.
.
.
Mu Shenan tidak menjawab. Dengan kokoh, dia masih berdiri dengan kedua lengan kekarnya yang masuk ke dalam saku celananya. Bagai seorang pujangga, ia menatap bulan yang sedikit demi sedikit mulai muncul dari celah awan gelap di atas sana.
“Tuan, apa saya harus menutup panggilan ini?” tanya asisten Bai yang kembali tidak dijawab oleh sang tuan yang masih merenung.
“Ataukah saya harus mengatakan bahwa anda sedang sibuk dan tidak ingin diganggu?” imbuh asisten Bai yang sama sekali tidak mendapat respon dari bos besarnya.
Seperti biasa, jika Mu Shenan sedang tidak mau mengangkat telepon, maka asisten Bai yang akan menggantikannya.
“Halo, Nyonya muda. Maaf, Tuan Mu sedang sibuk-“ belum sempat menyelesaikan ucapannya, asisten Bai terkejut karena ponsel yang dipegangnya tiba-tiba saja direbut oleh CEO Mu yang entah kapan sudah berada disampingnya.
“Halo, aku tidak sibuk,” ucap Mu S
...Ke-esokan harinya, Mu Shenan bangun dengan lebih segar. Semalam, ia sudah mendapatkan energi dari telepon yang diterimanya pada tengah malam. Dan sekarang, ia sedang memakai jam tangan rolexnya sebelum ia mendengar asisten Bai masuk ke dalam kamarnya.“Tuan, semua orang sudah hadir di ballroom,” ucap asisten Bai memberikan informasi kepada sang CEO yang telah siap itu.Kali ini Mu Shenan memakai jas hitam dengan list emas rancangan dari Oliver. Penampilannya begitu memukau didukung oleh guratan kebahagiaan yang terpancar pada rona wajahnya.“Baiklah,” sahut Mu Shenan mengambil ponsel miliknya.Sebelum rapat, ia ingin sekali menghubungi seseorang. Bukan untuk apa-apa, ia hanya ingin saja memberitahukan agendanya itu. Ia berpikir mungkin saja seseorang nan jauh disana akan menantikan hal itu darinya.Baru saja membuka ponselnya, wajah Mu Shenan tiba-tiba saja menggelap. Aura disekitarnya berubah menj
...Shen Yiyi masuk ke dalam kantornya dengan senyum kepuasan. Pagi ini, para pembulinya telah berhasil mendapatkan hukuman yang layak mereka dapatkan.Hangsang bukanlah tempat bermain-main dimana mereka bisa bersantai. Disana ada banyak pekerjaan kasar seperti mengangkut barang dan inventarisasi yang menyita banyak tenaga. Shen Yiyi yakin, disana, mereka pasti tidak memiliki waktu untuk bergosip! Batinnya sembari meletakkan tas miliknya ke atas meja.Kepala bagian San mengikutinya. Setelah Shen Yiyi duduk di mejanya, kepala bagian San memberikan sebuah berkas untuk diperiksa oleh sekretaris Shen secara rahasia.“Sekretaris Shen, mohon bantuan dari anda,” ucap kepala bagian San seraya berbisik kepada Shen Yiyi yang mengernyitkan alisnya.Tunggu! Apa maksud dari kepala bagian San?! Batinnya penasaran sebelum kepala bagian San mengutarakan keprihatinannya terhadap bidang yang dibawahinya.“Sekretaris Shen, say
...Dia akan meminta bantuan Ning Ri!Sahabatnya itu pintar sekali! Dahulu, dia selalu mendapatkan juara 1 di kelasnya. Pasti Ning Ri dapat membantunya! Batin Shen Yiyi bergegas meninggalkan kantor itu untuk menuju ke rumah Ning Ri.Rumah Ning Ri ada di sebelah utara kota. Dari tempatnya bekerja saat ini, paling tidak, Shen Yiyi harus menghabiskan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan untuk kesana. Namun demi semua tugas di tangannya itu, Shen Yiyi tidak merasa keberatan meskipun sebenarnya dia sudah cukup lelah hari ini.Setelah menempuh perjalanan dengan menggunakan taxi, sampai pula dia ke tempat yang ditujunya. Rumah sewa itu nampak sepi seperti tida ada orang di dalamnya.“Halo, Ning Ri? Apakah kau di rumah?” sapa Shen Yiyi di depan pintu rumah temannya itu.Meskipun belum dijawab, Shen Yiyi, langsung saja membuka pintu rumah itu dan mendapati Ning Ri sedang berbicara di telepon dengan seseorang.&
