan dapat mendengar degupan itu dengan kedua telinga terbukanya. Tidak! Apa yang dialaminya itu bukanlah mimpi! Shen Yiyi benar-benar menciumnya! Mu Shenan tertegun dengan nafasnya yang mulai tersengal-sengal. Pria itu sama sekali tidak bereaksi dan hanya bisa tertegun dengan mata yang hanya berkedip satu kali saja ketika bibir mungil itu memagutnya beberapa kali. Seketika, rasa sedih dan kesal yang beberapa waktu lalu menggerogoti hati pria itu langsung menghilang. Rasanya, Mu Shenan ingin membalas ciuman manis itu namun sayangnya bibir berwarna pink kemerahan didepannya telah melepaskan tautan hanga
...Pagi telah menjelang di kota S. Hari ini, Shen Yiyi dan Mu Shenan harus kembali ke Kediaman Mu setelah mereka berdua mendapat pesan singkat dari Nyonya besar tua. Meski Shen Yiyi masih membenci suaminya setelah percakapan yang tidak terselesaikan semalam, tapi dia tetap ikut kesana karena dia harus berjumpa dengan nenek mertuanya yang sempat sakit itu.“Aw….” Mu Shenan terdengar mengaduh sembari satu tangannya memegang tengkuk lehernya. Mungkin dia berpikir bahwa Shen Yiyi akan merasa kasihan dan menyudahi pertengkaran mereka. Tapi, ternyata tidak!Mu Shenan kembali diam. Dia mengarahkan matanya ke jalanan ke depan dan sesekali melirik Shen Yiyi yang saat ini memejamkan matanya. “Yiyi, apa tidurmu nyenyak semalam?” tanyanya tanpa balasan apapun. Mu Shenan hanya bisa menghela nafasnya. Sepertinya, dia tidak akan berbaikan dengan isterinya dalam waktu singkat sehingga dia memilih untuk diam supaya isterinya itu tidak bertambah semakin marah.Kediaman Mu telah terlihat di depan. M
...“Kakek, kumohon jangan membicarakan hal itu. Aku yakin kakek akan selalu sehat.” ucap Shen Yiyi terjeda. “Oh, besok aku akan membawakan kakek buah persik dari Mongol. Orang bilang siapapun yang memakan buah itu pasti akan mendapat berkah umur panjang dari langit. Bagaimana Kek?”“Haha… Yiyi, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin tenang. Apalagi, sebentar lagi aku akan menimang seorang cicit. Tapi tentang buah itu? Em… Baiklah. Kau bisa membawakan beberapa untukku,” sahut kakeknya sebelum teringat kembali akan pembicaraan selanjutnya. “Yiyi, tentang hak waris itu. Kakek mau kau menjaganya dengan baik. Apa kau mengerti?”“Hm… Iya, aku mengerti,” jawab Shen Yiyi."Baiklah, sekarang aku bisa tenang. Kau istirahatlah. Sampaikan salamku untuk suamimu.""Baik Kek," ucap Shen Yiyi menutup pembicaraan itu.Setelah mendengar kakek Shen menutup sambungan teleponnya, Shen Yiyi langsung meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Meski Shen Yiyi senang karena Shen Ara dan Wei Y
...Shen Yiyi telah selesai membersihkan dirinya ketika dia mendengar ponselnya berdering. Hari sudah hampir larut malam, tetapi seseorang menghubunginya. Ada apa? Batinnya sebelum dia mengambil ponselnya dan mendapati bahwa kakek Shen adalah orang yang meneleponnya.“Halo kakek… Selamat malam. Kakek mengapa belum tidur?” sapa Shen Yiyi yang dibalas oleh suara batuk diseberang sana.“Uhuk… uhuk…” Kakek Shen terdengar sedang tidak baik-baik saja. Shen Yiyi megerutkan dahinya dan segera bertanya pada kakeknya itu.“Kakek, apa kau sedang sakit? Aku akan segera menelepon bibi Zhang. Kakek ber-istirahatlah.” Shen Yiyi cukup panik karena dirinya sedang tidak ada disana. Sementara Shen Haoran, ayahnya itu, pastilah saat ini masih sibuk di ruang kerjanya. Shen Yiyi hendak menutup sambungan telepon itu supaya bisa menghubungi kepala pelayannya. Akan tetapi sang kakek lekas-lekas mencegahnya.“Yiyi… Kakek tidak apa-apa. Kau tenang saja. Aku hanya batuk karena udara terlalu dingin,” sahut pria
