"Nasi udah berubah menjadi bubur. Kamu mau ngomong apa, Sayang?"
Suara lembut Helen terdengar. Ben dan Helen tahu, putri mereka ini sangat pintar. Irina tidak hanya cantik, dia juga unggul di bidang akademik. Jadi, Helen berharap anaknya memiliki solusi yang tepat untuk permasalahan pernikahan Ciara dan Liam. Irina bangun, lalu duduk di samping Ben. "Setahun yang lalu, Cia pernah gagal nikah satu kali sama tunangannyaーKevan Hanindra." Helen penasaran. Dia segera mengambil tempat duduk di sofa yang duduki anaknya tadi. "Terus, kenapa?" tanya Helen, tidak senang. "Apa hubungannya sama masalah ini, Irina?" Irina tersenyum tipis. "Papa sama Mama inget nggak, sih? Saat Kevan tertembak, Cia langsung pergi dan tinggal di Desa Avalon sama pacarnyaーsi pria bertato api." Wajah Ben menggelap. Benaknya mengulangi memori kelam satu tahun yang lalu. Tidak disangka-sangka, terjadi penembakan saat acara pernikahan Ciara dan Kevan sedang berlangsung di Pink Beach Island. Selain tunangan Ciara, Tuan Besar keluarga Hanindra pun ikut tertembak. Akibatnya, semua orang mengutuk acara pernikahan Ciara dan Kevan yang membawa bencana. "Papa inget, Irina," kata Ben, sedih. "Karena insiden penembakan itu, Felicia kena serangan jantung dan tewas di tempat." "Cia bahkan nggak dateng ke pemakaman Ibu kandungnya sendiri." Helen menimpali. "Cia bener-bener anak durhaka!" Saat mendengar celotehan keluarga Ben, emosi di mata Ciara terlihat rumit. Matanya tampak membara. Irina berhasil menanam dendam di hati kedua orang tuanya. Diam-diam, dia tersenyum. Irina bertanya, "Siapa yang percaya, kalo cewek dan cowok tinggal bareng satu atap nggak ngelakuin apa-apa?" Mendengar kata-kata tuduhan Irina, Alis Ciara semakin menegang. Kedua tangan Ciara menggenggam erat railing tangga seperti cakar harimau sampai tangannya memerah dan nyaris terluka. Padahal faktanya, sebelum Kevan menutup mata, dialah yang meminta Quden untuk menyelamatkan Ciara. Sedangkan pada hari pemakaman ibu kandungnya, Ciara hadir menyamar dan berdiri di tengah-tengah para pelayat. Helen mengerutkan dahi. Dia menatap Irina dengan serius. "Jaーjadi, maksud kamu?!" Irina mengangguk. "Cia kabur dari pesta pernikahan karena dia takut ketahuan sama Tuan Muda Griffin, kalo dia ... udah nggak perawan." Fitnah! Ini fitnah! Ya, Irina telah memfitnah Ciara secara terang-terangan. Waktu terasa berjalan lambat seperti seekor kungkang. Dada Ciara terasa sesak. Dia akan mencoba bersabar sebentar lagi. Karena dia ingin mendengar ocehan keluarga Ben selanjutnya. Ben langsung memijit pelipisnya. Dia bersandar. Napasnya menjadi berat. Darah Ben bergejolak. "Entah Rudi punya dosa apa di masa lalu sampai punya anak gadis malu-maluin begitu!" "Karena Rudi nikah sama Felicia, Pa," ujar Helen, menggebu-gebu. "Feli berasal dari keluarga miskin di desa Rancakbengawan di Kota Perak. Rudi sukses menutupi rahasia Istrinya dari orang-orang." Ben angguk-angguk. "Iya, kamu bener. Makanya, sikap Felicia yang kampungan menurun ke Cia." Irina senyum-senyum. Dia akan melakukan segala cara agar Ben mengusir Ciara dari keluarga Darwin. Ben menatap anaknya. "Jadi, kamu