Share

episode 5

Penulis: RUKMINI
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-28 10:59:18

“Apa kamu bilang!"

Deg!

Aji terperanjat ketika mendengar teriakkan yang sangat melengking itu, suara itu seperti sudah tidak asing lagi bagi dirinya.

Dengan perlahan, pria yang memiliki rambut ikal itu langsung melihat ke arah sumber suara yang sudah mengagetkannya.

Benar saja yang di ucapkan oleh Aji, ternyata wanita yang tadi berteriak itu adalah Bu Nesih, dia adalah adik dari Bu Ati. Orangnya memang terkenal sangat tegas dan bertanggung jawab, jadi tidak heran jika dia terlihat akan sangat marah ketika Aji tidak mau untuk bertanggung jawab atas apa yang telah dia buat.

Terlihat wanita yang ditaksir berumur lima puluh tahunan itu sedang berdiri sambil bertolak pinggang.

Matanya menatap tajam ke arah Aji, dia sangat marah ketika mendengar kabar bahwa keponakannya telah menghamili anak orang lain.

“Beraninya kau mau mempermainkan acara yang sangat sakral ini! saya akan memotong burungmu itu, jika kamu dengan beraninya membatalkan pernikahan!” tegas Bu Nesih.

Seketika Aji langsung memegangi burung kesayangannya, ia nampak bergidik ngeri ketika membayangkan benda pusaka yang selama ini ia jaga, akan di potong kembali oleh bibinya itu.

“Astaga...! ngeri amat ya." gumam Aji.

“Heh...! kamu masih berani mau membatalkan pernikahannya hmm?” ujar bi Nesih.

“Ti—tidak Bi, Aku cuma bercanda kok hehe.” seru Aji.

“Awas saja jika kamu mau membatalkan acara ini, bibi tidak akan segan-segan untuk melakukan itu kepada kamu!” ancam Bi Nesih.

Kemudian, Bi Nesih pun pergi meninggalkan Aji yang sejak tadi merasakan ketegangan yang sangat luar biasa.

Dia menghela nafas lega, karena bibinya yang sangat galak itu telah pergi.

“huh...! Akhirnya pergi juga," ujar Aji, “terus Aku harus bagaimana? Masa iya harus menikah dengannya, aargh...!” pekik Aji.

Sementara di lain tempat, Tari telah selesai membicarakan tentang sidang perceraiannya dengan Pak Andre.

“Oke sampai ketemu di Minggu depan ya, Mbak Tari.“ ujar Pak Andre yang berpamitan.

“Iya, Pak. sampai jumpa.“ jawab Tari.

Setelah itu Tari langsung pergi meninggalkan restoran, namun, tepat di depan pintu masuk tiba-tiba kunci motor matic Tari terjatuh ke lantai. Dan bertepatan dengan itu ada seorang pria yang tengah berjalan tergesa sambil melihat ponselnya, tanpa melihat ke arah depan yang di mana ada Tari di sana dan...

Brraaak!

“Aduh...! hati-hati dong Mas kalu jalan." ujar Tari sambil mengaduh.

“So—sorry, saya tidak sengaja." ujar pria itu.

Pria yang belum di ketahui namanya itu langsung menyodorkan tangannya kepada Tari. Akan tetapi Tari tidak menghiraukannya, dia malah berdiri sendiri dan langsung pergi begitu saja.

“Sangat menyebalkan!” cetus Tari.

Pria itu tersenyum manis sambil memandangi Tari yang telah berlalu dari hadapannya.

“Hey Wil, lo lagi ngeliatin apa sih sambil senyum-senyum gitu?” tanya salah satu temannya.

William Abimana, pria tampan, yang memiliki postur tubuh atletik.

Dia adalah pemilik Restoran yang baru saja Tari kunjungi. Pria gagah dan rupawan itu telah banyak di gandrungi oleh sebagian perempuan, akan tetapi, dia tidak sama sekali tertarik untuk menjalin hubungan.

