"Hei? Apa yang kau bicarakan? Pria itu ingin melihat tas edisi khusus?" tanya Rio sambil tangannya menunjuk Denis dengan congkak. Ini pasti hanya lelucon!
Rio memandang Denis dengan tatapan merendahkan. Denis merasa malu karena pengunjung lain juga memperhatikannya.
Bella pun tidak bisa menyembunyikan rasa kesal. "Wanda! Apa kau benar-benar yakin pria itu akan mampu membeli barang di toko ini? Ayolah, jangan bercanda!"
"Aku sedang tidak bercanda, Bella. Dia memiliki kartu black-gold. Dia pengunjung VIP."
"Hahaha!" Sekali lagi Rio tertawa keras. " Pengunjung VIP kau bilang!? Hei, dengar, dia cuma seorang gembel di desa ini!"
Salma memandang Denis dengan tatapan jijik, "Denis, Tidakkah kau malu pada dirimu sendiri? Kenapa kau tidak pergi saja dari sini?"
"Hahahahaha!"
Pengunjung lain ikut menertawakan Denis. Kejadian di toko i
Denis baru menyadari bahwa dia tidak mungkin membawa belanjaan dan tas Hermes ke acara reuni. Dia memutuskan kembali ke toko dan berniat mengganti pakaian dengan yang sudah dia beli di sana, sekaligus menitipkan tas Hermes nya.“Selamat datang kembali, Tuan. Apa ada lagi yang bisa kami bantu." Bella dan Wanda keheranan melihat Denis kembali ke toko.“Maaf. Bolehkah aku ikut mengganti pakaianku di sini. Aku ada urusan mendadak," ucap Denis sambil menatap kedua wanita itu di depanya.“Oh, silahkan Tuan. Di sebelah sini," jawab Wanda dan Bella secara bersamaan sambil menunjuk sebuah ruangan khusus untuk berganti pakaian.Denis tersenyum melihat Bella yang sekarang tampak lebih sopan. Mungkin dia masih malu karena kejadian tadi.“Terimakasih. Oh, ya. Aku ingin menitip tas ini. Nanti aku ke sini lagi." Denis memberikan tas Hermes edisi khususnya pada Bella.“Baik, Tuan. Dengan senang hati." Bella membungkuk hormat, m
“Hai semuanya. Perkenalkan, namaku Rio Martin. Dan ini ...." Rio beralih menatap Salma dan melanjutkan, “Aku yakin kalian sudah mengenalnya. Dia adalah pacar baruku, Salma."Semua orang terkejut mendengar perkataan Rio. Ternyata benar! Salma sudah putus dengan Denis!“Aku anak kedua dari keluarga Martin. Senang berkenalan dengan kalian," lanjut Rio sambil tersenyum menyeringai.“Hah! Keluarga Martin? A-Apa aku tidak salah dengar? Dia adalah Tuan Muda ke dua dari keluarga Martin!"Sekali lagi, semua orang dikejutkan dengan perkataan Rio. Mereka langsung berdiri dan bersorak kegirangan sambil memandang Rio dengan penuh takjub. Apa ini mimpi? Seorang tuan muda dari keluarga Martin sekarang ada dihadapan kita? Mereka sungguh tidak menduga dan tentu sangat bahagia bisa bertemu dengan Rio.Seketika suasana menjadi ricuh.Pantas saja, seorang gadis yang sangat cantik seperti Salma bisa berpacaran denganya! Tuan Muda Rio adal
