"Eh, ini...."
Sepasang mata Kiara membelalak saat melihat mobil hitam metallic mewah di area parkir gedung. Ia berniat untuk segera pulang ke kontrakan sebelum kemudian melihat mobil yang membuat bajunya kotor di hadapan.
"Ck. Gara-gara mobil sialan ini wawancaraku tidak maksimal," gerutu Kiara. Tiba-tiba sebuah ide cemerlang terlintas di kepalanya, membuatnya menjentikkan jari. "Ah, ide bagus!"
Setelah memastikan tidak ada saksi mata di sekitar, gadis itu mulai melancarkan aksinya. Diambilnya lumpur di area parkir, kemudian ia oleskan ke mobil itu hingga nyaris tidak ada celah yang terlihat bersih.
"Sempurna, akhirnya tugasku selesai. Rasakan kau orang angkuh. Bukannya meminta maaf setelah berbuat salah malah pergi begitu saja," Kiara tersenyum penuh kepuasan, setelah mengotori mobil itu. Kemudian dia membersihkan tangannya dari lumpur, kenudian kembali pulang dan tanpa dia sadari aksinya terlihat di CCTV.
Tidak berapa lama setelah Kiara pergi dari sana, sang pemilik mobilpun datang dan betapa terkejutnya dia ketika melihat mobilnya begitu kotor.
"SIALAN SIAPA YANG BERANI MENGOTORI MOBILKU!" Teriak lelaki itu sehingga semua orang yang berada diparkiran memperhatikannya.
Selama ini tidak ada yang berani untuk mengusiknya apalagi sampai mengotori mobilnya seperti ini. Para karyawan yang berada disana saling bertanya-tanya siapa yang berani melakukan hal seperti itu pada seorang CEO dingin dan galak seperti Ivander.
Irvanda memperhatikan sekelilingnya, para karyawan tahu pria itu akan murka hal itu dapat dilihat dari wajahnya yang mulai memerah dan rahangnya mengeras. Sorot matanya begitu tajam seakan ingin menghabisi siapapun yang menatapnya. Para karyawan tidak berani menatapnya hanya bisa menundukkan kepala meskipun sekarang jam pulang, mereka tidak berani beranjak begitu saja karena mereka tidak ingin sang CEO bertambah marah.
"Security!" Teriaknya dengan lantang. Security yang mengantuk dipos jaga langsung tersentak kaget dan segera menghampirinya.
"Kamu ini bagaimana sich? Lihat mobil saya saya jadi kotor begini! Siapa yang berani melakukan ini pada mobilku?" Geramnya Pada security yang terlihat seperti orang baru bangun tidur.
"Maaf tuan, saya ketiduran dan saya tidak lihat siapapun disini tadi," ucapnya Jujur pada lelaki itu.
"Kau ini! Aku mempekerjakanmu untuk berjaga-jaga disini. Bukan untuk tidur! Mau aku potong gajimu?" ancamnya pada security itu sehingga membuat sang security menciut.
"Maafkan saya tuan. Saya mohon jangan potong gaji saya," ucapnya dengan nada memelas.
"Cepat lacak CCTV dan temukan siapa pelakunya!" titahnya dengan nada meninggi kemudian Irvanda meminta office boy untuk membersihkan mobilnya, Irvanda tidak mau pulang dengan mobil kotor, pastinya itu membuat dia tak nyaman dan setelah mobil itu selesai dibersihkan dia kembali pulang.
"Awas saja nanti aku akan memberikan pelajaran pada orang yang telah mengotori mobilku!! Gerutunya sambil menyalakan mesin mobil kemudian pergi dari kantornya.
***
Keesokan harinya, seperti yang telah dikatakan oleh Zascy perusahaan tempat Kiara bekerja akan mengadakan pertemuan. Tepat jam tujuh pagi Kiara telah sampai di kantornya dan mempersiapkan segala kebutuhan sang CEO, yaitu file-file rapat, laptop, infocus, dan segala keperluan untuk meeting telah dipersiapkan gadis muda itu. Dia sungguh-sungguh menikmati pekerjaannya.
