"Apa kamu tau, siapa aku?!"
Si pria bertanya sambil melepaskan kedua tangan Ciara dari lehernya. Lalu, mendorong tubuh Ciara hingga menempel di dinding. Kesadaran Ciara mulai menghilang. Dia menampilkan seulas senyuman penuh arti. "Aku tau, kamu seorang gigolo kelas atas." Ciara menepuk-nepuk tasnya. Lalu, kembali tersenyum saat melihat lawan bicaranya. "Di dalam sini, ada banyak uang. Kamu tenang aja! Aku janji akan bayar mahal servis kamu." Ciara mengira, pria itu adalah seorang gigolo kelas atas di hotel mewah ini. Dia mencoba melepaskan diri dari si pria. Lalu, dengan cekatan membuka kancing teratas kemeja pria. Melihat tindakan Ciara, Aksa menjadi cemas dan tidak tega pada tuannya. Dengan terbata, Aksa berkata, "TuーTuan Liam, kayaknya ada seseorang yang sengaja mempermainkan Nyonya Muda." Mata coklat Liam menyorot dalam dan kelam. Dia adalah Liam Griffin. Ciara pernah bertemu Liam sekali pada saat keduanya menikah pagi tadi. Di kehidupan sebelumnya, Ciara tahu Liam menikahinya karena salah paham. Liam mengira, Ciara adalah dalang di balik kematian adik kandungnya. Meskipun begitu, apakah tidak keterlaluan jika Ciara memanggilnya dengan sebutan gigolo? Ciara tersenyum sinis. "Kamu ... Liam?" Ciara mulai sempoyongan. Namun, Liam buru-buru menangkap tubuhnya. Sorot mata Ciara menjadi sedih. "Apa kamu Liam Griffin? Malam ini, pesta pernikahanku dan Liam Griffin. Tapi, dia nggak datang. Terus ...." Ciara tidak menyelesaikan kalimatnya. Dia justru memukul-mukul dada Liam. "Aku benci kamu, Liam!" Ciara berteriak. "Sampai kapanpun, aku nggak akan maafin kamu." Liam dan Aksa tahu, Ciara tidak begitu sadar. Bahkan Ciara mungkin saja tidak menyadari tindakannya barusan. Ciara merasa kepalanya terasa sakit. "Liam, aku nggak nyaman. Tolong bantu aku!" Suhu tubuh Ciara sudah semakin panas. Dia tidak bisa menahannya lagi. Ciara memeluk Liam sambil terus menciumi kulit lehernya. Liam menyipitkan mata. "Siapa yang berani jahatin kamu?!" Detik itu juga, terdengar suara langkah kaki di luar kamar. Liam dan Aksa mendengar suara beberapa pria berbicara. "Kita harus menemukan gadis sialan itu," kata seorang pria. "Kalo nggak, tamat riwayat kita berdua." "Betul. Bisa-bisa kita kehilangan pekerjaan dari Nona Irina," timpal pria lainnya. Liam melirik Aksa. Urat nadi di keningnya menonjol keluar. Akhirnya, dia tahu siapa yang mencoba mencelakai Ciara! Liam merasakan pergerakan lembut tangan Ciara di dadanya yang berbulu halus. Dia menahan hasratnya yang membara. Liam berkata dengan kejam, "Cia, kamu bener-bener berani. Jangan salahin aku dan jangan menyesal! Karena kamu sendiri yang melemparkan dirimu ke dalam pelukanku." Aksa mulai gugup. Dia tahu, kali ini Liam marah besar. Ciara tiba-tiba menarik kerah kemeja Liam dan mencium bibirnya. Tindakan Ciara yang sangat berani berhasil memprovokasi situasi. Awalnya, Liam ingin menjauhi Ciara. Namun, bibir Ciara terasa manis dan ciumannya berhasil membuat pertahanan diri Liam runtuh. Liam menggendong Ciara menuju kamar tanpa melepaskan ciumannya. Ekspresi Liam tidak berubah sedikitpun. Saat mencapai kamar utama, Liam berhenti sejenak. Dia melirik asistennya yang mematung. "Aksa, urus