"Liam, ayo bercerai!"
Ciara Darwin, 26 tahun. Dia berdiri di hadapan pria paling misterius, tampan dan terhormat di Kota Baubau. Pria itu adalah suaminyaーLiam Griffin. Ciara dan Liam sedang berada di dalam kantor Griffin Group. Ciara menatap Liam yang digila-gilai banyak wanita. Dia merasa frustasi setiap kali memikirkan pernikahannya dengan Liam. "Cia, kamu dateng ke kantorku cuma karena mau ajak aku bercerai?!" Walaupun marah, Liam tidak menatap wajah istrinya. Liam membaca surat perjanjian cerai yang disodorkan Ciara di atas meja. Ciara mengulum senyum manis seperti bunga. "Iya," jawabnya. Liam berseru, "Rupanya, selama ini kamu belum cukup hidup bebas saat menyandang status Nyonya Griffin!" Senyuman tipisnya menjadi semakin sinis. Liam dengan wajah tanpa ekspresi terdiam. Setelah 3 detik berlalu, tangan kanan Liam bergerak cepat meraih pena di depannya. "Ciara Darwin, aku akan kasih kebebasan untuk kamu. Mulai sekarang, kita bukan Suami Istri lagi." Wajah tampan Liam terpantul di pupil mata Ciara. Dia tetap tenang walaupun hatinya terasa terbakar. Setelah selesai tanda tangan, Liam melemparkan surat perceraian tanpa menatap istrinya. Ciara memungut surat tersebut. "Oke, aku pergi." Ciara membalikkan badan. Namun, dia tidak benar-benar pergi dari hadapan Liam. Dia seolah sedang memikirkan sesuatu. Tidak lama, Ciara berkata, "Liam, nggak peduli sesibuk apapun kamu. Besok pagi jam 8, aku tunggu kamu di kantor pencatatan sipil untuk urus akta cerai kita." Karena hati Liam tidak tergerak juga, maka Ciara memutuskan untuk melepaskannya. Mulai sekarang, dia bukan lagi Nyonya Griffin. Dia akan berusaha untuk tetap tegar tanpa Liam. Ciara berjalan dari kantor Liam. Saat lampu pejalan kaki berubah hijau, dia segera menyebrangi jalan raya. Ketika berada di tengah jalan, ponsel Ciara bergetar. "Halo, Kak Irina!" Ciara menyapa kakak sepupunyaーIrina Darwin. Dia menghentikan langkah untuk mengatur napas. "Liam udah tanda tangan surat cerainya." Ciara berkata dengan berani. "Kamu serius, Cia? Dia bener-bener udah tanda tangan? Tapi, kamu udah pastiin belum tanda tangannya di surat cerai?" Ciara menebak jika saat ini Irina sangat antusias mendengar kabar perceraiannya dengan Liam. Ciara menjawab dengan jujur. "Iya, sesuai saran Kak Irina. Sekarang, aku dan dia udah resmi bercerai." Detik berikutnya, Ciara mendengar suara tawa Irina. Alisnya langsung berkedut. "Ha! Ha! Ha! Dasar perempuan bodoh!" maki Irina. "Kamu bahkan mau dengerin semua saranku gitu aja." Ciara mendengus dingin. Dia merasa, kata-kata Irina mengandung ejekan yang kental untuknya. Hati Ciara menjadi tidak tenang. "Maksud Kakak apa?!" "Adik sepupuku yang manis, kamu tuh terlalu naif!" seru Irina. "Sekarang, kamu dan Liam udah cerai. Dengan begitu, aku bisa gantiin posisi Nyonya Griffin. Iya, kan?" Wajah Ciara sontak memucat. Ekspresinya menjadi suram. Dia kehabisan kata-kata untuk membalas Irina. Irina yang berdiri di seberang jalan bisa melihat Ciara dengan jelas. Dia menggeleng, lalu tertawa terbahak-bahak. Irina berkata, "Cia tau, kenapa sikap Liam cuek banget sama kamu? Kalian bahkan nggak pernah melakukan hubungan