.
.
.
Hal berbeda terjadi di dalam kamar presidential suit dengan pencahayaan yang temaram di hotel Y. Disana, saat ini, sebuah dress floral berwarna kuning terlihat telah tercecer di atas lantai bersamaan dengan setelan pria dengan dasi biru bergaris emas.
Mengikuti arah pakaian-pakaian yang telah terlepas itu, di atas ranjang berukuran king size bertabur kelopak bunga disana, sepasang insan terlihat sedang berciuman. Tidak, lebih tepatnya mereka tidak saling berciuman, melainkan hanya sang pria yang terus saja menciumi wanita di bawahnya.
“Tuan Mu, tunggu dulu … Apakah kau bisa untuk tidak seberingas itu? Sebelum melanjutkan, kita bicara dulu!” protes Shen Yiyi sembari mendorong Mu Shenan yang tengah sibuk menciumi leher putihnya.
Mu Shenan sudah tidak tahan lagi. Efek dari oyster itu sudah mulai terasa. Tetapi jujur saja, ia sangat terganggu oleh celotehan Shen Yiyi yang sedari tadi terus berusaha menahannya.
&ld
...Saat terbangun di pagi hari yang cerah, Shen Yiyi merasakan hawa dingin tiba-tiba menerpanya. Setelah membuka mata indahnya, ia bisa melihat Mu Shenan telah duduk di samping tempat tidurnya untuk menunggunya bangun.Pria itu terlihat begitu tampan dengan rambutnya yang sudah acak-acakan dan juga. Astaga, Shen Yiyi merasa sangat malu karena dia semalam juga meninggalkan bekas-bekas ciuman pada leher dan tubuh pria kekar itu.Dengan spontan, Shen Yiyi lalu menutup wajah cantiknya kembali dengan selimut. Rasanya ia ingin bersembunyi dari tatapan maut Mu Shenan yang semalam telah dengan garang melahapnya. Aduh, Shen Yiyi bingung tentang apa yang harus dia ucapkan sebelum akhirnya ia mendengar Mu Shenan berbicara terlebih dahulu.“Isteriku … kau sudah bangun?” ucapnya perlahan dengan nada yang terdengar sangat lembut.Tunggu. Apa aku tidak salah dengar?! Apakah Mu Shenan baru saja memanggilku dengan kata-kata &lsqu
...Shen Yiyi merasa sangat gelisah. Pagi hari ini dia telah mencari pil kontrasepsi di seluruh toko online tetapi tidak ada satu toko-pun yang menjualnya. Bahkan, dia diam-diam juga sempat mampir ke apotik di dekat kantor, tetapi penjaga disana mengatakan bahwa seluruh pil kontrasepsi pagi ini telah habis terjual. Shen Yiyi merasa kebingungan. Apakah pil kontrasepsi memang adalah barang yang sangat langka? Batinnya sembari melihat sosok megah yang sedang duduk di kursi kerjanya itu.Hari ini mereka memutuskan untuk tetap bekerja. Tidak seperti Shen Yiyi yang lesu, Mu Shenan terlihat begitu bahagia dan bersemangat melebihi hari-hari sebelumnya. Saat ini, di depan tumpukan dokumen dihadapannya, pria itu bahkan sudah sedari tadi terus bersiul seakan tidak ada sedikitpun beban dihatinya.Hal itu, tentu membuat Shen Yiyi semakin merasa jengkel. Sepertinya, diantara mereka berdua, hanya dirinyalah yang memikirkan tentang masa depan mereka.&ldq
...Shen Yiyi masih belum begitu memikirkan ketidak-adilan yang dialaminya. Yang ada dipikirannya saat ini adalah piring kosong yang tidak ada makanan itu. Kali ini, dia benar-benar sangat lapar, tetapi sepertinya petugas kantin di sana bersikukuh untuk tidak memberikan makanan kepadanya. Kalau begini, apa yang harus ia lakukan? batinnya sebelum sebuah pesan mengejutkannya.From: +86 1001“Aku lapar.”Demikian bunyi pesan dari nomor Mu Shenan yang belum disimpannya dalam buku teleponnya.Mengepalkan tangannya, Shen Yiyi merasa bertambah jengkel. Badannya masih merasa pegal, perutnya lapar, tetapi Mu Shenan malah minta dibuatkan makanan. Benar-benar tidak pengertian! batinnya mulai beranjak dari kursi yang didudukinya.“Oops … Maaf, Nona. Saya tidak sengaja menumpahkan isi saus itu,” ucap seorang wanita berambut pendek yang tiba-tiba menumpahkan saus pedas ke blouse yang dipakai oleh Shen Yiyi.
