Home / Romansa / Air Mata Aruna / Bab 44 : Ridwan dengan kenikmatannya

Share

Bab 44 : Ridwan dengan kenikmatannya

Author: Parikesit70
last update Last Updated: 2023-06-21 06:22:49

Ridwan yang kala itu izin bersama teman-temannya membuat skripsi, nyatanya hari itu tengah menjemput Tuti di tempat kerjanya, mantan pembantu rumah tangganya itu kini bekerja di rumah orang lain sebagai pembantu dari jam 7 pagi dan pulang pukul 5 sore. Hampir setiap hari Ridwan selalu menjemput Ridwan di tempat kerjanya, kadang menggunakan motor bahkan terkadang dijemput dengan mobil.

Seperti hari ini, karena ada acara ulang tahun di rumah majikan Tuti maka, ia pun pulang agak terlambat dan Ridwan dengan sabar masih menunggunya dua blok rumah dari rumah majikan Tuti. Semua itu Ridwan lakukan karena rasa sayang yang mulai tumbuh di hatinya.

Sampai akhirnya, sekitar jam enam lebih Tuti keluar dari rumah majikannya menemui Ridwan yang memarkir kendaraannya di dua blok dari rumah majikan Tuti. Hal itu dilakukan karena Tuti malu jika di jemput Ridwan menggunakan mobil, kecuali di jemput dengan motor, maka Tuti memperbolehkan Ridwan berada di dekat pagar tembok rumah majikannya.

“Udah la
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Air Mata Aruna   Bab 45 : Selisih Paham

    Hati Aruna yang dibaluri oleh perasaan curiga atas sebuah photo yang mirip dengannya, membuatnya tidur disaat jam telah menunjukkan pukul lima pagi, karena tengah malam hingga dini hari pikirannya menerawang jauh pada photo yang mirip dengannya. Hingga akhirnya keesokan harinya, Aruna kesiangan. Ia tetap terlelap dalam tidur walaupun, pembantu di rumah itu mengetuk pintu kamarnya.Tok ... Tok ... Tok ...“Non Aruna.., Non..., di panggil Ibu.” Seorang pembantu rumah tangga terus mengetuk dan membangunkannya. Namun, tampak Aruna sangat terlelah dalam tidurnya. Sampai akhirnya, Latifah sang mertua masuk ke dalam kamar Aruna dan membangunkannya saat jam telah menunjukkan pukul delapan pagi.“Aruna ... Runa,” panggil Latifah lembut seraya menepuk-nepuk punggung jemari tangannya.Aruna yang merasa ada menepuk tangannya pun memicingkan matanya. Alangkah terkejutnya, saat dilihat Latifah telah berada di kamarnya dan ia pun langsung terduduk dengan perasaan tak enak.“Ma-maaa,” sapanya

    Last Updated : 2023-06-23
  • Air Mata Aruna   Bab 46 : setengah kejujuran

    Akhirnya, waktu pun berjalan dengan cepatnya. Sekitar pukul 6 sore, Aruna pun pulang ke rumah. Disaat Aruna masuk ke dalam rumah dan melewati ruang keluarga, terlihat Latifah dan suaminya serta Lukman telah berada di ruang keluarga.“Baru pulang, Runa?” tanya Latifah menegur menantunya.Aruna terkejut mendengar sapaan dari mertuanya yang tidak ia lihat di ruang keluarga. Lalu, ia pun menoleh dan melihat mereka duduk pada sofa yang sama.“Iya Maa..,” jawab Aruna menoleh dan tersenyum tipis.“Runa, mandilah dulu biar badanmu segar. Setelah itu kita makan bersama. Mama tunggu,” pinta Latifah. Yang dilakukan Aruna hanya menganggukkan kepalanya dan masuk ke dalam kamarnya.Lukman yang melihat Aruna masuk ke dalam kamarnya pun, beranjak dari sofa mereka duduk. Namun, Latifah meraih tangan Lukman dan berkata, “Duduklah, biarkan istrimu mandi dan nanti kita akan bicarakan masalahmu di meja makan.”“Tapi Maa.., biar aku saja yang jelaskan ke Runa,” pinta Lukman.Tetapi, kembali kedua or

