Jam menunjukkan pukul delapan pagi. Ketika tiba-tiba terdengar sebuah teriakan.
"Denis! Antarkan belanjaan itu ke luar!" bentak assisten manager minimarket desa Western Cily, menyuruh Denis mengantarkan belanjaan costumer keluar.
"Hei, Divan! Bukannya tadi manajer yang menyuruhmu mengantar belanjaan itu? Kenapa malah nyuruh Denis?" sahut gadis cantik di samping Denis dengan nada kesal. Matanya melotot ke arah Divan sambil menunjuk kardus besar di pojok ruangan.
"Emang kenapa kalau aku nyuruh dia, Siska? Aku ini atasan kalian! Lagi pula si Denis ini cuma pegawai paruh waktu, wajar dong kalau aku memberinya perintah. Hahaha!"
Divan tertawa puas memasukkan tangan ke saku celana lalu pergi begitu saja.
"Kau-"
Melihat itu Siska geram mengepalkan tangannya.
Siska kirana. Gadis cantik berambut pirang yang merupakan sahabat Denis. Wajahnya yang cantik dengan postur tubuh yang ideal dan seksi membuat para pria yang melihatnya terpesona melihat kecantikan Siska. Selama ini Divan selalu memerintah Denis sesuka hati. Siska tidak tega melihat sahabatnya selalu ditindas.
“Sudah Denis kamu diam aja, biar aku yang mengantar belanjaan itu.”
“Tidak, gak papa biar aku saja,” jawab Denis pasrah kemudian pergi ke pojok ruangan mengambil barang belanjaan tanpa menghiraukan Siska.
“D-Deniss-” tangan Siska menggantung di udara.
Belanjaan yang diambil Denis terbungkus dalam sebuah kardus mie instan, tampaknya itu cukup berat.
Suasana mini market pagi ini cukup ramai, banyak orang-orang yang melihat kejadian tersebut dan kini semua mata mereka tertuju pada Denis.
Denis tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya mampu menyembunyikan rasa malunya, mengangkat kardus belanjaan ke atas pundak lalu pergi keluar tanpa memperdulikan orang-orang disekitar.
"Denis, kamu tidak perlu melakukan itu! Biar aku saja yang mengantarnya!" teriak Siska berlari menyusul Denis.
"Terimakasih Siska. Sudah biar aku saja...." Denis tersenyum tipis melirik wajah Siska sejenak lalu pergi. Siska terdiam hanya bisa menatap Denis dengan perasa'an iba.
Jujur selama ini Denis tidak mau dirinya selalu dijadikan bahan suruhan orang lain. Apalagi selalu dihina dan dicemooh semua orang hanya karena dirinya miskin. Itu sangat menggangu!
Sebenarnya Denis bukan orang miskin. Bisa dibilang dia adalah salah satu keturunan dari orang yang sangat kaya di dunia. Hanya saja Denis bukan tife sombong yang suka memperlihatkan kekayaan ke publik apalagi saat ini dia lagi bertugas menjalankan misi rahasia dari organisasi Savior Eagle, yang mengharuskan Denis mengambil keputusan berpura-pura menjadi miskin. Tidak lain dan tidak bukan semua itu untuk memperlancar misinya ketika di desa.
Setiba di luar Denis berjalan melewati halaman depan menuju ke arah mobil mewah BMW series 5, yang terparkir di pinggir jalan.
Suasana pagi hari di desa Westren Cily sangat sejuk. Dengan wilayah tropisnya yang berada di kaki gunung dan tepat di bawahnya ada sungai yang cukup luas menjadikan desa Westren Cily menjadi sebuah desa yang cukup terkenal karena memiliki pemandangan alam yang sangat indah. Setiap hari selalu saja banyak pengunjung yang sengaja datang dari luar desa, dari luar kota, bahkan ada yang sengaja datang jauh-jauh dari luar negeri sekedar untuk menikmati pemandangan alam dan bersantai-santai di desa ini.
Setelah berada di belakang mobil mewah tersebut, Denis melihat sepasang pria dan wanita cantik lagi asik berbincang dan bermesraan tertawa akrab di samping mobil. Sejak tadi Denis berniat memanggil dua sejoli yang berada di hadapannya, tetapi ia mengurungkan kembali niatnya saat melihat dua orang itu cukup familiar.
"Bukankah dia, Rio, teman Divan?" batin Denis mengerutkan dahi.
Rasa penasaran membuatnya terus memperhatikan pria di depannya tanpa menghiraukan gadis yang tengah mengandeng tangan pria itu sambil fokus menatap ponsel.