Dia mempunyai trauma yang sangat mendalam saat menjalin hubungan dengan salah satu seorang wanita.

“Enggak, Cuma ada insiden sedikit." ujar William.

“Oh ya udah yuk makan, Gue laper nih.” ujar Andika.

Sementara Tari, dia sudah pergi meninggalkan restoran itu.

Di perjalanan, wanita cantik itu melihat ada pedagang bakso cuangki, itu adalah makanan kesukaannya.

Saat Tari ingin menghampiri pedagang bakso cuangki tersebut, tiba-tiba ada Dara yang menghampiri dan ingin membeli bakso juga.

“Eh, ada Mbak Tari. Mbak mau beli bakso juga ya?” tanya Dara dengan lemah lembut.

“Ada apa ini? Kok dia tumben banget nyapa aku dengan nada yang lemah lembut,” gumam Tari.

“Iya nih, lagi pengen aja." jawab Tari.

Kemudian Tari memesan bakso dan makan di tempat.

“Bang, baksonya satu yang pedas ya?” ujar Tari.

“Sama bang, Aku juga satu ya makan di sini.” seru Dara.

Dara melangkah dan ikut duduk di samping Tari, dia memperhatikan Tari dengan raut wajah yang sulit untuk diartikan.

“Kamu kenapa melihat saya seperti itu?” tanya Tari penasaran.

“em... sebenarnya Aku mau bilang sesuatu sama Mbak.“ ungkap Dara.

“Bilang saja gak papa!” titah Tari.

Gadis remaja itu langsung membetulkan posisi duduknya agar menjadi lebih nyaman.

“Mbak ingatkan sama janji Mbak yang dulu?” tanya Dara .

“Janji yang mana ya? Maaf saya lupa."

“Janji yang katanya kalau Mbak sama kak Aji menikah, Aku akan di belikan handphone baru.” ujar Dara.

Tari tersenyum tipis, tebakannya kali ini benar. Bahwa mantan adik iparnya mendekati dia hanya untuk menginginkan sesuatu saja.

“Oh yang itu?” ujar Tari.

“Iya Mbak, Mbak mau kan nepati janji itu sekarang?” tanya Dara yang tidak tahu malu.

“Begini Dara, memang benar saya pernah berjanji seperti itu dan saya pun tidak lupa.” ujar Tari.

“Jadi benarkan Mbak mau membelikan Aku handphone? Pokoknya Aku mau handphone yang keluaran terbaru, “ seru Dara dengan antusias.

Wajahnya berbinar, seakan benar Tari akan membelikan handphone keluaran terbaru seperti apa yang Dara inginkan.

“Maaf Dara, tapi saya tidak akan pernah membelikan apa yang kamu mau." ujar Tari tegas.

Daaar!

Semua bayangan handphone terbaru yang ada di kepalanya kini telah musnah, berbarengan dengan ucapan yang calon kakak iparnya itu sebutkan.

Merasa telah di bohongi oleh Tari, Dara naik pitam, ia mengepalkan tangannya dengan erat dan memandang wajah cantik Tari dengan sorot mata yang tajam.

“Maksud Mbak apa? Mbak mau mengingkari janji ha!” pekik Dara.

“Ya kan dulu janjinya kalau saya sama kakakmu sudah menikah, Tapi kan sekarang saya beserta kakakmu itu tidak jadi menikah” ujar Tari, “karena saya dan Mas Aji batal nikah, berarti batal juga buat saya membelikan handphone tersebut.“ sambungnya lagi.

Brak!!

Dara menggebrak meja, semua orang yang sedang membeli bakso di situ pun ikut terkejut. Kebetulan memang hari ini cukup banyak orang yang membeli bakso langganan Tari itu.

Semua pusat perhatian banyak orang tertuju kepada mereka berdua, dan ada pula yang mengambil rekaman ketika Dara yang sedang menggebrak meja.

“Enggak bisa gitu dong Mbak! Kalau sudah janji ya harus di tepati, gak bisa di batalkan gitu saja!” teriak Dara.