...Malam telah berganti pagi di apartemen Sky Garden. Shen Yiyi tidak bisa tidur nyenyak akibat dari kelakuan suami busuknya yang mengabaikannya. Brengsek! batinnya seraya mengepalkan kedua tangannya tepat disaat dia membuka matanya yang seperti panda itu.Beranjak dari kasurnya, Shen Yiyi lalu berdiri dan berjalan ke kanan dan ke kiri dengan begitu gusar. Pria itu sepertinya benar-benar marah karena nomornya telah diblokir. Dan sekarang, dia tampak sedang membalas dendam pada isterinya.Jika itu dilakukannya pada hari biasa, mungkin Shen Yiyi akan senang karena memang itu tujuannya, yakni untuk jauh dari Mu Shenan. Hanya saja, saat ini Shen Yiyi sedang memerlukan bantuan dari pria itu. Jadi dia tidak suka melihat pria itu bersikap jual mahal.Ah! Kepala bagian … kenapa kalian membuatku harus mengejar pria busuk itu?! Shen Yiyi menggerutu sambil mengusap-usap dahinya.Lalu sekarang apa yang akan dilakukanny
...Hari semakin siang, kegiatan pembukaan di acara itu berlangsung meriah. Ada tari-tarian, ada atraksi, sulap dan yang terakhir adalah pertunjukan dari penyanyi ternama di Negara itu. Semua orang takjub dengan suaranya hingga mereka bertepuk tangan dengan begitu meriah sesaat setelah penyanyi itu mengalunkan suaranya yang lembut.Sayangnya hal itu tidak menggerakkan hati Mu Shenan. Seperti sebelumnya, dia masih duduk di kursi kebesaran paling depan dengan sorot mata yang begitu datar. Tidak ada semburat ekspresi disana. Hingga akhirnya, di balik kaca besar disampingnya, sudut matanya menangkap pemandangan yang membuatnya tertarik.Bibirnya tersungging tetapi dia lekas-lekas menutupinya. Entah mengapa, bebannya seketika lepas dan ia menjadi bersemangat untuk mengikuti acara yang baru dibuka itu.Melihat ekspresi Tuan Mu yang tampak senang, penyanyi di depan melebarkan senyumannya. Dia merasa lebih percaya diri dari sebelumnya dan sedikit
...Shen Yiyi merasa kelelahan. Selama 1 jam, dia melayani para tamu di ruangan khusus itu untuk mengambilkan setiap menu yang mereka mau. Apalagi, Mu Shenan, suami busuknya sama sekali tidak membantunya. Malahan, dialah yang memberikan ide bagi para CEO rekanannya untuk memerintahnya.Dan sekarang, dia sudah melepas kepala guritanya. Dahinya sudah penuh dengan keringat dan rambutnya sudah basah. Sesekali, dia tampak mengelap peluhnya itu dengan punggung tangannya seraya kedua matanya memandang panorama laut biru di depannya.Untuk mengurangi rasa dahaganya, dia lalu mengambil es buah kelapa yang tadi sempat dibelinya. Hanya saja, baru beberapa kali dia meneguknya, sang manajer yang otoriter itu kembali memanggilnya.“Nona Shen?! Ayo, kembali bekerja!” seru manajer hotel kepadanya dengan kedua tangannya di pinggang.Sepertinya, manajer itu tidak suka melihat pegawainya beristirahat sejenak saja. Sama seperti sekarang, ba
...Titik-titik air mulai berjatuhan pada lapangan golf di ujung sana. Mu Shenan lantas melayangkan pandangannya ke area luas dibelakangnya untuk mencari sesuatu yang nampaknya tidak kunjung muncul.Dahinya berkerut. Suasana hatinya seketika menjadi berubah hingga membuat sang penyanyi itu menjadi khawatir.“CEO Mu, apakah anda baik-baik saja?” tanya wanita itu kepada Mu Shenan yang masih menatap lurus ke belakang.“CEO Mu, jika anda kelelahan, saya akan membawakan kursi lipat dari dalam mobil golf,” kata wanita itu lagi.Mu Shenan tidak menatap penyanyi itu. Malahan, dia menatap langit sore di atasnya yang sudah tertutup dengan awan gelap. Nampaknya, ia sedang memikirkan sesuatu yang membuat hatinya resah.Sementara penyanyi itu mengambil sebuah kursi lipat ringan, Mu Shenan menjentikkan jarinya untuk memanggil asisten Bai. Melihat tanda itu, asisten Bai bergegas untuk menghampiri sang Tuan yang tidak