Sebelumnya, Divan memang menyuruh dia untuk mengantarkan belanjaan ini tanpa memberitahu siapa pemiliknya. Sekarang, setelah mengetahui pemilik dari belanjaan tersebut ekspresi Denis tiba-tiba berubah, dia merasa kesal.
"Hei! Rio!"
Terkejut mendengar suara seseorang memanggilnya, sontak pria tersebut memutar kepalanya ke belakang
"Hmm, kau rupanya. Ada apa?" tanya pria itu sambil menatap Denis dengan tatapan jijik. Rio Martin.
Ya, Rio adalah teman Divan assiten manajer tadi. Rio merupakan tuan muda ke dua dari keluarga Martin, salah satu keluarga terkaya yang cukup berpengaruh di desa Western Cily.
Sementara itu, gadis cantik yang berada di samping Rio hanya asik menatap layar ponsel tanpa melihat Denis. Seolah tidak peduli dengan keberadaannya.
"Ini belanjaanmu!"
"Lah, bukanya si Divan yang seharusnya mengantar belanjaanku?" tanya Rio seraya mengangkat alis, melihat kardus yang tengah dibawa Denis di pundaknya.
“Dia menyuruhku," jawab Denis singkat males berbicara dengannya.
Melihat kekesalan dari sorot mata Denis, Divan tertawa. “Pptttf ... HaHaHa! Begitu rupanya. Ada apa dengan tatapanmu, Denis? Kelihatannya kau tidak terima di suruh Divan? Wajar kalau dia menyuruhmu, kau itu hanya pegawai paruh waktu di minimarket ini. Hahaha!”
Rio tertawa mengejek, sebelum kemudian berkata dengan nada memerintah. "Oke, oke. Masukan saja ke bagasi."
Denis tidak menghiraukan perkataan Rio, dia hanya diam lalu berjalan ke belakang mobil berniat buru-buru menyimpan kardus itu ke bagasi dan segera kembali ke minimarket. Denis merasa males jika harus berurusan dengan orang seperti Rio.
Saat bersamaan, gadis cantik yang sedari tadi hanya fokus menatap layar ponsel di samping Rio, ekspresinya tiba-tiba berubah kaget ketika mendengar nama ‘Denis'.
‘Hah! D-Denis?’
Jantungnya berdetak kencang. Seketika perasaan takut dan malu berkecamuk dalam hatinya. Gadis itu perlahan memutar kepalanya ke samping lalu setelah melihat pemuda yang tengah membawa kardus di belakang mobil, dia tercengang!
"D-Denis!"
Mendengar namanya dipanggil, Denis tentu melihat ke arah sumber suara dan kalian tahu? Begitu pandangan mereka beradu dan melihat wajah dari gadis itu, ekspresi Denis sontak berubah!
"S-Salmaaa ... ?"
Dia ...
Dia Salma!
Dalam sekejap mata Denis memanas dan kardus belanjaan yang belum sempat dia simpan tiba-tiba jatuh ke tanah!
Salma adalah mantan pacar Denis dan mereka baru saja putus tiga hari yang lalu. Tentu saja Salma yang mengakhiri hubungan mereka.
Ketika Salma memutuskan hubungan dengan Denis, ia beralasan bahwa dirinya ingin sendiri dulu. Tetapi kenyataanya baru tiga hari saja Salma sudah bersama pria lain. Terlebih, dia bersama Rio, orang yang dia kenal!
"S-Salma? Kamu ...."
Jantung Denis bertedak kencang seolah merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia tidak tahu harus berkata apa.
Yang jelas meski Denis tidak terlalu mengenal Rio, dia tahu bahwa Rio orang yang sombong dan suka memamerkan kekayaan hanya untuk menarik perhatian gadis-gadis cantik. Tentu Denis tidak terima kalau mantan pacarnya jatuh ke tangan pria brengsek seperti Rio!
"Denis, kenapa kamu di sini? Kamu ... Kamu jangan salah paham. A-Aku di sini bersama Rio karena ...." Salma mulai panik dan malu, dia tidak berani memandang Denis.
Sementara itu, Rio menatap kardus belanjaan yang dijatuhkan Denis, kemudian menatap Denis tajam. "Hei, Apa-apaan ini? Itu belanjaanku, kenapa kau jatuhkan!"
"Rio, dia mantan pacarku yang dulu aku bicarakan!" ucap Salma mengingatkan Rio.