Hilang sudah selera makan Tari, dia terlanjur malu dengan apa yang Dara perbuat di kedai itu.

Emosi wanita yang baru saja menginjak umur ke-25 tahun itu semakin membuncah, namun ia tahan agar tidak menimbulkan pertengkaran di tempat umum.

“Ini bang uangnya, kembaliannya ambil saja." titah Tari yang akan meninggalkan kedai itu.

“Heh...! Mbak mau ke mana kamu?” ujar Dara.

Wanita cantik itu tidak menghiraukan ucapan calon adik iparnya. Namun, Dara yang emosinya sudah tidak bisa di kendalikan lagi tiba-tiba, ia berlari dan mendorong tubuhnya dengan kencang.

Beruntung, ada seorang pria yang menangkap tubuh Tari yang akan tersungkur ke tanah, yang tidak menjadikan dia untuk terjatuh.

“Aduh...!”

Bab terkait

  • Air Mata Di Hari Pernikahanku    episode 6

    “Aduh...!” Pekik Tari.“Mbak enggak kenapa-kenapa?”Tari tidak menghiraukan pertanyaan dari pria itu, dia lebih memilih untuk pergi dari kedai bakso tersebut.Rencana yang ingin makan bakso di tempat menjadi gagal oleh ular Dara, dia merusak semuanya dan hampir mencelakai dirinya.“Ah s14l! Kenapa harus ada pria itu sih, padahal sedikit lagi Aku akan mempermalukan dia di tempat umum.” kesal Dara.Dengan menghentakkan kakinya kini ia pun pergi meninggalkan kedai bakso itu. Dengan muka yang di tekuk dia berjalan menuju rumah yang kebetulan tidak jauh dari kedai bakso tersebut.“Kamu kenapa Ra? Kok mukanya cemberut gitu, ada apa?” tanya Bu Ati yang melihat anak perempuannya yang pulang sambil menampakkan wajah yang di tekuk.“Itu Bu, Aku kesal sama Mbak Tari.“ seru Dara.“ kesal kenapa? Emangnya kamu ketemu sama Tari di mana?”“Di kedai bakso cuangki yang ada di depan kompleks Bu” ujar Dara, “Aku lihat mbak Tari yang sedang membeli bakso di situ, terus Aku samperin dan Aku nagih janji yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-09
  • Air Mata Di Hari Pernikahanku    episode 7

    “Nih!” Ujar Tari sambil memberikan cek senilai sepuluh juta rupiah.Seketika mata gadis yang masih berumur sembilan belas tahun itu membelalak lebar, ia hampir kehilangan kesadarannya karena habis mendapatkan durian runtuh dari Tari.Tari yang melihat itu tidak mau kehilangan kesempatannya untuk segera pergi bersama dengan Ali.“Ayok Kak, kita pergi dari sini.” ajak Tari.Aji dan Tari langsung pergi melesat dari hadapan Bu Ati dan juga Dara. Di tengah perjalanan, Ali sangat penasaran dengan cek yang di berikan oleh Tari, nilainya yang cukup fantastis membuat Ali sedikit protes dan tidak terima, kenapa tari mau memberi uang kepada Bu Ati dan Juga Dara, padahal sikap mereka berdua sangat tidak terpuji.“Dek, kamu jadi orang kok baik banget sih! Sekali-kalilah Dek, kasih mereka pelajaran jangan malah dikasih duit malah keenakan nanti." protes Ali.“Apaan sih Kak, kenapa kakak malah protes? Bukannya dukung Aku." seru Tari.“Enggak kali ini kakak tidak akan dukung kamu!” ketusnya.“Lah, ken

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Air Mata Di Hari Pernikahanku    episode 8