intim, kan?" "Memangnya kenapa?" Ciara balik bertanya. "Karena dia menganggap kamu sebagai pembunuh Adiknya," jawab Irina, ketus. Ciara termangu sejenak sebelum mengejek dirinya sendiri. Dia merasa sangat konyol. "Taーtapi, aku nggak bunuh Adiknya." Ciara membela diri. "Itu kamu, Kak Irina! Kamulah pembunuh Cayden Griffin." Ciara tidak bisa berlapang dada lagi. Dia marah dan kecewa pada Irina. Irina tertawa lagi. "Iya, akulah pembunuh Cayden. Terus, kenapa? Kamu mau ngadu ke Liam, hem?" "Dasar Iblis! Irina, kamu bukan manusia. Aku nggak akan ampuni kamu! Akuー" Irina langsung memotong ucapan Ciara. "Udah terlambat, Cia," katanya. "Lihat ke sisi kanan kamu sekarang! Selamat bersenang-senang di Neraka, Cia Sayang!" Ciara refleks menoleh ke sisi kanan. Namun, terlambat! Sebuah bus antar kota menabraknya. Kejadiannya begitu cepat. Ciara melayang di udara. Rasa sakit langsung menyebar ke seluruh tubuhnya. Lalu, muncul ingatan masa lalu tentang pernikahannya dengan Liam. Selama 5 tahun menikah, Ciara sudah menggunakan banyak cara agar Liam meliriknya. Mulai dari berbagai kursus seperti memasak, menyapu, melipat pakaian, memasangkan dasi pria dan menata bunga-bunga di vas. Dia juga belajar menyenangkan hati pria di ranjang. Namun sayang, Liam ditakdirkan bukan miliknya. Ciara menyerah. Dia sudah sangat lelah dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan. "Liam, aku ...." Kata-kata Ciara terdengar sangat lemah. "Aーaku ... benci kamu." Tubuh Ciara terjatuh di aspal seperti daun kering. Ciara berusaha mempertahankan kesadarannya. Dia melihat orang-orang mulai datang mengelilinginya. Namun, dia tidak melihat sosok Liam datang, apalagi memeluknya. Ciara berharap di dalam hati. 'Kalau ada kesempatan mengulangi hidupku, aku nggak bakalan jatuh cinta sama kamu, Liam!' Kesadaran Ciara mulai menurun drastis. Dia menutup mata perlahan. 'Aku ... nggak akan menghabiskan setengah hidupku untuk mencintai pria nggak punya hati kayak kamu, Liam!' Ciara tidak melihat Irina tersenyum lebar di seberang jalan. Dia juga tidak melihat surat cerainya terbang terbawa angin. Ya! Ciara tidak melihat tulisan tangan Liam Griffin di surat perceraian yang seharusnya adalah tanda tangan. Satu kalimat yang berbunyi; kamu matipun, aku nggak akan menceraikan kamu!"Ah!"Ciara menyadari dirinya terlahir kembali. Kedua matanya mengedip. Dia melihat-lihat suasana di sekitarnya. "Iーini ...."Bagi Ciara, suasana di dalam ruangan ini terasa familiar. Dia duduk dan melihat pantulan dirinya di cermin besar. Gaun panjang bahan satin berwarna merah anggur, makeup yang berlebihan, bibir merah merona dan rambut coklat panjang yang tergerai. Ciara langsung berdiri dengan berpegangan meja rias."Astaga! Iーini acara pesta pernikahanku sama Liam, kan?!"Ciara akhirnya menyadari bahwa dia telah kembali ke usia 21 tahun. Malam ini, pesta pernikahannya dengan Liam Griffin akan diselenggarakan di ballroom Hanindra Orion Hotel Kota Baubau. Sebelumnya, Ciara dan Liam sudah menikah pada pagi hari di kantor pencatatan sipil. Ciara menatap jam dinding. "Sekarang, jam 6:57 malam. Acara pestanya akan dimulai jam 7 malam."Di kehidupan sebelumnya, di acara inilah seseorang menjebak Ciara. Setelah selesai mengganti gaun pesta, seorang pelayan kamar hotel pria memberikan