punya solusi apa? Besok pagi, Papa mau pergi ke rumah keluarga Griffin untuk bertanggung jawab." Irina sudah menunggu momen tepat seperti ini sejak berbulan-bulan yang lalu. Tidak disangka, dia memiliki kesempatan untuk mengungkapkan niatnya. "Aーaku punya ide. Tapi ...." Irina tampak malu-malu mengatakannya. Dia menyelipkan rambut ke belakang telinga. Helen menatap lembut anaknya. "Ngomong aja, Sayang!" pintanya. Irina berkata, "Ini cuma pemikiran aku aja. Kalo Papa sama Mama nggak setuju, anggap aja aku nggak pernah bilang apa-apa." Ben menepuk punggung tangan Irina sambil tersenyum. "Bilang aja, Irina! Kamu anak Papa. Selama ini, kamu nggak pernah buat masalah kayak Cia." Irina berkata dengan serius, "Tuan Besar Griffin pasti marah kalo pernikahan ini batal. Tapi dia pasti belum tau, Tuan Muda Liam nggak mau sama Cia karena dia udah nggak perawan." Irina bermulut manis di depan kedua orang tuanya. Akibatnya, mereka terhasut dengan mudah. Irina menundukkan kepala. Dia menggenggam ujung roknya. "Jadi, gimana kalo aku gantiin posisi Nyonya Muda Griffin?" Wajah Irina merona merah. Dia berhasil mengatakan keinginannya yang sudah terpendam sejak lama. "Aku lebih cantik dari Cia. Aku juga punya banyak prestasi dan bisa menghasilkan uang. Aku pikir, Tuan Muda Liam pasti akan menyukaiku." Suasana di ruang tamu hening. Ben dan istrinya saling pandang. Mereka berdua mulai mengerti maksud Irina. "Dengan aku mengorbankan diri, keluarga Darwin kita masih bisa terselamatkan." Irina berkata dengan yakin. "Lagipula, seharusnya Tuan Besar Griffin nggak akan masalah." "Berhenti beromong kosong, Kak Irina!" teriak Ciara. Ciara bersandar di railing tangga dengan santai sambil memandangi mereka. Wajah Ciara dipenuhi dengan senyuman saat Irina menatapnya. "Kak Irina, kamu memang sangat pintar. Tapi ... nggak cukup bijak," kata Ciara, lagi."Cia, apa maksudnya?" Irina bertanya. Irina dan kedua orang tuanya berdiri. Orang yang paling terkejut dengan kemunculan Ciara adalah Irina. Mereka memandangi penampilan Ciara seperti orang yang baru bangun tidur. "Kak Irina, berapa lama lagi kamu mau pura-pura jadi figur seorang Kakak yang baik?" Ciara bertanya sambil menuruni anak tangga. Dia berjalan menuju sofa single yang menghadap ke pintu utama. Dia duduk dengan tenang. Irina tidak menjawab pertanyaan Ciara. Dia justru balik bertanya, "Kok kamu ada di rumah, Cia? Bukannya kamu belum pulang?"Ciara memiringkan kepalanya, menatap Irina. Hidupnya bagai roller coaster, penuh naik turun.Ciara mengangkat kedua kaki ke sofa. Dia merebahkan kepala di bantal kecil. "Kayaknya kamu stalker aku, ya?" Irina berpikir, 'Seharusnya, Cia tersiksa sama zat afrodisiak yang aku campur ke minumannya. Kok bisa dia baik-baik aja?'"Dasar anak nggak tau diuntung!" Helen berteriak memaki Ciara. Pembawaan Ciara yang tenang membuat orang-orang suk