    “Dasar wanita murahan!”Terlihat ada seorang wanita yang sedang berdiri sambil menenteng sebuah paper bag, yang berisikan baju-baju yang bermerek.Wanita itu menatap rendah ke arah Tari yang akan pergi meninggalkan restoran bersama dengan Ali.“Apa maksud kamu berucap seperti itu sama saya, Sal?” Kesal Tari.Nama wanita cantik itu adalah Salsa adik kedua dari Aji, usia antara Tari dan Salsa itu hanya selisih satu tahun yaitu dua puluh empat tahun.“Jadi ini alasan kamu, minta di talak sama kakakku?” ujar Salsa sambil melipat kedua tangannya.“Alasan saya minta cerai dari kakakmu itu, karena dia telah menghamili wanita lain.“ jelas Tari.“Halah, tidak usah banyak alasan deh. Aku tahu kok, kamu pasti mempunyai hubungan dengan laki-laki ini kan!” tuduhnya.Tari yang emosi, ingin menghampiri Salsa namun, di cegah oleh Ali dan membawanya untuk pergi meninggalkan Salsa.“Tidak usah mendengarkan ucapan dia, mending kita pergi saja dari sini." ajak Ali.Wanita cantik yang menggunakan dress itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Air Mata Di Hari Pernikahanku    episode 9

    “Mas Ali!”Terdengar suara pekikan wanita yang memanggil nama Ali dari arah belakang, dia berjalan tergesa-gesa menghampiri Ali dan juga Tari.Ada kilatan amarah dari pancaran matanya, yang menandakan bahwa ia sedang marah.Wanita itu menatap wajah Ali dengan beringas, seperti harimau yang akan menyergap mangsanya.“Maksudnya apa ini Mas!, wanita ini siapa?” Ujar wanita itu.“Aku bisa jelasin semuanya sama kamu Lis.” ujar Ali.“Dia siapa Kak?” tanya Tari.“Oh rupanya kamu belum tahu saya,” ujar Lisda, “perkenalkan nama saya Lisda, calon istrinya Mas Ali!" sambungnya.Tari terkejut, ia tidak tahu kalau rupanya Ali sudah memiliki calon istri. Ali sama sekali belum pernah menceritakan semua tentang calon istrinya itu, jadi wajar jika Tari merasa tidak enak kepada Lisda. Karena dia tidak mau di tuduh yang bukan-bukan, apa lagi jika di tuduh sebagai perusak hubungan orang lain.“Ma—maaf Mbak, saya tidak tahu jika Kak Ali ternyata sudah punya calon istri. Sekali lagi saya minta maaf.“ seru

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-27
  • Air Mata Di Hari Pernikahanku    episode 10

    “Ibu...!” pekik Dara.Bu Ati yang memiliki riwayat penyakit jantung langsung jatuh pingsan, dia sangat syok ketika mendengar pengakuan dari Dara.“Tolong... Tolong bantu bawa Ibu saya ke rumah sakit, saya mohon,“ pinta Dara kepada orang-orang yang berlalu-lalang di sekitarnya.Akhirnya beberapa orang mau membantu untuk membawa Bu Ati ke Rumah Sakit. Namun, ketika Dara hendak mengikuti ibunya dari belakang, tiba-tiba ada yang menarik lengannya.“Mbak... Mbak mau ke mana? Bayar dulu bajunya?” Ternyata yang menarik lengan Dara itu adalah pegawai butik yang ia kunjungi.“emm... Maaf Mbak enggak jadi,” Ucap Dara yang tampak malu.“Loh... Kok enggak jadi, sudah kami bungkus loh Mbak, bagaimana sih!” pegawai butik itu terlihat kesal dengan ulah Dara yang malah tidak jadi membeli. Padahal baju-baju yang Dara pilih itu sudah siap di bungkus.“Maaf, Mbak. Saya buru-buru,” gadis cantik itu langsung menghempaskan tangannya dan lari meninggalkan butik tersebut.Di lain tempat, Ali sedang cekcok de

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-28
  • Air Mata Di Hari Pernikahanku    episode 11

