Share

Chapter 15

Author: Hana Makaira
last update Last Updated: 2023-01-30 23:37:54

"Jaaane!" pekik Bang Yudha dan Bang Revan berlari menghampiri.

Darah mengucur deras dari tangan kiri yang sempat tergores pisau, saat aku mencoba menangkis serangan Lina.

"Sia*an!" geram Lina dan kembali mencoba menyer4ngku.

"Awas, Jane!" Tiba-tiba Mas Firman bergerak kilat, dan mendorong tubuh Lina dari samping hingga tersungkur.

"Aduh," pekik Lina karena sikunya menghantam lantai.

Mas Firman menendang pis4u yang terlepas dari genggaman Lina.

"Amankan Lina, cepat, Bang!" teriaknya pada Bang Yudha.

"Bantu abang, Man!"

"Cepat cari tali!"

"Mas, kamu tega melakukan ini padaku?" ujar Lina pada Mas Firman. Ia tak menyangka, lelaki yang dikira mencintainya, justru lebih membelaku.

"Perasaanku udah berubah, Lina. Aku nggak nyangka, kamu bisa sejahat itu."

Bang Yudha yang dibantu Pak RT, meringkus Lina dengan mengikat tang4n wanita itu menggunakan tali.

"Lepaskan aku!" teriak Lina seraya meronta-ronta dalam ringkusan Bang Yudha dan Pak RT.

"Cepat telepon polisi!" perintah Pak RT.

"Sudah, Pa
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   Chapter 16

    "Nggak usah sok perhatian, Mas! Aku muak! Sumpah, aku muak melihat tingkahmu!""Jane, mas benar-benar khawatir dan peduli sama kamu.""Bohong! Kamu nggak pernah benar-benar peduli padaku, Mas.""Nggak, Jane. Mas peduli dan khawatir. Mas masih mencintaimu.""Diaaam!" Kututup telingaku dengan menggunakan tangan kanan. "Sebaiknya kamu pergi, Mas. Aku nggak mau lihat kamu lagi. Aku udah muak! Aku benci! Pergi, Mas, pergiiii!" teriakku seraya mendorong tubuhnya, meski gerakanku masih sangat lemah."Jane, tolong jangan usir mas.""Pergi, Mas. Pergiii!"Tiba-tiba pintu membuka. Bang Yudha, Bang Revan, dan Kak Vera masuk ke dalam ruang rawat inapku. "Ada apa ini ribut-ribut? Astaga, kenapa ada gelas pecah di sini?" tanya Bang Yudha."Ah, itu tadi aku nggak sengaja menyenggolnya, Bang," jawab Mas Firman. "Aku panggil petugas kebersihan dulu." Lelaki berkulit putih itu ke luar dari ruangan."Gimana keadaan kamu, Dik?" tanya Bang Yudha."Alhamdulillah, jauh lebih baik, Bang. Walaupun masih saki

    Last Updated : 2023-01-30
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   Chapter 17

    "Kamu kenapa, Nak?" Mas Firman mendekati Zahwa seraya membingkai wajah gadis empat belas tahun itu, dengan kedua tangannya."Lepasin, Pa. Aku nggak sudi punya papa kayak kamu, huhuhu," Ditepisnya kasar tangan ayah kandungnya itu, lalu berlari menghambur ke pelukanku."Ada apa sih ini sebenarnya, Nak?" tanyaku bingung.Zahwa tak menjawab. Gadis yang mulai beranjak remaja itu, masih terus menangis sesegukan di bahuku."Ternyata ada yang merekam kasus penggrebekan kemarin, lalu di upload ke sosial media. Kemudian dengan cepat disebarkan oleh akun-akun gosip," imbuh Kak Rossa."Astaghfirullahal 'Adhiim," Serentak kami beristighfar. "Dan Zahwa melihat sendiri semua berita viral tentang perselingkuhan papanya di sosial media. Tahu sendiri, kalau berita yang disebar akun gosip, sudah pasti dibumbui sedemikian mungkin.""Mama, aku benci Papa! Aku benci," ujar Zahwa sambil menghentakkan tubuhnya dalam pelukanku."Zahwa sayang, papa nggak seburuk yang kamu kira, Nak?" Mas Firman berjalan mengha

