"Apa yang terjadi?" Aaric bertanya pada Shanon yang saat ini mendapatkan berada di rumah sakit."Kenapa kau di sini?" Shanon tampak bingung melihat Aaric ada di rumah sakit."Asistenmu menghubungiku tadi, dia mengatakan bahwa kau mengalami insiden."Shanon menghela napas pelan. "Maafkan asistenku, dia seharusnya tidak menghubungimu. Aku hanya terjatuh ketika hendak mengatur ulang lukisan di dinding.""Di bagian mana kau terluka?""Kakiku terkilir, tapi dokter sudah menanganinya.""Kau seharusnya lebih hati-hati, Shanon.""Maafkan aku. Di masa depan aku akan lebih berhati-hati.""Tidak perlu meminta maaf, kau sudah terluka seperti ini aku seharusnya tidak memarahimu."Shanon tersenyum lembut. "Terima kasih sudah datang ke sini.""Aku adalah satu-satunya kerabat yang kau miliki saat ini, tidak perlu berterima kasih, sudah sepantasnya aku datang ke sini.""Bukankah saat ini seharusnya kau masih makan malam dengan Ellaine beserta keluarga kalian? Apakah kau meninggalk
Seperginya Adeline, Shanon segera meninggalkan restoran. Wanita itu masuk ke dalam mobilnya dengan wajah suram. Ia memukul setir mobilnya dengan marah."Sialan!" geramnya murka. Ia pikir dengan membuat Aaric berpisah dengan Ellaine maka ia bisa memiliki Aaric, tapi sekarang masalah yang jauh lebih besar muncul.Ia bisa membuat Aaric dan Ellaine terus bertengkar, tapi sulit baginya untuk membuat Aaric melawan keinginan ibunya.Aaric mungkin akan jauh lebih memilih ibunya daripada dirinya.Tidak, ia tidak akan pernah menyerah terhadap Aaric. Tidak peduli Adeline merestui ia atau tidak, ia akan tetap menjadikan Aaric sebagai miliknya. Dengan begitu ia akan hidup dengan aman dan nyaman.Wanita itu kembali ke apartemennya. Mengemasi beberapa barang-barang pribadinya lalu kemudian duduk di sofa. Ia meraih ponselnya yang ada di atas meja, lalu kemudian menghubungi Aaric."Aaric, bisakah kita bertemu sebentar? Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu.""Datang saja ke kantorku.""Baik, aku aka
Setelah urusan pekerjaannya selesai itu sudah larut malam, Ellaine kembali ke hotel. Ia disambut oleh Kylian yang mengenakan pakaian santai."Ada apa dengan wajahmu?" Kylian menyadari ada yang tidak beres dengan Ellaine. Wajah wanita itu terlihat pucat. "Kau sakit perut lagi?""Ya.""Apakah sangat sulit untuk makan tepat waktu?""Perutku sakit bukan karena aku telat makan.""Lalu?"Ellaine mendaratkan bokongnya di sofa. "Aku sedang menstruasi. Setiap kali aku menstruasi rasanya akan sangat tidak nyaman. Ketika aku remaja, aku pernah tidak sadarkan diri karena kesakitan."Kylian tidak tahu jika menstruasi akan memiliki efek seperti itu bagi wanita."Aku akan menyiapkan air hangat untukmu, berendam di sana mungkin akan membantumu."Ellaine menganggukan kepalanya.Kylian pergi ke kamar mandi, mengisi bathtub dengan air hangat.Beberapa menit kemudian air hangat sudah siap. Kylian mendekati Ellaine lagi. Pria itu tidak mengatakan apapun lalu meraih tubuh Ellaine dan menggendongnya."Kau m
"Kau di mana? ayo pergi berkuda. Aku sangat bosan," seru Axelion di telepon."Aku sedang berada di London saat ini, jadi aku tidak bisa menemanimu melepas rasa bosan. Hubungi saja yang lain.""Apa yang kau lakukan di London?" Axelion mengerutkan keningnya."Hanya pergi berlibur.""Sendirian?""Sendirian." Kylian tidak mungkin mengatakan bahwa ia bersama Ellaine. Kylian tidak pernah menutupi apapun dari Axelion, tapi untuk masalah Ellaine, wanita itu adalah pengecualian.Ia tahu bahwa Axelion tidak akan pernah membocorkannya pada siapapun, tapi ia sudah berjanji pada Ellaine, jadi ia tidak akan mengkhianati Ellaine."Hidupmu benar-benar membosankan, Kylian. Apa enaknya pergi berlibur sendirian." Axelion tidak habis pikir dengan prinsip hidup Kylian yang membosankan, untung saja keperjakaan Kylian sudah hilang, jika tidak hidup Kylian benar-benar sia-sia."Aku baik-baik saja dengan itu.""Karena aku adalah sahabatmu yang paling baik dan pengertian, aku akan menyusulmu ke London
Ellaine pulang setelah bekerja sampai malam, wanita itu disambut oleh Kylian yang segera menghampirinya ketika mendengar pintu terbuka."Kau belum tidur?" Ellaine melihat jam di tangannya, itu sudah pukul satu pagi."Aku menunggumu.""Ah, begitu." Ellaine melangkah masuk ke dalam. Sejujurnya ia sedikit geli dengan situasinya saat ini, bukankah seharusnya ia yang menunggu Kylian kembali dari bekerja dan bukan sebaliknya?Namun, seperti ini juga cukup baik. Sangat menyenangkan ada yang menunggunya untuk pulang. Selama ini ketika ia kembali ke apartemennya, ia hanya mendapati tempat itu kosong.Di beberapa kesempatan, ia lebih sering menunggu ketika ia berada di apartemen Aaric."Apakah perutmu sudah baik-baik saja?""Ya, sudah sangat baik.""Baguslah kalau begitu.""Apakah kau sudah makan malam?""Ya.""Bagaimana pekerjaanmu hari ini, berjalan dengan baik?"Ellaine yang tadinya melangkah kini berhenti melangkah. Ia memiringkan wajahnya menatap Kylian yang sudah banyak bertanya padanya.
