Saat ini Daniel telah berada dirumahnya ia bersandar di sofa untuk melepaskan kepenatannya. Tidak pernah terpikirkan oleh Daniel, akan menghancurkan sahabatnya sendiri karena ulah adiknya yang teramat dia sayangi dan percaya selama ini. Daniel merasa malu karena telah menuduh Ivander, dia tidak menduga Cheryl telah membohonginya untuk kepentingan pribadinya dan sekarang hubungan baiknya dengan Ivander hancur karena ulah Cheryl. "Kak, aku minta maaf. Aku sudah melakukan kesalahan," Cheryl menghampiri Daniel yang tampak rapuh. Daniel hanya sekilas menoleh pada sang adik, kemudian ia menghela nafas berat. "Kak, tolong jangan mendiamkan aku, kalau kakak ingin marah padaku, marah saja. Pukul aku kak..." "Sudahlah Cheryl, kamu tidak perlu seperti itu. Semuanya sudah terjadi, pergilah aku ingin istirahat," ucap Daniel tanpa ingin memperhatikan wajah Cheryl. Ia benar-benar kecewa pada adiknya. Tampak jelas dari raut wajah Daniel. "Kakak, aku mohon maafkan aku. Aku melakukan itu semua kare
Ivander dan Kiara telah sampai di mansion. Saat ini mereka berkunjung ke kediaman orang tua Ivander. "Bagaimana tadi sidangnya nak? apa semuanya berjalan lancar?" tanya Amora sambil menghampiri putranya. "Semuanya lancar ma. Akhirnya aku bisa membuktikan kalau aku tidak melakukan kesalahan apapun pada Cheryl," jelas Ivander pada sang ibu. "Syukurlah nak, mama senang mendengarnya. Kamu tahu, saat wanita mengaku dia sedang mengandung anak kamu, hati mama hancur banget mendengarnya," lirih Amora pada putranya. Sungguh, Amora tidak bisa mempercayai putranya akan berbuat seperti itu. Seburuk-buruknya kelakuan Ivander diluaran, dia tidak akan menyebarkan benihnya sembarangan. Jauh sebelum Ivander mengenal Kiara, dia memang seorang pemain, tapi Ivander selalu bermain cantik. Setiap kali ia akan berhubungan pasti akan mengenakan pengaman, sehingga setiap wanita yang dikencaninya hanya sebagai partner ranjang saja. Tidak akan ada hubungan lain setelah mereka berpisah. Beda halnya, saat Iv
Hari yang dinantikan telah tiba, Arkhana dan keluarga kecilnya kini sampai di Indonesia. Ivander beserta kedua orang tuanya telah menunggu di bandara untuk menyambut kedatangan Arkhana. Mereka sengaja tidak membawa Kiara, karena kondisi Kiara sedang hamil besar dan tidak memungkinkan untuknya berada di sana. "Arkhana, di sini, " panggil Ivander yang tengah bersama kedua orangtuanya. Arkhana menoleh ke arah sumber suara. "Waw, si tengil. Lama ga ketemu kamu, apa kabarmu. bang?" sapa Arkhana pada saudaranya. Setelah saling menyapa, mereka saling berpelukan satu sama lain."Halo kakak ipar? apa kau tidak ingin menyapaku dan keponakanmu?" sangking bahagianya bertemu setelah lima tahun berpisah, mereka sampai melupakan kalau di sana masih ada dua orang yang harus mereka sapa. Siapa lagi kalau bukan Anastasya dan putranya Daffa."Oh maafkan aku Ana, karena terlalu merindukan bocah tengil ini, aku sampai melupakanmu. Bagaimana mungkin adik iparku yang cantik ini?" goda Ivander pada Ana yan