Seketika Rio tertegun. Dia menatap Denis dari ujung kepala sampai ujung kaki memperhatikan dengan seksama.
"Oh, jadi dia si Denis mantan pacarmu itu?"
Segera setelahnya, Rio menyadari sesuatu.
"Pfttt- Ahahaha, sial! Dasar bodoh, dia benar-benar tahu bagaimana caranya membodohi orang. Aku mengerti sekarang! Jadi si Divan sengaja menyuruhmu agar kamu melihat mantan pacarnya bersamaku. Ahahahah. Ini sungguh menyenangkan. Benar-benar menyenangkan! Haha." Rio tertawa terbahak-bahak sampai orang-orang yang ada di halaman mini market melihat ke arahnya.
Dia benar-benar tidak menyangka kalau mantan Salma adalah Denis. Sebelumnya Rio mengira kalau Denis yang dibicarakan Salma adalah orang lain, rupanya si Denis miskin ini?
Tentu Rio sudah tahu kalau Denis sangat miskin. Dia mengetahuinya karena Divan sering cerita.
Di sisi lain, Denis menggertakan gigi menahan amarah. Dia tahu bahwa Rio adalah teman dekat Divan. Keluarganya memiliki beberapa restoran mewah di desa Westren Cily dan dia terbiasa membawa mobil BMW series 5 nya ke minimarket ini hanya untuk pamer kekayaan.
Denis mengepalkan tangan mendengar perkataan Rio. Dia baru sadar, Jadi, sebenarnya Divan sengaja menyuruh dia agar dia bisa bertemu Rio dan Salma? Kurang ajar!
Denis jadi curiga, jangan-jangan sebab putusnya hubungan dia dengan Salma ada Divan di balik semua ini. Jika tidak, bagaimana Salma bisa bersama Rio hanya beberapa hari ketika mereka putus?
Denis, Divan, Salma, dan Siska mereka berempat dulunya teman sekelas semasa SMA. Walaupun Rio bukan teman sekelas mereka, Denis sangat tahu kelakuan Rio karena mereka memang sering bertemu. Divan pasti memperdaya Salma untuk memutuskan hubungan dengannya dan menyuruh berpacaran dengan Rio.
Denis merasa nafasnya menjadi sedikit sesak.
"Salma, aku tahu kamu tidak lagi mencintaiku, tapi kamu tidak seharusnya bersama pria macam dia setelah kita putus. Kamu tahu berapa banyak wanita yang dia kencani sebelumnya?"
Denis tidak bisa menahan amarah. Dia sangat mencintai Salma. Sangat!
Salma mulai cemas dan kesal mendengar ucapan Denis. "Denis, kamu pikir kamu siapa? Kamu tidak punya hak mengajariku, mengatur hidupku, atau menentukanku harus dengan siapa. Dengar ya! Kita sudah putus dan aku bebas menentukan bersama dengan siapapun yang aku mau!"
"Dan ...." Salma semakin marah lalu menatap Denis tajam, "Lihat dirimu Denis! Kamu ini hanya orang miskin! Meskipun aku mengakui bahwa kamu tampan, tapi percuma kalau tidak punya uang!"
"Ngaca dong! Untuk biaya sehari-hari saja kamu harus bekerja paruh waktu. Kamu tidak pantas denganku!" Salma menatap Denis dengan tatapan jijik. Nada bicaranya terdengar keras sehingga membuat semua orang yang ada di sana mendengar perkataan Salma.
Denis merasakan kekecewaan yang sangat mendalam. Hatinya merasa sakit. Rasa marah dan kesedihan bercampur aduk dalam benaknya.
"Apa kamu ke sini hanya untuk membuat aku malu? Pergi kamu!" tambah Salma sambil mengibaskan tangan, menyuruh Denis pergi.
Salma mulai merasa malu karena diperhatikan semua orang. Dia tidak ingin orang-orang di sana tahu kalau wanita cantik sepertinya pernah berpacaran dengan orang miskin.
"HaHaHa, Salma sayang, kenapa kamu menyuruhnya pergi. Harusnya kamu biarkan saja dia di sini dan melihat kita! Haha!" Rio tertawa puas.
Wajah Salma memerah.
“Rio, moodku sudah berantakan melihat dia di sini, mungkin lain kali saja ...,” jawab Salma ketika kemudian melepaskan tangan Rio dari gandengannya.
Denis tidak tahu lagi harus melakukan apa. Dia langsung pergi menjauh, meninggal mereka dan tidak menghiraukan kardus belanjaan yang dijatuhkannya. Pikirannya sangat berantakan. Semua itu karena uang! Denis ditindas hanya karena dia miskin.
