...Shen Yiyi menikmati makan siang itu dengan perasaan cemas. Dia terlihat mengaduk-aduk makanan miliknya sementara pandangannya terus melayang ke arah pintu keluar yang hanya berjarak 5 meja darinya itu.“Yiyi, apa kau tidak lapar?”Di tengah-tengah kecemasan yang dialaminya, tiba-tiba suara dari pasangan makan siangnya mengejutkan Shen Yiyi. Han Suo, rupanya telah menaruh sendok dan garpunya dan saat ini tengah mengangkat segelas anggur merah untuk diteguknya.Kedua mata Han Suo terlihat menelisik ke dalam dua bola mata Shen Yiyi. Dan Shen Yiyi dapat merasakannya.“Tuan Han, makanan yang kau pesan sangat banyak. Aku sudah makan beberapa dan aku sudah sangat kenyang,” sahut Shen Yiyi mencoba untuk mengusir rasa tidak tenang yang sempat menghantuinya.Han Suo lalu tersenyum setelah mendengar jawaban itu. Dengan lembut dia mengarahkan gelasnya sebagai tanda bahwa dia mengajak teman di depannya itu untuk bersulang.Shen Yiyi tahu betul apa yang harus dilakukannya. Untuk mendapatkan i
...Shen Yiyi segera pergi dari restaurant itu dan menuju ke lobi bawah. Sesaat setelah pintu lift yang dinaikinya terbuka, Shen YIyi berlari cukup kencang untuk mengejar Mu Shenan yang dirasanya belum pergi jauh itu.‘Shenan, dimana kau?’ pikir Shen Yiyi sambil sesekali berhenti untuk menoleh ke kanan dan ke kiri disepanjang perjalanannya menuju lobi kaca yang tertutup disana.Setelah Shen Yiyi tidak mendapati tanda-tanda keberadaan Mu Shenan disekitarnya, gadis itu lalu mempercepat jalannya untuk mengejar Mu Shenan yang mungkin masih ada di parkiran. Hanya saja, langkah kakinya terhenti ketika dia melihat pintu mobil di depannya telah penuh sesak. Banyak orang berjubal di depan pintu dengan kamera-kamera ditangan mereka. Akan tetapi, mereka sepertinya tidak bisa leluasa masuk karena beberapa security ada disana untuk menghalangi jalan mereka.“Hey, itu adalah kekasih dari Tuan Han!” teriak salah satu dari mereka mencoba mendorong seorang security yang menahannya.“Nona, ceritakan
...Shen Yiyi masih berdiri di halaman Kediaman Shen sesaat setelah mobil Limousine utusan Mu Shenan mengantarkannya. Sebenarnya, dia sangat ingin bersama Mu Shenan, akan tetapi pria itu masih marah sehingga asisten Bai tidak mengijinkannya berjumpa dengan sang tuan.“Nona, bagaimana ini? Wartawan-wartawan itu pasti tidak akan berhenti,” ucap sopir Ding menghampiri sang nona. “Aiyo, saya sudah melarang anda ke sana. Tapi anda tidak mendengarkan. Lihatlah apa yang terjadi sekarang.” Sopir tua itu menambahkan dengan nada cukup kesal.Sopir Ding tidak hanya sekedar sopir bagi Shen Yiyi. Selain bibi Zhang, sopir Ding juga adalah orang kepercayaan keluarga Shen yang selama ini ikut membesarkan Shen Yiyi di kediaman itu.“Paman Ding, aku juga tidak tahu mengapa para wartawan itu bisa muncul. Padahal aku cuma…” Shen Yiyi hendak melanjutkan kalimatnya, akan tetapi kata-katanya langsung terhenti karena tiba-tiba ada sebuah suara yang menyela dari dalam rumahnya.“Cuma berkunjung ke rumah pri
...Pagi-pagi benar Shen Yiyi sudah pergi ke pegunungan Qinling. Berita itu tentu saja tidak tersembunyi dari sang tuan besar yang saat ini tengah menyesap kopi pahit di balik meja kerja miliknya.Mu Shenan, dalam balutan kemeja berwarna putih, telah berada di kantornya itu sejak sehari sebelumnya. Semalaman dia tidak tidur. Mungkin beberapa menit saja dia sempat meng-istirahatkan punggungnya, akan tetapi sesaat setelah dia merasa pulih, dia akan kembali berfokus kepada laporan-laporan di atas meja kerjanya."Tuan Mu, Nyonya kesana sendiri. Apakah anda tidak merasa khawatir?" Asisten Bai masih memegang teko kopi saat mengatakan hal itu.Mendengarnya, Mu Shenan tidak bereaksi. Dia hanya sedikit melirik sebelum akhirnya dia meletakkan cangkir kopinya kembali ke atas meja dan meminta asisten Bai untuk mengisi cangkir kosongnya kembali."Tuan, udara di luar dingin. Nyonya hanya ditemani oleh sopir Ding yang sudah tua itu," ucap asisten Bai sambil menuangkan kopi hitam pahit ke dalam can