"Sejak kapan kau menikah? Kenapa tidak memberitahuku?" tanya Arkhana pada Ivander, saat ini mereka sedang duduk di gazebo sambil menikmati keindahan sore hari. "Sudah hampir satu tahun," jawab Ivander sambil memberikan makan ikan yang terdapat di kolam ikan. "Waw, ini benar-benar kejutan. Aku tidak pernah membayangkan kau akan menikah. Seingatku kau tidak pernah menjalin hubungan serius pada wanita manapun. Apa yang membuatmu mau menikahinya?" Arkhana begitu antusias menyelidiki kakaknya. "Kiara sangat berbeda. Aku menyukainya sejak pandangan pertama, dan kau tahu pertemuanku dengannya bermula dari pertengkaran," kenang Ivander kala pertama kali ia bertemu Kiara. "Oh ya? sepertinya kisah cinta kalian menarik juga," Arkhana semakin antusias untuk mendengar kelanjutan kisah Ivander dan Kiara. Selanjutnya Ivander menceritakan tentang pertemuannya dengan Kiara, yang diawali dari pertengkaran kecil karena Kiara mengotori mobilnya dan Ivander dengan sengaja menjebak Kiara, lalu memintan
Usai pembicaraannya dengan Ivander, Arkhana merasa terpanggil untuk membantu sang kakak. Tepat pagi hari, Ivander telah bersiap untuk berangkat ke kantor. Namun, Kiara mendadak merasakan sakit diperutnya. "Mas, perut sakit banget kayaknya udah waktunya aku lahiran," ucap Kiara pada suaminya. "Apa? kamu mau lahiran?" Ivander begitu kaget mendengar ucapan sang istri tapi ia merasa sangat bahagia karena sebentar lagi akan ada tamu kecil dirumahnya nanti. "Sebaiknya Abang antarkan saja kak Nadia ke rumah sakit. Mengenai perusahaanmu, serahkan padaku. Nanti aku akan mengurus semuanya," ucap Arkhana pada sang kakak. Merasa terdesak karena Kiara merasakan sakit yang teramat sangat diperutnya, akhirnya Ivander memilih untuk membawa Kiara ke rumah sakit. Sementara itu, Arkhana langsung menggantikan Ivander untuk ke perusahaan. Arkhana sengaja datang ke kantor Ivander untuk menggantikan sang kakak. Arkhana berniat untuk memberikan bantuan pada Ivander. Arkhana tahu persis watak kakaknya
Ditengah-tengah kecemasan Ivander, tiba-tiba Arkhana beserta seluruh keluarga menghampiri Ivander."Bagaimana dengan keadaan Kiara?" tanya Amora yang begitu mengkhawatirkan menantunya."Kiara sedang di ruang persalinan. Sepertinya bayinya akan segera lahir," jelas Ivander pada sang ibu."Momy sudah ga sabar untuk menimang cucu Momy," ujar Amora merasa begitu bahagia membayangkan kelahiran cucunya."Sabar mom, setelah ini kita akan mendapatkan kabar dari dokter," bujuk Arkhana pada sang ibu. Antonio tersenyum sambil merangkul sang istri.Tidak berapa lama kemudian, dokter keluar dari ruang persalinan."Dokter, bagaimana keadaan istri saya?" Ivander langsung menemui dokter dengan wajah penuh harap."Selamat pak Ivander, istri anda telah berhasil melahirkan dengan selamat. Anak anda perempuan," jelas dokter itu padanya."Wah, cucu kita perempuan dad," ucap Amora penuh kebahagiaan. Kedua pasangan paruh baya itu berpelukan penuh kebahagiaan. Berita kelahiran cucunya membuat kedua orang itu
Gery telah sampai di ruangan Daniel, ia mengetuk pintu ruangan itu. Daniel yang yang tadinya sedang menatap foto kenangan sewaktu kuliah, menoleh ke arah Gery. "Pak Gery, ada apa anda di sini?" tanya Daniel yang merasa sedikit terperanjat atas kedatangan Gery. tidak biasanya lelaki itu datang menemuinya, selama ini yang selalu berurusan dengannya hanyalah Ivander tapi kenapa tiba-tiba Gery yang datang menemuinya? "Maaf jika kedatangan saya sedikit mengejutkan anda. Saya di sini sebagai perwakilan dari Rivandra Coorp, ingin memutuskan kerja sama perusahaan kita," tegas Gery pada Daniel. Sontak saja ucapan Gery membuat Daniel terkejut. Ia sudah menduga kalau hal itu pasti terjadi. setelah semua kesalahan yang diperbuatnya pada Ivander, jelas saja Ivander akan memutuskan kerja sama antara perusahaan mereka, dan hal ini pula yang akan membuat petaka untuk perusahaannya. "Kenapa begitu tiba-tiba sekali? bukankah sebelumnya pak Ivander masih belum mengambil keputusan apapun?" tanya Danie