"Kenapa kamu diem aja?!"Suara Helen menggelegar di ruang tamu. Dia mendorong bahu Ciara dengan wajah angkuhnya."Aarrggghhh!" Ciara yang tidak siap pun terjatuh di lantai. Ben terkejut melihat sikap kasar istrinya."Ma, jangan keterlaluan!" tegur Ben.Ben berjongkok. Dia memeriksa tubuh Ciara. Wajah cemasnya membuat hati Ciara goyah. Di pikiran Ciara, setidaknya Ben masih memiliki sedikit hati nurani. Ben mengulurkan tangan, "Ayo bangun, Cia!""Makasih, Paman."Ben membantu Ciara berdiri. Lalu, mendudukinya di sofa panjang.Ben melirik Helen. "Gimanapun juga, Cia anak Kakak Sepupuku. Aku nggak mau dia terluka, apalagi cacat. Aku nggak mau ambil tanggung jawab di hadapan Tuan Besar Griffin."Irina jengkel. Seharusnya, Ben memihak Helen dan menghukum Ciara. Tapi, mengapa ayahnya justru membantu Ciara? Ini benar-benar jauh dari ekspektasinya. "Pa, jangan berlebihan!" tegur Helen. "Untuk hal ini, kamu nggak boleh membelanya! Kamu harus adil dan tegas."Ciara membiarkan Helen berkata s
"Tuan Muda Liam apa maksudnya? Apa kamu dan Ciaー"Kalimat Ben terputus. Dia ragu-ragu dengan pernyataan Liam tadi. "Nggak mungkinlah, Pa," sela Helen. "Tuan Muda nggak suka perempuan kotor kayak Cia."Benar! Liam adalah sosok perfeksionis. Dia selalu menjaga kebersihan dan reputasi. Jadi, dia tidak mungkin menjalin hubungan dengan Ciara, apalagi meninggalkan banyak jejak ciuman. Ben langsung meralat ucapannya. "Tuan Muda, anggap aja kamu nggak denger apa-apa!"Masih dengan posisi membungkuk, Ben memohon kepada Liam agar mengabaikan apapun yang didengarnya. Demi apapun, Ben hanya menginginkan Ciara menjadi istri sah Liam. Ada beberapa pertimbangan dan rahasia yang Ben sembunyikan tentang perjodohan Ciara dan Liam. Yang pasti, pernikahan diantara mereka harus tetap berjalan sesuai rencananya. Helen yang berada di samping Ben menyikutnya. "Papa apa-apaan, sih? Biarin aja Tuan Muda tau sifat aslinya Cia!"Ben menegur istrinya. "Ini urusan lelaki. Kamu perempuan, diem aja!""Nggak bisa
Ciara menegakkan kepala. Dia enggan berbicara. Dia meletakkan kotak susu yang sudah kosong di atas meja. Lalu, berdiri. "Aku ngantuk. Jam tidurku udah lewat." Ciara berjalan menuju tangga. Saat Ciara menapaki anak tangga pertama, dia menoleh ke arah Liam. "Paman, antar tamu ke luar! Keluarga Darwin nggak terima tamu malem-malem."Helen dan Irina saling pandang. Sedangkan Ben dilema. Ben tidak mungkin mengusir Liam. Tetapi di satu sisi, dia tidak ingin membuat Ciara marah dan mengusirnya dari rumah besar keluarga Darwin. Ben serba salah. "Tuan Muda, iーini ...." Ben gugup. Dia ingin meminta pengertian Liam, tetapi rasa-rasanya tidak akan mungkin. Karena Liam terkenal dengan pria tanpa perasaan.Ben melirik Aksa yang tidak berkata apa-apa. Karena Aksa juga dilema, sama seperti Ben. Tiba-tiba, Liam berdiri. Ciara pikir, Liam cukup tahu diri pergi dari rumahnya tanpa perlu berdebat.Namun, hal yang terjadi justru sebaliknya. Liam berjalan santai menghampiri Ciara sambil memasukkan tan