    Last Updated : 2023-06-27
  • Air Mata Aruna   Bab 47 : Ridwan melamar Tuti Menangis

    Tiga tahun kemudian, kesibukan di rumah Latifah sangat tampak ramai oleh sanak saudara yang akan melakukan lamaran pada Anisa, kekasih hati Ridwan, usai Ridwan dan Anisa telah selesai kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan Ekspor-Impor.“Runa..., Sini ikut Mama..,” panggil Latifah pada menantunya.Aruna pun hanya mengikuti langkah dari mama mertuanya yang berjalan menuju kamarnya. Sesampai di dalam kamar, Latifah pun menyerahkan “Aruna, tolong kamu bawa seserahan emas-emas ini, Mama takut kalau orang lain yang bawa ada yang hilang. Mama cuma percaya sama kamu aja,” pinta Latifah memberikan seperangkat perhiasan dalam sebuah kotak dari kayu berukir berukuran 10 cm x 10 cm.“Ya, Maa...,” jawab Aruna membawa seserahan yang akan diberikan Anisa, kekasih Ridwan yang selama ini dipacari oleh Ridwan.Mereka pun keluar dari kamar Latifah. Setelah itu berbaur dengan keluarga besar Latifah yang juga membawakan beberapa seserahan untuk Anisa. Saat ini mereka tengah menunggu instruksi dari

    Last Updated : 2023-06-30
  • Air Mata Aruna   Bab 48 : Hasrat Lewat Video Call

    Ridwan yang telah usai melakukan lamaran pada Anisa pun meminta izin pada mamanya untuk bisa keluar rumah, setelah sampai di rumah itu.“Maa..., saya mau keluar sebentar ya,” pinta Ridwan saat seluruh keluarga masih berada di rumahnya dengan mengobrol.“Alamak kau ini..., tak mengertikah kau...? kalau kau ini baru saja lamaran?” tanya Latifah seraya menggelengkan kepalanya.“Memang kenapa..., bukannya telah selesai semua acara?” tanya Ridwan yang telah berdiri mengambil kunci motornya.“Ridwan..., Duduk!” perintah Syamsudin ayahnya.“Ada apa lagi, ayah?” tanya Ridwan yang digiring masuk ke dalam ruang keluarga dan mereka bertiga duduk di sofa, dalam kondisi sanak keluarga masih ramai berkumpul di ruang santai, ruang tamu dan teras rumah serta beberapa ada di ruang keluarga sedang saling mengobrol satu dan lainnya.“Ridwan, Papa nggak ngasih kamu keluar dari hari Jumat sampai hari Selasa, karena menurut kepercayaan kami..., setiap orang yang baru saja bertukar cincin dan melamar

    Last Updated : 2023-07-04
  • Air Mata Aruna   Bab 49 : Ridwan menikahi Tuti atau Anisa?

    Ridwan yang sering keluar rumah tidak jelas membawa tanda tanya besar pada penghuni rumah. Terlebih pada kedua orang tuanya Latifah dan Syamsudin. Hingga pada hari Sabtu pagi saat mereka tengah sarapan, Ridwan membuat anggota keluarga yang sedang menikmati sarapan tersentak kaget.“Ridwan, apa kamu dan Anisa mau ke tempat fiting baju pengantin?” tanya Latifah saat mereka tengah menikmati sarapan.“Belom,” jawab singkat Ridwan, seluruh pandangan semua orang yang ada di meja makan itu memindai wajahnya seolah tak percaya dengan apa yang dikatakannya.“Loh! Gimana sih kamu ini? Kalian akan menikah 2 minggu lagi. Ingat 2 minggu lagi...,” ujar Latifah menghentikan sarapannya dan menatap serius ke arah putra keduanya.Ridwan terlihat tidak menjawab dan terdiam, menunduk dengan tangan kanan memegang sendok dan tangan kiri memegang garpu. Terlihat jelas, garpu di tangan Ridwan ditusuk-tusukkan pada telur dadar hingga tampak telur tersebut hancur. Dan Aruna yang melihat hal yang ada di had