Sejujurnya, Denis sudah tidak tahan ingin mengungkapkan identitas siapa dia sebenarnya kepada semua orang, termasuk pada Salma. Sayangnya Denis tidak bisa melakukan itu, dia sedang menjalankan tugas dari organisasi. Seadainya sedang tidak bertugas, Denis bisa saja membongkar identitasnya kepada semua orang saat itu juga.
Sesampainya di dalam toko, Denis disambut dengan tawa menyebalkan dari semua karyawan laki-laki. Divan tentu saja ada di sana sambil memegang perut menahan tawa.
Ya, Divan memberitahu para karyawan laki-laki alasan sebenarnya kenapa dia menyuruh Denis mengantarkan belanja'an itu.
"Hahaha! Hei, Denis, apa yang kau temukan tadi ketika mengantar belanjaan itu?" Salah satu dari mereka mencemooh.
"Ah, tentu saja! Salma memang benar-benar gadis yang sempurna," timpal Divan sambil menyeringai.
Denis mengepalkan tinjunya erat, matanya sudah sangat merah saat ini. Dia benar-benar ingin membunuh Divan!
"Kenapa kau melakukan ini padaku?" Denis mendesis menahan amarah. Nafasnya berat.
Divan masih tertawa dan menjawab, "Hahaha! Hei, sini lihat aku! Aku sama sekali tidak takut padamu!"
"Dari semua kaum miskin yang ada di desa ini, kaulah yang paling hina! Salma itu gadis yang sangat cantik dan sempurna! Akan buang-buang waktu saja kalau dia bersamamu. Ya, tentu akan jauh lebih baik kalau dia bersenang-senang dengan sahabatku, Rio. Setidaknya untuk beberapa hari ..."
"Dan ngomong-ngomong, Denis. Tahukah kamu kalau Rio hanya butuh beberapa menit saja untuk berpacaran dengan Salma setelah kalian berdua putus? Sementara kamu butuh waktu lebih dari satu bulan sampai akhirnya Salma mau menjadi pacarmu. Hahaha!"
Divan dan semua karyawan laki-laki di sana tertawa semakin keras tidak mempedulikan harga diri Denis.
"Kurang ajar! Rasakan ini!"
Bug ...
Tiba-tiba Denis berteriak dan mendaratkan pukulan tepat mengenai wajah Divan!
Divan, tentu tidak terima mendapat pukulan dari Denis. Dia membalasnya dan mereka berdua akhirnya bertengkar sampai membuat keributan di dalam toko. Makanan dan barang-barang di rak minimarket terlihat pada jatuh berhamburan ke lantai akibat mereka berdua. Siska yang dari tadi ada di sana dengan cepat pergi memanggil Tuan Lyle. Manajer minimarket. Beberapa saat kemudian setelah Tuan Lyle tiba, betapa terkejutnya dia setelah melihat Denis sedang memukuli Divan di pinggir jendela dekat meja kasir. "Denis, berhenti!" teriak manajer Lyle Siska bergegas lari menghampiri Denis dan menarik lengannya agar berhenti. "Sudah Denis, berhenti! Kamu tidak perlu melakukan ini!" Siska berusaha menenangkan sambil memeluk erat tubuh Denis dari belakang. "Apa-apaan ini, Denis? Kenapa kau memukuli Divan?" Manajer Lyle menghampiri Denis dan membentaknya marah. “Dia mengerjaiku, tuan Lyle!” jawab Denis berat menahan amarah. “Tidak, Tuan. Jangan salah paham dulu! Aku hanya menyuruhnya mengantarkan be
Denis terus memperhatikan gadis itu dari ujung rambut sampai ujung kaki, dan terlihat ada sebuah koper besar di sampingnya. Setelah terdiam sejenak sambil memfokuskan pandangan, Denis akhirnya menyadari bahwa gadis yang sedang terbaring di kursi rumahnya adalah kakak perempuanya dari Soul Kalbar. Jessica Tayson. “Kakak! kenapa kakak ada di sini?” seru Denis saat itu juga. Jessica yang terkejut mendengar suara adiknya secara tiba-tiba, ia langsung duduk dan melirik ke arah Denis. Jessica menyeringai, “Hmmm, emang kenapa kalau aku ada di sini, adikku yang tampan?”ucap Jessica. “M-Maksudku, mau apa kakak ke desa Westren Cily?” Denis bertanya sambil menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal. “Hehe, Dengar Denis! Kamu pasti belum tahu-kan, untuk apa kakak ke sini?”Jessica tersenyum, lalu menghampiri Denis yang masih berdiri