"Apa kamu bilang?! Aku mesum?!"Liam berhenti di anak tangga ke-4. Dia tidak bisa bersabar lagi. Liam berbisik, "Kalo aku mesum, terus siapa yang agresif di tempat tidur kamar presidential suite? Siapa yang berinisiatif buka semua pakaian aku, hemm?"Mata bulat Ciara menyorot tajam. Jantungnya mulai berdebar-debar. "Kaーkamu ... kamu diem, ya!" bentak Ciara.Ciara tidak tahu Liam sedang tersenyum saat mengetahui Ciara mulai panik. Pria itu mulai senang bermain-main dengan istrinya. Ben mengusap wajahnya dengan kasar. "Cia ini, apa dia nggak bisa ngomong lebih sopan sama Tuan Muda?"Sementara itu, Liam melirik sekilas ke lantai bawah. Lalu, matanya bertemu dengan mata Irina. Liam bertanya dengan nada menyindir, "Nona Irina, kamu nggak mungkin pisahin kamar Suami Istri, kan?""Oh, iーitu ...." Irina ragu-ragu. Jika Liam sudah berkata seperti itu, siapapun tidak akan mampu membantahnya. "Oh, nggak akan, Tuan Muda," sahut Ben, cepat-cepat. "Kalian ini kan pengantin baru. Nggak mungkin
"Pak Aksa, aku denger-denger Tuan Muda pernah tunangan sama beberapa cewek?"Ben memberanikan diri untuk bertanya. Helen dan Irina duduk di sisinya dengan wajah tegang. "Benar," jawab Aksa, singkat. Aksa memainkan ponsel. Dia memeriksa beberapa komentar tentang pernikahan tuannya dan Ciara di media sosial. Tidak lama, Aksa menggertakkan gigi sambil memalingkan wajah dari layar ponsel. Detik berikutnya, mata Aksa berkilauan dengan emosi.Aksa berdiri membelakangi keluarga Ben. Dia menghubungi seseorang.Tidak lama, suara seorang wanita terdengar di telinga Aksa. "Halo, Pak Aksa?""Dania, Tekan berita negatif tentang pesta pernikahan Tuan Muda sekarang!" perintah Aksa pada Dania YolandaーKepala Sekretaris Liam. Aksa menghela napas dalam-dalam. Kemudian, memberikan perintah lagi. "Dalam 20 menit, temukan akun anonim yang berani menyebarkan rumor buruk tentang Tuan dan Nyonya Muda!""Baik, Pak Aksa," kata Dania yang tidak kalah tegasnya seperti Aksa.Saat Aksa selesai menelepon, wajah
"Liam Griffin, jangan mendekat!"Ciara mengancam suaminya. Dia tidak sudi membiarkan laki-laki asing masuk ke kamarnya. Meskipun sudah menjadi istri sah dari Liam Griffin, Ciara tetap memandang Liam sebagai laki-laki asing di dalam hidupnya. Terlebih lagi, dia memiliki ingatan buruk tentang Liam di kehidupan sebelumnya. Ciara bukan perempuan bodoh. Dia tidak akan mengulang kesalahan yang sama seperti di kehidupan sebelumnya. "Cia, aku ini Suami kamu. Kenapa aku nggak boleh deketin Istriku sendiri? Kenapa aku nggak boleh masuk ke kamar kamu?"Liam mengulurkan tangan hendak menarik tubuh Ciara. Namun, Ciara dengan cepat memukulnya dengan sapu lidi.Buk! Buk! Buk!"Aduh!" Liam mengaduh. "Cia, sakit!"Ciara tidak berhenti memukuli Liam. Dia tanpa sadar tertawa.Di saat yang sama, Aksa masuk ke kamar Ciara diikuti Ben beserta istri dan anaknya. Mereka terbelalak melihat sikap Ciara terhadap Liam yang semakin kasar dan tidak terdidik. "Cia!" Ben berteriak. "Stop, Cia! Kamu nyakitin Tuan
Karena Ciara tidak bergerak, tangan kiri Liam menekan leher belakangnya. Lalu, dia berinisiatif mencium bibir Ciara. "Uhmmm ...."Bola mata Ciara membelalak. Sekujur tubuhnya kaku. Dia tidak membalas ciuman suaminya. Liam memejamkan mata. "Uhmmm ...." Liam mencium bibir atas dan bawah Ciara dengan rakus. Dia menikmati sensasi manisnya bibir sang istri. Tiba-tiba, Ciara merasakan tangan kanan Liam bergerak di bokongnya. Lalu, memukulnya lagi sebanyak dua kali. Plak! Plak!Suara pukulan itu kembali mengisi otak Ciara. Dia merasa, pernah berada di situasi seperti ini. Tapi, kapan dan di mana? Apakah di kehidupan lalu sebelum Ciara terlahir kembali? Semakin memikirkannya, Ciara semakin frustasi. Apakah kali ini ingatannya salah?Tidak mungkin! Ciara tidak mungkin salah."Uhh, Cia ...." Liam meracau menyebut nama istrinya.Liam berhenti sebentar. Dia mengusap lembut wajah cantik Ciara. Liam berkata dengan sorot mata tajam yang dalam. "Aku nggak akan biarin kamu mencintai laki-laki