POV ARKHANA Malam itu seorang anak kecil tengah menangis tersedu-sedu. "Hai nak, mengapa kamu sendirian di sini?" tanya seorang pria dewasa yang menghampiri anak kecil itu. Anak itu tidak menjawab dan ia tampak ketakutan. "Nak, katakan siapa namamu dan dimana kau tinggal?" lelaki itu kembali bertanya. Ia merasa iba pada sosok kecil dihadapannya. Anak dengan pakaian lusuh, wajah sedikit lebam dan air mata yang tak henti-hentinya mengalir dari sudut matanya. Entah apa yang terjadi pada anak itu, sepertinya ia baru saja mendapatkan perlakuan kasar yang menyebabkan trauma dalam dirinya. "Ja ... jangan bawa aku pulang. Aku tidak mau pulang," ucap anak itu sambil ketakutan. "Nak, katakan padaku apa yang terjadi pada dirimu?" pria itu mencoba mendekatinya tapi anak itu malah menghindarinya. "Jangan takut, aku bukan orang jahat. Jika kau mempercayaiku kau bisa mengatakan semua yang kau rasakan padaku," bujuk pria itu dengan penuh kesabaran. Anak kecil itu menyentuh ujung kukunya, ia m
Seorang wanita tengah duduk di sofa kesayangannya, ia masih kesal dengan apa yang terjadi di pesta tadi.'Gue akan buat perhitungan sama cewek sialan itu, gue pasti akan menyingkirkan cewek rendahan seperti itu!' gerutu gadis itu dalam hatinya.Bergegas ia mengambil ponsel dan menghubungi seseorang."Halo Robert, aku punya tugas untukmu!" titah wanita itu pada seorang pria di seberang sana."Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda, Bos?""Aku akan mengirimkanmu foto seorang wanita dan kau harus membawa wanita itu ke tempat yang aku tentukan. Jangan sampai kau dan teman-temanmu gagal mendapatkannya!" titahnya lagi pada orang yang bernama Robert itu."Baiklah, Nona. Aku akan segera menyuruh anak buahku untuk menangkap wanita itu!"Selanjutnya, pembicaraan diantara mereka berakhir dan tidak berapa lama kemudian, bunyi notifikasi masuk terdengar. Robert segera membuka layar ponselnya dan terlihat dengan jelas wajah Sheila di sana. Lelaki itu segera memanggil para anak buahnya."Hei, kalian!
'Sial, kenapa juga si Daniel pake acara membela dia di hadapan semua orang? gue jadi malu gara-gara tu cewe,' kesal Vania sambil mengepalkan tangannya. Ia tidak terima dengan sikap Daniel yang membentaknya dihadapan orang ramai."Gimana rasanya hmm? Lo pikir kakak gue mau sama orang kayak Lo? Asal Lo tahu, cewek yang baru saja Lo coba permalukan tadi itu adalah calon kakak ipar gue. So... ga usah cari masalah sama dia!" sekonyong-konyong Cheryl datang memberikan peringatan pada Vania."Lo siapa hah?" tanya Vania sambil menatap tak suka pada Cheryl."Gue adiknya Daniel!" bentak Cheryl pada gadis itu hingga membuatnya terdiam. Semua orang memperhatikan Vania karena keributan kecil yang ia perbuat barusan.Merasa kesal Vania menghentakkan kakinya kemudian melangkah keluar dari acara itu. Ia merasa malu karena sikap Cheryl padanya."Waw, untuk pertama kalinya ku lihat kau berbuat baik," ucap seorang pria sambil bertepuk tangan. Sontak saja hal itu membuat Cheryl menoleh ke arah sumber sua