"Haiii, halo, Denis. Aku sudah dalam perjalanan menuju rumahmu. Kamu udah makan belum? Aku belikan nasi goreng buat kamu, ya. Kita makan malam bareng, bagaimana?" tanya Siska tampak bersemangat dari balik telepon. "Eeee ... I-Iya, boleh boleh." Denis gugup. Ia tidak tahu harus berkata apa. Yang jelas, dia sangat kebingungan karena kakaknya masih di rumah. “Hmmm, oke ... Ngomong-ngomong kamu kenapa kok bicaranya gugup begitu? Kamu tidak suka ya, kalau aku kerumahmu?” tanya Siska penasaran. Denis terkejut. "T-Tidak ... bukan begitu Siska. Aku tidak apa-apa, kok." "Bener, tidak apa-apa?" "Iya ... Kamu tenang saja," jawab Denis. "Hmmm ... Baguslah kalau begitu." Dari seberang sana, Siska merasa agak sedikit kecewa. Siska curiga kalau Denis sedang menyembunyikan sesuatu. Tidak biasanya Denis gugup begini. "
"Iya, kalau tidak ada orang itu, dari tadi kita pasti sudah berhasil menculik Siska!" jawab pria satunya lagi. "Sudah, kita tunggu saja. Sebentar lagi orang itu pasti akan pergi. Setelah itu, kita culik Siska dan bawa dia pada bos besar!" tegas si pemimpin. Sebagai tanggapan, pria satunya hanya menganggukan kepala. Beberapa detik kemudian setelah melihat ke pemilik mobil, pria itu menyadari sesuatu. “Ngomong-ngomong, bos. Gadis yang mendekati Siska ternyata cantik juga ya. Kelihatannya dia orang yang sangat kaya.” “Maksudmu?” tanya si pemimpin. "Coba lihat bos, mobil yang dikendarai gadis itu sangat mewah! Itu mobil Bentley Bacalar! Mobil itu seharga dua juta dolar dan hanya ada 12 unit saja di dunia ini!" Temanya menjelaskan sambil menunjuk mobil Jessica. Mendengarnya, pria itu terkejut lalu melihat kembali ke arah mobil Jessica.
Di tempat lain, Denis bersiap-siap untuk menjemput Siska. Denis membuka pintu depan rumah dan hendak pergi saat itu juga. Dia membawa sebuah Headlamp (senter kepala) di tanganya untuk menerangi jalanan yang gelap. Rumah Denis terletak di sebelah kiri jalan yang di mana jalanan itu agak menurun karena memang rumahnya berada di atas kaki gunung. Tepat di samping kanan jalan adalah jurang yang sangat terjal. Kalau melihat ke bawah, siapapun bisa melihat pemandangan seluruh desa Western Cily dari atas sana. Dari ujung desa Westren Cily, terlihat ada sebuah danau luas yang membatasi antara desa Western Cily dan desa lain. Sejauh mata memandang, seluruh desa Westren Cily di kelilingi oleh pegunungan-pegunungan besar yang menjulang tinggi. Tepat di atas rumah Denis adalah gunung Prau. Gunung Prau memiliki ketinggian yang cukup tinggi, yaitu sekitar 2500 MDPL. Setelah keluar rumah, Denis langsung mem
"Betul Tuan Muda. Kita tunggu saja. Bawahanku pasti akan segera kembali dan membawa Siska kepadamu, Tuan. Haha!" tambah pria bertubuh besar satunya lagi. Big Buster. Wakil pengawal keluarga Bringtong. Mereka tertawa terbahak-bahak sebelum kemudian dikejutkan dengan kedantangan dua orang pria bertudung hitam, membuka pintu utama Villa dan berlari menghampiri mereka dengan nafas terengah-engah. "M-Maaf Tuan Muda, kami gagal membawa Siska, Tuan." Kedua pria bertudung itu menghampiri Jacob, kemudian berlutut di hadapannya dengan ekpresi ketakutan. "APA! KALIAN GAGAL MEMBAWA SISKAAA?" Raut wajah Jacob seketika berubah merah padam. Rahangnya mengeras serta alis menyatu, menatap tajam ke arah dua pria bertudung itu. Jacob mengepalkan tangan lalu mengambil botol anggur di meja dan melemparkan botol itu ke lantai! Pranggkkk... Botol