    Last Updated : 2023-01-31
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   Chapter 18

    "Ya, tapi sebentar lagi aku bukan lagi istrimu. Tunggu aja gugatan dariku!"Aku terus meronta. Tapi, tetap saja Mas Firman tidak mau melepaskan. Tatapan aneh dan sinis pengunjung pun tak kunjung membuatnya takut."Jangan pikir, aku akan menceraikanmu, Jane! Jangan mimpi!" "Aaaw, sakit, Mas!" erangku, karena cengkeramannya berpindah ke pergelangan tangan."Hei, lepaskan!" Tiba-tiba, Steve mendorong bahu Mas Firman, hingga terhuyung ke belakang.Cepat kuusap pergelangan tangan kanan, yang terasa panas dan sedikit perih akibat cengkeraman tadi."Siapa lo! Nggak usah ikut campur urusan rumah tangga gue!" Mas Firman bergerak maju dengan dagu yang diangkat, menantang."Gue Steve. Jane ini temen gue. Lagian sikap lo itu b4nci banget, tau nggak! Beraninya sama perempuan. Kalau berani, lawan gue!" Hanya dengan sekali hentakan bahu, Mas Firman kembali terhuyung ke belakang.Ukuran tubuh Mas Firman yang hanya bertinggi 167 cm, sungguh tidak sebanding dengan Steve, yang memiliki tinggi 180 cm dan

    Last Updated : 2023-01-31
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   19 - Zahwa Mengamuk

    Aku berlari tergopoh menuju ruang keluarga. Tak kuhiraukan lagi rasa sakit luka di tangan, karena guncangan ketika berlari.Mataku membelalak, nyaris ke luar dari sarangnya, begitu melihat lantai di ruang yang biasa kami gunakan untuk bersantai itu, sudah penuh dengan beling berserakan."Ada apa ini, Bik?" tanyaku pada Bik Tarna yang masih berteriak menutupi telinganya.Praaang. Aku terlonjak kaget, ketika mendengar satu lagi suara kaca yang dibanting hingga berderai di lantai. Baru kusadari, meja buffet yang digunakan khusus untuk memajang foto-foto keluarga telah kosong."Ya Allah, Zahwa! Hentikan, Nak! Mama mohon," Aku berusaha berjalan, melintasi lantai yang penuh dengan pecahan-pecahan kaca."Aku benci dia, Ma. Aku benciii!" Praaang.Aku menutup telinga, ketika foto Mas Firman yang berpose dengan memeluk Zahwa saat ia masih berusia sepuluh tahun, dibanting keras ke lantai. "Udahlah, Nak. Dengarkan mama. Mama mohon berhenti," Kuraih gadis kecil yang mulai beranjak remaja itu, k

    Last Updated : 2023-02-01
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   20 - Cerai

    "Bapak," Segera kuhampiri dan mencium punggung tangannya dengan takzim."Bapak sendiri aja? Ibu mana?""Ada di dalam, Nak Jane.""Bapak dan Ibu kapan datang?""Tadi malam. Kami langsung meluncur ke Jakarta, begitu mendengar kabar dari Firman, kalau kalian akan bercerai hari ini," ujarnya dengan logat Jawa Timur yang khas.Kutatap wajah keriput, yang tua melebihi umurnya. Dulu, Pak Darmo-bapaknya Mas Firman bekerja sebagai kuli panggul di pasar. Sedangkan ibunya berjualan jamu gendong keliling.Kemudian aku berinisiatif untuk membangunkan sebuah toko sembako untuk Bapak dan gerobak jamu untuk Ibu supaya bisa berjualan di depannya.Mana tega aku membiarkan mereka masih bekerja keras, sementara anak dan menantunya hidup bergelimangan kemewahan di Jakarta.Mereka menolak ketika aku mengajak untuk tinggal bersama kami di Jakarta. Dengan alasan, mereka tidak terbiasa hidup di kota yang penuh hingar bingar."Nak Jane," Bapak melambaikan tangannya pelan, di depan wajahku.Aku terkesiap. "Eng,