“Bagaimana, boleh gak?" tanya Siska bersemangat. “Emm ..." Denis berpikir sejenak. Setelah menghembuskan nafas panjang, dia menatap Siska lalu menjawab, “Baiklah. Terserah kamu saja." Mendengar persetujuan Denis, Siska senang. Dia langsung memeluk Denis sambil berkata, “Terimakasih, Denis. Kamu memang sabahat terbaikku." “Emm, sudah sudah." Karena Denis merasa canggung dipeluk oleh orang secantik Siska, dia melepaskan pelukanya dan melanjutkan, “Kalau begitu, aku pergi sekarang. Dahh ...." Denis kemudian pergi meninggalkan Siska. Sementara Siska, dia memandang punggung Denis yang pergi menjauh sambil tersenyum. Tentu dia merasa senang. Di sisi lain, Denis benar-benar khawatir kalau kakaknya akan pulang malam ini. Untuk itu, dia berhenti sejenak di persimpangan jalan dan buru-buru memanggil kakaknya. “Hallo, kak?" “Hallo Deni
“S-Siapa kalian? Ada perlu apa kalian kepadaku!?" Siska yang masih ketakutan memaksakan diri untuk bertanya.Sementara Denis yang melihat tudung hitam yang digunakan dua pria itu, seketika dia teringat dengan apa yang dikatakan kakaknya. Mungkinkah mereka pria bertudung yang mengikuti Siska malam itu?Dua pria bertudung tersebut membuka tudungnya lalu menatap tajam sambil menyeringai ke arah Siska, “Aku yakin kau sudah tahu siapa kami, Siska."Melihat wajah mereka, ekspresi wajah Siska tiba-tiba berubah. “K-Kau ... Jameson! Mau apa lagi kalian?" tanya Siska tergagap. Rasa takutnya seketika hilang setelah mengetahui siapa mereka.Denis yang keheranan, dia menoleh pada Siska dan bertanya,“Kamu kenal mereka, Siska?"“Ya" Siska mengangguk. “Mereka adalah pengawal keluarga Brington."Denis mengangkat alis. Hah? Pengawal keluarga
“Siap bos!" Wade beralih pada Denis lalu memandangnya dengan tajam, “Kau bocah tengik! Aku akan-"Sebelum Wade menyelesaikan bicaranya, Denis segera maju ke arahnya dan tiba-tiba ...*Bug...Denis memukulnya cukup keras sehingga membuat Wade mundur beberapa langkah ke belakang. Badannya yang besar dan berotot sama sekali bukan masalah bagi Denis. Dia memukulnya sangat keras sehingga Wade mengeluarkan sepercik darah dalam mulutnya.“Ciuhh ... Bajingan!" kelakar Wade. Dia meludahkan darah lalu mengusap pipi menggunakan punggung tangan kirinya.Sementara Jameson yang melihatnya, dia tercengang. Denis bahkan berhasil melukai Wade yang berbadan besar! Mustahil!“Wade! Kita serang dia bersama!" tegas Jameson.Jameson lalu beralih pada Denis dan menunjuknya sebelum kemudian berkata, “Harga diriku telah dipermalukan olehmu, Denis. Akan kupastikan kau takkan selamat malam ini!" Jameson meraung. Kemarahannya
“Em ...." Denis berpikir sejenak sambil memegang dagu nya menggunakan tangan kiri, setelahnya dia menjawab, “Kelihatanya dia memang benar-benar memiliki teknik rahasia itu. Kamu tenang saja, Siska. Aku akan baik-baik saja," jawab Denis menenangkan Siska sambil senyum.Pada saat yang sama, Jameson berkata pada temanya, “Wade, mundur!"“T-Tapi bos, bukankah kau belum bisa menguasainya? Aku takut kau cedera lagi gara-gara itu, bos!" Wade merasa khawatir. Kecemasan terpancar dari wajah sangarnya sehingga membuatnya menjadi terlihat konyol.“Aku tak peduli. Cepat mundur!"“B-Baik bos."Wade segera berlari terbirit-birit seperti halnya orang ketakutan, lalu dia bersembunyi di belakang pohon beringin besar yang sebelumnya, kemudian dia memperhatikan semua dari sana sambil bergumam,“Bersiaplah bocah! Kali ini bos pasti akan menghancurkanmu!"