...Malam telah berganti pagi di Hotel Hainan Bay. Sepasang suami isteri yang semalam beradu pendapat itupun saat ini sudah berbaikan dengan Shen Yiyi yang akhirnya mengeluarkan kata ‘maaf’ dari mulut mungilnya dengan terpaksa.Meskipun sudah berbaikan, mereka tidak melakukan apa-apa karena Shen Yiyi sudah membuat tembok pemisah dari bantal dan guling di antara mereka. Dan Mu Shenan juga sudah cukup lelah, sehingga ia membiarkan kucing kecilnya itu berbuat sesuka hatinya.Dan sekarang, Mu Shenan sudah bangun lebih awal seperti biasanya. Matanya beberapa kali terlihat mengerjap untuk mengumpulkan seluruh kesadarannya. Dan setelah dia benar-benar terbangun, dia lalu melayangkan pandangannya pada tangan dan kaki gadisnya itu yang memeluknya dengan sangat erat bagai seekor koala.Cih! Mu Shenan mengejek Shen Yiyi di dalam hatinya. Semalam wanita itu bersikeras untuk memasang pembatas di antara mereka. Tetapi, anehnya, wanita itu se
...Pagi telah menjelang di kota S. Hari ini, Shen Yiyi dan Mu Shenan harus kembali ke Kediaman Mu setelah mereka berdua mendapat pesan singkat dari Nyonya besar tua. Meski Shen Yiyi masih membenci suaminya setelah percakapan yang tidak terselesaikan semalam, tapi dia tetap ikut kesana karena dia harus berjumpa dengan nenek mertuanya yang sempat sakit itu.“Aw….” Mu Shenan terdengar mengaduh sembari satu tangannya memegang tengkuk lehernya. Mungkin dia berpikir bahwa Shen Yiyi akan merasa kasihan dan menyudahi pertengkaran mereka. Tapi, ternyata tidak!Mu Shenan kembali diam. Dia mengarahkan matanya ke jalanan ke depan dan sesekali melirik Shen Yiyi yang saat ini memejamkan matanya. “Yiyi, apa tidurmu nyenyak semalam?” tanyanya tanpa balasan apapun. Mu Shenan hanya bisa menghela nafasnya. Sepertinya, dia tidak akan berbaikan dengan isterinya dalam waktu singkat sehingga dia memilih untuk diam supaya isterinya itu tidak bertambah semakin marah.Kediaman Mu telah terlihat di depan. M
...“Kakek, kumohon jangan membicarakan hal itu. Aku yakin kakek akan selalu sehat.” ucap Shen Yiyi terjeda. “Oh, besok aku akan membawakan kakek buah persik dari Mongol. Orang bilang siapapun yang memakan buah itu pasti akan mendapat berkah umur panjang dari langit. Bagaimana Kek?”“Haha… Yiyi, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin tenang. Apalagi, sebentar lagi aku akan menimang seorang cicit. Tapi tentang buah itu? Em… Baiklah. Kau bisa membawakan beberapa untukku,” sahut kakeknya sebelum teringat kembali akan pembicaraan selanjutnya. “Yiyi, tentang hak waris itu. Kakek mau kau menjaganya dengan baik. Apa kau mengerti?”“Hm… Iya, aku mengerti,” jawab Shen Yiyi."Baiklah, sekarang aku bisa tenang. Kau istirahatlah. Sampaikan salamku untuk suamimu.""Baik Kek," ucap Shen Yiyi menutup pembicaraan itu.Setelah mendengar kakek Shen menutup sambungan teleponnya, Shen Yiyi langsung meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Meski Shen Yiyi senang karena Shen Ara dan Wei Y