Jam delapan pagi para karyawan telah berkumpul karena memang jam masuk kerja adalah jam delapan pagi. Begitu juga dengan Irvanda, pria muda itu baru saja masuk ke dalam kantor megah itu dengan stelan jas hitam dan celana panjang hitam. Ditambah dengan kaca mata hitam yang bertengger dihidungnya membuat aura ketampanannya muncul didalam dirinya.
Tidak bisa dipungkiri para karyawan begitu menghormati dirinya. Baru saja dia melangkahkan kakinya di kantor, semua karyawan menyapanya dengan sangat ramah sembari membungkukkan kepala mereka. Ivander memberikan senyum tipisnya untuk membalas sapaan mereka. Bagaimana tidak terpesona, wajahnya yang begitu rupawan membuat para karyawannya begitu mengaguminya tak luput karyawatinya, begitu melihatnya mata mereka tidak akan berkedip sedikitpun dan menampilkan wajah memuja padanya. Sungguh pria yang luar biasa.
"Hei kamu, ya kamu anak baru," tunjuknya pada Kiara sambil membuka kaca matanya. Gadis itu terlihat biasa saja saat menyambutnya. Kiara hanya menyapanya dengan senyum kecil, dia tidak begitu pandai untuk menggoda seperti teman-temannya.
"Ya pak, ada yang bisa saya bantu?" gadis itu menghampirinya. Membuat karyawati yang lain saling menatap dan mencibir satu sama lain.
Bagaimana tidak? Perempuan yang terlihat sederhana dan biasa saja malah dipanggil oleh atasan mereka. "Kenapa tuch anak baru?" celetuk Shaly salah satu karyawati yang suka mendekati Irvanda tapi sayang pria itu terlalu dingin dan tidak pernah memperdulikannya.
"Palingan dia kena tegur. Lihat saja, dengan penampilannya yang seperti itu, mana mungkin tuan Irvanda akan menyukainya," Cara yang berada didekat Shaly menjawab asal. Merekapun tersenyum mencibir Kiara.
"Cepatlah ke ruangan ku sekarang juga! Kamu harus menyiapkan keperluanku," titah lelaki itu. Dia mengira Kiara masih belum paham akan tugasnya sebagai sekretaris pribadinya.
Kiara hanya mengikutinya dan betapa terkejutnya Irvanda ketika masuk ke ruangannya. Ruangan itu begitu tertata rapi, dimejanya sudah ada file-file yang dibutuhkannya untuk meeting. Di tengah meja itu ada secangkir kopi panas dan roti panggang yang begitu menggiurkan. Ivander tertegun, dia belum pernah diperlakukan seistimewa itu sebelumnya.
Meskipun seluruh karyawatinya akan bertekuk lutut dihadapannya dengan gaya menggoda tapi perlakuan manis dan hangat seperti saat ini belum pernah dia dapatkan. "Siapa yang mempersiapkan semua ini?" Irvanda mengeluarkan sebuah pertanyaan. Dia menatap kagum setiap sisi ruangannya.
"Saya tuan. Pagi-pagi sekali saya datang dan menyiapkan semuanya, karena nona Zascy telah memberitahu saya kalau hari ini anda ada meeting dengan pemegang saham terbesar di kota ini dan tidak boleh terlambat makanya saya siapkan semuanya," tutur gadis itu dengan penuh kejujuran dan kepolosan.
Ada perasaan menghangat yang menyelimuti hatinya saat ini. Ivander menatap gadis muda yang berada dihadapannya dengan intens. Bukan karena pikiran kotornya tapi kali ini dia memandang seorang wanita dengan pandangan terkesan akan sikap manis gadis itu padanya. Ada bibir yang berbentuk bulan sabit kini terbit diwajah tampan itu.
"Tuan, apa ada yang perlu saya bantu lagi?" Kiara memecahkan keheningan diantara mereka. Meskipun sebenarnya dia agak gugup karena tatapan atasannya itu, tapi Kiara tidak ingin menunjukkan sikap kikuk padanya.
"Ahm, sepertinya kamu lebih cocok jadi pendampingku dibanding menjadi sekretaris pribadi," gumam Ivander sambil berbisik. Meskipun begitu kata-katanya dapat didengar jelas oleh Kiara.
"Apa tuan mengatakan sesuatu?" Kiara merasa ada sesuatu yang dia dengar dari mulut atasannya.