    “Dia kenapa, Dara?” Tanya Aji yang memegang ke dua bahu adiknya.“Ternyata dia sudah menipu kita dan memberikan cek kosong, Kak. Lalu ibu syok dan jatuh pingsan seperti ini.” Jelas Dara kepada Aji.Wajah Aji berubah menjadi merah padam saat mendengar penjelasan dari adiknya.“Kurang ajar! Rupanya dia sudah berani menipu kita!” cetus Aji yang kini menatap Dara, “ kakak ‘kan sudah pernah bilang sama kamu, tapi kamu malah tidak mendengar kata-kata dari kakak!” Sambungnya.Dara yang di salahkan seperti itu tidak terima, ia malah balik memarahi sang kakak dan mengungkit hubungan gelapnya bersama dengan Yasmin.“Loh, kenapa kakak jadi marah-marah sama aku! Ini juga termasuk salah kakak, mungkin dia ingin membalas dendam karena sudah di khianati sama kakak dengan Mbak Yasmin.” Pekik Dara.Aji bergeming, mungkin ucapan Dara ada benarnya juga. Bahwa Tari telah sengaja melakukan ini untuk membalas dendam.“Diam kan? Makanya jadi orang itu enggak usah nyalahin kesalahan orang lain.” Ketus Dara.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-29
  • Air Mata Di Hari Pernikahanku    episode 12

    Plak!!Baru saja Ali sampai dan membuka pintu, tiba-tiba ia di sambut dengan sebuah tamparan keras dari Pak Widodo.Pria yang memiliki kulit sawo matang itu langsung menengok ke arah sang ayah dan memegang pipi kanannya, ia tidak mengerti kenapa ayahnya malah menampar pipinya tanpa ada sebuah alasan.“Dasar anak tidak tahu diri!” Sentak Pak Widodo dengan wajah merah padam.“Apa maksud Ayah?” tanya Ali yang belum paham.“Tidak usah berlaga tidak tahu! Kamu apa kan Lisda?”Dugaan Ali tidak meleset sama sekali, ia sudah menduga Lisda pasti mengadu kepada Pak Widodo, entah apa yang ia adukan sampai-sampai Pak Widodo begitu marah kepadanya.“Aku tinggalkan dia di jalan.” Ucap Ali, meskipun berbohong pasti ayahnya sudah tahu dari Lisda. Maka dari itu ia lebih memilih untuk mengatakan yang sebenarnya.Pak Widodo menggeleng, ia tidak percaya anaknya bisa melakukan hal sebodoh itu kepada calon istrinya.“Di mana otak kamu Ali! Kamu tega meninggalkan calon istrimu di tengah jalan. Kamu tidak be

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03
  • Air Mata Di Hari Pernikahanku    episode 13

    “Apa maksudmu?”Tari dan Ali menoleh ke arah sumber suara itu, terlihat jika ada Lisda yang tengah berdiri di belakang Ali.“Li-lisda, dari mana kamu tau kalau aku ada di sini?” “Kamu tidak perlu tau! Yang jelas sedang apa kamu di sini?” Lisda menghampiri Ali dan...Plak!Satu tamparan keras mengenai pipi mulus Tari yang membuatnya sedikit terhuyung ke belakang.“Dasar wanita murahan!” hina Lisda dengan memandang rendah Tari.“Jaga mulutmu, Lis! Tari tidak murahan, jangan asal bicara kamu!” sentak Ali yang sudah tidak tahan dengan sikap Lisda yang sangat keterlaluan.“Untuk yang ke sekian kalinya kamu membela dia dari pada aku, Mas!” pekik Lisda.Wanita cantik yang bertubuh semampai itu menatap Tari yang sedang merasakan sesak di dada, karena mendapat hinaan dan tamparan dari Lisda.“Ini untukmu,” Ujar Lisda yang memberikan sebuah undangan pernikahan untuk Tari.“Mudah-mudahan setelah kita menikah, kamu tidak akan berani untuk mendekati Mas Ali lagi.” Tambahnya.Saat Tari akan mengam