sekelompok bajingan itu dan urus pestanya!" perintah Liam. Aksa tercengang. "Baーbaik, Tuan." Aksa buru-buru menutup pintu kamar 1001. Dia menghindari amukan Liam. Selama bekerja dengan Liam, Aksa tahu bahwa tidak pernah ada seorang pun yang berani bersikap kurang ajar pada tuannya. Bagaimana pun juga, Liam adalah Tuan Muda ke-2 keluarga Griffin yang temperamental dan sulit diprediksi. Posisinya di keluarga Griffin seperti Putra Mahkota. Namun, sikapnya seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Meskipun begitu, Liam diidam-idamkan oleh banyak wanita. Para wanita berlomba-lomba ingin menghangatkan ranjangnya. Tidak disangka, Nyonya Muda juga menggodanya. Di dalam kamar presidential suite nomor 1001. Liam membaringkan tubuh Ciara dengan sangat hati-hati. Dia sudah berada di atas tubuh Ciara. Tanpa menunda waktu, dia langsung merobek gaun pesta Ciara hingga hanya tersisa pakaian dalamnya. Liam tertegun saat melihat bentuk tubuh Ciara seperti jam pasir. Jakunnya bergerak naik turun. Diam-diam, dia mengagumi tubuh Ciara dengan lancang. Liam berbisik, "Cia, mulai malam ini dan seterusnya ... kamu cuma milikku." Suara Liam rendah dan magnetis. Wajahnya yang semula terlihat acuh tiba-tiba dipenuhi dengan senyuman. Sebenarnya, Liam sudah menyiapkan kamar presidential suite ini sebagai kamar pengantin mereka. Tidak disangka, mereka benar-benar melakukan malam pertama. Dahi Liam mulai dipenuhi keringat. Namun, hal itu justru membuatnya terlihat semakin menawan. Ciara pun dibuat semakin tertarik padanya. Liam memadamkan penerangan utama. Lalu, lampu tidur pun menyala. Suasana romantis segera mendominasi ruangan. Saat tubuh Liam menempel pada tubuhnya, Ciara tersenyum. "Ah! Gigoloku bener-bener tampan." Ciara menarik dasi Liam. Lalu, menciumi bibirnya dengan rakus. Lima detik berlalu. Sekarang, Ciara bangun dan berganti posisi. Ciara sudah duduk di atas tubuh Liam. Dia benar-benar menjadi wanita agresif di atas ranjang. Ciara berisik di daun telinga Liam, "Sayang, aku udah nggak tahan lagi." Ciara membuka paksa kancing kemeja Liam satu persatu, lalu melemparkannya ke lantai. Dia juga membuka ikat pinggang Liam dan celana hitamnya."Uhhh!"Suara leguhan itu berasal dari mulut Ciara. Dia membuka paksa kedua mata. Lalu, menatap langit-langit kamar presidential suite."Astaga!"Kedua tangan Ciara memegangi selimut. Dia mencoba mengingat hal-hal yang sudah terjadi. Ciara merasa sekujur tubuhnya sakit dan kulitnya terasa dingin. Dia mencurigai sesuatu. Tanpa pikir panjang, dia langsung mengangkat selimut.Ciara berteriak. "Aarrggghhh!" Di balik selimut, Ciara melihat tubuh polosnya dipenuhi jejak merah. Lalu, dia merasakan pergerakan di atas ranjang. Ciara menoleh dan melihat punggung mulus seorang pria. Jantungnya berdebar-debar.Mata Ciara membelalak. "Diーdia?!"Ciara teringat telah menyewa jasa seorang gigolo kelas atas. Harga servisnya dipastikan sangat mahal. Dengan gelisah, Ciara turun dari ranjang. Dia ingin menghidupkan penerangan utama. Tapi sesaat kemudian, dia menjadi ragu."Nggak! Aku nggak mau dia bangun dan melihatku."Ciara bergegas mencari pakaian. Dia tercengang saat mendapati gaun pestanya telah