Denis tidak menghiraukan ucapan Jameson. Dia dengan cepat menarik kembali lengan Siska dan mengajaknya berlari ke arah rumahnya melewati jalanan yang sangat gelap malam itu. Prioritas utamanya saat ini adalah menjauh sejauh mungkin agar serangan aneh Jameson tidak dapat mengenai mereka.Sejujurnya, setelah Denis melihat teknik serangan rahasia yang Jameson keluarkan, dia penasaran dan ingin tahu kenapa Jameson bisa memiliki jurus seperti itu. Dari mana kekuatan itu berasal? Yang Denis ketahui, kekuatan semacam itu hanya ada di film-film dan negeri dongeng saja. Ternyata pikirannya salah, rupanya di dunia nyata juga ada yang bisa mengeluarkan kekuatan seperti itu. Dia sungguh tidak menyangka sama sekali!Kalau saat itu tidak ada Siska, Denis pasti akan menghadapi Jameson sampai akhir. Sayangnya ada Siska di sisinya. Dia takut kalau Siska kenapa-napa. Maka dari itu, dia lebih memilih untuk kabur daripada sesuatu yang buruk terjadi pada Siska. Kalau sampai Siska terluka,
Tidak tahu apa yang terjadi setelah itu, keesokan paginya Denis terbangun dan tiba-tiba dia sudah berada di dalam kamar rumahnya sendiri. ‘Apa yang terjadi? Kenapa aku ada di sini?' Pikir Denis penasaran.Saat terbangun, Denis sudah tidak memakai baju dan hanya mengenakan celana saja. Saat itu badanya sudah tertutupi selimut. Mungkin Siska yang memakaikanya. Pada saat dirinya hendak mau duduk, betapa terkejutnya dia setelah melihat bahwa sudah ada luka goresan besar menyilang dua (berbentuk tanda X) di dadanya! Anehnya, meski luka itu cukup besar, kelihatanya luka goresan di dadanya sudah kering seperti sudah ada seseorang yang mengobati lukanya itu. Dan anehnya lagi, saat itu Denis tidak merasa sakit sama sekali. Dia membatin.Sesaat kemudian pintu kamar Denis tiba-tiba terbuka. Terlihat Siska membawa mangkuk berisikan bubur di tangan kirinya, sementara tangan kanannya membawa gelas berisi air. Ketika melihat Denis sudah sadar, sontak Siska langsung menghampiri
“Luka sayatan di punggung Tuan Tayson sangat dalam sehingga menembus tulangnya. Dia sudah terlalu banyak mengeluarkan darah.”“Masa kritisnya sudah lewat, tapi kita tidak bisa menjamin beliau akan siuman,” ucap Dokter Herlin lemas.Mendengar itu, seketika Kim terperangah merasakan nafasnya sedikit sesak.“A-Apa ...!”Tidak bisa menjamin Tuan Tayson akan siuman! Maksudnya?Kim membelalak tak percaya mendengar pertanyaan dokter Herlin. Badannya membeku hingga beberapa detik.“Dok, A-Anda serius? Separah itukah kondisi Tuan Tayson?”“Maafkan saya, Tuan.” Dokter Herlin merasa tidak enak. Dia hanya menundukkan kepala, lemas.Kim menghembuskan nafas berat, tidak tahu apa yang harus dikatakan.‘T-Tuan Tayson!!! Anda ... Anda kenapa bisa sampai seperti ini!’ Kim bergumam sedih.Dari kejauhan, Kayla dan Drake masih memperhatikan mereka dengan wajah serius.Beberapa menit kemudian Kim kembali dengan wajah pucat, menundukkan kepala lemas lalu terduduk di kursi samping Tuan Jake.Drake dan yang l
Putri yang juga terkejut, dia berteriak lalu ngambil jaket Salma dan lari mengejar. Teman asramanya saling pandang, kemudian ikut menyusul. Di luar, Salma lari di samping Cindy, tidak mengatakan sepatah katapun. “Salma, ini jaket!” Putri berteriak dari belakang. Salma tidak menjawab. Ia sama sekali tidak peduli dengan pakaian yang dia pakai, yang Salma pikirkan saat ini hanyalah Denis! “Di luar dingin Salma, kamu bisa sakit,” ujar Putri cemas, mengikuti Salma hendak memakaikan jaket. Namun Salma menolak. Melihat ekspresinya Putri mengerti kalau Salma pasti sangat mengkhawatirkan Denis. Dia beralih kepada Cindy dan berkata, “Cindy, Lydia, kalian serius Denis masuk rumah sakit?” “Ya, aku serius! Semua orang sudah mengetahuinya. Sekarang Denis dirawat di rumah sakit Hopskin Hospital.” Cindy menjawab tegas. “Apa yang terjadi?” “Denis diserang saat berkunjung ke Springfield. Menurut pengakuan seorang pengawal keluarga Zero di sosial media, dia bilang saat mereka menjemput Denis ke