...Shen Yiyi telah selesai membersihkan dirinya ketika dia mendengar ponselnya berdering. Hari sudah hampir larut malam, tetapi seseorang menghubunginya. Ada apa? Batinnya sebelum dia mengambil ponselnya dan mendapati bahwa kakek Shen adalah orang yang meneleponnya.“Halo kakek… Selamat malam. Kakek mengapa belum tidur?” sapa Shen Yiyi yang dibalas oleh suara batuk diseberang sana.“Uhuk… uhuk…” Kakek Shen terdengar sedang tidak baik-baik saja. Shen Yiyi megerutkan dahinya dan segera bertanya pada kakeknya itu.“Kakek, apa kau sedang sakit? Aku akan segera menelepon bibi Zhang. Kakek ber-istirahatlah.” Shen Yiyi cukup panik karena dirinya sedang tidak ada disana. Sementara Shen Haoran, ayahnya itu, pastilah saat ini masih sibuk di ruang kerjanya. Shen Yiyi hendak menutup sambungan telepon itu supaya bisa menghubungi kepala pelayannya. Akan tetapi sang kakek lekas-lekas mencegahnya.“Yiyi… Kakek tidak apa-apa. Kau tenang saja. Aku hanya batuk karena udara terlalu dingin,” sahut pria
...Setelah menikmati makan malam, Mu Shenan membawa Shen Yiyi pulang ke apartemen Sky Garden. Meski ada beberapa hal yang masih mengganjal di hatinya, Mu Shenan tetap merasa senang karena pada akhirnya dia bisa membawa isterinya itu kembali pulang bersamanya.“Biar aku saja,” ucap Mu Shenan mendahului Shen Yiyi mendorong pintu rumah mereka.Ketika mereka sudah sampai di dalam rumah, Mu Shenan buru-buru membantu melepas sepatu isterinya dan menggantinya dengan sebuah sandal rumah yang baru dibelinya. Sandai berbulu itu berwarna peach dengan tatakan kaki yang sangat lembut dan empuk ketika digunakan.“Shenan, apa yang kau lakukan?” tanya Shen Yiyi merasa tidak enak. Bagaimanapun Mu Shenan adalah CEO dari Perusahaan Mu. Lagipula, Shen Yiyi juga tahu bahwa Mu Shenan adalah tipe lelaki dingin yang tidak akan mungkin melakukan hal semacam itu. Jadi, Shen Yiyi buru-buru menarik kakinya dari pergelangan tangan Mu Shenan ketika pria itu hendak memakaikan sepatu sandal pada kaki yang kedua.
...Dalam lembar pertama album itu, Shen Ping bisa melihat foto Shen Ara ketika dia pertama kali datang ke Kediaman Shen. Wajahnya begitu lusuh dan kulitnya kecoklatan karena terbakar terik matahari. Pada waktu itu, Shen Ping masih ingat, dirinya begitu kasihan dengan gadis remaja yang baru diambilnya dari panti asuhan Kelopak Teratai.Penampilan gadis remaja itu sangat mengingatkan Shen Ping akan masa perang yang pernah dilaluinya ketika dirinya masih muda. Ada begitu banyak anak menjadi yatim piatu dan terlantar pada masa perang yang sudah merebut nyawa banyak orang di wilayah perbatasan. Hati Shen Ping begitu sedih sehingga dia akhirnya mencurahkan kasih sayang kepada gadis remaja itu layaknya putrinya sendiri dan memberinya nama ‘Shen Ara’.'Kenapa kau sampai melakukan hal itu?' tanyanya dalam hati.Shen Ping tidak pernah menyangka bahwa putri angkatnya itu akan bertindak berlebihan pada Shen Yiyi. Sejujurnya, dia tidak bisa memahami alasan Shen Ara melakukannya. Apakah kasih sa
...Suara mobil milik Shen Ara terdengar meninggalkan Kediaman Shen. Dari depan pintu kamarnya, kakek Shen terlihat memegangi dadanya. Sepertinya, pria tua itu mengalami rasa sakit akibat semua musibah yang barusaja terjadi pada keluarga mereka.Kakek Shen meremas dadanya untuk meredakan rasa sakit yang mendadak menyerangnya. Dalam sela-sela kesakitannya itu, beberapa kali dia terdengar mengutuki dirinya sendiri atas semua yang telah terjadi pada keluarga mereka. Apakah dia tidak becus mengurusi rumah tangga di keluarganya? Apa kesalahannya di masa lalu sehingga dewa-dewa menghukumnya? batin Shen Ping merasa begitu sedih dan getir disaat yang bersamaan atas tindakan Shen Ara.Isteri Haoran telah tiada. Lalu setelahnya, hampir-hampir mereka juga kehilangan Shen Yiyi karena ulah Wei Dong. Kakek Shen berpikir bahwa semua hal-hal buruk yang terjadi di keluarganya sudah usai. Akan tetapi, harapannya tidak terwujud!"Ling!" seru kakek Shen memanggil seorang pelayan yang terlihat dari keja