"Nona, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu pakai kemeja pria?" Ciara sudah berada di dalam mobil bersama Quden. Mobil berjalan perlahan di jalan raya. Namun, Ciara masih merasa gelisah. "Keluarga Paman Ben udah pulang belum?" tanya Ciara, cemas. Ciara mengambil tisu wajah. Dia membersihkan makeup dengan cepat. Quden sangat bingung dengan tingkah Ciara. Sebab sejak kembali ke Kota Baubau, Ciara selalu menggunakan makeup berlebihan. Jadi, kenapa sekarang dia justru menghapusnya? "Keluarga Paman kamu udah pulang sejak sejam yang lalu," jawab Quden. "Jadi, kamu tadi ngapain di kamar presidential suite?" Ciara terdiam sesaat. Dia menatap Quden. "Ceritanya panjang. Satu hal yang pasti, Irina berusaha mencelakai aku. Dia mencampuri obat perangsang ke dalam minumanku. Terus, akuー" Quden terkejut setengah mati. Dia benar-benar sudah membuat Ciara mengalami kesulitan. "Jangan bilang, kamu tidur sama pria asing?!" Quden memotong kata-kata Ciara. Ciara gugup. Apa yang harus di
"Nasi udah berubah menjadi bubur. Kamu mau ngomong apa, Sayang?"Suara lembut Helen terdengar. Ben dan Helen tahu, putri mereka ini sangat pintar. Irina tidak hanya cantik, dia juga unggul di bidang akademik. Jadi, Helen berharap anaknya memiliki solusi yang tepat untuk permasalahan pernikahan Ciara dan Liam. Irina bangun, lalu duduk di samping Ben. "Setahun yang lalu, Cia pernah gagal nikah satu kali sama tunangannyaーKevan Hanindra."Helen penasaran. Dia segera mengambil tempat duduk di sofa yang duduki anaknya tadi. "Terus, kenapa?" tanya Helen, tidak senang. "Apa hubungannya sama masalah ini, Irina?"Irina tersenyum tipis. "Papa sama Mama inget nggak, sih? Saat Kevan tertembak, Cia langsung pergi dan tinggal di Desa Avalon sama pacarnyaーsi pria bertato api."Wajah Ben menggelap. Benaknya mengulangi memori kelam satu tahun yang lalu. Tidak disangka-sangka, terjadi penembakan saat acara pernikahan Ciara dan Kevan sedang berlangsung di Pink Beach Island. Selain tunangan Ciara, Tua
"Cia, apa maksudnya?" Irina bertanya. Irina dan kedua orang tuanya berdiri. Orang yang paling terkejut dengan kemunculan Ciara adalah Irina. Mereka memandangi penampilan Ciara seperti orang yang baru bangun tidur. "Kak Irina, berapa lama lagi kamu mau pura-pura jadi figur seorang Kakak yang baik?" Ciara bertanya sambil menuruni anak tangga. Dia berjalan menuju sofa single yang menghadap ke pintu utama. Dia duduk dengan tenang. Irina tidak menjawab pertanyaan Ciara. Dia justru balik bertanya, "Kok kamu ada di rumah, Cia? Bukannya kamu belum pulang?"Ciara memiringkan kepalanya, menatap Irina. Hidupnya bagai roller coaster, penuh naik turun.Ciara mengangkat kedua kaki ke sofa. Dia merebahkan kepala di bantal kecil. "Kayaknya kamu stalker aku, ya?" Irina berpikir, 'Seharusnya, Cia tersiksa sama zat afrodisiak yang aku campur ke minumannya. Kok bisa dia baik-baik aja?'"Dasar anak nggak tau diuntung!" Helen berteriak memaki Ciara. Pembawaan Ciara yang tenang membuat orang-orang suk