"Apa kamu tau, siapa aku?!"Si pria bertanya sambil melepaskan kedua tangan Ciara dari lehernya. Lalu, mendorong tubuh Ciara hingga menempel di dinding. Kesadaran Ciara mulai menghilang. Dia menampilkan seulas senyuman penuh arti. "Aku tau, kamu seorang gigolo kelas atas."Ciara menepuk-nepuk tasnya. Lalu, kembali tersenyum saat melihat lawan bicaranya."Di dalam sini, ada banyak uang. Kamu tenang aja! Aku janji akan bayar mahal servis kamu."Ciara mengira, pria itu adalah seorang gigolo kelas atas di hotel mewah ini. Dia mencoba melepaskan diri dari si pria. Lalu, dengan cekatan membuka kancing teratas kemeja pria.Melihat tindakan Ciara, Aksa menjadi cemas dan tidak tega pada tuannya. Dengan terbata, Aksa berkata, "TuーTuan Liam, kayaknya ada seseorang yang sengaja mempermainkan Nyonya Muda." Mata coklat Liam menyorot dalam dan kelam. Dia adalah Liam Griffin. Ciara pernah bertemu Liam sekali pada saat keduanya menikah pagi tadi. Di kehidupan sebelumnya, Ciara tahu Liam menikahinya
"Uhhh!"Suara leguhan itu berasal dari mulut Ciara. Dia membuka paksa kedua mata. Lalu, menatap langit-langit kamar presidential suite."Astaga!"Kedua tangan Ciara memegangi selimut. Dia mencoba mengingat hal-hal yang sudah terjadi. Ciara merasa sekujur tubuhnya sakit dan kulitnya terasa dingin. Dia mencurigai sesuatu. Tanpa pikir panjang, dia langsung mengangkat selimut.Ciara berteriak. "Aarrggghhh!" Di balik selimut, Ciara melihat tubuh polosnya dipenuhi jejak merah. Lalu, dia merasakan pergerakan di atas ranjang. Ciara menoleh dan melihat punggung mulus seorang pria. Jantungnya berdebar-debar.Mata Ciara membelalak. "Diーdia?!"Ciara teringat telah menyewa jasa seorang gigolo kelas atas. Harga servisnya dipastikan sangat mahal. Dengan gelisah, Ciara turun dari ranjang. Dia ingin menghidupkan penerangan utama. Tapi sesaat kemudian, dia menjadi ragu."Nggak! Aku nggak mau dia bangun dan melihatku."Ciara bergegas mencari pakaian. Dia tercengang saat mendapati gaun pestanya telah
"Nona, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu pakai kemeja pria?"Ciara sudah berada di dalam mobil bersama Quden. Mobil berjalan perlahan di jalan raya. Namun, Ciara masih merasa gelisah. "Keluarga Paman Ben udah pulang belum?" tanya Ciara, cemas. Ciara mengambil tisu wajah. Dia membersihkan makeup dengan cepat. Quden sangat bingung dengan tingkah Ciara. Sebab sejak kembali ke Kota Baubau, Ciara selalu menggunakan makeup berlebihan. Jadi, kenapa sekarang dia justru menghapusnya?"Keluarga Paman kamu udah pulang sejak sejam yang lalu," jawab Quden. "Jadi, kamu tadi ngapain di kamar presidential suite?"Ciara terdiam sesaat. Dia menatap Quden. "Ceritanya panjang. Satu hal yang pasti, Irina berusaha mencelakai aku. Dia mencampuri obat perangsang ke dalam minumanku. Terus, akuー"Quden terkejut setengah mati. Dia benar-benar sudah membuat Ciara mengalami kesulitan. "Jangan bilang, kamu tidur sama pria asing?!" Queen memotong kata-kata Ciara. Ciara gugup. Apa yang harus dia jawab?