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03

Bab terbaru

  • Air Mata Di Hari Pernikahanku    episode 14

    “Mana sih! Udah setengah jam aku menunggu di sini, apa aku pulang saja ya?” ujar pria tersebut.*Di tempat lain, Tari langsung menyambar kunci motornya yang terletak di atas meja. Wanita cantik itu berjalan cepat melewati kedua orang tuanya yang sedang menyantap hidangan sarapan, sehingga membuat Pak Irwan dan Bu Asti bertanya-tanya dengan sikap Tari yang terlihat tergesa-gesa.“Tari, kamu mau kemana? Nggak sarapan dulu?” tanya Bu Asti yang melihat Tari melewati meja makan, biasanya Tari tidak pernah melewatkan sarapannya.“Nggak, Bu. Nanti Tari sarapan diluar saja, sekarang Tari mau ketemuan sama customer, tapi Tari kesiangan,” jelas Tari.“Ya udah, hati-hati di jalan.”“Iya, Bu, Pak. Tari pamit, Assalamualaikum?”“Wa’alaikumsalam,” ucap Bu Ati dan Pak Irwan secara berbarengan.Wanita cantik itu langsung mengeluarkan sepeda motor matic kesayangannya, ia lebih suka ke mana-mana naik sepeda motor karena menurutnya sepeda motor itu lebih simpel ketimbang mobil yang suka terjebak mace

  • Air Mata Di Hari Pernikahanku    episode 13

    “Apa maksudmu?”Tari dan Ali menoleh ke arah sumber suara itu, terlihat jika ada Lisda yang tengah berdiri di belakang Ali.“Li-lisda, dari mana kamu tau kalau aku ada di sini?” “Kamu tidak perlu tau! Yang jelas sedang apa kamu di sini?” Lisda menghampiri Ali dan...Plak!Satu tamparan keras mengenai pipi mulus Tari yang membuatnya sedikit terhuyung ke belakang.“Dasar wanita murahan!” hina Lisda dengan memandang rendah Tari.“Jaga mulutmu, Lis! Tari tidak murahan, jangan asal bicara kamu!” sentak Ali yang sudah tidak tahan dengan sikap Lisda yang sangat keterlaluan.“Untuk yang ke sekian kalinya kamu membela dia dari pada aku, Mas!” pekik Lisda.Wanita cantik yang bertubuh semampai itu menatap Tari yang sedang merasakan sesak di dada, karena mendapat hinaan dan tamparan dari Lisda.“Ini untukmu,” Ujar Lisda yang memberikan sebuah undangan pernikahan untuk Tari.“Mudah-mudahan setelah kita menikah, kamu tidak akan berani untuk mendekati Mas Ali lagi.” Tambahnya.Saat Tari akan mengam

  • Air Mata Di Hari Pernikahanku    episode 12

    Plak!!Baru saja Ali sampai dan membuka pintu, tiba-tiba ia di sambut dengan sebuah tamparan keras dari Pak Widodo.Pria yang memiliki kulit sawo matang itu langsung menengok ke arah sang ayah dan memegang pipi kanannya, ia tidak mengerti kenapa ayahnya malah menampar pipinya tanpa ada sebuah alasan.“Dasar anak tidak tahu diri!” Sentak Pak Widodo dengan wajah merah padam.“Apa maksud Ayah?” tanya Ali yang belum paham.“Tidak usah berlaga tidak tahu! Kamu apa kan Lisda?”Dugaan Ali tidak meleset sama sekali, ia sudah menduga Lisda pasti mengadu kepada Pak Widodo, entah apa yang ia adukan sampai-sampai Pak Widodo begitu marah kepadanya.“Aku tinggalkan dia di jalan.” Ucap Ali, meskipun berbohong pasti ayahnya sudah tahu dari Lisda. Maka dari itu ia lebih memilih untuk mengatakan yang sebenarnya.Pak Widodo menggeleng, ia tidak percaya anaknya bisa melakukan hal sebodoh itu kepada calon istrinya.“Di mana otak kamu Ali! Kamu tega meninggalkan calon istrimu di tengah jalan. Kamu tidak be