...Beberapa hidangan lezat telah disiapkan oleh Shen Yiyi dalam waktu 1 jam. Ada dumpling, dimsum, bebek panggang, dan aneka sayuran hijau yang ia masak dengan bumbu saus tiram. Semuanya tampak begitu enak dan menggugah selera. Bahkan, Shen Yiyi sendiri merasa tidak tahan untuk memakannya.“Tuan Mu, apakah anda belum mau makan?” tanya Shen Yiyi di depan meja yang sudah penuh dengan makanan itu.Mu Shenan sedang sibuk. Tiba-tiba asisten Bai datang membawa berita tentang masalah yang terjadi di proyek pengembangan kawasan yang mereka kelola di Jangli. Sehingga Mu Shenan tidak bisa untuk menunda masalah itu.“Kau makanlah,” sahut Mu Shenan.Benarkah? Mata Shen Yiyi berbinar. Sebenarnya, dia juga sedih mendengar ada masalah dengan proyek di Jangli. Tetapi perutnya juga tidak bisa berkompromi lagi dengan semua hidangan yang memang ia masak menurut seleranya.“Tuan Mu, apakah kau mau aku menyisakan se
...Brak!Shen Yiyi pulang dalam keadaan geram. Ia membanting tasnya begitu saja di atas meja tamu dan menjatuhkan dirinya ke sofa empuk karya Hugos itu dengan spontan.Selama dua kehidupan, ini bukanlah pertama kalinya dirinya mendapat perlakuan buruk karena pria brengsek itu. Ia ingat, dahulu, dia diperlakukan buruk oleh Mu Shenan dan orang-orang utusannya. Dan sekarangpun juga sama! Meskipun bukan Mu Shenan yang membullynya, tetapi para fansnya melakukannya. Bukankah itu sama saja?!Brengsek!Shen Yiyi mengumpat di dalam hatinya. Ia tahu, ia tidak akan bisa hidup tenang apabila tidak segera membereskan masalah itu. Untuk itu, ia segera mengambil ponsel miliknya dan mulai membuat sebuah akun penyamaran dengan nama ‘Dewi Surga’ untuk masuk ke dalam group para penindasnya.'Mu Shenan Fans'Shen Yiyi mengetik di ponselnya dan beberapa situs segera muncul di daftar pencarian teratas di negara itu.
...‘Shenan Paparazzi’Itu adalah salah satu group paparazzi yang sangat populer di kalangan penggemar. Shen Yiyi sangat tahu akan hal itu karena di kehidupannya yang dulu, dia adalah anggota mereka. Sehingga tidak heran jika dahulu Shen Yiyi selalu mengetahui keberadaan Mu Shenan dan menggunakan akses paparazzi itu untuk menguntit suaminya.Kalau boleh jujur, di kehidupan ini, Shen Yiyi tidak ingin untuk bergabung pada group itu. Dia sudah tidak memiliki hasrat untuk menguntit suaminya lagi. Kalau diijinkan oleh langit, ia bahkan ingin menghindar sejauh mungkin dari sosok busuk itu.Tetapi sayangnya, dia harus mendapatkan bukti yang dapat menyelamatkan dirinya sebagai sekretaris Shen. Jika dia tidak segera masuk kesana, ia khawatir, ribuan fans gila akan mengerjainya habis-habisan di Perusahaan Mu. Apalagi, Mu Shenan juga sedang tidak ada disana. Pasti tidak akan ada yang bisa melindunginya apabila para fans itu sudah bertinda
...Di bawah langit yang tampak gelap, Mu Shenan menatap ke atas dengan hampa. Sudah satu jam sejak rapat berakhir, dia terlihat tidak mau beristirahat dan lebih memilih untuk berdiri mematung di balkon hotel itu.Asisten Bai yang menyaksikannya sedikit merasa khawatir. Bos besarnya benar-benar terlihat berbeda sekali. Dahulu, bosnya itu selalu menghabiskan waktunya bekerja bagai mesin. Tetapi sekarang, bosnya itu bisa melamun layaknya seorang bujang yang merindukan bulan! Entah apa yang dipikirkan oleh bosnya itu. Yang pasti itu bukanlah tentang pekerjaan.Menyaksikan itu, asisten Bai menggaruk-garuk kepalanya. Ini sudah pukul 24.00 malam. Ia sangat ingin tidur, sama seperti karyawan yang lainnya. Tapi, bos besar malah sibuk mengamati bintang-bintang yang sama sekali tidak terlihat di atas sana. Mau sampai kapan?! Kalau dibiarkan terus, asisten Bai khawatir jika sang bos akan tidak bisa menghadiri rapat besar esok hari.Menggosok dagunya,