"Ah tidak, jam berapa tamu itu akan datang?" lelaki muda itu berdehem kecil sambil merapikan dasinya yang seakan membuat tenggorokannya tercekat. Bukan karena dasinya lebih tepatnya tapi dia mulai salting karena sikap manis Kiara.
"Satu jam lagi mereka datang pak, karena berdasarkan perjanjian yang saya kirimkan di email kata mereka mereka akan datang setengah jam lebih awal," jelas Kiara pada atasannya, lelaki itu manggut-manggut paham. Dia senang sekali sekretaris pribadinya itu sangat profesional dan bisa diandalkan.
Dua jam berlalu, presentasi telah selesai. Semua tamu yang hadir dalam rapat telah pergi. "Kiara, kamu siapkan semua bahan ini untuk perencanaan proyek kita dalam bentuk proposal karena nanti akan kita serahkan pada perusahaan tuan Peter agar tuan Peter bisa memberikan persetujuan kerjasama antara perusahaan kita dan perusahaannya nanti," jelas sang atasan pada Kiara.Gadis itu menganggukkan kepala mantap. Dia sangat mengerti akan tugasnya.***Ivander kembali teringat pada CCTV yang dia minta pada security. Dia benar-benar penasaran siapa yang berani mengotori mobilnya?"Pak kirimkan hasil rekaman CCTVnya ke ruanga saya sekarang juga," titah lelaki muda itu pada security.Tidak butuh waktu lama, security datang dan membawakan hasil rekaman CCTV. "Maaf tuan, saya datang mau mengantarkan hasil rekaman CCTV yang anda minta," tukas security itu sambil menunjukkan hasil rekaman."Taruh di meja dulu pak, saya masih ada pekerjaan, terimakasih sudah mengantarkannya," ujar Ivander sambil teta
Kiara mondar-mandir di ruangannya, setelah mendengar syarat yang diminta oleh bosnya itu dia merasa tidak tenang. Bagaimana mungkin dia bisa mengembalikan uang satu milyar dalam waktu tiga hari? Sungguh hal yang sangat mustahil. Pria itu, sepertinya sengaja ingin menjebaknya."Eh Kia, kenapa Lo dari tadi kayak setrikaan bolak-balik Mulu?" sapa Berta teman satu ruangan dengannya."Ahm ga kok mbak Berta, aku lagi nyari sesuatu tapi kayaknya aku lupa narohnya dimana," jawab Kiara asal. Ia tidak mau ada orang yang mengetahui tentang masalahnya. Jika sampai ada yang tahu pasti akan bertambah rumit. Secara dia baru satu Minggu bekerja masa harus terkena masalah?Kiara masih memutar otak untuk mengatasi permasalahannya. Namun, tiba-tiba saja ponselnya berdering."Halo, iya Bu ada apa?""Mbak, ini aku Yuda. Tadi ibu masuk rumah sakit, jantungnya kumat kayaknya. Apa mbak bisa mentransferkan uang buat pengobatan ibu? Aku juga butuh uang buat sekolah mbak, seminggu lagi aku ada praktek di sekol
Pagi hari ponsel Ivander berdering. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali, untuk mendapatkan kesadarannya. Terlalu banyak minum membuatnya jadi pusing dan seluruh badannya terasa remuk."Ya mom?" sapanya pada wanita yang berada di seberang sana."DARI MANA SAJA KAMU? MENGAPA TIDAK PULANG SEMALAMAN? KELAYABAN LAGI? IVANDER KAMU ITU UDAH DEWASA. KAMU HARUSNYA SUDAH MENIKAH DAN MEMPUNYAI ANAK TAPI MALAH KELAYABAN GA JELAS SEPERTI ITU. MALU SAMA UMUR NAK!" cerocos wanita di sebrang sana.Ivander menjauhkan ponselnya dari telinganya. Mendapatkan Omelan bertubi-tubi dari sang ibu membuatnya yang baru saja terjaga jadi hilang semangat."Hei kenapa malah diam? Dasar anak bandel, bukannya menjawab malah diam," omel sang ibu lagi dari kejauhan."Iya mom aku dengar, aku baru bangun mom. Tadi malam aku kecapean makanya aku memutuskan untuk menginap di apartemen,""Pulang sekarang juga atau kau tidak perlu datang ke rumah ini lagi!"Amora begitu marah pada putra sulungnya ini. Anak itu sangat meny