"Nasi udah berubah menjadi bubur. Kamu mau ngomong apa, Sayang?"Suara lembut Helen terdengar. Ben dan Helen tahu, putri mereka ini sangat pintar. Irina tidak hanya cantik, dia juga unggul di bidang akademik. Jadi, Helen berharap anaknya memiliki solusi yang tepat untuk permasalahan pernikahan Ciara dan Liam. Irina bangun, lalu duduk di samping Ben. "Setahun yang lalu, Cia pernah gagal nikah satu kali sama tunangannyaーKevan Hanindra."Helen penasaran. Dia segera mengambil tempat duduk di sofa yang duduki anaknya tadi. "Terus, kenapa?" tanya Helen, tidak senang. "Apa hubungannya sama masalah ini, Irina?"Irina tersenyum tipis. "Papa sama Mama inget nggak, sih? Saat Kevan tertembak, Cia langsung pergi dan tinggal di Desa Avalon sama pacarnyaーsi pria bertato api."Wajah Ben menggelap. Benaknya mengulangi memori kelam satu tahun yang lalu. Tidak disangka-sangka, terjadi penembakan saat acara pernikahan Ciara dan Kevan sedang berlangsung di Pink Beach Island. Selain tunangan Ciara, Tua
"Cia, apa maksudnya?" Irina bertanya. Irina dan kedua orang tuanya berdiri. Orang yang paling terkejut dengan kemunculan Ciara adalah Irina. Mereka memandangi penampilan Ciara seperti orang yang baru bangun tidur. "Kak Irina, berapa lama lagi kamu mau pura-pura jadi figur seorang Kakak yang baik?" Ciara bertanya sambil menuruni anak tangga. Dia berjalan menuju sofa single yang menghadap ke pintu utama. Dia duduk dengan tenang. Irina tidak menjawab pertanyaan Ciara. Dia justru balik bertanya, "Kok kamu ada di rumah, Cia? Bukannya kamu belum pulang?"Ciara memiringkan kepalanya, menatap Irina. Hidupnya bagai roller coaster, penuh naik turun.Ciara mengangkat kedua kaki ke sofa. Dia merebahkan kepala di bantal kecil. "Kayaknya kamu stalker aku, ya?" Irina berpikir, 'Seharusnya, Cia tersiksa sama zat afrodisiak yang aku campur ke minumannya. Kok bisa dia baik-baik aja?'"Dasar anak nggak tau diuntung!" Helen berteriak memaki Ciara. Pembawaan Ciara yang tenang membuat orang-orang suk
"Cia, apa maksudnya?" Irina bertanya. Irina dan kedua orang tuanya berdiri. Orang yang paling terkejut dengan kemunculan Ciara adalah Irina. Mereka memandangi penampilan Ciara seperti orang yang baru bangun tidur. "Kak Irina, berapa lama lagi kamu mau pura-pura jadi figur seorang Kakak yang baik?" Ciara bertanya sambil menuruni anak tangga. Dia berjalan menuju sofa single yang menghadap ke pintu utama. Dia duduk dengan tenang. Irina tidak menjawab pertanyaan Ciara. Dia justru balik bertanya, "Kok kamu ada di rumah, Cia? Bukannya kamu belum pulang?"Ciara memiringkan kepalanya, menatap Irina. Hidupnya bagai roller coaster, penuh naik turun.Ciara mengangkat kedua kaki ke sofa. Dia merebahkan kepala di bantal kecil. "Kayaknya kamu stalker aku, ya?" Irina berpikir, 'Seharusnya, Cia tersiksa sama zat afrodisiak yang aku campur ke minumannya. Kok bisa dia baik-baik aja?'"Dasar anak nggak tau diuntung!" Helen berteriak memaki Ciara. Pembawaan Ciara yang tenang membuat orang-orang suk