...Mu Shenan tidak menjawab. Dengan kokoh, dia masih berdiri dengan kedua lengan kekarnya yang masuk ke dalam saku celananya. Bagai seorang pujangga, ia menatap bulan yang sedikit demi sedikit mulai muncul dari celah awan gelap di atas sana.“Tuan, apa saya harus menutup panggilan ini?” tanya asisten Bai yang kembali tidak dijawab oleh sang tuan yang masih merenung.“Ataukah saya harus mengatakan bahwa anda sedang sibuk dan tidak ingin diganggu?” imbuh asisten Bai yang sama sekali tidak mendapat respon dari bos besarnya.Seperti biasa, jika Mu Shenan sedang tidak mau mengangkat telepon, maka asisten Bai yang akan menggantikannya.“Halo, Nyonya muda. Maaf, Tuan Mu sedang sibuk-“ belum sempat menyelesaikan ucapannya, asisten Bai terkejut karena ponsel yang dipegangnya tiba-tiba saja direbut oleh CEO Mu yang entah kapan sudah berada disampingnya.“Halo, aku tidak sibuk,” ucap Mu S
...Pagi telah menjelang di kota S. Hari ini, Shen Yiyi dan Mu Shenan harus kembali ke Kediaman Mu setelah mereka berdua mendapat pesan singkat dari Nyonya besar tua. Meski Shen Yiyi masih membenci suaminya setelah percakapan yang tidak terselesaikan semalam, tapi dia tetap ikut kesana karena dia harus berjumpa dengan nenek mertuanya yang sempat sakit itu.“Aw….” Mu Shenan terdengar mengaduh sembari satu tangannya memegang tengkuk lehernya. Mungkin dia berpikir bahwa Shen Yiyi akan merasa kasihan dan menyudahi pertengkaran mereka. Tapi, ternyata tidak!Mu Shenan kembali diam. Dia mengarahkan matanya ke jalanan ke depan dan sesekali melirik Shen Yiyi yang saat ini memejamkan matanya. “Yiyi, apa tidurmu nyenyak semalam?” tanyanya tanpa balasan apapun. Mu Shenan hanya bisa menghela nafasnya. Sepertinya, dia tidak akan berbaikan dengan isterinya dalam waktu singkat sehingga dia memilih untuk diam supaya isterinya itu tidak bertambah semakin marah.Kediaman Mu telah terlihat di depan. M
...“Kakek, kumohon jangan membicarakan hal itu. Aku yakin kakek akan selalu sehat.” ucap Shen Yiyi terjeda. “Oh, besok aku akan membawakan kakek buah persik dari Mongol. Orang bilang siapapun yang memakan buah itu pasti akan mendapat berkah umur panjang dari langit. Bagaimana Kek?”“Haha… Yiyi, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin tenang. Apalagi, sebentar lagi aku akan menimang seorang cicit. Tapi tentang buah itu? Em… Baiklah. Kau bisa membawakan beberapa untukku,” sahut kakeknya sebelum teringat kembali akan pembicaraan selanjutnya. “Yiyi, tentang hak waris itu. Kakek mau kau menjaganya dengan baik. Apa kau mengerti?”“Hm… Iya, aku mengerti,” jawab Shen Yiyi."Baiklah, sekarang aku bisa tenang. Kau istirahatlah. Sampaikan salamku untuk suamimu.""Baik Kek," ucap Shen Yiyi menutup pembicaraan itu.Setelah mendengar kakek Shen menutup sambungan teleponnya, Shen Yiyi langsung meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Meski Shen Yiyi senang karena Shen Ara dan Wei Y