Baru saja Kiara melihat jumlah nominal yang masuk kedalam rekeningnya, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Segera Kiara menekan tombol hijau."Bagaimana? Kau sudah lihat rekeningmu?" orang diseberang sana mengingatkannya."Pak Ivander?""Tidak perlu terkejut. Aku adalah orang yang menepati janji. Apapun yang kukatakan pasti akan ku lakukan. Jadi ingat besok kita bertemu di hotel xxx. Jangan coba-coba mencari alasan dan menolak. Kau tidak akan bisa menghindariku. Paham?"Kiara bingung, di satu sisi ia merasa sangat bahagia karena permasalahan keuangannya bisa teratasi. Bahkan lebih dari cukup, tapi untuk pergi berkencan dengan Ivander apa itu harus? Bagaimana dengan petuah yang selalu diajarkan sang ibu padanya? Apa harus ia langgar? Sungguh ia dalam dilema saat ini."Mengapa diam saja? Kau mau mencari alasan untuk tidak berkencan denganku?""Tidak, aku tidak sedang mencari alasan. Anda tidak perlu takut. Aku pasti akan menepati janjiku,""Baguslah kalau begitu. Aku tunggu kau besok pagi. Ja
Kiara mengerjapkan matanya berkali-kali saat mentari pagi menyilaukan pandangannya. Perlahan ia membuka matanya dan sedikit menutupi pandangannya karena silau mentari begitu tepat diwajahnya. Kiara mencoba bangkit dari ranjangnya dan ia merasakan tubuhnya begitu lelah dan sedikit sakit diarea intimnya.Ia menoleh ke samping dan ternyata pria itu sudah tidak ada. Sepertinya ia meninggalkanny di hotel pagi-pagi sekali.Sungguh, ia tidak pernah menduga akan menghabiskan malam bersama pria yang merupakan atasannya sendiri dalam keadaan seperti ini. Belum lagi selesai ia berpikir, kini ponselnya berbunyi. Ada satu notifikasi masuk.Ivander : hari ini kau tidak perlu masuk, beristirahatlah di rumah. Atau kalau kau mau melihat suasana di sekitar hotel kau bisa berjalan-jalan dulu menikmati suasana alam di dekat hotel. Aku sedang meeting, dan pekerjaanmu sudah di selesaikan oleh Zascy. Aku juga telah mentransferkan uang lima ratus juta lagi ke rekeningmu.DEG!!!
Kiara baru saja selesai makan, saat ini ia keluar ke halaman hotel dan melihat-lihat suasana diluar. Benar yang dikatakan Ivander suasana di luar hotel sangat indah. Hotel itu terletak di dekat pantai jadi Kirana berniat untuk berjalan-jalan di tepi pantai. Pasti sangat menyenangkan, tapi baru saja ia hendak melangkahkan kakinya ke bibir pantai, sebuah mobil mewah berwarna hitam menghampirinya."Nona Kiara?" tanya si pria yang mengendarai mobil mewah itu padanya."Iya, benar. Ada apa pak?" Kiara mengernyitkan dahinya merasa tidak mengenal orang itu."Ayo silahkan naik ke mobil, tuan muda sudah menunggu anda," ujar lelaki itu sambil membukakan pintu mobil, tapi Kiara tampak enggan untuk masuk ke dalam mobil itu."Nona ayo cepat, tuan muda Ivander sudah menunggu anda. Jangan sampai terlambat, jika tidak ia bisa memarahiku habis-habisan," pria itu tampak ketakutan. Ia hanya seorang supir yang disuruh mengantarkan Kiara pada Ivander, jadi pria itu tidak bisa berbuat banyak kecuali hanya m