    Last Updated : 2023-07-05
  • Air Mata Aruna   Bab 50 : Kenikmatan Terakhir Ridwan

    Ridwan yang sengaja mematikan ponselnya pun, pergi ke kos Tuti. Hanya 10 menit kemudian, Ridwan pun sampai di tempat kos Tuti. Mendengar suara mobil di halaman rumah yang berisi 10 kamar kos, Tuti pun membuka pintu kamar kosnya saat mendengar suara mobil milik Ridwan yang sudah sangat dikenalinya. Tuti menyambut kedatangan Ridwan dengan menggunakan daster berwarna merah berlengan tali satu, tanpa menggunakan penyangga pada bagian dadanya yang kian besar dan menantang.Ridwan membuka pintu mobil dan berjalan dengan wajah kuyu, tanpa senyuman. Walaupun Tuti menyambutnya dengan senyum bahagia dan mata penuh gelora asmara.Tanpa memeluk wanita yang kini hamil seperti biasanya, Ridwan masuk ke dalam kamar kos dengan wajah murung dan stress berat.Tuti yang menyadari ada masalah pada pemuda yang selama ini memberikan kepuasan lahir dan batinnya segera membuatkan segelas teh manis. Lalu, Tuti pun meletakan teh tersebut pada sebuah meja kecil di sebelah kipas angin yang berada pada sis

    Last Updated : 2023-07-08
  • Air Mata Aruna   Bab 51 : Kecelakaan Maut

    Pelukan Tuti yang begitu erat dan langkah berat Ridwan meninggalkan Tuti, membuatnya kembali ke kamar kos itu. Terlihat Ridwan terdiam sejenak, kemudian lelaki muda itu pun berbincang-bincang dengan Tuti.“Tuti..., Kenapa kamu nggak nanya kemana aku akan pergi?” tanya Ridwan memandang wanita yang sebenarnya berparas biasa-biasa aja. Namun karena sikap dan perlakuannya pada Ridwan yang manja membuat lelaki muda itu nyaman dan terlena dalam kehangatannya selama ini.“Bang, sebenarnya saya tau akan kemana Abang pergi..., Pasti ke rumah Anisa kan?”“Ya.., aku bingung..., Bagaimana menjelaskan sama keluarganya..., Kalau aku nggak bisa jadi calon suaminya...,” ujar Ridwan tertunduk saat duduk disisi tempat tidur.“Bang..., Lebih baik pernikahan Abang dan Nisa dilanjutkan aja. Saya nggak apa-apa kok. Kalau Abang mau, besok bayi ini akan saya gug...”“Jangan! Sudah gila kamu? Janinmu itu udah 3 bulan. Calon jabang bayi itu udah terbentuk. Aku rela kehilangan keluargaku, asal jangan kehil

    Last Updated : 2023-07-12
  • Air Mata Aruna   Bab 52 : Berita Duka

    Sekitar pukul setengah tujuh malan ponsel Latifah yang berada di ruang keluarga berdering hingga terputus, saat mereka semua tengah menikmati makan malam. Kemudian, saat terdengar kembali seorang pembantu rumah tangga di rumah itu yang bernama Iyem pun diminta untuk mengambil ponsel tersebut.“Iyem...! Tolong kau jawab ponselku. Tak ngerti apa itu orang, telepon waktu orang makan malam,” gerutu Latifah memerintahkan pembantunya saat ia tengah makan malam bersama Aruna, Lukman dan suaminya.Iyem pun meraih ponsel di meja ruang tamu dan menyapa si penelepon.“Malam, kediaman Ibu Latifah, bisa di bantu?” sapa Iyem dengan bahasa resmi dan itu membuat Latifah, Lukman, Aruna dan Syarifudin tertawa dibuatnya.“Selamat malam Buu..., saya Akbar dari kantor polisi, apa benar ini nomor orang tua dari Ridwan?” tanya seorang polisi mengenalkan namanya dan menanyakan orang tua Ridwan.“Tunggu Pak,” jawab Iyem berjalan membawa ponsel Latifah dan memandang keempat orang dengan sisa tawa di bibir