Aiden menunduk berpikir sejenak. “Hm, iya, kemarin aku bicara dengan Denis, dia bilang dia punya urusan di kota itu. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan di sana, tiba-tiba kami mendapat kabar kalau Denis terluka. Aku penasaran siapa yang berani melukai Denis.””Katanya Denis terluka parah, apa benar begitu?” tanya Tasya gelisah.“Ya, kalau pengawal itu bilang Denis kritis, kondisinya pasti sangat parah. Aku harap tidak terjadi sesuatu hal yang serius kepadanya. Semoga aja dia baik-baik saja,” jawab Aiden lemas.Taysa tentu semakin risau mendengarnya. Semua orang yang ada di sana pada cemas berharap Tuan Tayson baik-baik saja.********[Universitas Yunzi]Pukul 22:30Dari asrama putri, Salma dan teman-teman seasramanya lagi asik mengobrol pada belum tidur. Putri duduk di samping kiri Salma, sementara yang lain duduk posisi melingkar saling berhadap-hadapan.“Eh, ngomong-ngomong, apa kalian tahu Tuan Kim?” ujar Vanie tiba-tiba.“Tuan Kim?”“Tuan Kim pemilik perusahaan Safety Mountain En
Kim beserta seluruh bodyguad keluarga tiba di rumah sakit Hopskin Hospital.Sebuah rumah sakit besar dan juga megah. Rumah sakit kelas elit yang hanya diperuntukan untuk pejabat pemerintah dan keluarga-keluarga kaya saja. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Kawasan Parahiangan Asri.Denis langsung dibawa masuk oleh beberapa petugas medis dan tiga dokter tadi. Kim tentu saja ikut masuk ke dalam.Dari halaman depan, Drake memberi intruksi kepada seratus lima puluh bodyguard yang lagi berbaris rapi di hadapannya.“Seperti yang kalian lihat, Tuan Tayson mengalami kecelakaan saat sedang berkunjung ke kota Springfield. Saat ini kita belum tahu kondisinya bagaimana.”“Kita harus memperketat keamanan rumah sakit ini. Jangan biarkan orang lain masuk ke ruangan tempat Tuan Tayson dirawat. Siapapun itu, kecuali ada izin dari saya dan Tuan Kim.”“Sebagian, jaga Tuan Tayson dari ruangannya. Sebagian lagi jaga pintu masuk utama rumah sakit. Sisanya berjaga di halaman depan dan pastikan jangan ada war
Di salah satu helikopter hitam berlambangkan tulisan ‘K-ZERO’ warna putih di pintunya, Kim duduk di kursi kiri samping pilot, memakai headphone.“Bertahanlah Tuan Tayson, kami akan segera tiba.”Kim sangat gelisah. Ia terus melihat-lihat ke bawah dengan raut muka cemas, berharap Denis baik-baik saja.“Kita sudah tiba di perbatasan kota Springfield, Tuan,” kata si pilot.“Baiklah, langsung ke lokasi yang dikirim Drake,” jawab Kim singkat, ketika kemudian radio komunikasi mengeluarkan suara.[“Kode : 110, 110 : Arah jam 12, terlihat satu mobil di atas jembatan dikelilingi oleh sekelompok orang bersenjata.”][“Saya ulangi, arah jam 12 di atas jembatan, terlihat ada satu mobil dikelilingi oleh sekelompok orang bersenjata. Kami menunggu intruksi. Ganti,”] kata seseorang dari helikopter depan.Mendengarnya, sontak Kim mengambil teropong kecil lalu melihat ke arah yang dituju.Memang benar, di atas jembatan di bawahnya terlihat ada banyak sekali mobil Jeep dan kelompok orang bersenjata sedan