    Last Updated : 2023-02-01
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   21 - Zahwa Mencoba Bunuh Diri

    "Bang, Zahwa, Bang!" ujarku setengah memekik."Kenapa dengan Zahwa?" Bang Yudha yang tadinya bersandar, ikut terduduk tegak."Zahwa kayaknya mau bunuh diri, Bang," Suaraku bergetar panik. Seakan akalku hilang dan tak sanggup berpikir lagi."Apa?" pekik Bang Yudha dan Kak Vera serentak.Mas Firman yang berdiri tak jauh dari kami, tersentak kaget. Ia menatap penuh tanya kemudian melangkah menghampiri."Ada apa, Jane? Selintas, aku mendengar kalian berteriak panik menyebut nama Zahwa.""Ini semua gara-gara kamu, tahu nggak! Kalau sampai terjadi apa-apa dengan keponakanku itu, habislah kau di tanganku," geram Bang Yudha. Begitu marahnya ia, sampai gerahamnya pun mengatup keras."Maksud kalian apa? Aku benar-benar nggak ngerti.""Udahlah, Bang. Kita harus cepat ke sana. Takut terjadi apa-apa pada Zahwa," tukasku dengan suara yang masih bergetar."Ya udah, kamu pergi sama abang aja. Mobil kamu biar aja di sini dulu. Kalian sekarang nunggu di mobil aja. Biar abang ngomong ke Pak Armand dulu.

    Last Updated : 2023-02-01
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   22 - Jatuh

    "Ya Allah, istighfar, Nak. Jangan begitu. Kamu nggak kasihan sama mama? Mama sayang banget sama kamu," Aku berteriak, berusaha membujuk putri semata sayangku itu."Aku ini cupu, b3go kan, Ma? Aku ini anak dari tukang selingkuh juga kan, Ma? Aku malu, waktu foto Papa dipajang di mading. Aku terus diejek setiap hari karena papaku ketahuan selingkuh dan digerebek massal. Untuk apa aku hidup, Ma. Aku capek dibully terus, huhuhu ….""Nggak gitu, Nak. Kamu itu cantik, pintar, selalu juara umum kan? Siapa yang bilang kamu b3go? Nggak ada!""Ada, Ma, ada. Mereka …." Telunjuk Zahwa menunjuk ke arah sekumpulan anak-anak perempuan di luar kerumunan. Mereka langsung menundukkan kepala, begitu semua mata menoleh."Mereka yang nyebarin foto-foto Papa, Ma. Mereka yang terus ngehina aku. Mereka bilang jangan-jangan aku ini juga anak haram. Apa benar aku ini anak haram?"Aku ternganga mendengar penuturan gadis, yang baru duduk di kelas dua sekolah menengah pertama itu. Sampai seperti itukah perkembanga

    Last Updated : 2023-02-01
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   23 - Broken Home

    Jantungku nyaris berhenti berdetak, melihat putri semata wayangku memijak bagian rapuh pinggiran balkon. Beruntung Allah masih mengizinkannya untuk tetap hidup. Zahwa masih bisa menjaga keseimbangan tubuh, hingga jatuh ke belakang. Orang-orang di sekitar ikut menarik napas lega. Ketegangan yang ada, seperti sedang menonton adegan action di film Hollywood. "Mama ke atas ya, Nak." Zahwa mengangguk lemah. Pasti saat ini dia pun sedang shock. Aku dan Kak Vera berlari menuju bagian atap sekolah, dengan menggunakan lift terlebih dahulu sampai ke lantai tiga. Lalu disambung dengan tangga biasa. Kudapati Zahwa menangis dengan posisi telungkup. Perlahan aku dan Kak Vera melangkah mendekati gadis malang itu. Sesekali kami melempar pandang. Tersirat kesedihan mendalam di netra kakak iparku itu. "Zahwa … Sayang …." Kuletakkan tangan dengan hati-hati di atas pundaknya. "Huhuhu," Bahunya masih berguncang "Kita pulang, yuk," bujukku pelan. Zahwa mengangguk dalam tunduknya. Perlahan ia bangk