Makanan datang, Ellaine, Kylian dan Krystal menyantap makanan mereka. Sekali lagi Krystal menilai Kylian.Cara makan Kylian terlihat seperti orang-orang dari kelas atas, tapi jika Kylian berasal dari kelas atas kenapa ia tidak pernah melihatnya?Sudahlah, Krystal tidak ingin terlalu banyak berpikir lagi. Nanti ia akan mendapatkan jawabannya dari Ellaine.Makan sore itu berakhir dengan Krystal dan Kylian yang tidak saling bicara satu sama lain."Kalian pergilah lebih dahulu, aku akan menjawab panggilan sebentar." Ellaine mendapatkan panggilan dari kakeknya."Baik." Kylian mengikuti kata-kata Ellaine.Kylian dan Krystal keduanya meninggallkan ruangan pribadi itu."Bagaimana kau dan Ellaine bisa saling mengenal?" Krystal memiringkan wajahnya menatap Kylian. Krystal memiliki tubuh yang tinggi, tapi ia masih harus mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Kylian. Dari arah samping, Krystal bisa mengatakan bahwa dewa Yunani yang sering ia lihat dari lukisan bahkan kalah tampan dari Kylian.K
Pesta ulang tahun ayah Aaric diadakan di sebuah aula hotel bintang enam, pesta itu berlangsung tertutup. Para tamu undangan yang berasal dari kaum elit telah berdatangan.Ellaine yang mendapatkan undangan baru saja tiba di sana. Wanita itu mengenakan gaun berwarna putih yang ditaburi oleh permata yang menonjolkan bentuk tubuhnya yang sempurna.Selera fashion Ellaine sangat baik, apapun yang ia kenakan akan tampak indah dan seolah dibuat hanya untuknya.Ia kini terlihat seperti seorang dewi yang turun ke dunia. Dagunya terangkat percaya diri ketika ia melangkah di atas karpet merah.Keberadaannya akan selalu menarik perhatian orang-orang di sekelilingnya. Entah berapa pasang mata yang kini terjebak pada sosok sempurna Ellaine. Di belakang Ellaine ada Sarah, asisten pribadinya yang membawa hadiah untuk ayah Aaric."Paman, Bibi." Ellaine menyapa orangtua Aaric dengan lembut."Terima kasih sudah hadir, Ellaine." Nathan merasa tenang karena Ellaine bersedia hadir di pestanya. Ia tidak ingn
Di dalam kamar, Shanon telah mengganti pakaiannya. Senyum licik tampak di wajah wanita itu. Ia yakin orangtua Aaric pasti akan kesal pada Ellaine karena telah merusak pesta mereka.Selain itu Aaric juga akan semakin berpikir bahwa Ellaine adalah wanita jahat yang bahkan tidak tahu di mana ia berada untuk membuat sebuah keributan.Ia akan memastikan bahwa Ellaine tidak akan memiliki kesempatan lagi untuk kembali dengan Aaric.Suara ketukan pintu menghentikan senyuman di wajah Shanon. Wanita itu mendekati pintu lalu kemudian membukanya.Di sana berdiri seorang pria yang seumuran dengan ayah Aaric, pria itu adalah Marcus, asisten pribadi Nathan."Nona Shanon, Tuan mengatakan bahwa Anda tidak enak badan sehingga Anda tidak perlu kembali ke pesta dan tetap berada di kamar untuk istirahat." Marcus menyampaikan maksud kedatangannya.Wajah Shanon tiba-tiba membeku. Jadi, apakah sekarang dirinya tidak boleh kembali ke pesta?"Apakah Ellaine masih ada di pesta?""Ya."Kedua tangan Shanon mengep