Ady hendak menemui seorang pria yang merupakan tamunya, ia datang jauh-jauh dari luar negeri khusus untuk bertemu dengan Ady.
Ady yang dulu dihancurkan Tira hanyalah sampah, tapi sekarang dalam waktu beberapa tahun saja Ady sudah memiliki kekuasaan yang luar biasa.
Ady menghampiri pria itu, “Selamat datang, Tuan James!” sapa Ady, sambil bersalaman dengan tamunya yang bernama James.
Ady mempersilakan James untuk duduk, di dalam ruangan tersebut tidak hanya mereka berdua.
Ada Tretan juga yang merupakan orang kepercayaan Ady, karena Tretan akan bekerja sama dengan James dalam sebuah tugas yang penting.
“Jadi, Tuan Ady. Apa yang harus aku dan anak buahku lakukan?” tanya James, pada Ady.
Tampilan James mengenakan setelan jas hitam dengan rambut cokelat dan sebuah cerutu di mulutnya, benar-benar terlihat seperti Bos Mafia pada umumnya.
Begitupula dengan Ady yang tampilannya tidak jauh berbeda dengan James, “Aku
Yoga sejak tadi memandangi Gita dari sofa tempat ia berada, Gita yang sedang tidur sambil memeluk guling terlihat sangat seksi bagi Yoga.Terlebih lagi pakaian yang Gita kenakan hanya sebuah tanktop dan hotpants berbahan babyterry berwarna merah muda.Hal tersebut semakin membuat tubuh Gita terlihat seksi di mata Yoga, bahkan Yoga sedang berdoa jika dirinya jangan sampai khilaf karena pemandangan yang ada di depan matanya.Yoga menghela napas kasar, “Kayanya aku ini emang udah kelamaan jomblo,” gumam Yoga, sambil bangkit dari sofa dan menuju ke dapur untuk mengambil minum.Namun saat itu Yoga malah berhenti di depan pintu kamar Gita, Yoga memandangi Gita dari luar kamar.Entah berapa kali Yoga terlihat mengagumi Gita, tapi yang jelas diantara mereka berdua tidak ada yang mau mengaku satu sama lain.“Huhh!” Yoga kembali menghela napas kasar dan melanjutkan niatnya untuk mengambil minum.Setelah minum dan merasa
Gita terkesiap, “Wah, gawat!” gumam Gita, sambil menoleh ke arah orang yang mengaku mengenal Ayas.Seketika orang itu langsung dikerubungi oleh staff lainnya yang tentu saja ingin tahu identitas Ayas, karena Gita yakin kalau Ayas juga tidak ingin ada orang yang tahu.Maka, Gita juga ikut menghampiri orang tersebut berharap bisa ikut membantu.Karena Gita memang termasuk staff senior, jadi apa yang dikatakan Gita pasti akan berpengaruh.“Jadi gimana, kamu tau siapa dia?” tanya salah seorang staff.Orang yang mengaku tahu siapa Ayas terlihat sedang berpikir, “Aku tuh pernah liat dia, aku yakin banget kalo dia itu dulu kerja di sini!” jawab orang itu, merapatkan bibir. Ia sedang mencoba mengingat-ingat siapa Ayas.Gita mengerti kalau sebenarnya orang itu tidak yakin benar-benar mengenal Ayas, jadi saat ini Gita memilih untuk diam dan menyaksikannya saja.“Ayo dong, masa kamu lupa!”&
Yoga yang sadar kalau Mamahnya sudah mengakhiri panggilan tersebut, terlihat kecewa menghela napas kasar.Yoga benar-benar malas pulang ke Solo karena harus bertemu dengan wanita lain, “Mamah ini ada-ada aja, masa dia gak percaya?” gumam Yoga.Yoga awalnya berniat untuk pergi ke kantor Gita, tapi rencana Yoga berubah karena Mamahnya mengatakan hal seperti itu.“Pak, kita ke bandara!” ucap Yoga, pada sopir.Tidak lama kemudian Yoga sudah sampai di bandara, sebelumnya ia sudah membeli tiket secara online.***Sementara itu saat ini Gita yang sedang berada di kantor tidak tahu kalau Yoga benar-benar akan kembali ke Solo, ‘Dia sudah pulang atau belum, ya?’ pikir Gita, sambil melamun dan menopang dagunya dengan tangan.Tiba-tiba teman Gita menghampiri, “Git, beneran kamu mau nikah?” tanyanya.“Iya, emang kenapa?” jawab Gita, menaikkan alis.“Ya enggak, cuma nan