"Nasi udah berubah menjadi bubur. Kamu mau ngomong apa, Sayang?"Suara lembut Helen terdengar. Ben dan Helen tahu, putri mereka ini sangat pintar. Irina tidak hanya cantik, dia juga unggul di bidang akademik. Jadi, Helen berharap anaknya memiliki solusi yang tepat untuk permasalahan pernikahan Ciara dan Liam. Irina bangun, lalu duduk di samping Ben. "Setahun yang lalu, Cia pernah gagal nikah satu kali sama tunangannyaーKevan Hanindra."Helen penasaran. Dia segera mengambil tempat duduk di sofa yang duduki anaknya tadi. "Terus, kenapa?" tanya Helen, tidak senang. "Apa hubungannya sama masalah ini, Irina?"Irina tersenyum tipis. "Papa sama Mama inget nggak, sih? Saat Kevan tertembak, Cia langsung pergi dan tinggal di Desa Avalon sama pacarnyaーsi pria bertato api."Wajah Ben menggelap. Benaknya mengulangi memori kelam satu tahun yang lalu. Tidak disangka-sangka, terjadi penembakan saat acara pernikahan Ciara dan Kevan sedang berlangsung di Pink Beach Island. Selain tunangan Ciara, Tua
"Nona, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu pakai kemeja pria?"Ciara sudah berada di dalam mobil bersama Quden. Mobil berjalan perlahan di jalan raya. Namun, Ciara masih merasa gelisah. "Keluarga Paman Ben udah pulang belum?" tanya Ciara, cemas. Ciara mengambil tisu wajah. Dia membersihkan makeup dengan cepat. Quden sangat bingung dengan tingkah Ciara. Sebab sejak kembali ke Kota Baubau, Ciara selalu menggunakan makeup berlebihan. Jadi, kenapa sekarang dia justru menghapusnya?"Keluarga Paman kamu udah pulang sejak sejam yang lalu," jawab Quden. "Jadi, kamu tadi ngapain di kamar presidential suite?"Ciara terdiam sesaat. Dia menatap Quden. "Ceritanya panjang. Satu hal yang pasti, Irina berusaha mencelakai aku. Dia mencampuri obat perangsang ke dalam minumanku. Terus, akuー"Quden terkejut setengah mati. Dia benar-benar sudah membuat Ciara mengalami kesulitan. "Jangan bilang, kamu tidur sama pria asing?!" Queen memotong kata-kata Ciara. Ciara gugup. Apa yang harus dia jawab?
"Uhhh!"Suara leguhan itu berasal dari mulut Ciara. Dia membuka paksa kedua mata. Lalu, menatap langit-langit kamar presidential suite."Astaga!"Kedua tangan Ciara memegangi selimut. Dia mencoba mengingat hal-hal yang sudah terjadi. Ciara merasa sekujur tubuhnya sakit dan kulitnya terasa dingin. Dia mencurigai sesuatu. Tanpa pikir panjang, dia langsung mengangkat selimut.Ciara berteriak. "Aarrggghhh!" Di balik selimut, Ciara melihat tubuh polosnya dipenuhi jejak merah. Lalu, dia merasakan pergerakan di atas ranjang. Ciara menoleh dan melihat punggung mulus seorang pria. Jantungnya berdebar-debar.Mata Ciara membelalak. "Diーdia?!"Ciara teringat telah menyewa jasa seorang gigolo kelas atas. Harga servisnya dipastikan sangat mahal. Dengan gelisah, Ciara turun dari ranjang. Dia ingin menghidupkan penerangan utama. Tapi sesaat kemudian, dia menjadi ragu."Nggak! Aku nggak mau dia bangun dan melihatku."Ciara bergegas mencari pakaian. Dia tercengang saat mendapati gaun pestanya telah