Mendengar penjelasan komandanya, Denis terkejut! Ternyata ada keluarga sekejam itu di Kota Bandung City? Yang Denis tahu, Bandung City adalah kota maju. Tetapi, di balik kemajuan kota itu ternyata ada kejahatan ternyembunyi di dalamnya. "Iya Denis. Atasan menyuruhku untuk mengganti misimu. Karena kamu dekat dengan kota Bandung City, kamu di tugaskan untuk menyelidikinya. Bagaimana, Siap?" "Baik Komandan. Siap!" jawab Denis dengan tegas. "Baiklah kalau begitu. Mulai besok, kamu sudah bisa menjalankan misi ini." Komandan Andri tampak senang mendengar Denis bersemangat. "Oh, satu lagi, menurut informan, ada orang-orang misterius yang membuat pasar gelap di Bandung City" "Dengan adanya pasar gelap di sana, dunia bawah semakin tak terkendali! Kamu selidiki itu juga, ya!" lanjutnya. "Oke, komandan!" "Baiklah. Sudah dulu Denis." Denis kemudian menutup panggilan lalu memasukan ponselnya ke saku celana. Dia benar-b
"Hei? Apa yang kau bicarakan? Pria itu ingin melihat tas edisi khusus?" tanya Rio sambil tangannya menunjuk Denis dengan congkak. Ini pasti hanya lelucon! Rio memandang Denis dengan tatapan merendahkan. Denis merasa malu karena pengunjung lain juga memperhatikannya. Bella pun tidak bisa menyembunyikan rasa kesal. "Wanda! Apa kau benar-benar yakin pria itu akan mampu membeli barang di toko ini? Ayolah, jangan bercanda!" "Aku sedang tidak bercanda, Bella. Dia memiliki kartu black-gold. Dia pengunjung VIP." "Hahaha!" Sekali lagi Rio tertawa keras. " Pengunjung VIP kau bilang!? Hei, dengar, dia cuma seorang gembel di desa ini!" Salma memandang Denis dengan tatapan jijik, "Denis, Tidakkah kau malu pada dirimu sendiri? Kenapa kau tidak pergi saja dari sini?" "Hahahahaha!" Pengunjung lain ikut menertawakan Denis. Kejadian di toko i
“Luka sayatan di punggung Tuan Tayson sangat dalam sehingga menembus tulangnya. Dia sudah terlalu banyak mengeluarkan darah.”“Masa kritisnya sudah lewat, tapi kita tidak bisa menjamin beliau akan siuman,” ucap Dokter Herlin lemas.Mendengar itu, seketika Kim terperangah merasakan nafasnya sedikit sesak.“A-Apa ...!”Tidak bisa menjamin Tuan Tayson akan siuman! Maksudnya?Kim membelalak tak percaya mendengar pertanyaan dokter Herlin. Badannya membeku hingga beberapa detik.“Dok, A-Anda serius? Separah itukah kondisi Tuan Tayson?”“Maafkan saya, Tuan.” Dokter Herlin merasa tidak enak. Dia hanya menundukkan kepala, lemas.Kim menghembuskan nafas berat, tidak tahu apa yang harus dikatakan.‘T-Tuan Tayson!!! Anda ... Anda kenapa bisa sampai seperti ini!’ Kim bergumam sedih.Dari kejauhan, Kayla dan Drake masih memperhatikan mereka dengan wajah serius.Beberapa menit kemudian Kim kembali dengan wajah pucat, menundukkan kepala lemas lalu terduduk di kursi samping Tuan Jake.Drake dan yang l
Putri yang juga terkejut, dia berteriak lalu ngambil jaket Salma dan lari mengejar. Teman asramanya saling pandang, kemudian ikut menyusul. Di luar, Salma lari di samping Cindy, tidak mengatakan sepatah katapun. “Salma, ini jaket!” Putri berteriak dari belakang. Salma tidak menjawab. Ia sama sekali tidak peduli dengan pakaian yang dia pakai, yang Salma pikirkan saat ini hanyalah Denis! “Di luar dingin Salma, kamu bisa sakit,” ujar Putri cemas, mengikuti Salma hendak memakaikan jaket. Namun Salma menolak. Melihat ekspresinya Putri mengerti kalau Salma pasti sangat mengkhawatirkan Denis. Dia beralih kepada Cindy dan berkata, “Cindy, Lydia, kalian serius Denis masuk rumah sakit?” “Ya, aku serius! Semua orang sudah mengetahuinya. Sekarang Denis dirawat di rumah sakit Hopskin Hospital.” Cindy menjawab tegas. “Apa yang terjadi?” “Denis diserang saat berkunjung ke Springfield. Menurut pengakuan seorang pengawal keluarga Zero di sosial media, dia bilang saat mereka menjemput Denis ke