...Shen Yiyi telah selesai membersihkan dirinya ketika dia mendengar ponselnya berdering. Hari sudah hampir larut malam, tetapi seseorang menghubunginya. Ada apa? Batinnya sebelum dia mengambil ponselnya dan mendapati bahwa kakek Shen adalah orang yang meneleponnya.“Halo kakek… Selamat malam. Kakek mengapa belum tidur?” sapa Shen Yiyi yang dibalas oleh suara batuk diseberang sana.“Uhuk… uhuk…” Kakek Shen terdengar sedang tidak baik-baik saja. Shen Yiyi megerutkan dahinya dan segera bertanya pada kakeknya itu.“Kakek, apa kau sedang sakit? Aku akan segera menelepon bibi Zhang. Kakek ber-istirahatlah.” Shen Yiyi cukup panik karena dirinya sedang tidak ada disana. Sementara Shen Haoran, ayahnya itu, pastilah saat ini masih sibuk di ruang kerjanya. Shen Yiyi hendak menutup sambungan telepon itu supaya bisa menghubungi kepala pelayannya. Akan tetapi sang kakek lekas-lekas mencegahnya.“Yiyi… Kakek tidak apa-apa. Kau tenang saja. Aku hanya batuk karena udara terlalu dingin,” sahut pria
...Setelah menikmati makan malam, Mu Shenan membawa Shen Yiyi pulang ke apartemen Sky Garden. Meski ada beberapa hal yang masih mengganjal di hatinya, Mu Shenan tetap merasa senang karena pada akhirnya dia bisa membawa isterinya itu kembali pulang bersamanya.“Biar aku saja,” ucap Mu Shenan mendahului Shen Yiyi mendorong pintu rumah mereka.Ketika mereka sudah sampai di dalam rumah, Mu Shenan buru-buru membantu melepas sepatu isterinya dan menggantinya dengan sebuah sandal rumah yang baru dibelinya. Sandai berbulu itu berwarna peach dengan tatakan kaki yang sangat lembut dan empuk ketika digunakan.“Shenan, apa yang kau lakukan?” tanya Shen Yiyi merasa tidak enak. Bagaimanapun Mu Shenan adalah CEO dari Perusahaan Mu. Lagipula, Shen Yiyi juga tahu bahwa Mu Shenan adalah tipe lelaki dingin yang tidak akan mungkin melakukan hal semacam itu. Jadi, Shen Yiyi buru-buru menarik kakinya dari pergelangan tangan Mu Shenan ketika pria itu hendak memakaikan sepatu sandal pada kaki yang kedua.
...Dalam lembar pertama album itu, Shen Ping bisa melihat foto Shen Ara ketika dia pertama kali datang ke Kediaman Shen. Wajahnya begitu lusuh dan kulitnya kecoklatan karena terbakar terik matahari. Pada waktu itu, Shen Ping masih ingat, dirinya begitu kasihan dengan gadis remaja yang baru diambilnya dari panti asuhan Kelopak Teratai.Penampilan gadis remaja itu sangat mengingatkan Shen Ping akan masa perang yang pernah dilaluinya ketika dirinya masih muda. Ada begitu banyak anak menjadi yatim piatu dan terlantar pada masa perang yang sudah merebut nyawa banyak orang di wilayah perbatasan. Hati Shen Ping begitu sedih sehingga dia akhirnya mencurahkan kasih sayang kepada gadis remaja itu layaknya putrinya sendiri dan memberinya nama ‘Shen Ara’.'Kenapa kau sampai melakukan hal itu?' tanyanya dalam hati.Shen Ping tidak pernah menyangka bahwa putri angkatnya itu akan bertindak berlebihan pada Shen Yiyi. Sejujurnya, dia tidak bisa memahami alasan Shen Ara melakukannya. Apakah kasih sa
...Suara mobil milik Shen Ara terdengar meninggalkan Kediaman Shen. Dari depan pintu kamarnya, kakek Shen terlihat memegangi dadanya. Sepertinya, pria tua itu mengalami rasa sakit akibat semua musibah yang barusaja terjadi pada keluarga mereka.Kakek Shen meremas dadanya untuk meredakan rasa sakit yang mendadak menyerangnya. Dalam sela-sela kesakitannya itu, beberapa kali dia terdengar mengutuki dirinya sendiri atas semua yang telah terjadi pada keluarga mereka. Apakah dia tidak becus mengurusi rumah tangga di keluarganya? Apa kesalahannya di masa lalu sehingga dewa-dewa menghukumnya? batin Shen Ping merasa begitu sedih dan getir disaat yang bersamaan atas tindakan Shen Ara.Isteri Haoran telah tiada. Lalu setelahnya, hampir-hampir mereka juga kehilangan Shen Yiyi karena ulah Wei Dong. Kakek Shen berpikir bahwa semua hal-hal buruk yang terjadi di keluarganya sudah usai. Akan tetapi, harapannya tidak terwujud!"Ling!" seru kakek Shen memanggil seorang pelayan yang terlihat dari keja