"Apa kamu tau, siapa aku?!"Si pria bertanya sambil melepaskan kedua tangan Ciara dari lehernya. Lalu, mendorong tubuh Ciara hingga menempel di dinding. Kesadaran Ciara mulai menghilang. Dia menampilkan seulas senyuman penuh arti. "Aku tau, kamu seorang gigolo kelas atas."Ciara menepuk-nepuk tasnya. Lalu, kembali tersenyum saat melihat lawan bicaranya."Di dalam sini, ada banyak uang. Kamu tenang aja! Aku janji akan bayar mahal servis kamu."Ciara mengira, pria itu adalah seorang gigolo kelas atas di hotel mewah ini. Dia mencoba melepaskan diri dari si pria. Lalu, dengan cekatan membuka kancing teratas kemeja pria.Melihat tindakan Ciara, Aksa menjadi cemas dan tidak tega pada tuannya. Dengan terbata, Aksa berkata, "TuーTuan Liam, kayaknya ada seseorang yang sengaja mempermainkan Nyonya Muda." Mata coklat Liam menyorot dalam dan kelam. Dia adalah Liam Griffin. Ciara pernah bertemu Liam sekali pada saat keduanya menikah pagi tadi. Di kehidupan sebelumnya, Ciara tahu Liam menikahinya
"Ah!"Ciara menyadari dirinya terlahir kembali. Kedua matanya mengedip. Dia melihat-lihat suasana di sekitarnya. "Iーini ...."Bagi Ciara, suasana di dalam ruangan ini terasa familiar. Dia duduk dan melihat pantulan dirinya di cermin besar. Gaun panjang bahan satin berwarna merah anggur, makeup yang berlebihan, bibir merah merona dan rambut coklat panjang yang tergerai. Ciara langsung berdiri dengan berpegangan meja rias."Astaga! Iーini acara pesta pernikahanku sama Liam, kan?!"Ciara akhirnya menyadari bahwa dia telah kembali ke usia 21 tahun. Malam ini, pesta pernikahannya dengan Liam Griffin akan diselenggarakan di ballroom Hanindra Orion Hotel Kota Baubau. Sebelumnya, Ciara dan Liam sudah menikah pada pagi hari di kantor pencatatan sipil. Ciara menatap jam dinding. "Sekarang, jam 6:57 malam. Acara pestanya akan dimulai jam 7 malam."Di kehidupan sebelumnya, di acara inilah seseorang menjebak Ciara. Setelah selesai mengganti gaun pesta, seorang pelayan kamar hotel pria memberikan
"Liam, ayo bercerai!"Ciara Darwin, 26 tahun. Dia berdiri di hadapan pria paling misterius, tampan dan terhormat di Kota Baubau. Pria itu adalah suaminyaーLiam Griffin. Ciara dan Liam sedang berada di dalam kantor Griffin Group. Ciara menatap Liam yang digila-gilai banyak wanita. Dia merasa frustasi setiap kali memikirkan pernikahannya dengan Liam. "Cia, kamu dateng ke kantorku cuma karena mau ajak aku bercerai?!"Walaupun marah, Liam tidak menatap wajah istrinya. Liam membaca surat perjanjian cerai yang disodorkan Ciara di atas meja. Ciara mengulum senyum manis seperti bunga. "Iya," jawabnya. Liam berseru, "Rupanya, selama ini kamu belum cukup hidup bebas saat menyandang status Nyonya Griffin!" Senyuman tipisnya menjadi semakin sinis. Liam dengan wajah tanpa ekspresi terdiam. Setelah 3 detik berlalu, tangan kanan Liam bergerak cepat meraih pena di depannya."Ciara Darwin, aku akan kasih kebebasan untuk kamu. Mulai sekarang, kita bukan Suami Istri lagi."Wajah tampan Liam terpant