Daniel membawa Sheila ke tengah-tengah pesta yang begitu mewah dan megah, Sheila merasa sedikit canggung dan gugup saat mengikuti pesta."Sheila, ayo sini. Kenapa kamu malah bengong seperti itu?" panggil Daniel pada karyawannya itu."Pak, apa saya ga salah tempat? saya merasa tidak pantas di acara ini," ucap Sheila merasa gugup berada dikeramaian."Acara ini dibolehkan untuk siapa saja. Termasuk kamu Sheila. Saya sengaja mengajak kamu ke sini untuk mengenalkan kamu pada relasi bisnis saya. Supaya mereka tahu, ada karyawan saya yang bisa saya andalkan dalam proyek saya nanti," jelas Daniel pada Sheila.Daniel sangat mengerti, sebagai orang baru Sheila pasti merasa gugup bertemu dengan para tamu yang elegan dan super mewah, tapi Daniel selalu memberikan semangat pada Sheila untuk mempercayakan dirinya akan tetap menjaga Sheila di acara itu."Tapi pak...""Sudah, jangan membantah. Ikuti saja perkataan saya," tegas Daniel yang tidak ingin mendengar alasan dari Sheila lagi.Acara syukuran
Hari pertama bekerja, Sheila begitu bersemangat. Ia datang lebih awal dan telah mempersiapkan semuanya."Sheila, kamu sudah datang?" sapa Daniel pada gadis muda yang berada di ruang kerjanya."Ah iya pak, kebetulan saya tidak banyak kegiatan di rumah. Jadinya saya berinisiatif untuk datang lebih awal," jawab Sheila dengan santainya."Oh baiklah. Bagaimana keadaan ibumu, bukankah kemarin kamu bilang ibumu harus dirawat di rumah sakit?" tanya Daniel kembali. Ia masih ingat ketika beberapa hari yang lalu Sheila pernah mengatakan kalau ia butuh biaya untuk pengobatan ibunya."Ibu saya, sudah lebih baik pak. Kemarin selesai mendapatkan kabar kalau saya akan bekerja di sini dan berada lebih dekat dengan beliau, keadaannya menjadi lebih baik dari sebelumnya," tukas wanita muda itu pada atasannya."Syukurlah, senang mendengar keadaan ibumu baik-baik saja," ujar Daniel padanya."Terimakasih pak. Saya juga mau berterimakasih karena anda telah bersedia mengizinkan saya bekerja di perusahaan anda
Daniel baru saja tiba di depan perusahaannya dan memarkirkan mobilnya. Ia bergegas menuju ke ruangannya. Di sana telah hadir Sheila yang duduk di sofa tamu bersama sang asisten. "Apa aku terlambat?" tanya Daniel pada Yudistira sambil melirik ke arah Sheila dan menyapanya dengan senyuman. Gadis itu juga membalas tersenyum padanya. "Sedikit bos, pihak investor hampir saja membatalkan kerja sama karena anda belum datang juga sedari tadi," jelas Yudistira kembali. Daniel hanya menghela nafas berat sambil menggaruk alisnya yang tidak gatal. Daniel tahu ini memang sebuah kesalahan yang hampir saja menggagalkan proyek besarnya. "Maafkan saya tuan-tuan, karena kecerobohan saya pekerjaan anda jadi terganggu," sesal Sheila yang di sambut dengan tangan yang terangkat dari Daniel memberi kode untuk Sheila tidak memberikan tanggapan. "Ini masih belum terlambat, aku masih bisa ikut dalam pertemuan itu, dan nona terimakasih sudah bersedia datang ke sini. Ini ponselmu," ujar Daniel sambil memberik
Gery yang didesak oleh Ivander, akhirnya mengantarkan Ivander ke tempat orang yang dimaksud. Dalam perjalanan, tidak begitu banyak pembicaraan di antara keduanya, hanya Gery merasa sedikit gugup. Sesekali ia menoleh pada Ivander yang tampak tenang didekatnya. "Ada apa Ger, kok lo kayaknya mencemaskan sesuatu?" tanya Ivander heran memperhatikan sikap sahabatnya. "Ah, tidak. Gue ga kenapa-napa," jawab Gery mencoba tenang. "Gery, kok kayaknya gue tahu ni jalan yang kita lewati?" Ivander semakin mengetahui arah tujuan mereka saat ini. "Tenang Van, sebentar lagi Lo bakalan tahu siapa penolong perusahaan kita, dan gue yakin Lo bakal kaget kalau udah ketemu orang itu," pungkas Gery sambil mengarahkan mobilnya ke suatu parkiran yang terletak tak jauh dari halaman depan kantor yang mereka tuju. Ivander semakin yakin, sepertinya ia tahu kantor siapa yang sedang dituju Gery, tapi untuk menghilangkan rasa penasarannya ia tetap mengikuti arahan Gery. Betapa terkejutnya Ivander saat ia sampai