...Perubahan ekspresi itu dapat ditangkap oleh Shen Haoran. Dalam hati, Shen Haoran merasakan sebuah sayatan ketika dia melihat bagaimana Wei Yuna bisa memainkan mimik wajahnya dengan begitu cepat. Apakah… begini cara Wei Yuna selama ini mempengaruhinya untuk menyalahkan Shen Yiyi? Batin Shen Haoran menarik nafasnya dalam-dalam untuk menahan luapan emosi yang keluar akibat ulah-ulah Wei Yuna yang tiba-tiba bermunculan dalam ingatannya.‘Kartu akses milik Shen Yiyi yang diambil oleh Wei Yuna’‘Perubahan penampilan Shen Yiyi menjadi gadis gila’‘Wei Yuna yang mempengaruhinya untuk memutuskan pernikahan Shen Yiyi’‘Dan juga, Wei Yuna yang dengan senang hati memperkenalkan dirinya sebagai calon isteri Mu Shenan’Sedari awal, bahkan jauh sekali sebelum saat ini, bukankah Wei Yuna memang telah menindas Shen Yiyi? Pikir Shen Haoran mengerutkan kedua alisnya semakin dalam.Sementara Shen Haoran menenangkan emosinya, Shen Ara yang sudah tidak dapat berkata-kata dengan Shen Haoran akhirnya m
...Malam telah menjadi semakin larut. Meski demikian, cahaya lampu di ruang tamu kediaman Shen masih menyala begitu terangnya menyoroti anggota keluarga Wei yang baru saja datang kesana.“Kakak Hao… Kumohon maafkan aku. Percayalah, aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti Shen Yiyi. Yang kulakukan hanyalah-“, ucap Shen Ara berusaha menjelaskan.“Ara, diamlah! Kau tidak perlu menjelaskannya kepadaku,” sahut Shen Haoran dengan wajahnya yang sudah memerah.“Tidak! Kakak Hao, kau harus mendengar penjelasan kami. Jujur saja, aku hanya ingin menyelamatkan Perusahaan Shen. Sama sekali, aku tidak bermaksud mendorong Shen Yiyi pada CEO Yuan Xi itu. Kakak Hao, tolong percayalah… Aku tidak akan setega itu pada keponakanku sendiri,” lanjut Shen Ara yang seketika dibalas sebuah tawa kecut dari Shen Haoran.“Ckck… Apa kau bilang? Kau ingin menyelamatkan Perusahaan Shen? Dan kau tidak akan setega itu kepada Shen Yiyi?” Shen Haoran mengulangi apa yang didengarnya dari adik angkatnya sebelum
...Mu Shenan melaju dengan kecepatan rata-rata menjauhi gedung Balai Kota itu. Setelah dia menyelesaikan permasalahan Shen Yiyi, hatinya merasa lebih tenang meskipun ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.‘Aku memang memiliki hubungan di masa lalu dengan Shen Yiyi. Apakah Tuan Mu datang jauh-jauh hanya untuk mengetahui tentang hal ini?’Pernyataan Han Suo masih terngiang begitu jelas di telinga Mu Shenan. Sebelumnya, Mu Shenan hanya menanggapinya dengan suara kekehan ketika dia mendengar pria muda itu mengatakannya. Akan tetapi, ada satu hal yang mengusik hati Mu Shenan ketika dia melihat ekspresi wajah CEO dari Yuan Xi itu. Dari apa yang dia lihat, pria bermarga Han itu sedang tidak berbohong. Lalu sebenarnya apa hubungan Shen Yiyi dan Han Suo di masa lalu? Batin Mu Shenan.Untuk beberapa waktu, Mu Shenan tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Namun sesaat setelah Mu Shenan menyadari bahwa Shen Yiyi sedang memperhatikannya, cepat-cepat pria itu merubah ekspresi pada wajahny