Drake tentu ikut menengok ke belakang. Sementara Jake melihatnya dari kaca spion.“Apa mereka mau ngejar kita sampai Bandung City? Yang benar saja!” gerutu Drake.Jake dengan cepat menginjak full pedal gas. Mereka melaju di kecepatan 90 km/jam. Jake memukul setir mobil mengernyitkan wajah.“Ah, brengsek! Mobil ini sudah cukup tua. Hanya segini kecepatan fullnya! Drake, apa kau sudah memberitahu Tuan Kim?”“Sudah, saat ini mereka pasti sedang menuju ke sini.”“Baguslah! Kita harus bertahan selama mungkin menunggu kedatangan mereka.”“Mereka semakin dekat Tuan Jake!” teriak Blondie makin panik, masih melihat ke belakang. Benar-benar kebingungan karena dia tahu kalau sudah berhadapan dengan organisasi misterius, mereka pasti akan mati!“Drake! Di bawah kursimu ada senjata. Tembak mereka! Kita harus mengulur waktu!” perintah Jake.Dengan sigap Drake berdiri membuka jok mobil. Ternyata benar di bawah joknya ada beberapa senjata. Drake mengambil satu senjata laras panjang kemudian mengeluar
“Sudah, lebih baik kalian segera pergi dari sini dan selamatkan nyawa Denis. Kondisinya saat ini sedang kritis. Selain itu, organisasi ini sudah mengerahkan banyak orang untuk mengejar kalian. Kalian harus cepat-cepat keluar dari kota ini!” potong kakek tua itu dengan nada santai.Jake lalu terdiam, melihat kembali tubuh Denis yang sudah berlumuran darah dan luka di punggungnya benar-benar fatal. Tuan ini benar, mereka harus segara keluar dari kota Springfield dan membawa Denis ke Bandung City. Denis harus segera dilarikan ke rumah sakit! Jika tidak, dia akan mati karena kehabisan darah!‘Sialan! Deniissss, Denisss. Makanya dari awal aku ragu mengizinkanmu masuk ke sini. Sudah dibilang organisasi ini sangat kejam. Kau tetap saja bersikeras ingin masuk.’ Jake menggerutu dalam hati, menyesal telah mengizinkan Denis masuk ke pasar gelap.“Baiklah! Bocah Blondie, ayo angkat dia,” ujar Jake kepada Blondie lalu keduanya membopong tubuh Denis dan dimasukkan ke dalam mobil. Tak lupa Blondie m
“Hah!? Hilang?”Sontak semua mengangkat alis.“Bagaimana bisa?” tanya Gibs heran. Nik dan para anak buah lain hanya diam saling tatap-tatapan.“B-Barusan ... ada orang tak dikenal entah dari mana datangnya. Orang itu menyerang kita lalu membawa kabur mayat bocah itu, Tuan,” ujar pria tersebut memasang wajah panik.Gibs mengerutkan dahi.Orang tak dikenal?“Siapa ... apa kau lihat wajahnya?”“T-Tidak, Tuan. Hanya saja, orang itu memakai tudung dan juga sangat kuat. Tuan Kurt saja sampai kewalahan menghadapinya. Itu sebabnya saya ke sini memberitahu Anda,” jelas pria itu.‘Hah, sangat kuat? Siapa dia?’ batin Gibs bertanya-tanya.“Tunggu apa lagi? Kerahkan semua anggota dan cari orang itu! Mereka pasti belum keluar dari sini. Cepat!” perintah Gibs kemudian dengan tegas.“B-Baik, Senior!”“Baik, Tuan!”Beberapa anak buahnya mengangguk lalu sebagian ada yang masuk ke lorong, ada juga yang keluar ruangan berniat memberitahu anak buah lain. Nik sendiri masuk lagi ke lorong itu ingin melihat
Detik itu juga Kurt berlari kencang ke arah Denis dengan tubuh yang diselimuti cahaya asap. Kurt mengepalkan tinju keras berniat menghabisi bocah ini sekali serangan.Denis sedikit merinding. Sialan! Ia mundur satu langkah mengarahkan tongkat besinya ke arah Kurt. Dengan cepat Denis membanting-banting tongkatnya.Tak disangka, Kurt dapat menghindari serangan Denis dengan mudah. Ia mengelak kesana-kemari tak ada satupun serangan yang bisa mengenainya. Hal itu membuat Denis terkejut! Apa-apaan orang ini? Kenapa aku tidak bisa mengenainya!?Set ... Wush. Wush.“Haha. Ada apa bocah? Kau tidak bisa mengenaiku?” Sambil mengelak, Kurt tersenyum tips mengejek Denis.“Hiyaaah!”“Haaaah.”Denis semakin kesal.Saat itu pula Denis mempercepat ayunan tongkatnya ke tubuh Kurt. Namun tetap saja, serangan yang dia lancarkan benar-benar sia-sia dan hanya memukul angin. Pria ini terlihat seolah-olah sedang menari mempermaikan Denis.‘Hh, bocah ini tidak ada apa-apanya buatku,’ batin Kurt. Semakin lama