    Last Updated : 2023-07-15

Latest chapter

  • Air Mata Aruna   Bab 83 : Tabir Gelap Aruna & Lukman (THE END)

    Tepat pada saat kehamilan Aruna yang di prediksi oleh Lukman dan anggota keluarga mereka berusia 7 bulan. Aruna telah mengalami kontraksi dua minggu setelah Lukman mengunjungi Arimbi. Sekitar pukul 2 malam, Aruna merasakan sakit pada perutnya, hingga ia pun meminta pada Lukman untuk mengantarnya ke Rumah Sakit.“Bang, sakit sekali perutku,” keluh Aruna dengan keringat yang membasahi baju dasternya kala menahan rasa sakit teramat sangat pada perutnya.“Apa kamu akan melahirkan? Bukankah, baru kita membuat selamat 7 bulan seminggu lalu,” ungkap Lukman saat Aruna pucat pasi menahan sakit pada perutnya.Latifah yang mendengar rasa sakit pada perut Aruna pun terbangun di tengah malam buta. Wanita yang sangat berbahagia dengan kehamilan Aruna justru meminta Lukman untuk bersiap-siap membawa Aruna ke Rumah Sakit seraya berkata, “Cepat! Kau siapkan mobil. Bisa jadi Aruna melahirkan prematur. Seminggu lalu kan, dia 7 bulan. Bisa jadi dia melahirkan saat kandungannya 7 bulan.”Setelah itu, deng

  • Air Mata Aruna   Bab 82 : Arimbi melahirkan bayi Lukman?

    Enam bulan kemudian di saat Aruna tengah hamil tujuh setengah bulan, saat Lukman mengendarai mobilnya ke toko perhiasan miliknya, terdengar panggilan telepon berulang kali. Hingga akhirnya, Lukman pun menjawab panggilan tersebut.“Hello dari mana?” Tanya Lukman.“Pagi Pak, saya perawat dari Rumah Sakit bersalin di Semarang. Saya ingin menyampaikan, kalau istri Bapak bernama Arimbi telah melahirkan dengan selamat, jenis kelamin laki-laki panjang 51 centi meter. Ini, istri bapak mau bicara,” ucap seorang wanita dari ujung telepon hingga membuat Lukman harus meminggirkan mobilnya ke sisi kiri karena begitu shock saat mendengar apa yang dikatakan perawat tersebut.“Halo, Abang..., maafkan Arim. Maafkan Arim yang nggak mengikuti saran Abang untuk menggugurkan bagi ini. Maafkan Arim, Bang..., hikss....,” tangis Arimbi dalam sambungan telepon perawat tersebut, karena Lukman telah memblokir telepon Arimbi, kala wanita itu menyatakan kehamilannya pada Lukman.“Kapan kamu melahirkan? Aku yang h

  • Air Mata Aruna   Bab 81 : Aib yang tertutupi

    Satu bulan setengah, setelah keputusan Aruna berhenti bekerja yang disambut bahagia oleh Latifah dan anggota keluarga lainnya, membuat Aruna harus setiap hari berada di rumah. Terkadang, wanita cantik itu juga ikut Lukman ke tokonya, tetapi kegiatan yang membosankan itu, membuat Aruna memilih tinggal di rumah dengan menonton televisi ataupun membaca buku.Namun, saat Aruna mendengar kabar dari Sari yang telah melahirkan, Aruna pun minta diantar oleh pak Imam selaku sopir pribadi di rumah itu untuk mengantarkannya ke Rumah Sakit, usai ia meminta izin pada Lukman yang sedang sibuk mengurusi begitu banyak pesanan dan pada Latifah yang begitu sangat memperhatikan Aruna.“Pak Imam, tolong hati-hati bawa mobilnya,” tegur Latifah saat Aruna telah berpamitan padanya.Sekitar satu jam perjalanan ke Rumah Sakit, mereka pun sampai pada sebuah Rumah Sakit bersalin. Setelah itu, Aruna pun berjalan menuju ruang perawatan pasca operasi pada Sari, yang melakukan operasi cecar dua hari lalu dengan mem