"Jadi, Kak Kevan punya vila di Kota Heavenly? Dia juga bangun bisnis rokok di sana?"Sudah hampir satu jam Ciara bertemu Henry Adam dan orang-orangnya. Dia mendengarkan penjelasan tentang Kevan dari Henry dan mencatat semua dengan baik di memori otaknya. "Benar, Nona," sahut Henry, tenang. Bukan tanpa alasan Henry ingin mendapatkan kepercayaan dari Ciara. Dia telah mengenal Kevan lebih baik daripada siapapun. Selain sebagai nasabah prioritas, Kevan telah mengatasnamakan semua asetnya di Bank Commonwealth Internasional kepada Ciara. Jadi, Henry harus menjalankan amanah Kevan dengan baik atau dia akan merasakan penyesalan. Ciara membaca daftar aset Kevan yang dialihkan padanya. Semuanya dikelola oleh Bank Commonwealth Internasional. "Dan, Tuan Kevan hanya mempercayakannya pada Pak Henry," kata salah seorang karyawan Henry. Ciara mengangguk. "Oke. Aku ngerti."Siapa yang tidak tahu, King's Island terkenal dengan negara tercantik dan terkaya di dunia. Ibukotanya adalah Heavenly. Ci
"Makasih, Kak."Ciara melepaskan pelukannya. Dia menatap Inura. Tidak lama, datang Deyan Anggara dan beberapa orang lagi. Quden langsung mengambil tindakan."Nona, ayo masuk dulu!"Quden membukakan pintu. Ciara dan semua orang kepercayaannya masuk.Setelah pintu tertutup, mereka berdiri di hadapan Ciara."Sebelum mulai agenda pagi, aku mau kenalin orang-orang kamu yang terpercaya Nona," kata Quden, memecah ketegangan. Quden menunjuk Laki-laki di samping Inura. "Dia Rauf Hendrawan," katanya. "Awalnya dia adalah ketua team Sekretaris K.C Tobacco. Karena Tuan Kevan melihat kemampuannya di bidang strategi pemasaran dan branding perusahaan, dia diangkat menjadi Chief Marketing Officer atau CMO." Ciara mengerti penjelasan Quden. Itu artinya Rauf Hendrawan adalah salah satu jajaran eksekutif perusahaan.Quden menunjuk laki-laki selanjutnya. "Dia Fauzanーsahabat Tuan Kevan. Dia menjabat sebagai General Manager di K.C Tobacco."Ciara mengangguk. Lalu, menatap pria di sisi Fauzan. Quden ber
"Nona, kamu nggak lupa sama agenda pagi ini, kan?"Quden berjalan di sisi kanan Ciara, sedangkan Omar di sisi kiri. Sementara Ali Osman berada di belakang bersama para pejabat perusahaan. Ciara melirik jam tangan di pergelangan tangan kanan. "Jam 9 di ruanganku, kan?""Benar, Nona," jawab Quden. "Deyan sama Pak Henry udah nunggu di sana."Omar melirik pergelangan tangan kanan Ciara. Bukan melihat jam tangan mewahnya, melainkan gelang emas putih Teddy Bear pemberian Kevan di masa lalu. Akhirnya, Omar tersadar. Walaupun Ciara telah menikah, tetapi posisi Kevan di hatinya belum tergantikan. "Nggak disangka-sangka, Nona Ciara terlihat sangat cantik daripada foto-foto yang beredar di sosial media.""Betul. Bahkan Nona terlihat penuh semangat dan percaya diri," timpal pria yang berjalan di belakang Ciara. Para pejabat perusahaan mulai pandai menjilat Ciara. Mereka tahu, siapa saja orang-orang di belakang Ciara yang mendukungnya. "Aku yakin, ke depannya ... K.C Tobacco akan semakin berj