  • Air Mata Di Hari Pernikahanku    episode 11

    “Dia kenapa, Dara?” Tanya Aji yang memegang ke dua bahu adiknya.“Ternyata dia sudah menipu kita dan memberikan cek kosong, Kak. Lalu ibu syok dan jatuh pingsan seperti ini.” Jelas Dara kepada Aji.Wajah Aji berubah menjadi merah padam saat mendengar penjelasan dari adiknya.“Kurang ajar! Rupanya dia sudah berani menipu kita!” cetus Aji yang kini menatap Dara, “ kakak ‘kan sudah pernah bilang sama kamu, tapi kamu malah tidak mendengar kata-kata dari kakak!” Sambungnya.Dara yang di salahkan seperti itu tidak terima, ia malah balik memarahi sang kakak dan mengungkit hubungan gelapnya bersama dengan Yasmin.“Loh, kenapa kakak jadi marah-marah sama aku! Ini juga termasuk salah kakak, mungkin dia ingin membalas dendam karena sudah di khianati sama kakak dengan Mbak Yasmin.” Pekik Dara.Aji bergeming, mungkin ucapan Dara ada benarnya juga. Bahwa Tari telah sengaja melakukan ini untuk membalas dendam.“Diam kan? Makanya jadi orang itu enggak usah nyalahin kesalahan orang lain.” Ketus Dara.

  • Air Mata Di Hari Pernikahanku    episode 10

    “Ibu...!” pekik Dara.Bu Ati yang memiliki riwayat penyakit jantung langsung jatuh pingsan, dia sangat syok ketika mendengar pengakuan dari Dara.“Tolong... Tolong bantu bawa Ibu saya ke rumah sakit, saya mohon,“ pinta Dara kepada orang-orang yang berlalu-lalang di sekitarnya.Akhirnya beberapa orang mau membantu untuk membawa Bu Ati ke Rumah Sakit. Namun, ketika Dara hendak mengikuti ibunya dari belakang, tiba-tiba ada yang menarik lengannya.“Mbak... Mbak mau ke mana? Bayar dulu bajunya?” Ternyata yang menarik lengan Dara itu adalah pegawai butik yang ia kunjungi.“emm... Maaf Mbak enggak jadi,” Ucap Dara yang tampak malu.“Loh... Kok enggak jadi, sudah kami bungkus loh Mbak, bagaimana sih!” pegawai butik itu terlihat kesal dengan ulah Dara yang malah tidak jadi membeli. Padahal baju-baju yang Dara pilih itu sudah siap di bungkus.“Maaf, Mbak. Saya buru-buru,” gadis cantik itu langsung menghempaskan tangannya dan lari meninggalkan butik tersebut.Di lain tempat, Ali sedang cekcok de

  • Air Mata Di Hari Pernikahanku    episode 9

    “Mas Ali!”Terdengar suara pekikan wanita yang memanggil nama Ali dari arah belakang, dia berjalan tergesa-gesa menghampiri Ali dan juga Tari.Ada kilatan amarah dari pancaran matanya, yang menandakan bahwa ia sedang marah.Wanita itu menatap wajah Ali dengan beringas, seperti harimau yang akan menyergap mangsanya.“Maksudnya apa ini Mas!, wanita ini siapa?” Ujar wanita itu.“Aku bisa jelasin semuanya sama kamu Lis.” ujar Ali.“Dia siapa Kak?” tanya Tari.“Oh rupanya kamu belum tahu saya,” ujar Lisda, “perkenalkan nama saya Lisda, calon istrinya Mas Ali!" sambungnya.Tari terkejut, ia tidak tahu kalau rupanya Ali sudah memiliki calon istri. Ali sama sekali belum pernah menceritakan semua tentang calon istrinya itu, jadi wajar jika Tari merasa tidak enak kepada Lisda. Karena dia tidak mau di tuduh yang bukan-bukan, apa lagi jika di tuduh sebagai perusak hubungan orang lain.“Ma—maaf Mbak, saya tidak tahu jika Kak Ali ternyata sudah punya calon istri. Sekali lagi saya minta maaf.“ seru

