Ditengah-tengah kecemasan Ivander, tiba-tiba Arkhana beserta seluruh keluarga menghampiri Ivander."Bagaimana dengan keadaan Kiara?" tanya Amora yang begitu mengkhawatirkan menantunya."Kiara sedang di ruang persalinan. Sepertinya bayinya akan segera lahir," jelas Ivander pada sang ibu."Momy sudah ga sabar untuk menimang cucu Momy," ujar Amora merasa begitu bahagia membayangkan kelahiran cucunya."Sabar mom, setelah ini kita akan mendapatkan kabar dari dokter," bujuk Arkhana pada sang ibu. Antonio tersenyum sambil merangkul sang istri.Tidak berapa lama kemudian, dokter keluar dari ruang persalinan."Dokter, bagaimana keadaan istri saya?" Ivander langsung menemui dokter dengan wajah penuh harap."Selamat pak Ivander, istri anda telah berhasil melahirkan dengan selamat. Anak anda perempuan," jelas dokter itu padanya."Wah, cucu kita perempuan dad," ucap Amora penuh kebahagiaan. Kedua pasangan paruh baya itu berpelukan penuh kebahagiaan. Berita kelahiran cucunya membuat kedua orang itu
Gery telah sampai di ruangan Daniel, ia mengetuk pintu ruangan itu. Daniel yang yang tadinya sedang menatap foto kenangan sewaktu kuliah, menoleh ke arah Gery. "Pak Gery, ada apa anda di sini?" tanya Daniel yang merasa sedikit terperanjat atas kedatangan Gery. tidak biasanya lelaki itu datang menemuinya, selama ini yang selalu berurusan dengannya hanyalah Ivander tapi kenapa tiba-tiba Gery yang datang menemuinya? "Maaf jika kedatangan saya sedikit mengejutkan anda. Saya di sini sebagai perwakilan dari Rivandra Coorp, ingin memutuskan kerja sama perusahaan kita," tegas Gery pada Daniel. Sontak saja ucapan Gery membuat Daniel terkejut. Ia sudah menduga kalau hal itu pasti terjadi. setelah semua kesalahan yang diperbuatnya pada Ivander, jelas saja Ivander akan memutuskan kerja sama antara perusahaan mereka, dan hal ini pula yang akan membuat petaka untuk perusahaannya. "Kenapa begitu tiba-tiba sekali? bukankah sebelumnya pak Ivander masih belum mengambil keputusan apapun?" tanya Danie
POV ARKHANA Malam itu seorang anak kecil tengah menangis tersedu-sedu. "Hai nak, mengapa kamu sendirian di sini?" tanya seorang pria dewasa yang menghampiri anak kecil itu. Anak itu tidak menjawab dan ia tampak ketakutan. "Nak, katakan siapa namamu dan dimana kau tinggal?" lelaki itu kembali bertanya. Ia merasa iba pada sosok kecil dihadapannya. Anak dengan pakaian lusuh, wajah sedikit lebam dan air mata yang tak henti-hentinya mengalir dari sudut matanya. Entah apa yang terjadi pada anak itu, sepertinya ia baru saja mendapatkan perlakuan kasar yang menyebabkan trauma dalam dirinya. "Ja ... jangan bawa aku pulang. Aku tidak mau pulang," ucap anak itu sambil ketakutan. "Nak, katakan padaku apa yang terjadi pada dirimu?" pria itu mencoba mendekatinya tapi anak itu malah menghindarinya. "Jangan takut, aku bukan orang jahat. Jika kau mempercayaiku kau bisa mengatakan semua yang kau rasakan padaku," bujuk pria itu dengan penuh kesabaran. Anak kecil itu menyentuh ujung kukunya, ia m
Semenjak Arkhana kecil berada di mansion milik Antonio, ia diperlakukan dengan sangat baik. Arkhana di berikan fasilitas sekolah, sandang, pangan dan papan, disanalah bocah kecil itu diperlakukan dengan sangat baik. "Hei, kau siapa? mengapa kau ada di rumahku," seorang bocah kecil yang seumuran dengan Arkhana menatap dengan tatapan aneh. "A... aku ..." Arkhana yang tadinya ingin mengambil mainan dan ingin memainkan mainan yang ia sukai itu, seketika urung menyentuh mainannya. "Ivander, kau sudah bangun nak? kenalkan ini Arkhana, Dady mengajaknya tinggal di rumah kita. Apa kau suka nak?" tanya Antonio pada putra kecilnya. "Teman? memangnya ayah bertemu dengannya dimana?" Ivander kecil menatap pada Arkhana dengan tatapan heran. Ia tidak pernah mengenal anak itu sebelumnya. "Begini nak, Arkhana datang dari tempat yang jauh. Dia tersesat dan Dady mencoba untuk membantunya. Makanya Dady sengaja membawanya datang ke rumah kita supaya dia bisa merasa nyaman dan mendapatkan perlindungan.