"Kenapa kamu diem aja?!"Suara Helen menggelegar di ruang tamu. Dia mendorong bahu Ciara dengan wajah angkuhnya."Aarrggghhh!" Ciara yang tidak siap pun terjatuh di lantai. Ben terkejut melihat sikap kasar istrinya."Ma, jangan keterlaluan!" tegur Ben.Ben berjongkok. Dia memeriksa tubuh Ciara. Wajah cemasnya membuat hati Ciara goyah. Di pikiran Ciara, setidaknya Ben masih memiliki sedikit hati nurani. Ben mengulurkan tangan, "Ayo bangun, Cia!""Makasih, Paman."Ben membantu Ciara berdiri. Lalu, mendudukinya di sofa panjang.Ben melirik Helen. "Gimanapun juga, Cia anak Kakak Sepupuku. Aku nggak mau dia terluka, apalagi cacat. Aku nggak mau ambil tanggung jawab di hadapan Tuan Besar Griffin."Irina jengkel. Seharusnya, Ben memihak Helen dan menghukum Ciara. Tapi, mengapa ayahnya justru membantu Ciara? Ini benar-benar jauh dari ekspektasinya. "Pa, jangan berlebihan!" tegur Helen. "Untuk hal ini, kamu nggak boleh membelanya! Kamu harus adil dan tegas."Ciara membiarkan Helen berkata s
"Tuan Muda Liam apa maksudnya? Apa kamu dan Ciaー"Kalimat Ben terputus. Dia ragu-ragu dengan pernyataan Liam tadi. "Nggak mungkinlah, Pa," sela Helen. "Tuan Muda nggak suka perempuan kotor kayak Cia."Benar! Liam adalah sosok perfeksionis. Dia selalu menjaga kebersihan dan reputasi. Jadi, dia tidak mungkin menjalin hubungan dengan Ciara, apalagi meninggalkan banyak jejak ciuman. Ben langsung meralat ucapannya. "Tuan Muda, anggap aja kamu nggak denger apa-apa!"Masih dengan posisi membungkuk, Ben memohon kepada Liam agar mengabaikan apapun yang didengarnya. Demi apapun, Ben hanya menginginkan Ciara menjadi istri sah Liam. Ada beberapa pertimbangan dan rahasia yang Ben sembunyikan tentang perjodohan Ciara dan Liam. Yang pasti, pernikahan diantara mereka harus tetap berjalan sesuai rencananya. Helen yang berada di samping Ben menyikutnya. "Papa apa-apaan, sih? Biarin aja Tuan Muda tau sifat aslinya Cia!"Ben menegur istrinya. "Ini urusan lelaki. Kamu perempuan, diem aja!""Nggak bisa
Ciara menegakkan kepala. Dia enggan berbicara. Dia meletakkan kotak susu yang sudah kosong di atas meja. Lalu, berdiri. "Aku ngantuk. Jam tidurku udah lewat." Ciara berjalan menuju tangga. Saat Ciara menapaki anak tangga pertama, dia menoleh ke arah Liam. "Paman, antar tamu ke luar! Keluarga Darwin nggak terima tamu malem-malem."Helen dan Irina saling pandang. Sedangkan Ben dilema. Ben tidak mungkin mengusir Liam. Tetapi di satu sisi, dia tidak ingin membuat Ciara marah dan mengusirnya dari rumah besar keluarga Darwin. Ben serba salah. "Tuan Muda, iーini ...." Ben gugup. Dia ingin meminta pengertian Liam, tetapi rasa-rasanya tidak akan mungkin. Karena Liam terkenal dengan pria tanpa perasaan.Ben melirik Aksa yang tidak berkata apa-apa. Karena Aksa juga dilema, sama seperti Ben. Tiba-tiba, Liam berdiri. Ciara pikir, Liam cukup tahu diri pergi dari rumahnya tanpa perlu berdebat.Namun, hal yang terjadi justru sebaliknya. Liam berjalan santai menghampiri Ciara sambil memasukkan tan