Aiden menunduk berpikir sejenak. “Hm, iya, kemarin aku bicara dengan Denis, dia bilang dia punya urusan di kota itu. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan di sana, tiba-tiba kami mendapat kabar kalau Denis terluka. Aku penasaran siapa yang berani melukai Denis.””Katanya Denis terluka parah, apa benar begitu?” tanya Tasya gelisah.“Ya, kalau pengawal itu bilang Denis kritis, kondisinya pasti sangat parah. Aku harap tidak terjadi sesuatu hal yang serius kepadanya. Semoga aja dia baik-baik saja,” jawab Aiden lemas.Taysa tentu semakin risau mendengarnya. Semua orang yang ada di sana pada cemas berharap Tuan Tayson baik-baik saja.********[Universitas Yunzi]Pukul 22:30Dari asrama putri, Salma dan teman-teman seasramanya lagi asik mengobrol pada belum tidur. Putri duduk di samping kiri Salma, sementara yang lain duduk posisi melingkar saling berhadap-hadapan.“Eh, ngomong-ngomong, apa kalian tahu Tuan Kim?” ujar Vanie tiba-tiba.“Tuan Kim?”“Tuan Kim pemilik perusahaan Safety Mountain En
Kim beserta seluruh bodyguad keluarga tiba di rumah sakit Hopskin Hospital.Sebuah rumah sakit besar dan juga megah. Rumah sakit kelas elit yang hanya diperuntukan untuk pejabat pemerintah dan keluarga-keluarga kaya saja. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Kawasan Parahiangan Asri.Denis langsung dibawa masuk oleh beberapa petugas medis dan tiga dokter tadi. Kim tentu saja ikut masuk ke dalam.Dari halaman depan, Drake memberi intruksi kepada seratus lima puluh bodyguard yang lagi berbaris rapi di hadapannya.“Seperti yang kalian lihat, Tuan Tayson mengalami kecelakaan saat sedang berkunjung ke kota Springfield. Saat ini kita belum tahu kondisinya bagaimana.”“Kita harus memperketat keamanan rumah sakit ini. Jangan biarkan orang lain masuk ke ruangan tempat Tuan Tayson dirawat. Siapapun itu, kecuali ada izin dari saya dan Tuan Kim.”“Sebagian, jaga Tuan Tayson dari ruangannya. Sebagian lagi jaga pintu masuk utama rumah sakit. Sisanya berjaga di halaman depan dan pastikan jangan ada war
Di salah satu helikopter hitam berlambangkan tulisan ‘K-ZERO’ warna putih di pintunya, Kim duduk di kursi kiri samping pilot, memakai headphone.“Bertahanlah Tuan Tayson, kami akan segera tiba.”Kim sangat gelisah. Ia terus melihat-lihat ke bawah dengan raut muka cemas, berharap Denis baik-baik saja.“Kita sudah tiba di perbatasan kota Springfield, Tuan,” kata si pilot.“Baiklah, langsung ke lokasi yang dikirim Drake,” jawab Kim singkat, ketika kemudian radio komunikasi mengeluarkan suara.[“Kode : 110, 110 : Arah jam 12, terlihat satu mobil di atas jembatan dikelilingi oleh sekelompok orang bersenjata.”][“Saya ulangi, arah jam 12 di atas jembatan, terlihat ada satu mobil dikelilingi oleh sekelompok orang bersenjata. Kami menunggu intruksi. Ganti,”] kata seseorang dari helikopter depan.Mendengarnya, sontak Kim mengambil teropong kecil lalu melihat ke arah yang dituju.Memang benar, di atas jembatan di bawahnya terlihat ada banyak sekali mobil Jeep dan kelompok orang bersenjata sedan