...Setelah menikmati makan malam, Mu Shenan membawa Shen Yiyi pulang ke apartemen Sky Garden. Meski ada beberapa hal yang masih mengganjal di hatinya, Mu Shenan tetap merasa senang karena pada akhirnya dia bisa membawa isterinya itu kembali pulang bersamanya.“Biar aku saja,” ucap Mu Shenan mendahului Shen Yiyi mendorong pintu rumah mereka.Ketika mereka sudah sampai di dalam rumah, Mu Shenan buru-buru membantu melepas sepatu isterinya dan menggantinya dengan sebuah sandal rumah yang baru dibelinya. Sandai berbulu itu berwarna peach dengan tatakan kaki yang sangat lembut dan empuk ketika digunakan.“Shenan, apa yang kau lakukan?” tanya Shen Yiyi merasa tidak enak. Bagaimanapun Mu Shenan adalah CEO dari Perusahaan Mu. Lagipula, Shen Yiyi juga tahu bahwa Mu Shenan adalah tipe lelaki dingin yang tidak akan mungkin melakukan hal semacam itu. Jadi, Shen Yiyi buru-buru menarik kakinya dari pergelangan tangan Mu Shenan ketika pria itu hendak memakaikan sepatu sandal pada kaki yang kedua.
...Dalam lembar pertama album itu, Shen Ping bisa melihat foto Shen Ara ketika dia pertama kali datang ke Kediaman Shen. Wajahnya begitu lusuh dan kulitnya kecoklatan karena terbakar terik matahari. Pada waktu itu, Shen Ping masih ingat, dirinya begitu kasihan dengan gadis remaja yang baru diambilnya dari panti asuhan Kelopak Teratai.Penampilan gadis remaja itu sangat mengingatkan Shen Ping akan masa perang yang pernah dilaluinya ketika dirinya masih muda. Ada begitu banyak anak menjadi yatim piatu dan terlantar pada masa perang yang sudah merebut nyawa banyak orang di wilayah perbatasan. Hati Shen Ping begitu sedih sehingga dia akhirnya mencurahkan kasih sayang kepada gadis remaja itu layaknya putrinya sendiri dan memberinya nama ‘Shen Ara’.'Kenapa kau sampai melakukan hal itu?' tanyanya dalam hati.Shen Ping tidak pernah menyangka bahwa putri angkatnya itu akan bertindak berlebihan pada Shen Yiyi. Sejujurnya, dia tidak bisa memahami alasan Shen Ara melakukannya. Apakah kasih sa
...Suara mobil milik Shen Ara terdengar meninggalkan Kediaman Shen. Dari depan pintu kamarnya, kakek Shen terlihat memegangi dadanya. Sepertinya, pria tua itu mengalami rasa sakit akibat semua musibah yang barusaja terjadi pada keluarga mereka.Kakek Shen meremas dadanya untuk meredakan rasa sakit yang mendadak menyerangnya. Dalam sela-sela kesakitannya itu, beberapa kali dia terdengar mengutuki dirinya sendiri atas semua yang telah terjadi pada keluarga mereka. Apakah dia tidak becus mengurusi rumah tangga di keluarganya? Apa kesalahannya di masa lalu sehingga dewa-dewa menghukumnya? batin Shen Ping merasa begitu sedih dan getir disaat yang bersamaan atas tindakan Shen Ara.Isteri Haoran telah tiada. Lalu setelahnya, hampir-hampir mereka juga kehilangan Shen Yiyi karena ulah Wei Dong. Kakek Shen berpikir bahwa semua hal-hal buruk yang terjadi di keluarganya sudah usai. Akan tetapi, harapannya tidak terwujud!"Ling!" seru kakek Shen memanggil seorang pelayan yang terlihat dari keja