"Apa kamu bilang?! Aku mesum?!"Liam berhenti di anak tangga ke-4. Dia tidak bisa bersabar lagi. Liam berbisik, "Kalo aku mesum, terus siapa yang agresif di tempat tidur kamar presidential suite? Siapa yang berinisiatif buka semua pakaian aku, hemm?"Mata bulat Ciara menyorot tajam. Jantungnya mulai berdebar-debar. "Kaーkamu ... kamu diem, ya!" bentak Ciara.Ciara tidak tahu Liam sedang tersenyum saat mengetahui Ciara mulai panik. Pria itu mulai senang bermain-main dengan istrinya. Ben mengusap wajahnya dengan kasar. "Cia ini, apa dia nggak bisa ngomong lebih sopan sama Tuan Muda?"Sementara itu, Liam melirik sekilas ke lantai bawah. Lalu, matanya bertemu dengan mata Irina. Liam bertanya dengan nada menyindir, "Nona Irina, kamu nggak mungkin pisahin kamar Suami Istri, kan?""Oh, iーitu ...." Irina ragu-ragu. Jika Liam sudah berkata seperti itu, siapapun tidak akan mampu membantahnya. "Oh, nggak akan, Tuan Muda," sahut Ben, cepat-cepat. "Kalian ini kan pengantin baru. Nggak mungkin
"Aksa, muka kamu kenapa?"Aksa baru saja tiba. Ciara bertanya padanya dengan ekspresi penuh keterkejutan.Sesuai dengan keinginan Liam, hari ini Ciara tetap berada di rumah. Ciara juga merasakan sekujur tubuhnya nyeri karena Liam. Jadi, dia memutuskan untuk beristirahat seharian di rumah. Ciara sedang berada di ruang santai, menonton drama sambil menikmati beberapa cemilan. Namun, dia segera berdiri saat Aksa datang dengan wajah penuh memar. Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan, Ciara bertanya lagi. "Liam mukulin kamu?""Oh, nggak. Aku terpeleset," jawab Aksa, berbohong. Ciara mengerutkan dahinya. Dia tahu, Aksa telah berbohong. Namun, dia tidak mempermasalahkannya. Ciara masih menatap Aksa, meminta jawaban atas kedatangan beberapa wanita berpakaian rapi di rumah. "Nyonya Muda, sesuai dengan perintah Tuan Liam. Aku bawain beberapa mas kawin buat kamu dari Tuan."Linda yang berdiri di samping Ciara, bertanya, "Mas kawin? Nyonya, ini siapa yang mau nikah lagi?
"Seharusnya malam itu, saat kamu ambil keperawanan Cia, aku udah bunuh kamu!"Suara Lucas tegas dan dalam. Ekspresinya terlihat garang. Angga menarik kepala Liam kuat-kuat hingga dia bisa menatap langit-langit ruang kerja. Dia meringis, menahan rasa sakit pada sekujur tubuhnya. Tapi, hati Liam lebih perih saat tahu Lucas tidak bisa menerima statusnya sebagai Suami Ciara.Lucas berkata lagi, "Liam, aku nggak takut Cia jadi janda muda. Aku akan terus lindungi dia diam-diam."Membuat kesepakatan dengan Hegan Griffin adalah hal terbesar yang Lucas sesali. Jika dia bisa meramal masa depan, Lucas tidak akan membiarkan iblis seperti Liam mengambil peran menikahi Ciara. Liam tidak melindungi Ciara seperti permintaan Lucas. Bahkan Liam memiliki wanita lain hingga mencuat skandal dan membuat Ciara merasa tidak nyaman. Terlebih lagi, Liam dengan berani meniduri Ciara berkali-kali.Lucas tahu betul, sejak Liam meniduri Ciara di hotel pada malam pesta pernikahan mereka, Liam semakin terobsesi
"Berlutut!"Suara dingin itu milik Lucas. Vila Keluarga Griffin.Di vila inilah, Lucas tinggal bersama orang-orangnya. Sebelum menikah, Liam juga tinggal di sini bersama orang tua dan saudara-saudaranya. Namun karena Liam sudah menikah dan keluarganya telah tiada, jadi vila ini hanya ditempati Lucas. Cucu-cucu keluarga Griffin tinggal terpisah dengan Hegan Griffin. Sebagai tetua, Hegan tinggal di rumah lama atau rumah leluhur keluarga. Sejak datang tadi, Lucas menyuruh Angga menghajar Liam habis-habisan. Selain sudut-sudut bibirnya yang berdarah, wajah tampan Liam membengkak dan penuh memar. Walaupun merasakan sakit pada wajah dan bagian tubuh lainnya, tetapi Liam tidak melawan Angga sedikitpun. Karena melihat Liam enggan berlutut, Angga segera menendang kaki belakangnya. Bruk!Mau tidak mau, Liam berlutut di hadapan Lucas. Selain orang tuanya dan para tetua, dia tidak pernah berlutut di depan orang lain, terlebih sampah yang dipungut seperti Lucas! "Aku cukup tau diri nggak n