Drake tentu ikut menengok ke belakang. Sementara Jake melihatnya dari kaca spion.“Apa mereka mau ngejar kita sampai Bandung City? Yang benar saja!” gerutu Drake.Jake dengan cepat menginjak full pedal gas. Mereka melaju di kecepatan 90 km/jam. Jake memukul setir mobil mengernyitkan wajah.“Ah, brengsek! Mobil ini sudah cukup tua. Hanya segini kecepatan fullnya! Drake, apa kau sudah memberitahu Tuan Kim?”“Sudah, saat ini mereka pasti sedang menuju ke sini.”“Baguslah! Kita harus bertahan selama mungkin menunggu kedatangan mereka.”“Mereka semakin dekat Tuan Jake!” teriak Blondie makin panik, masih melihat ke belakang. Benar-benar kebingungan karena dia tahu kalau sudah berhadapan dengan organisasi misterius, mereka pasti akan mati!“Drake! Di bawah kursimu ada senjata. Tembak mereka! Kita harus mengulur waktu!” perintah Jake.Dengan sigap Drake berdiri membuka jok mobil. Ternyata benar di bawah joknya ada beberapa senjata. Drake mengambil satu senjata laras panjang kemudian mengeluar
“Sudah, lebih baik kalian segera pergi dari sini dan selamatkan nyawa Denis. Kondisinya saat ini sedang kritis. Selain itu, organisasi ini sudah mengerahkan banyak orang untuk mengejar kalian. Kalian harus cepat-cepat keluar dari kota ini!” potong kakek tua itu dengan nada santai.Jake lalu terdiam, melihat kembali tubuh Denis yang sudah berlumuran darah dan luka di punggungnya benar-benar fatal. Tuan ini benar, mereka harus segara keluar dari kota Springfield dan membawa Denis ke Bandung City. Denis harus segera dilarikan ke rumah sakit! Jika tidak, dia akan mati karena kehabisan darah!‘Sialan! Deniissss, Denisss. Makanya dari awal aku ragu mengizinkanmu masuk ke sini. Sudah dibilang organisasi ini sangat kejam. Kau tetap saja bersikeras ingin masuk.’ Jake menggerutu dalam hati, menyesal telah mengizinkan Denis masuk ke pasar gelap.“Baiklah! Bocah Blondie, ayo angkat dia,” ujar Jake kepada Blondie lalu keduanya membopong tubuh Denis dan dimasukkan ke dalam mobil. Tak lupa Blondie m
“Hah!? Hilang?”Sontak semua mengangkat alis.“Bagaimana bisa?” tanya Gibs heran. Nik dan para anak buah lain hanya diam saling tatap-tatapan.“B-Barusan ... ada orang tak dikenal entah dari mana datangnya. Orang itu menyerang kita lalu membawa kabur mayat bocah itu, Tuan,” ujar pria tersebut memasang wajah panik.Gibs mengerutkan dahi.Orang tak dikenal?“Siapa ... apa kau lihat wajahnya?”“T-Tidak, Tuan. Hanya saja, orang itu memakai tudung dan juga sangat kuat. Tuan Kurt saja sampai kewalahan menghadapinya. Itu sebabnya saya ke sini memberitahu Anda,” jelas pria itu.‘Hah, sangat kuat? Siapa dia?’ batin Gibs bertanya-tanya.“Tunggu apa lagi? Kerahkan semua anggota dan cari orang itu! Mereka pasti belum keluar dari sini. Cepat!” perintah Gibs kemudian dengan tegas.“B-Baik, Senior!”“Baik, Tuan!”Beberapa anak buahnya mengangguk lalu sebagian ada yang masuk ke lorong, ada juga yang keluar ruangan berniat memberitahu anak buah lain. Nik sendiri masuk lagi ke lorong itu ingin melihat
Detik itu juga Kurt berlari kencang ke arah Denis dengan tubuh yang diselimuti cahaya asap. Kurt mengepalkan tinju keras berniat menghabisi bocah ini sekali serangan.Denis sedikit merinding. Sialan! Ia mundur satu langkah mengarahkan tongkat besinya ke arah Kurt. Dengan cepat Denis membanting-banting tongkatnya.Tak disangka, Kurt dapat menghindari serangan Denis dengan mudah. Ia mengelak kesana-kemari tak ada satupun serangan yang bisa mengenainya. Hal itu membuat Denis terkejut! Apa-apaan orang ini? Kenapa aku tidak bisa mengenainya!?Set ... Wush. Wush.“Haha. Ada apa bocah? Kau tidak bisa mengenaiku?” Sambil mengelak, Kurt tersenyum tips mengejek Denis.“Hiyaaah!”“Haaaah.”Denis semakin kesal.Saat itu pula Denis mempercepat ayunan tongkatnya ke tubuh Kurt. Namun tetap saja, serangan yang dia lancarkan benar-benar sia-sia dan hanya memukul angin. Pria ini terlihat seolah-olah sedang menari mempermaikan Denis.‘Hh, bocah ini tidak ada apa-apanya buatku,’ batin Kurt. Semakin lama