  • Air Mata Aruna   Bab 80 : Aruna berhenti bekerja

    Setelah berlibur ke Vila, hari ini Aruna yang diminta untuk tidak bekerja oleh Lukman, memaksa bekerja dengan alasan akan ada penilaian kinerja dan ia tidak bisa izin atau cuti mendadak.“Runa, sebaiknya kamu istirahat di rumah? Karena kita akan ke dokter kandungan selesai Abang kerja di toko. Aku nggak mau terjadi apa-apa sama kamu,” tutur Lukman.“Biar aku kerja Bang, soalnya hari ini akan ada penilaian. Sepulang kantor aja, kita ke dokter kandungan,” ucap Aruna.“Ya sudahlah kalau memang itu maumu. Setelah itu, mereka pun menikmati sarapan pagi bersama. Tepat jam setengah delapan Aruna dan Lukman pun berpamitan pada seluruh orang rumah untuk ke kantor.Di dalam perjalanan menuju kantor, terdengar dering ponsel Lukman. Dilihat ada nomor yang tak tertera di layar ponselnya. Melihat hal itu, Lukman pun berkata, “ Ah! Ini nomor bolak balik menghubungi aku untuk menawarkan kartu kredit. Padahal sudah aku tolak.” Lukman mengatakan hal ini, karena mengira Arimbi yang menghubunginya deng

  • Air Mata Aruna   Bab 79 : Bertiga lebih Nikmat

    Satu bulan kemudian, saat Lukman sedang berlibur ke Vila bersama keluarga besarnya dengan membawa Ridwan Junior. Diam-diam Lukman pergi ke halaman belakang untuk membalas pesan Arimbi yang mengancamnya. Usai ia tidak menjawab panggilan dari adik iparnya.[Pesan masuk Arimbi : Kalau sampai sore ini, Abang nggak menjawab pesan dan panggilanku. Maka aku akan bongkar semua yang Abang lakukan padaku]Membaca pesan ini, membuat Lukman pun menghubungi iparnya.“Ada apa Arim? Kami sedang ke Vila. Ponsel Abang lowbat makanya nggak Abang jawab,” alasan Lukman atas ketakutannya pada Aruna yang kini telah kembali baik pada ia dan mama papanya.“Bang! Aku hamil!” ucap Arimbi.Jantung Lukman seketika berdetak cukup kencang. Dirinya begitu ketakutan hingga jemarinya bergetar saat memegang ponselnya.“Bang! Abang....? Hello....!” panggil Arimbi berulang-ulang usai keterkejutannya Lukman atas berita yang tak disangkanya.“Ya Arim..., tapi apa memang itu anak Abang?” tanya Lukman dengan nada tak perca

  • Air Mata Aruna   Bab 78 : Aruna bertengkar dengan Rudi

    Di hari ini, tidak seperti hari biasanya, Aruna menerima tawaran Lukman untuk mengantarnya bekerja seperti biasa. Hal itu dilakukan Aruna untuk menghindarinya dari Rudi yang dianggap memanfaatkan dirinya. Padahal selama ini, teman-teman di kantor telah tahu, adanya hubungan Aruna dengan Rudi.Sesampai di halaman kantor, Aruna dengan sengaja mengajak Lukman untuk menemui Sari yang telah hamil besar sembari membawakan bolu yang dibuatnya bersama Tuti kemarin sore.“Abang nanti tunggu di ruang CS yaa...,” pinta Aruna tersenyum manis dan meninggalkan Lukman yang sudah terbiasa ke Bank itu.Beberapa Teller dan kasir serta bagian lain yang telah mengenal Lukman menyapanya saat Aruna berjalan menuju tempat absensi. Usai Aruna melakukan absensi, wanita cantik itu masuk ke ruangan yang biasa dipakai untuk menaruh tas dan merapikan penampilannya.“Sari...! Dicari sama laki, gue!” panggil Aruna mengejutkan Sari yang sedang berdandan.“Serius? Tumben ... Elo diantar lagi sama laki lo? Gimana tuh,