Urat nadi di kening Liam menonjol keluar. "Cia, kamu tau nggak berapa nilai 10% saham Griffin Group?"Liam percaya, ada seseorang yang telah menghasut Ciara untuk meminta saham perusahaan keluarga Griffin padanya. Dan orang yang paling mencurigakan adalah Lucas Griffin. Ciara mengangguk. "Karena aku tau nilainya, jadi aku minta sama kamu. Apa ada yang salah?"Ciara bukanlah perempuan yang irasional. Dia berasal dari keluarga kelas satu. Di masa lalu, keluarga Darwin adalah keluarga terkaya di Kota Baubau. Selain akrab dengan kehidupan hedonis, keluarga kelas satu biasanya tidak memamerkan diri. Selain itu, Ciara banyak melihat tentang pernikahan kalangan atas. Di kalangan atas, banyak istri dari keluarga kaya tidak bisa mendapatkan kekayaan suaminya. Tidak ada pasangan suami istri yang saling mencintai di kalangan atas. Semua itu adalah palsu. Jadi, Ciara menganggap pernikahannya dengan Liam tidak ada bedanya dengan mereka. Tapi di mata Liam, Ciara sedang mengungkapkan sifat asli
Tanpa sepengetahuan Ciara, Liam tersenyum mendengar ocehannya. Dia menyimpulkan bahwa Ciara cemburu padanya. Pikirannya melayang-layang seperti awan di langit musim gugur, penuh dengan kenangan yang samar-samar.Ciara tidak sadar telah masuk perangkap Liam. Karena faktanya, Ciara salah paham dengan beberapa video dan foto yang dikirim Vierra. Malam itu, Liam berpura-pura mabuk. Liam membiarkan Vierra membawanya pergi ke apartemen. Liam juga membiarkan Vierra melakukan apapun padanya, termasuk memfotonya dengan vulgar. Padahal tidak terjadi apa-apa diantara mereka.Liam menggunakan Vierra karena ingin tahu reaksi Ciara. Pagi harinya, Liam terbang ke Kota Horizon meninggalkan Vierra. Sebelum pergi, Liam menyuruh Cotta mengirim Vierra kembali ke negara asalnya.Hati Liam yang sebelumnya sepi seperti kota mati, kini berbunga-bunga. 'Nggak disangka taktik aku berhasil!' Melihat Ciara cemburu, artinya Liam berhasil menempati posisi di hati istrinya. 'Nggak sia-sia aku biarin Vierra mere
"Nyonya, mau makan malam apa?"Pukul 08:00 malam waktu Kota Baubau. Ciara sudah kembali ke Majestic Manor. Wajahnya terlihat lesu. Dia benar-benar sudah lelah. Linda telah menunggunya pulang sejak sore tadi. Jadi, begitu mendengar suara deru mesin mobil Ciara berhenti di halaman depan, Linda bergegas menyambutnya. Sambil menaiki anak tangga, Ciara menjawab, "Nggak usah. Aku udah makan."Ciara menjawab dengan cuek, meninggalkan Linda yang berdiri mematung di anak tangga paling bawah. Langkah Ciara terhenti di anak tangga paling atas. Dia menoleh ke lantai bawah. "Aku capek, mau langsung istirahat aja."Linda mengangguk. "Panggil aku kalo butuh sesuatu!"Ciara tidak membalas. Tubuhnya sudah letih. Dia ingin cepat-cepat pergi tidur. Sesampainya di kamar, Ciara langsung mandi air dingin. Lalu, memakai rangkaian skincare perawatan kulit sensitif dan bersiap tidur. Dia memadamkan penerangan utama. Lalu, menyalakan lampu tidur. Saat kepalanya menyentuh bantal, dia langsung tertidur p