    Last Updated : 2023-02-05

Latest chapter

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   38 - Jane Diculik

    Berbagai cara kuupayakan untuk tetap bisa bercerai dari Mas Firman, kendati ia terus menolak. Sudah tidak ada yang bisa diselamatkan lagi. Bagiku, tidak ada penghianatan yang berhak untuk dimaafkan."Bukti-bukti semua sudah lengkap kan, Bu Jane?" tanya pengacara yang biasa menangani permasalahan di keluargaku."Sudah, Pak.""Baik lah, kita bersiap untuk sidang lanjutan perceraian Ibu.""Jane!" Aku pura-pura menatap kertas mendengar suara yang memanggilku. Itu suara Mas Firman."Jane!" panggilnya lagi dengan suara sedikit lebih tinggi.Steve menyikut lenganku. Ia memberi isyarat dengan matanya.Kuhela napas berat. Malas rasanya menanggapi lelaki satu ini."Apa lagi, Mas?""Aku … Aku mohon, Jane, urungkan perceraian kita," Ia menangkupkan tangan di depan dada."Keputusanku sudah bulat. Kamu dan aku sudah tidak bisa bersama. Seharusnya kamu sadar itu, Mas.""Tapi-- ""Sudah cukup! Aku tidak mau dengar apa-apa lagi darimu!""Ayo, Jane, giliran sidangmu," ujar pengacara berkulit putih itu

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   37 - Aku Nggak Mau Cerai, Jane!

    "Aku pergi dulu ya, Pa," pamitku sembari mencium dahi dan pipinya, berakhir dengan memeluk tubuh yang dulunya tegap, kini semakin kurus."Ya, Nak. Kamu hati-hati ya di jalan. Kalau sudah sampai, jangan lupa kabarin papa.""Baik, Pa. Aku pergi,ya, assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Entah kenapa, ada yang berbeda kali ini. Seperti berat untuk melepaskan Papa sendiri, kendati ada Suster Lia yang sudah terbiasa menangani Papa dan juga ada Zahwa yang tidak bisa meninggalkan sekolahnya. Aku berangkat menuju bandara, menggunakan taksi yang juga bisa dipesan melalui aplikasi online, sama seperti di Jakarta.Di dalam taksi, pandanganku melayang ke luar jendela. Kenapa dengan perasaanku ya? Berkecamuk tak menentu. Jika bukan karena hari ini sidang pertama perceraianku dengan Mas Firman, tentu tidak mungkin aku meninggalkan lelaki yang paling kusayang itu, untuk ke sekian kalinya.Sesampai di bandara, aku segera check in, dan mengurus barang untuk disimpan di bagasi pesawat. Setelah itu, se

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   36 - Terbongkar Kebusukan Firman

    Aku segera merampas kertas di tangan Papa. Membaca isi kertas itu dan dugaanku benar. Pria licik ini membujuk Papa untuk menandatangani surat pengalihan kepemilikan perusahaan, menjadi atas namanya. Kertas itu kusobekkan menjadi serpihan-serpihan kecil yang bertebaran di lantai dan kucampakkan ke atas."Apa-apaan kamu, Jane?" tanya Papa bingung. Matanya menatap kertas yang sudah berubah menjadi serpihan-serpihan kecil yang jatuh ke lantai seperti hujan."Papa jangan mau ditipu sama orang ini. Dia ini jahat, Pa. Dia penipu!" Kudorong bahu Mas Firman hingga terjengkang ke belakang."Penipu? Jahat? Apa sih maksud kamu?""Sebenarnya kami sedang dalam proses cerai, Pa. Dia sudah selingkuh dengan sekretarisnya di belakangku dan dia juga menggelapkan sebagian uang perusahaan."Papa menatapku lalu berpindah ke Mas Firman yang tertunduk lesu di pinggir ranjang."Benar begitu, Firman?" Mas Firman menggeleng cepat. "Nggak, Pa. Itu semua bohong! Aku nggak sejahat itu.""Halah, sudahlah, Mas! Ng