Sementara itu, di tempat berbeda seorang gadis baru saja turun dari taxi online yang ia tumpangi. Baru saja melangkahkan kakinya turun dari taxi yang dia tumpangi, tiba-tiba saja ponselnya berdering."Halo," sapanya pada lelaki di telpon."Bos, sebentar lagi meeting akan segera dimulai. Anda dimana?" "Apa? aku bukan bosmu. Maaf anda salah orang," ucap gadis itu terburu-buru dan ia segera mematikan ponselnya."Halo bos, bos... " panggilan itu ternyata sudah tidak lagi tersambung.Menyebalkan sekali, aku baru saja pulang untuk menemui ibu tapi mengapa di telpon tentang perusahaan? gerutu gadis itu sambil menggeret kopernya.Ya, gadis itu adalah Shela. Ia baru saja menyelesaikan kuliahnya di Australia dan ia sengaja kembali ke Indonesia untuk menemui sang ibu, sembari mencari pekerjaan. Shela, sengaja pulang untuk merawat sang ibu sang ibu yang sudah mulai sakit-sakitan.Padahal di Australia, ia sudah mendapatkan rekomendasi dari kampusnya untuk bekerja di perusahaan bonafit, tapi Shela
Seperti biasa pada pagi hari, Daniel berjibaku dengan pekerjaannya. Sampai pada sore harinya, ia mendapatkan pesan singkat dari sang ayah untuk menjemputnya di bandara. "Kak, mau kemana tumben kakak cepat berangkat pulang kerjanya?" tanya Cheryl yang melihat kakaknya terburu-buru. "Aku mau menjemput papa, kemarin papa bilang mau balik ke Indonesia. Kamu mau ikut?" tawar Daniel pada sang adik. "Iya kak, aku ikut. Aku kangen sama mama dan papa," tukas Cheryl pada kakaknya. "Ya sudah, kalau begitu kita berangkat sekarang. Aku tunggu di parkiran," ucap Daniel yang telah bersiap-siap. Selanjutnya Cheryl merapikan ruang kerjanya dan ikut bersamanya untuk ke bandara. Jarak dari kantor Daniel ke bandara tidak terlalu jauh, tidak butuh waktu lama Daniel dan adiknya telah sampai di bandara. Mata Daniel mengitari seluruh bandara menyisiri setiap sudut bandara, hingga akhirnya ia menemukan sosok ayah dan ibunya yang sedang menanti kedatangannya sambil melambaikan tangan padanya. "Kak itu mam
"Cheryl!" teriak Gery pada Cheryl sehingga gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh padanya. "Aku mencintaimu, jika kau mau berubah aku pastikan aku tidak akan menyia-nyiakanmu," setelah lama memendam perasaannya, Gery mengungkapkannya kembali. Bukannya menjawab Cheryl hanya berlalu begitu saja dari hadapan Gery. Cheryl mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam hatinya, tapi ia mengabaikan perasaannya itu. "Cheryl!" teriak Gery pada Cheryl sehingga gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh padanya. "Aku mencintaimu, jika kau mau berubah aku pastikan aku tidak akan menyia-nyiakanmu," setelah lama memendam perasaannya, Gery mengungkapkannya kembali. Bukannya menjawab Cheryl hanya berlalu begitu saja dari hadapan Gery. Cheryl mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam hatinya, tapi ia mengabaikan perasaannya itu. Di tempat berbeda, Kiara baru saja sampai di rumah. Kiara menggendong bayi mungilnya, sementara Ivander membawakan barang-barangnya. "Akhirnya kita samp