"Yolanda Ega Wijaya, salah satu dewan eksekutif K.C Tobacco yang menjabat sebagai CHRO telah ditangkap dengan tuduhan korupsi."Ciara membaca headline berita hari ini yang menggemparkan kota Baubau. Bahkan nama Yolanda masuk pencarian populer teratas di situs internet. Tidak sedikit netizen yang geram menyerbu akun sosial media K.C Tobacco terkait berita hangat ini. Mereka mengecam tindakan Yolanda dan memuji sikap K.C Tobacco dalam menindak tegas para koruptor. Ciara sudah beristirahat selama 2 jam. Sekarang, dia sedang bersandar di atas ranjang ruang istirahat. Tubuhnya masih lemah. Namun, raut wajahnya sudah mulai sedikit memerah. Quden yang duduk di sampingnya merasa khawatir. Dia tidak boleh lalai menjaga Ciara. Atau dia akan mendapatkan hukuman mati dari Lucas dan orang-orangnya!Ya!Lucas diam-diam melindungi Ciara. Bukan hanya membantu mengangkat K.C Tobacco ke posisi tertinggi di dunia bisnis, tetapi Lucas juga mengirim beberapa orang terpilih untuk menjaga Ciara. Quden b
"Bapak-bapak Polisi, silakan masuk!" Igoy membuka pintu dan menyambut kedatangan lima orang polisi. Satu diantaranya adalah polisi wanita. Yolanda terperanjat. Dia menengadahkan pandangan ke arah Lucas dan Ciara. Yolanda panik. "Tuan Lucas, ada apa ini? Kenapa ada polisi di sini?" Yolanda meraih tangan Lucas sambil memohon, "Tuan Lucas, aku nggak bersalah. Keluarga Wijaya lah yang memanfaatkan aku." Lucas tidak suka sentuhan. Terakhir kali orang yang bersentuhan dengan Lucas adalah mantan tunangannya. Jadi, dia buru-buru menyingkirkan tangan Yolanda dan menatapnya seperti melihat kotoran. Menyadari Tuannya marah, Igoy langsung menghardik Yolanda, "Jangan sentuh Tuan Lucas!" Igoy, berkata, "Lagipula, kamu memohon pada orang yang salah, Bu Yolanda. Pergilah memohon pada Nona Ciara!" Omar dan Adnan mendampingi Polisi yang masih memeriksa beberapa barang bukti berupa dokumen yang dibaca Yolanda tadi dan beberapa foto. Sementara Yolanda memalingkan wajahnya, menatap Ciara yang an
"Tuan Lucas!"Angga masuk ke ruangan khusus membawa beberapa dokumen. Lalu, dia berdiri di belakang Lucas. Lucas melirik Angga. Kemudian, menyeringai. "Coba lihat ini, Bu Yolanda!"Lucas melemparkan beberapa foto ke atas meja disusul dengan tumpukan dokumen di tangan Angga. Pupil mata Yolanda menyusut saat melihat foto-foto dirinya dan Hamid terpampang jelas. Bibir tebalnya bergetar hebat bersamaan dengan punggungnya yang basah karena keringat berlebihan. Terlambat!Yolanda sudah tidak bisa mengelak lagi!Ini bukan lagi tuduhan yang tidak mendasar, melainkan sekumpulan bukti pengkhianatannya. Lucas bertanya dengan nada menyindir, "Bu Yolanda, kamu nggak berniat periksa dokumen satu persatu?!"Yolanda berkedip berulang kali ketika tatapannya bertemu dengan mata hitam Lucas. Dengan kedua tangan bergetar, dia meraih dokumen paling atas. "Iーini adalah ...."Yolanda membuka halaman dokumen yang pertama. Tidak lama, kelopak matanya berkedut. Yolanda terbelalak. 'Iーini ... bukti perca