  • Air Mata Aruna   Bab 77 : Perubahan hati Latifah

    Keesokan paginya, saat Tuti tengah di dapur untuk memasak, Latifah yang telah bangun dari tidurnya menghampiri Tuti. Dan wanita yang paling berkuasa di rumah itu, meminta Tuti untuk duduk di ruang makan.“Tuti, kemarilah..., ada yang ingin aku bicarakan padamu,” ajak Latifah di ruang makan.Tuti pun mengecilkan kompornya dan berjalan menuju meja makan, dimana Latifah terlihat telah duduk di ruang makan.“Duduklah,” pinta Latifah.“Tuti, melihat putramu saja aku sudah sangat yakin, kalau anak lelaki pintar dan tampan itu, adalah anak dari Almarhum Ridwan. Terus terang, awalnya aku meragukan pernyataan Runa waktu mengatakan wanita yang akan dinikahi putraku adalah kamu. Tapi, setelah aku melihat putramu, aku meyakini seribu persen kalau darah yang mengalir dari tubuh Ridwan junior adalah darah putraku, Ridwan.”“Ya, Bu..., saya sudah dengar dari kak Runa. Tujuan saya kesini hanya ingin mengajak putra saya untuk ziarah ke makam ayahnya. Biarpun masih kecil, Ridwan harus tau dimana keluar

  • Air Mata Aruna   Bab 76 : Latifah bertemu Ridwan kecil

    “Runa keluarlah, aku sudah di pintu keluar stasiun. Macet sekali jalannya,” pinta Lukman dalam sambungan telepon.“Ya, aku ke sana,” ucap Aruna dan ia pun menggandeng tangan Ridwan junior dengan bahagia. Kerinduannya atas sosok bayi mungil menghiasi kehidupannya bisa terobati dengan kehadiran Ridwan junior.Sesampai di luar pintu stasiun, Lukman terlihat melambaikan tangannya. Aruna langsung mengendong anak lelaki berusia 2 tahun dengan perasaan bahagia, diikuti oleh Tuti di belakangnya. Setelah itu, Aruna masuk ke dalam mobil bagian depan dan Tuti duduk di bagian belakang.“Ayo, Ridwan salam dulu sama ayah,” pinta Aruna pada anak kecil itu.Ridwan junior pun, mencium tangan Lukman. Dengan gemas Lukman pun mencium kedua pipi anak lelaki kecil itu.“Ibuu..., ini ayah?” tanya Ridwan yang sangat pintar berkata-kata.“Iya, ini ayah Lukman. Abang dari ayah Ridwan,” ujar Tuti tersenyum kepada anak lelaki kecil yang hanya bisa mengangguk-angguk tanpa mengerti maksud dari perkataan Tuti.Lukm

  • Air Mata Aruna   Bab 75 : Aruna bertemu Tuti & bocah kecil

    Aruna yang keluar dari rumah menggunakan ojek, akhirnya turun pada sebuah mini market jalan keluar perumahan Latifah. Setelah itu, Aruna masuk ke dalam mini market untuk membeli beberapa camilan sembari menghubungi seseorang dalam sambungan teleponnya.“Mas Rudi lagi dimana?” tanya Aruna.“Aku di rumah mama lagi sama anakku. Kamu sendiri dimana? Udah di rumah ayahmu?” Rudi balik bertanya pada Aruna.“Aku lagi di mini market dekat kompleks perumahan mertuaku. Kayaknya aku nggak ke rumah ayah. Boleh aku numpang nginap di apartemenmu?” tanya Aruna kembali.“Pasti boleh dong sayang. Ya udah sekarang aku akan jemput kamu. Dan kita akan bersama-sama ke apartemen. Tapi, kamu nggak lagi menstruasi, kan? Nanti malah aku rugi jemput kamu ke sana, malah nggak bisa di pakai. Hehehehehe. Soalnya aku kangen sama kamu,” rayu Rudi dalam sambungan telepon.“Iya sama, aku juga kangen sama Mas Rudi..., nanti aku mau cerita banyak sama Mas Rudi. Ya udah sekarang aku tunggu yaa..., sampai ketemu,” sambut

DMCA.com Protection Status