...Perubahan ekspresi itu dapat ditangkap oleh Shen Haoran. Dalam hati, Shen Haoran merasakan sebuah sayatan ketika dia melihat bagaimana Wei Yuna bisa memainkan mimik wajahnya dengan begitu cepat. Apakah… begini cara Wei Yuna selama ini mempengaruhinya untuk menyalahkan Shen Yiyi? Batin Shen Haoran menarik nafasnya dalam-dalam untuk menahan luapan emosi yang keluar akibat ulah-ulah Wei Yuna yang tiba-tiba bermunculan dalam ingatannya.‘Kartu akses milik Shen Yiyi yang diambil oleh Wei Yuna’‘Perubahan penampilan Shen Yiyi menjadi gadis gila’‘Wei Yuna yang mempengaruhinya untuk memutuskan pernikahan Shen Yiyi’‘Dan juga, Wei Yuna yang dengan senang hati memperkenalkan dirinya sebagai calon isteri Mu Shenan’Sedari awal, bahkan jauh sekali sebelum saat ini, bukankah Wei Yuna memang telah menindas Shen Yiyi? Pikir Shen Haoran mengerutkan kedua alisnya semakin dalam.Sementara Shen Haoran menenangkan emosinya, Shen Ara yang sudah tidak dapat berkata-kata dengan Shen Haoran akhirnya m
...Malam telah menjadi semakin larut. Meski demikian, cahaya lampu di ruang tamu kediaman Shen masih menyala begitu terangnya menyoroti anggota keluarga Wei yang baru saja datang kesana.“Kakak Hao… Kumohon maafkan aku. Percayalah, aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti Shen Yiyi. Yang kulakukan hanyalah-“, ucap Shen Ara berusaha menjelaskan.“Ara, diamlah! Kau tidak perlu menjelaskannya kepadaku,” sahut Shen Haoran dengan wajahnya yang sudah memerah.“Tidak! Kakak Hao, kau harus mendengar penjelasan kami. Jujur saja, aku hanya ingin menyelamatkan Perusahaan Shen. Sama sekali, aku tidak bermaksud mendorong Shen Yiyi pada CEO Yuan Xi itu. Kakak Hao, tolong percayalah… Aku tidak akan setega itu pada keponakanku sendiri,” lanjut Shen Ara yang seketika dibalas sebuah tawa kecut dari Shen Haoran.“Ckck… Apa kau bilang? Kau ingin menyelamatkan Perusahaan Shen? Dan kau tidak akan setega itu kepada Shen Yiyi?” Shen Haoran mengulangi apa yang didengarnya dari adik angkatnya sebelum
...Mu Shenan melaju dengan kecepatan rata-rata menjauhi gedung Balai Kota itu. Setelah dia menyelesaikan permasalahan Shen Yiyi, hatinya merasa lebih tenang meskipun ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.‘Aku memang memiliki hubungan di masa lalu dengan Shen Yiyi. Apakah Tuan Mu datang jauh-jauh hanya untuk mengetahui tentang hal ini?’Pernyataan Han Suo masih terngiang begitu jelas di telinga Mu Shenan. Sebelumnya, Mu Shenan hanya menanggapinya dengan suara kekehan ketika dia mendengar pria muda itu mengatakannya. Akan tetapi, ada satu hal yang mengusik hati Mu Shenan ketika dia melihat ekspresi wajah CEO dari Yuan Xi itu. Dari apa yang dia lihat, pria bermarga Han itu sedang tidak berbohong. Lalu sebenarnya apa hubungan Shen Yiyi dan Han Suo di masa lalu? Batin Mu Shenan.Untuk beberapa waktu, Mu Shenan tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Namun sesaat setelah Mu Shenan menyadari bahwa Shen Yiyi sedang memperhatikannya, cepat-cepat pria itu merubah ekspresi pada wajahny