...Perubahan ekspresi itu dapat ditangkap oleh Shen Haoran. Dalam hati, Shen Haoran merasakan sebuah sayatan ketika dia melihat bagaimana Wei Yuna bisa memainkan mimik wajahnya dengan begitu cepat. Apakah… begini cara Wei Yuna selama ini mempengaruhinya untuk menyalahkan Shen Yiyi? Batin Shen Haoran menarik nafasnya dalam-dalam untuk menahan luapan emosi yang keluar akibat ulah-ulah Wei Yuna yang tiba-tiba bermunculan dalam ingatannya.‘Kartu akses milik Shen Yiyi yang diambil oleh Wei Yuna’‘Perubahan penampilan Shen Yiyi menjadi gadis gila’‘Wei Yuna yang mempengaruhinya untuk memutuskan pernikahan Shen Yiyi’‘Dan juga, Wei Yuna yang dengan senang hati memperkenalkan dirinya sebagai calon isteri Mu Shenan’Sedari awal, bahkan jauh sekali sebelum saat ini, bukankah Wei Yuna memang telah menindas Shen Yiyi? Pikir Shen Haoran mengerutkan kedua alisnya semakin dalam.Sementara Shen Haoran menenangkan emosinya, Shen Ara yang sudah tidak dapat berkata-kata dengan Shen Haoran akhirnya m
...Malam telah menjadi semakin larut. Meski demikian, cahaya lampu di ruang tamu kediaman Shen masih menyala begitu terangnya menyoroti anggota keluarga Wei yang baru saja datang kesana.“Kakak Hao… Kumohon maafkan aku. Percayalah, aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti Shen Yiyi. Yang kulakukan hanyalah-“, ucap Shen Ara berusaha menjelaskan.“Ara, diamlah! Kau tidak perlu menjelaskannya kepadaku,” sahut Shen Haoran dengan wajahnya yang sudah memerah.“Tidak! Kakak Hao, kau harus mendengar penjelasan kami. Jujur saja, aku hanya ingin menyelamatkan Perusahaan Shen. Sama sekali, aku tidak bermaksud mendorong Shen Yiyi pada CEO Yuan Xi itu. Kakak Hao, tolong percayalah… Aku tidak akan setega itu pada keponakanku sendiri,” lanjut Shen Ara yang seketika dibalas sebuah tawa kecut dari Shen Haoran.“Ckck… Apa kau bilang? Kau ingin menyelamatkan Perusahaan Shen? Dan kau tidak akan setega itu kepada Shen Yiyi?” Shen Haoran mengulangi apa yang didengarnya dari adik angkatnya sebelum
...Mu Shenan melaju dengan kecepatan rata-rata menjauhi gedung Balai Kota itu. Setelah dia menyelesaikan permasalahan Shen Yiyi, hatinya merasa lebih tenang meskipun ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.‘Aku memang memiliki hubungan di masa lalu dengan Shen Yiyi. Apakah Tuan Mu datang jauh-jauh hanya untuk mengetahui tentang hal ini?’Pernyataan Han Suo masih terngiang begitu jelas di telinga Mu Shenan. Sebelumnya, Mu Shenan hanya menanggapinya dengan suara kekehan ketika dia mendengar pria muda itu mengatakannya. Akan tetapi, ada satu hal yang mengusik hati Mu Shenan ketika dia melihat ekspresi wajah CEO dari Yuan Xi itu. Dari apa yang dia lihat, pria bermarga Han itu sedang tidak berbohong. Lalu sebenarnya apa hubungan Shen Yiyi dan Han Suo di masa lalu? Batin Mu Shenan.Untuk beberapa waktu, Mu Shenan tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Namun sesaat setelah Mu Shenan menyadari bahwa Shen Yiyi sedang memperhatikannya, cepat-cepat pria itu merubah ekspresi pada wajahny