Sebenarnya, Gery masih kesal dengan Cheryl tapi ia juga mengkhawatirkan gadis itu. "Ayo aku antar kamu pulang," ucap Gery dengan nada datar pada Cheryl. Gadis itu hanya diam, ia merasa bingung antara harus mengikuti Gery atau tidak. "Kenapa diam saja? Kau mau ku antar pulang tidak?" tanya Gery kembali. Tanpa bertanya Cheryl langsung mengikuti langkah kaki Gery. Gery melangkahkan kakinya ke parkiran tanpa menoleh pada Cheryl, ia sengaja tidak melakukan percakapan dengan Cheryl. Niatnya sebenarnya ingin minum kopi tapi melihat kejadian yang baru saja menimpa Cheryl, ada sedikit rasa iba padanya, tapi tetap saja Gery masih merasa kesal karena ulah Cheryl yang berdampak besar pada perusahaan Ivander. Saat di dalam mobil tidak ada percakapan antara Gery dan Cheryl tapi suasana hening di dalam mobil membuat Cheryl menjadi canggung. "Terimakasih," Tiba-tiba saja Cheryl membuka suara. "Untuk apa?" tanya Gery dingin padanya. "Karena kau sudah mau mengantarkanku pulang," ucap Cheryl padan
"Cheryl!" teriak Gery pada Cheryl sehingga gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh padanya. "Aku mencintaimu, jika kau mau berubah aku pastikan aku tidak akan menyia-nyiakanmu," setelah lama memendam perasaannya, Gery mengungkapkannya kembali. Bukannya menjawab Cheryl hanya berlalu begitu saja dari hadapan Gery. Cheryl mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam hatinya, tapi ia mengabaikan perasaannya itu. "Cheryl!" teriak Gery pada Cheryl sehingga gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh padanya. "Aku mencintaimu, jika kau mau berubah aku pastikan aku tidak akan menyia-nyiakanmu," setelah lama memendam perasaannya, Gery mengungkapkannya kembali. Bukannya menjawab Cheryl hanya berlalu begitu saja dari hadapan Gery. Cheryl mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam hatinya, tapi ia mengabaikan perasaannya itu. Di tempat berbeda, Kiara baru saja sampai di rumah. Kiara menggendong bayi mungilnya, sementara Ivander membawakan barang-barangnya. "Akhirnya kita samp
Seperti biasa pada pagi hari, Daniel berjibaku dengan pekerjaannya. Sampai pada sore harinya, ia mendapatkan pesan singkat dari sang ayah untuk menjemputnya di bandara. "Kak, mau kemana tumben kakak cepat berangkat pulang kerjanya?" tanya Cheryl yang melihat kakaknya terburu-buru. "Aku mau menjemput papa, kemarin papa bilang mau balik ke Indonesia. Kamu mau ikut?" tawar Daniel pada sang adik. "Iya kak, aku ikut. Aku kangen sama mama dan papa," tukas Cheryl pada kakaknya. "Ya sudah, kalau begitu kita berangkat sekarang. Aku tunggu di parkiran," ucap Daniel yang telah bersiap-siap. Selanjutnya Cheryl merapikan ruang kerjanya dan ikut bersamanya untuk ke bandara. Jarak dari kantor Daniel ke bandara tidak terlalu jauh, tidak butuh waktu lama Daniel dan adiknya telah sampai di bandara. Mata Daniel mengitari seluruh bandara menyisiri setiap sudut bandara, hingga akhirnya ia menemukan sosok ayah dan ibunya yang sedang menanti kedatangannya sambil melambaikan tangan padanya. "Kak itu mam
Sementara itu, di tempat berbeda seorang gadis baru saja turun dari taxi online yang ia tumpangi. Baru saja melangkahkan kakinya turun dari taxi yang dia tumpangi, tiba-tiba saja ponselnya berdering."Halo," sapanya pada lelaki di telpon."Bos, sebentar lagi meeting akan segera dimulai. Anda dimana?" "Apa? aku bukan bosmu. Maaf anda salah orang," ucap gadis itu terburu-buru dan ia segera mematikan ponselnya."Halo bos, bos... " panggilan itu ternyata sudah tidak lagi tersambung.Menyebalkan sekali, aku baru saja pulang untuk menemui ibu tapi mengapa di telpon tentang perusahaan? gerutu gadis itu sambil menggeret kopernya.Ya, gadis itu adalah Shela. Ia baru saja menyelesaikan kuliahnya di Australia dan ia sengaja kembali ke Indonesia untuk menemui sang ibu, sembari mencari pekerjaan. Shela, sengaja pulang untuk merawat sang ibu sang ibu yang sudah mulai sakit-sakitan.Padahal di Australia, ia sudah mendapatkan rekomendasi dari kampusnya untuk bekerja di perusahaan bonafit, tapi Shela