Mau tidak mau Kiara terpaksa mengikuti Ivander. Entah drama apa lagi yang akan dilakukan lelaki itu padanya. Dalam perjalanan pulang Kiara hanya diam, dia benar-benar tidak siap jika harus menjalani pernikahan bersama pria arogan ini. Apalagi keluarganya di desa tidak mengetahui apa yang terjadi padanya saat ini. Bagaimana kalau sampai ibunya mengetahui ia telah menikah tanpa izin dari sang ibu? Entahlah apa yang akan terjadi pada nasibnya kelak.Kiara saat ini berada di tempat kosnya, sengaja Ivander mengantarnya pulang hari itu karena ia ingin tahu dimana tempat tinggal gadis Kiara."Pak, saya turunnya di sini saja," pinta Kiara saat sampai di depan kos-kosannya. Ia tidak ingin terlihat oleh orang-orang di sekitar tempat tinggalnya kalau ia diantarkan oleh atasannya."Memangnya dimana tempat tinggalmu?" Ivander merasa penasaran."Saya tinggal di belakang gang itu pak, tapi sebaiknya bapak mengantar saya sampai di sini saja bapak tidak akan suka jika masuk ke dalam gang sempit itu,"
Ivander melajukan mobilnya begitu Kiara telah duduk di dalam mobil. Kiara hanya diam dan pasrah saat lelaki itu melajukan mobilnya. Sementara Ivander diam-diam melirik ke arah Kiara. Sungguh hatinya bergetar hebat, ia tidak pernah mengira sekretaris pribadi yang menjadi istri kecilnya itu benar-benar elegan. Meskipun dia bukan gadis yang terlahir dari keluarga kaya tapi gadis ini benar-benar mempesona.Tiba-tiba muncul ide iseng dari Ivander, ia mencoba menggenggam tangan Kiara, dan dengan cepat Kiara menepis tangannya."Pak apa yang anda lakukan?" Kiara merasa tidak suka dengan perlakuan Ivander padanya."Aku hanya menyentuh istriku," ucap lelaki sambil mencoba mencondongkan tubuhnya ke arah Kiara. Membuat Kiara semakin tidak nyaman.Pria ini benar-benar sangat menyebalkan. Dia mencari kesempatan tiap kali bersama Kiara.Tepat saat itu berada di lampu merah, Ivander tidak menyia-nyiakan kesempatan itu ia segera merangkul Kiara."Pak, jangan karena saya sudah menandatangani kontrak d
Seorang wanita tengah duduk di sofa kesayangannya, ia masih kesal dengan apa yang terjadi di pesta tadi.'Gue akan buat perhitungan sama cewek sialan itu, gue pasti akan menyingkirkan cewek rendahan seperti itu!' gerutu gadis itu dalam hatinya.Bergegas ia mengambil ponsel dan menghubungi seseorang."Halo Robert, aku punya tugas untukmu!" titah wanita itu pada seorang pria di seberang sana."Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda, Bos?""Aku akan mengirimkanmu foto seorang wanita dan kau harus membawa wanita itu ke tempat yang aku tentukan. Jangan sampai kau dan teman-temanmu gagal mendapatkannya!" titahnya lagi pada orang yang bernama Robert itu."Baiklah, Nona. Aku akan segera menyuruh anak buahku untuk menangkap wanita itu!"Selanjutnya, pembicaraan diantara mereka berakhir dan tidak berapa lama kemudian, bunyi notifikasi masuk terdengar. Robert segera membuka layar ponselnya dan terlihat dengan jelas wajah Sheila di sana. Lelaki itu segera memanggil para anak buahnya."Hei, kalian!