“Kamu jangan diem gitu aja dong!” tegur Mamah Yoga, pada Yoga.Sejak tadi Yoga hanya memperhatikan wanita cantik itu, tentu saja wanita cantik itu merasa sangat percaya diri.Bagaimana tidak seperti itu, karena pakaian yang dipakai oleh wanita itu sangat minim.Yaitu berupa sebuah dress tanpa lengan berwarna putih dengan belahan dada rendah serta bagian punggung terbuka, sementara itu bagian bawah dress tersebut juga sangat pendek dan langsung memperlihatkan paha mulus wanita tersebut.“Ayo Jeng, silakan duduk! Masa daritadi berdiri aja?” ucap Mamah Yoga, pada Ibu wanita cantik itu.Ibu wanita cantik itu pun menyadari kalau Yoga sudah memperhatikan Putrinya sejak tadi, tentu saja hal tersebut membuatnya seolah satu langkah lebih dekat untuk menjodohkan Yoga dengan Putrinya.Setelah mereka duduk, mereka pun saling berkenalan satu sama lain.Ternyata wanita cantik itu bernama Sheila dan Ibunya bernama Dewi,
“Kamu ini ngawur aja!” ketus Yoga, menanggapi Sheila.Melihat sikap Yoga yang seperti itu membuat Sheila sama sekali tidak merasa risih, bahkan Sheila terlihat datar seolah hal tersebut bukanlah sesuatu yang berlebihan.“Kenapa kamu belum nikah sampai sekarang?” tanya Sheila, pada Yoga.Yoga tertunduk sambil menggaruk kepalanya sendiri, “Entah, aku hanya males aja nyari pasangan. Sekalinya nemu pasangan yang cocok dan pendekatan selama beberapa tahun, eh dia malah nikah sama orang lain. Sial bener, nasib! Nasib!” jawab Yoga.“Eh, kok malah curhat. Hehehe!” lanjut Yoga, terkekeh.“Begitu ya, kasian juga kamu!” balas Sheila, sedikit iba pada Yoga.Yoga menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya, “Kalau kamu sendiri gimana?” Giliran Yoga bertanya.“Eum ... aku males, semua laki-laki itu sama aja!” jawab Sheila, datar. Karena sepertinya Sheila memilik
Sheila berdiri di hadapan Yoga dengan tubuh nyaris polos, dan Yoga masih bertanya Sheila mau apa. “Kamu serius gak tau?” tanya Sheila.Glek!Yoga menelan saliva tepat di hadapan Sheila, “Bu-bukannya begitu, tapi kan—“ jawab Yoga, kikuk. Saat itu belum sempat Yoga selesai berbicara, Sheila melepaskan dua buah gel yang menutupi kedua bukit kembarnya.Sontak saja dua pucuk kecil berwarna merah muda mencuat di depan mata Yoga, “Tu-tunggu dulu!” pekik Yoga.Saat itu Sheila berdiri di hadapan Yoga, sambil meremas dan memilin pucuk bukit kembarnya sendiri.“Ehmph!” desis Sheila, sambil menggigit bibir bawahnya.Tangan Sheila dengan sendirinya bergerilya meraba tubuhnya sendiri, mulai dari atas hingga ke bagian bawah yang paling sensitif.Glek!Lagi-lagi Yoga menelan saliva, matanya terbelalak memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan oleh Sheila.“Sepertinya yang ada
Sheila yang sedang menunduk hendak melepaskan celana dalamnya langsung tercekat, “Kamu ini kok, aneh?” Sheila terheran-heran dengan Yoga.“Jangan! Jangan dibuka!” ucap Yoga lagi.Padahal celana dalam Sheila sudah hampir terbuka seluruhnya, dan Yoga pun sebenarnya sempat melihat area sensitif Sheila yang mulus tanpa ada sehelai rambut halus menutupi.Sontak Sheila pun kembali menaikkan celana dalamnya, ia menatap sinis Yoga dan berpikir kalau Yoga itu tidak normal.“Tolong pakai juga yang atas,” ucap Yoga, meminta Sheila agar kembali mengenakan bra yang terbuat dari gel yg sudah ia lempar ke lantai.Bukannya mendengarkan perkataan Yoga, Sheila malah menggerakkan tubuhnya seolah menantang Yoga untuk segera menggagahinya.“Kamu ini kenapa, sih? Kamu gak normal, ya?” tuduh Sheila.“Enak aja, aku normal!” bantah Yoga.“Terus kenapa kamu begitu?” tanya lagi Sheil
Setelah Sheila selesai berpakaian, ia kembali duduk di samping Yoga. “Maaf ya, tadi itu aku cuma ngetes kamu aja,” ucap Sheila.“Ngetes?” tanya Yoga.“Iya, ngetes. Aku pikir kamu tuh sama aja kayak mantan aku yang brengsek itu, udah semuanya aku kasih. Apa aja yang dia minta aku turutin, dia masih aja selingkuh,” jawab Sheila, lirih.Dari yang Sheila ceritakan membuat Yoga tahu kalau Sheila adalah wanita yang baik, Yoga tidak habis pikir wanita cantik dan baik seperti itu masih dikhianati.“Semoga kamu bahagia,” ucap Sheila, berdiri.“Tunggu!” sahut Yoga.“Ada apa?” tanya Sheila.“Harusnya kamu gak boleh begitu, itu terlalu berlebihan sampe kamu buka baju segala,” jawab Yoga.“Gak apa-apa, aku ini udah gak suci lagi. Lagian tubuh ini hanya segumpal daging, gak ada artinya,” ucap Sheila, datar.Deg!Yoga langsung berdiri