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   35 - Akhir Sandiwara

    KUBALAS PENGHIANATANMU, MAS!💜💜"Jadi, nggak usah macam-macam, Jane. Hidup papa kamu ada di tanganku sekarang," tukasnya pongah. "Jangan sombong kamu jadi orang, selagi hidupmu pun bergantung padaku dan keluargaku, Mas. Budayakan punya malu dikit, dong," Kudorong tubuhnya hingga mundur selangkah.Dengan kesal, aku masuk ke kamar dan membanting pintu. Kuhempaskan tubuh ke atas ranjang dengan hati yang membatu marah. Tak kuduga, Mas Firman menyusulku masuk ke dalam kamar yang lupa untuk dikunci. Aku terperangah melihat pria itu berdiri dengan senyum yang entah."Ngapain kamu ke sini, Mas?""Memangnya kenapa? Kamu masih sah istriku. Itu artinya, aku masih berhak penuh atas dirimu," tukasnya penuh percaya diri.Aku mendengus sinis. "Pede banget jadi orang. Kamu dan aku itu sudah selesai, Mas. Hanya tinggal menunggu ketuk palu aja. Kalau bukan karena Papa, aku sudah nggak mau berurusan denganmu lagi."Mas Firman diam. Ia berjalan pelan ke arah ranjang tanpa sepatah kata."Kamu mau apa,

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   34 - Sandiwara Di depan Papa

    KUBALAS PENGHIANATANMU, MAS!"Omong kosong! Telepon dia sekarang, biar Papa yang ngomong!""Tapi, Pa-- ""Telepon Firman, Jane! Se-ka-rang!"Mau tidak mau kubuka daftar kontak di aplikasi whatsapp, menekan tombol panggil. Terdengar suara nada sambung dari panggilan video tersebut."Halo, assalamualaikum, Jane.""Wa'alaikumsalam, Mas. Kamu lagi apa? Aku kangen," ujarku."Ka-kangen?" Pasti Mas Firman kebingungan dengan ucapanku barusan.Aku melirik ke arah Papa. Ia tengah menatap dengan mata sendunya. Semoga aja Mas Firman bisa mengerti dengan maksudku barusan."Iya, Mas. Aku kangen. Oh ya, ini Papa mau ngomong sama kamu," Kualihkan panggilan video itu ke Papa."Halo, Firman, assalamualaikum," sapa Papa dengan suara serak dan pelan."Halo, Pa. Wa'alaikumsalam. Papa gimana keadaannya, udah sehat?"Papa terbatuk kecil. "Ya, seperti yang kamu lihat. Masih sering ngedrop. Kamu kok nggak ikut ke mari bareng Jane dan Zahwa?"Aku memejamkan mata seraya meneguk ludah. Semoga saja Mas Firman tid

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   33 - Dilema Buah Simalakama

    KUBALAS PENGHIANATANMU, MAS! "Kalau begitu, suruh Firman besok datang ke mari. Papa kangen sama dia." "Tapi, Pa-- " "Nggak ada tapi-tapian! Suruh Firman datang ke sini besok, titik!" Aku dan Zahwa kembali saling pandang. Papa merupakan sosok yang tegas dan sulit untuk dibantah perintahnya. Tapi, bagaimana mungkin aku membawa Mas Firman ke sini. "Eyang, aku mau ke kamar dulu ya. Gerah, pengen mandi. Sekalian beresin barang-barang," pamit Zahwa. Papa mengangguk. Sebelum ke luar, Zahwa mendaratkan sebuah kecupan hangat di dahi kakeknya. "Eyang, cepat sembuh ya. Aku kangen jalan-jalan lagi sama Eyang." "Doain eyang ya, Nak." Zahwa mengangguk tersenyum, lalu beranjak ke luar. "Papa udah makan?" "Udah tadi sama suster." Kuraih tangannya dalam dekapan. Kemudian mencium punggung tangan itu. Lagi-lagi ada sesuatu yang berdenyut di dada. "Kamu pasti lagi ada masalah 'kan, Jane?" tebak Papa tepat. Aku menggeleng. "Nggak ada, Pa. Aku cuma kangen Papa. Aku terlalu sibuk dengan uru

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   32 - Suamimu Mana, Jane?