...Beberapa preman bayaran langsung berlari menuju ke tempat dimana suara itu berasal. Di antara mereka ada yang membawa pisau, bongkahan batu, dan ada juga yang menyambar potongan kayu besar disekitar sana. Tidak dengan tangan hampa, mereka berjalan cepat menuju ke pepohonan besar dimana Shen Yiyi sedang bersembunyi.Dari celah-celah semak, Shen Yiyi sempat mengintip mereka yang berdatangan menuju ke arahnya. ‘Bagaimana ini?’ pikir gadis itu sebelum dia merasakan pergelangan tangannya ditarik oleh sesuatu yang sangat besar dibelakangnya.Langkah-langkah kaki terdengar berbenturan di atas tanah hingga mengeluarkan bunyi ‘Bug! Bug! Bug!’. Segerombolan orang surahan itu lekas memeriksa semak-semak di balik pepohonan yang nampak kosong disana. Tentu saja mereka tidak serta merta percaya bahwa tidak ada orang disana. Mungkin saja, orang yang sedang bersembunyi itu sedang bersembunyi di rerimbunan yang ada disekitarannya.Dengan menggunakan sabit dan potongan kayu balok, orang-orang sur
...Tidak beberapa lama kemudian, sampailah mereka ke hutan wisata dimana mereka sebelumnya memarkirkan mobilnya. Tempat itu tidak ramai. Hanya ada beberapa orang saja yang mungkin ingin menginap disana dengan beberapa petugas yang melayani pendirian tenda mereka."Dimana mobilmu?" Sebuah kata akhirnya keluar dari mulut Mu Shenan.Setelah mendengar pertanyaan itu, Shen Yiyi melayangkan pandangannya ke tempat parkir di sisi sebelah selatan wilayah itu. Dia ingat betul telah meninggalkan sopir Ding disana. Akan tetapi setelah Shen Yiyi menelisik dari kejauhan, sepertinya mobil kediaman Shen itu tidak ada. "Aku tidak tahu kemana sopir Ding pergi," jawab Shen Yiyi. "Jelas-jelas tadi mobilnya ada disana," tunjuknya.Setelah mengatakan itu, Shen Yiyi lalu menunjuk ke arah lain setelah dia menangkap keberadaan mobil Bantley milik pria dingin yang berdiri disebelahnya."Eh, kakak Mu, sopir Ding mungkin sudah pulang. Kalau begitu, bolehkah aku menumpang di mobilmu?" kata Shen Yiyi berbasa-b
...Cup!Mu Shenan merasakan bibir lembut mungil milik wanita itu menyapu bibirnya. Kedua bola mata milik Mu Shenan langsung membelalak lebar ketika ketika dia mendapat perlakuan tidak terduga seperti itu. Tidak! Apakah dia sedang bermimpi?! Batin Mu Shenan sembari merasakan aliran hangat mengalir ke seluruh sendi-sendi tubuhnya.Jantung Mu Shenan berdetak begitu keras. Bahkan, Mu Shenan dapat mendengar degupan itu dengan kedua telinga terbukanya. Tidak! Apa yang dialaminya itu bukanlah mimpi! Shen Yiyi benar-benar menciumnya! Mu Shenan tertegun dengan nafasnya yang mulai tersengal-sengal. Pria itu sama sekali tidak bereaksi dan hanya bisa tertegun dengan mata yang hanya berkedip satu kali saja ketika bibir mungil itu memagutnya beberapa kali. Seketika, rasa sedih dan kesal yang beberapa waktu lalu menggerogoti hati pria itu langsung menghilang. Rasanya, Mu Shenan ingin membalas ciuman manis itu namun sayangnya bibir berwarna pink kemerahan didepannya telah melepaskan tautan hanga
...Suasana romantis diantara mereka langsung menghilang dalam sekejap. Shen Yiyi yang awalnya mengira bahwa Mu Shenan akan setidaknya memeluk dan mengucapkan terima kasih itupun pada akhirnya hanya bisa menelan pil pahit karena rupanya jawaban itu malah membuat Mu Shenan besar kepala."Baiklah, Nyonya Mu. Aku rasa kau mungkin ingin mengajak teman-temanmu makan untuk merayakan ini. Jadi, sementara aku menyeduh kopi di depan tenda itu, kau bisa mencari kunci mobilku sampai ketemu." Mu Shenan menepuk pundak Shen Yiyi satu kali untuk memberi gadis itu ucapan selamat. Lalu setelahnya, Mu Shenan melangkahkan kakinya menuju ke sebuah tenda modern menyerupai rumah yang sepertinya memang diperuntukkan untuk pria itu."Hah?! Apa katanya?!" kata Shen Yiyi lirih. Di pinggir mobil Bantley berwarna hitam itu Shen Yiyi masih mengangakan mulutnya karena tidak percaya dengan apa yang diucapkan suaminya.Mu Shenan tampak berjalan begitu santainya menuju ke kursi kayu dengan pot kopi yang tersedia di