Saat berpapasan dengan Santo di ruang tamu, Ciara memelankan langkah. "Jangan sampai Bi Linda mencurigai kamu!"Ciara berkata dengan pelan dan sangat hati-hati. Dia tahu, banyak CCTV yang terpasang di rumah ini. Dia juga tahu, Linda tidak sesederhana penampilannya. Santo tidak menjawab. Dia justru memberikan salam kepada Ciara. "Selamat pagi, Nyonya!"Ciara mengangguk tanpa bersuara. Lalu, dia terus berjalan. Di belakang Santo, terdapat orang-orang yang berjalan mengikutinya sambil membawa beberapa barang. Ciara sudah berada di luar. Dia menatap sopir yang berdiri di samping mobil. "Silakan, Nyonya!" seru sopir.Sebelumnya, Ciara sudah memerintahkan Linda agar sopir menyiapkan mobil. Itulah sebabnya, Linda tidak banyak bertanya. Karena dia sudah tahu Ciara akan pergi.Saat Ciara sudah duduk di dalam mobil, sopir bertanya dengan keheranan, "Apa Nyonya beneran nggak mau diantar aja? Jalanan di Kota Baubau macet parah.""Nggak perlu. Aku terbiasa pergi sendirian."Kata-kata lugas C
Keesokan hari. Pukul 07:00 pagi waktu Kota Baubau. Ciara sudah rapi dan sedang memakai sepatu boots yang biasa dipakainya. Dia berdiri di depan cermin besar ruang ganti. Ciara mengambil liptint stroberi dan mengolesi bibirnya dengan lembut. Liptint itu memberikan warna merah muda yang segar dan natural pada bibirnya.Ciara membiarkan rambut panjang coklatnya tergerai. Dia teringat dengan etalase perhiasan. "Ah, iya!"Tanpa pikir panjang, Ciara langsung berjalan ke sana dan mengambil salah satu penjepit rambut kristal Swarovski berkualitas tinggi. Mendiang ibunya pernah berkata, penampilan adalah yang pertama. Karena kesan pertamalah yang akan diingat oleh semua orang. Ciara tahu, ini adalah pertemuan pertamanya dengan Henry Adam. Di masa depan, dia akan sering melakukan kerja sama dengan Bank Commonwealth Internasional. Jadi, dia harus menunjukkan dirinya yang cerdas dan elegan tanpa kehilangan aura kecantikannya. "Oke, perfect!"Bagi seorang perfeksionis seperti Ciara, dia tida
"Ah, lupain aja!"Ciara tahu, dia tidak boleh ceroboh. Dia tidak boleh menunjukkan ketidaksenangannya di hadapan semua orang. Untuk sesaat, Ciara tidak tahu harus berkata apa! Untungnya, Chef datang membawa makan malam. "Silakan, Nyonya Muda!"Chef mempersilakan dengan penuh hormat. Dia kemudian berdiri di samping kursi Ciara. Chef tersebut bernama Antonio Lukito. Dia datang ke rumah ini sebulan sebelum hari pernikahan Ciara dan Liam. Dia dengan khusus ditunjuk oleh Tuan Besar Griffin untuk melayani Cucu dan Cucu menantunya. Potongan daging pertama masuk ke mulut Ciara. Dia mulai mengunyah. Tanpa disadari, air matanya mengembang dan siap terjatuh. Ciara terus memotong dan mengunyah tanpa berkata apa-apa. Setelah piring keramik kosong, dia meminum segelas air dan bangkit.Sejak tadi, Antonio bersabar menunggu Ciara menilai masakannya. Dia tidak yakin Ciara menyukainya. Karena dia tidak melihat kepuasan pada wajah ataupun sikap Ciara."Chef Antonio, makasih untuk makan malamnya," k