    Steve mengantarkanku dan Zahwa sampai ke bandara. Bang Yudha tidak bisa mengantar, karena ia sibuk mengurus perusahaan dan mengurus perceraianku dan Mas Firman. "Kamu diantar sama Steve aja ya. Abang sibuk ngurusin perusahaan abang yang di Surabaya. Besok ada meeting, ditambah persoalan pengalihan aset Firman menjadi milikmu dan perceraianmu juga. Diantar sama Steve aja ya," Begitu kata Bang Yudha tadi. Beruntung ada Steve yang selalu siap membantu. Meski entah ada apa di balik kebaikannya. 'Ah, tidak tidak', Cepat kutepis perasaan. Baru saja hati terluka. Mana mungkin sudah semudah itu aku membuka hati. Harusnya aku lebih hati-hati dalam menata perasaan ini. "Kamu hati-hati ya, Jane. Sampai sana kabarin aku langsung, ya?" Aku mengangguk. "Terima kasih banyak ya, Steve. Kamu udah baik banget selama ini. Aku nggak bisa balas." Steve terbahak. "Apaan sih kamu? Lebay deh!" Pria blasteran Inggris-Indonesia itu menghampiri Zahwa. "Hai, Cantik. Nanti sampai sana, kamu wajib langsung

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   31 - Aku Cemburu

    Steve tidak mau menyerah begitu saja. Ia bangkit dan membalas memukul orang asing yang menggunakan masker yang menutupi separuh wajahnya, jaket hoodie dan bertopi. Hanya dengan sekali sentak pukul saja, orang tersebut terjerembab ke belakang. Ia mengaduh sembari memegang perutnya yang dihantam bogem Steve tadi. Sontak jeritan pengunjung restoran terutama wanita, semakin riuh ketika orang asing tersebut terjatuh menghantam kursi. Steve berjongkok lalu membuka topi dan menarik paksa masker yang menutupi wajah orang asing tersebut. Astaga, Mas Firman! "Mas Firman?" "Papa?" Ia menundukkan kepala, sembari masih mengaduh kesakitan. "Ada apa ini?" Dua orang security menghampiri. "Orang ini tiba-tiba datang dan langsung memukul saya, ketika saya lagi makan," jelas Steve. "Ayo, ikut kami ke kantor untuk diproses." "Eng, sudah, tidak usah, Pak. Saya kenal orang ini. Biar saya selesaikan secara kekeluargaan," tukasku. "Mbak yakin?" "Ya, saya yakin sekali. Biar saya urus. Sekali lag

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   30 - Pemukulan Steve

    "Ini semua akibat keserakahanmu, Jane!" "Apa maksud Ibu?""Seandainya kamu tidak merebut villa dan empat kontrakan Firman, kami tidak sampai terlantar seperti ini. Bahkan bisa-bisanya Firman sampai tidak mengantongi sepeser uang pun. Karena deposito dan tabungannya juga ludes dirampas oleh abangmu.""Itu emang sudah semestinya. Karena anak Ibu sudah menggelapkan uang perusahaanku. Itu pun masih kurang jika harus menutupi semua yang diambil oleh anak Ibu itu," tandasku tak mau kalah.Ibu sontak terdiam. Sedangkan Bapak sejak tadi hanya diam, sibuk menghisap rokok kreteknya. Sehingga ruangan penuh dengan kepulan-kepulan asap."Masih untung anak Ibu itu nggak aku laporkan ke polisi. Atau nggak, mungkin saat ini dia sudah mendekam di balik jeruji besi.""Lagipula, ke mana hasil grosir dan warung jamu Ibu? Aku pikir, jika hanya untuk biaya sekolah Lastri dan kehidupan sehari-hari kalian, rasanya cukup. Kecuali ….""Kecuali apa, Jane?" tukas Ibu ketus."Kecuali, jika untuk kebutuhan gaya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status