'Sial, kenapa juga si Daniel pake acara membela dia di hadapan semua orang? gue jadi malu gara-gara tu cewe,' kesal Vania sambil mengepalkan tangannya. Ia tidak terima dengan sikap Daniel yang membentaknya dihadapan orang ramai."Gimana rasanya hmm? Lo pikir kakak gue mau sama orang kayak Lo? Asal Lo tahu, cewek yang baru saja Lo coba permalukan tadi itu adalah calon kakak ipar gue. So... ga usah cari masalah sama dia!" sekonyong-konyong Cheryl datang memberikan peringatan pada Vania."Lo siapa hah?" tanya Vania sambil menatap tak suka pada Cheryl."Gue adiknya Daniel!" bentak Cheryl pada gadis itu hingga membuatnya terdiam. Semua orang memperhatikan Vania karena keributan kecil yang ia perbuat barusan.Merasa kesal Vania menghentakkan kakinya kemudian melangkah keluar dari acara itu. Ia merasa malu karena sikap Cheryl padanya."Waw, untuk pertama kalinya ku lihat kau berbuat baik," ucap seorang pria sambil bertepuk tangan. Sontak saja hal itu membuat Cheryl menoleh ke arah sumber sua
Daniel membawa Sheila ke tengah-tengah pesta yang begitu mewah dan megah, Sheila merasa sedikit canggung dan gugup saat mengikuti pesta."Sheila, ayo sini. Kenapa kamu malah bengong seperti itu?" panggil Daniel pada karyawannya itu."Pak, apa saya ga salah tempat? saya merasa tidak pantas di acara ini," ucap Sheila merasa gugup berada dikeramaian."Acara ini dibolehkan untuk siapa saja. Termasuk kamu Sheila. Saya sengaja mengajak kamu ke sini untuk mengenalkan kamu pada relasi bisnis saya. Supaya mereka tahu, ada karyawan saya yang bisa saya andalkan dalam proyek saya nanti," jelas Daniel pada Sheila.Daniel sangat mengerti, sebagai orang baru Sheila pasti merasa gugup bertemu dengan para tamu yang elegan dan super mewah, tapi Daniel selalu memberikan semangat pada Sheila untuk mempercayakan dirinya akan tetap menjaga Sheila di acara itu."Tapi pak...""Sudah, jangan membantah. Ikuti saja perkataan saya," tegas Daniel yang tidak ingin mendengar alasan dari Sheila lagi.Acara syukuran
Hari pertama bekerja, Sheila begitu bersemangat. Ia datang lebih awal dan telah mempersiapkan semuanya."Sheila, kamu sudah datang?" sapa Daniel pada gadis muda yang berada di ruang kerjanya."Ah iya pak, kebetulan saya tidak banyak kegiatan di rumah. Jadinya saya berinisiatif untuk datang lebih awal," jawab Sheila dengan santainya."Oh baiklah. Bagaimana keadaan ibumu, bukankah kemarin kamu bilang ibumu harus dirawat di rumah sakit?" tanya Daniel kembali. Ia masih ingat ketika beberapa hari yang lalu Sheila pernah mengatakan kalau ia butuh biaya untuk pengobatan ibunya."Ibu saya, sudah lebih baik pak. Kemarin selesai mendapatkan kabar kalau saya akan bekerja di sini dan berada lebih dekat dengan beliau, keadaannya menjadi lebih baik dari sebelumnya," tukas wanita muda itu pada atasannya."Syukurlah, senang mendengar keadaan ibumu baik-baik saja," ujar Daniel padanya."Terimakasih pak. Saya juga mau berterimakasih karena anda telah bersedia mengizinkan saya bekerja di perusahaan anda
Daniel baru saja tiba di depan perusahaannya dan memarkirkan mobilnya. Ia bergegas menuju ke ruangannya. Di sana telah hadir Sheila yang duduk di sofa tamu bersama sang asisten. "Apa aku terlambat?" tanya Daniel pada Yudistira sambil melirik ke arah Sheila dan menyapanya dengan senyuman. Gadis itu juga membalas tersenyum padanya. "Sedikit bos, pihak investor hampir saja membatalkan kerja sama karena anda belum datang juga sedari tadi," jelas Yudistira kembali. Daniel hanya menghela nafas berat sambil menggaruk alisnya yang tidak gatal. Daniel tahu ini memang sebuah kesalahan yang hampir saja menggagalkan proyek besarnya. "Maafkan saya tuan-tuan, karena kecerobohan saya pekerjaan anda jadi terganggu," sesal Sheila yang di sambut dengan tangan yang terangkat dari Daniel memberi kode untuk Sheila tidak memberikan tanggapan. "Ini masih belum terlambat, aku masih bisa ikut dalam pertemuan itu, dan nona terimakasih sudah bersedia datang ke sini. Ini ponselmu," ujar Daniel sambil memberik