  • Air Mata Di Hari Pernikahanku    episode 8

    “Dasar wanita murahan!”Terlihat ada seorang wanita yang sedang berdiri sambil menenteng sebuah paper bag, yang berisikan baju-baju yang bermerek.Wanita itu menatap rendah ke arah Tari yang akan pergi meninggalkan restoran bersama dengan Ali.“Apa maksud kamu berucap seperti itu sama saya, Sal?” Kesal Tari.Nama wanita cantik itu adalah Salsa adik kedua dari Aji, usia antara Tari dan Salsa itu hanya selisih satu tahun yaitu dua puluh empat tahun.“Jadi ini alasan kamu, minta di talak sama kakakku?” ujar Salsa sambil melipat kedua tangannya.“Alasan saya minta cerai dari kakakmu itu, karena dia telah menghamili wanita lain.“ jelas Tari.“Halah, tidak usah banyak alasan deh. Aku tahu kok, kamu pasti mempunyai hubungan dengan laki-laki ini kan!” tuduhnya.Tari yang emosi, ingin menghampiri Salsa namun, di cegah oleh Ali dan membawanya untuk pergi meninggalkan Salsa.“Tidak usah mendengarkan ucapan dia, mending kita pergi saja dari sini." ajak Ali.Wanita cantik yang menggunakan dress itu

  • Air Mata Di Hari Pernikahanku    episode 7

    “Nih!” Ujar Tari sambil memberikan cek senilai sepuluh juta rupiah.Seketika mata gadis yang masih berumur sembilan belas tahun itu membelalak lebar, ia hampir kehilangan kesadarannya karena habis mendapatkan durian runtuh dari Tari.Tari yang melihat itu tidak mau kehilangan kesempatannya untuk segera pergi bersama dengan Ali.“Ayok Kak, kita pergi dari sini.” ajak Tari.Aji dan Tari langsung pergi melesat dari hadapan Bu Ati dan juga Dara. Di tengah perjalanan, Ali sangat penasaran dengan cek yang di berikan oleh Tari, nilainya yang cukup fantastis membuat Ali sedikit protes dan tidak terima, kenapa tari mau memberi uang kepada Bu Ati dan Juga Dara, padahal sikap mereka berdua sangat tidak terpuji.“Dek, kamu jadi orang kok baik banget sih! Sekali-kalilah Dek, kasih mereka pelajaran jangan malah dikasih duit malah keenakan nanti." protes Ali.“Apaan sih Kak, kenapa kakak malah protes? Bukannya dukung Aku." seru Tari.“Enggak kali ini kakak tidak akan dukung kamu!” ketusnya.“Lah, ken

  • Air Mata Di Hari Pernikahanku    episode 6

    “Aduh...!” Pekik Tari.“Mbak enggak kenapa-kenapa?”Tari tidak menghiraukan pertanyaan dari pria itu, dia lebih memilih untuk pergi dari kedai bakso tersebut.Rencana yang ingin makan bakso di tempat menjadi gagal oleh ular Dara, dia merusak semuanya dan hampir mencelakai dirinya.“Ah s14l! Kenapa harus ada pria itu sih, padahal sedikit lagi Aku akan mempermalukan dia di tempat umum.” kesal Dara.Dengan menghentakkan kakinya kini ia pun pergi meninggalkan kedai bakso itu. Dengan muka yang di tekuk dia berjalan menuju rumah yang kebetulan tidak jauh dari kedai bakso tersebut.“Kamu kenapa Ra? Kok mukanya cemberut gitu, ada apa?” tanya Bu Ati yang melihat anak perempuannya yang pulang sambil menampakkan wajah yang di tekuk.“Itu Bu, Aku kesal sama Mbak Tari.“ seru Dara.“ kesal kenapa? Emangnya kamu ketemu sama Tari di mana?”“Di kedai bakso cuangki yang ada di depan kompleks Bu” ujar Dara, “Aku lihat mbak Tari yang sedang membeli bakso di situ, terus Aku samperin dan Aku nagih janji yan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status