"Deyan, suruh Martin mengawasi Gibran! Jangan sampai gerak-geriknya luput dari pengawasan!"Kobaran api dendam tersulut di kedua mata indah Ciara. Tidak ada yang tahu, bagaimana Ciara mengatasi dendamnya selama ini. Quden dan Deyan hanya tahu Ciara memendamnya hingga sakit-sakitan. "Oke." Deyan mengambil ponsel dan menghubungi Martin.Keluarga Hanindra adalah yang terkaya di Kota Paloma, Pulau Orion. HHC Tower berdiri tegak di kota Horizon yang sibuk. Tuan Besar Christian dan Nyonya Cinta Hanindra memiliki 4 orang anak. Mereka adalah Jasmine Hanindra, Leon Hanindra, Julian Hanindra dan Ken Hanindra. Kevan merupakan Cucu pertama keluarga Hanindra yang lahir dan besar di luar. Dia adalah anak dari Jasmine Hanindra dan Theo Walcott. Jasmine memutuskan keluar dari keluarga Hanindra dan hidup pas-pasan karena tekanan dari ketiga adik laki-lakinya yang serakah. Kemampuan bisnis Kevan yang mumpuni membuat Christian dan Cinta datang ke Kota Tango, Pulau Pearl. Mereka memaksa Kevan untuk
"Jadi, pihak Bank Commonwealth Internasional minta secepatnya ketemuan sama aku?"Jam 6:00 sore di Hunian Exclusive Green Lake, Kota Baubau. Di sinilah Ciara berada. Setelah pergi dari pemakaman Sun Burst Hills, Ciara memacu motornya agar lekas menghilang dari pandangan Khalid.Ciara sedang duduk bersama Quden dan Deyan di ruang kerja yang biasa Kevan pakai di masa lalu. Sebagai kepala pelayan, Ruslan Zakki menjaga kediaman Ciara dengan sangat ketat agar selalu aman dari orang-orang suruhan Liam.Deyan Anggara menjawab, "Iya, Non. Pak Henry Adam sendiri yang chat di email kamu."Ciara memang sengaja tidak menghubungkan ponselnya dengan email pribadi demi menghindari kecurigaan Liam padanya.Tanpa menurunkan sikap waspada, Ciara bertanya lagi, "Kamu udah periksa Henry Adam? Apa ciri-cirinya sama kayak yang aku bilang?"Deyan mengangguk. "Sama persis. Aku udah retas akun chat dan data-data pribadinya."Deyan menyodorkan laptop pada Ciara. Quden berdiri di bawah jendela yang terbuka.
Plak!Setelah menatap wajah Liam agak lama tanpa berkata-kata, akhirnya timbul keinginan Ciara untuk menamparnya. Menukar uang Liam dengan tubuhnya?! Jangan harap!Itu tidak pernah ada di dalam benak Ciara dan tidak akan pernah terjadi!Walaupun keluarga Darwin berada di ujung tanduk sekalipun, Ciara yakin ... Tuhan akan memberikan solusi tanpa harus merendahkan diri di depan Suami bajingan ini!Ciara mendorong dada Liam. Dia berdiri secepat kilat di atas ranjang. "Apa kamu anggap aku seperti pelacur?!"Liam berdiri membeku di lantai, menatap mata Ciara yang terlihat tenang. Dia kesulitan menerjemahkannya. "Liam Griffin, apa kamu bener-bener akan merusak pernikahan ini?!"Liam enggan menjawab apapun yang ditanyakan Ciara.Ciara merasa tidak nyaman dengan situasi kali ini. Dia juga merasa, Liam telah bersikap keterlaluan.Ciara menghunuskan tatapan matanya pada Liam. "Jawab aku, Liam!"Dengan santai, Liam menjawab, "Apa salahnya jadi pelacur untuk Suaminya sendiri, hemm?"Ada kilat