Gery yang didesak oleh Ivander, akhirnya mengantarkan Ivander ke tempat orang yang dimaksud. Dalam perjalanan, tidak begitu banyak pembicaraan di antara keduanya, hanya Gery merasa sedikit gugup. Sesekali ia menoleh pada Ivander yang tampak tenang didekatnya. "Ada apa Ger, kok lo kayaknya mencemaskan sesuatu?" tanya Ivander heran memperhatikan sikap sahabatnya. "Ah, tidak. Gue ga kenapa-napa," jawab Gery mencoba tenang. "Gery, kok kayaknya gue tahu ni jalan yang kita lewati?" Ivander semakin mengetahui arah tujuan mereka saat ini. "Tenang Van, sebentar lagi Lo bakalan tahu siapa penolong perusahaan kita, dan gue yakin Lo bakal kaget kalau udah ketemu orang itu," pungkas Gery sambil mengarahkan mobilnya ke suatu parkiran yang terletak tak jauh dari halaman depan kantor yang mereka tuju. Ivander semakin yakin, sepertinya ia tahu kantor siapa yang sedang dituju Gery, tapi untuk menghilangkan rasa penasarannya ia tetap mengikuti arahan Gery. Betapa terkejutnya Ivander saat ia sampai
Sementara itu, di tempat berbeda seorang gadis baru saja turun dari taxi online yang ia tumpangi. Baru saja melangkahkan kakinya turun dari taxi yang dia tumpangi, tiba-tiba saja ponselnya berdering."Halo," sapanya pada lelaki di telpon."Bos, sebentar lagi meeting akan segera dimulai. Anda dimana?" "Apa? aku bukan bosmu. Maaf anda salah orang," ucap gadis itu terburu-buru dan ia segera mematikan ponselnya."Halo bos, bos... " panggilan itu ternyata sudah tidak lagi tersambung.Menyebalkan sekali, aku baru saja pulang untuk menemui ibu tapi mengapa di telpon tentang perusahaan? gerutu gadis itu sambil menggeret kopernya.Ya, gadis itu adalah Shela. Ia baru saja menyelesaikan kuliahnya di Australia dan ia sengaja kembali ke Indonesia untuk menemui sang ibu, sembari mencari pekerjaan. Shela, sengaja pulang untuk merawat sang ibu sang ibu yang sudah mulai sakit-sakitan.Padahal di Australia, ia sudah mendapatkan rekomendasi dari kampusnya untuk bekerja di perusahaan bonafit, tapi Shela
Seperti biasa pada pagi hari, Daniel berjibaku dengan pekerjaannya. Sampai pada sore harinya, ia mendapatkan pesan singkat dari sang ayah untuk menjemputnya di bandara. "Kak, mau kemana tumben kakak cepat berangkat pulang kerjanya?" tanya Cheryl yang melihat kakaknya terburu-buru. "Aku mau menjemput papa, kemarin papa bilang mau balik ke Indonesia. Kamu mau ikut?" tawar Daniel pada sang adik. "Iya kak, aku ikut. Aku kangen sama mama dan papa," tukas Cheryl pada kakaknya. "Ya sudah, kalau begitu kita berangkat sekarang. Aku tunggu di parkiran," ucap Daniel yang telah bersiap-siap. Selanjutnya Cheryl merapikan ruang kerjanya dan ikut bersamanya untuk ke bandara. Jarak dari kantor Daniel ke bandara tidak terlalu jauh, tidak butuh waktu lama Daniel dan adiknya telah sampai di bandara. Mata Daniel mengitari seluruh bandara menyisiri setiap sudut bandara, hingga akhirnya ia menemukan sosok ayah dan ibunya yang sedang menanti kedatangannya sambil melambaikan tangan padanya. "Kak itu mam
"Cheryl!" teriak Gery pada Cheryl sehingga gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh padanya. "Aku mencintaimu, jika kau mau berubah aku pastikan aku tidak akan menyia-nyiakanmu," setelah lama memendam perasaannya, Gery mengungkapkannya kembali. Bukannya menjawab Cheryl hanya berlalu begitu saja dari hadapan Gery. Cheryl mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam hatinya, tapi ia mengabaikan perasaannya itu. "Cheryl!" teriak Gery pada Cheryl sehingga gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh padanya. "Aku mencintaimu, jika kau mau berubah aku pastikan aku tidak akan menyia-nyiakanmu," setelah lama memendam perasaannya, Gery mengungkapkannya kembali. Bukannya menjawab Cheryl hanya berlalu begitu saja dari hadapan Gery. Cheryl mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam hatinya, tapi ia mengabaikan perasaannya itu. Di tempat berbeda, Kiara baru saja sampai di rumah. Kiara menggendong bayi mungilnya, sementara Ivander membawakan barang-barangnya. "Akhirnya kita samp