Share

Bab 14 | Gelap Mata

Penulis: Intan Tanzza
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-30 23:53:45
Suasana tegang terlihat begitu jelas di ruang pemeriksaan ini. Tidak ada yang mengira jika Gibran datang, termasuk Zahra. Sejak tadi, Zahra bukannya tidak menghubungi Gibran, melainkan lelaki itu tidak yang tidak bisa dihubungi. Sekarang, tiba-tiba lelaki itu sudah ada di ambang pintu dengan tatapan datar terkesan dingin.

Seakan dengan slow motion Gibran melangkah sambil melonggarkan simpul dasi. Tatapan lelaki itu senantiasa datar, terlebih saat menatap Daffa dan Zahra dalam posisi berdekatan. Telinganya masih begitu sehat hingga bisa mendengar jelas yang lelaki itu ucapkan.

‘Cih, menghalalkan’ cibir Gibran dengan genderang perang di dalam otak dan hatinya.

Tidak berbeda dengan Zahra dan Daffa, Fitri juga ikut terkejut, terlebih saat melihat tatapan Kakak sepupunya. Dia memang sudah terbiasa dengan sikap dingin Gibran, hanya saja sekarang dia merasakan hal yang berbeda. Aura Gibran lebih mencekam dari biasanya.

“Kak,” sapa Dokter Fitri dengan senyum canggungnya. “Kok ke sini?”

Gi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 15 | Kejutan Tak Terduga

    Rindu, hari ini Zahra merasakan rindu akan kedua orang tuanya. Sudah cukup lama dia tak bertemu dengan Mama Nadia maupun Ayah Bagas. Mereka hanya berhubungan melalui panggilan video. Kesibukannya membuatnya tidak memiliki banyak waktu. Beruntung kedua orang tuanya memahami peranan baru. Tadi, dia baru saja melakukan panggilan video bersama Bunda Nadia. Banyak yang mereka bicarakan, termasuk resep menu makanan yang biasa Bunda Nadia buat saat di rumah. Selain itu, Zahra juga banyak bertanya tentang cara merawat bayi yang baik dan benar. Setelah selesai, Zahra bergegas menuju bawah. Senyumnya langsung mengembang saat melihat Nazira berada di tempat tidur goyangnya sambil bermain dengan Bi Jum. “Masyaallah, anak Buna lagi main?” tanya Zahra, membuat Bi Jum yang asyik bermain menolehkan kepala. Bi Jum mengulas senyum melihat nona mudanya. “Hallo Buna, Nazira pinter loh hari ini,” ujarnya sambil menirukan suara anak kecil. “Zira hari ini nggak nangis waktu Buna belajar,” lanjutnya membu

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-31
  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 16 | Satu Kamar Berdua

    “Loh Mas, kamu sudah pulang?”Seruan itu membuat Mama Tania dan Gibran tersentak. Lelaki itu menegakkan tubuhnya, menatap Zahra dan Mama Tania bergantian. Dengan memperlihatkan ekspresi datarnya, Gibran tengah menyembunyikan sedikit rasa panik. Dia takut baik Zahra atau Mama Tania menuduhnya yang tidak-tidak, misalnya memperhatikan istri secara diam-diam.“Hm,” jawab Gibran sangat singkat.“Kok Mama nggak dengar suara mobil kamu?” Mama Tania mengerutkan kening. “Kamu sudah lama?”Gibran sedikit gelagapan mendapatkan tembakan pertanyaan itu. Meski begitu, Gibran tetap mempertahankan ekspresi datarnya. Sungguh, Gibran tidak ingin semua orang salah paham.“Belum.”Gibran menjawab sambil lalu, memilih mengambil minum. Setelah itu, Gibran melenggang pergi begitu saja. Dengan balutan kerja lengkap, Gibran mulai menapaki setiap anak tangga. Jujur saja hari ini dirinya sangat lelah. Ada klien yang sengaja mempersulit hingga belum ada kata setuju di antara dua perusahaan.“Kamu nggak menyiapka

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-01
  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 17| Keyakinan Seorang Istri

    “Selamat pagi cucuma Oma.”Mama Tania yang baru saja membuka mata langsung disambut suara menggemaskan dari Nazira. Bayi mungil itu ternyata sudah membuka mata sambil menggerak-gerakkan tangannya, seolah ingin meminta Mama Tania membangunkan dirinya.“Masyaallah, cucu Oma pintar sekali,” pujinya saat melihat bayi mungil itu bangun lebih dulu daripada dirinya.Wanita paruh baya itu memilih mengajak Nazira berbicara. Setiap kata yang keluar dari mulut Tania, selalu Nazira balas dengan suara khas bayi yang menggemaskan. Respon itu membuat Tania tersenyum bahagia dan bangga. Zahra berhasil menerapkan kebiasaan baik untuk Nazira.“Kita mandi dulu ya, Sayang. Habis itu temani Oma masak di dapur. Okey?”Tania menggendong Nazira. Dibawanya bayi mungil itu di tempat bak mandi kecil. Tangannya yang sudah terlatih sejak lama, membuatnya tidak kagok, meski pengalaman itu terjadi dua puluh tujuh tahun lalu.Sesekali, Tania mengajak Nazira berbicara. Dia ingin membiasakan Nazira mendengarkan banyak

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-02
  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 18 | Berangkat Bareng

    “Pagi sayangnya Buna, Pagi Mah, Pagi Bi Jum,” sapa Zahra dengan ceria sesaat menuruni tangga.Dia wanita paruh baya yang ia sapa justru saling tatap. Seulas senyum geli terlihat di wajah keduanya. Bahkan, Bi Jum dan Mama Tania sampai melipat kedua bibirnya ke atas untuk menahan tawa. Sayangnya, tingkah keduanya disadari oleh Zahra.“Kalian kenapa?” tanya Zahra. Ia menatap Bi Jum dan Mama Tania bergantian. Kepalanya sampai miring untuk melihat dengan cermat.Untuk sesaat, Zahra merasa ada yang salah dengan penampilannya hingga membuat Bi Jum dan Mama Tania menahan tawa. Kepalanya sontak menunduk, memastikan lagi apa ada yang salah dengan penampilannya. Dia juga mengambil ponsel dan membuka fitur kamera. Zahra sampai membuka fitur kamera dan memilih kamera depan untuk mengaca.Hanya saja, dia tidak mendapatkan apa pun. Zahra merasa penampilannya tidak aneh. Riasan wajah yang ia gunakan juga tidak berlebihan. Lalu, mengapa dua wanita di depannya ini menahan tawa. Dan, tunggu … sekarang ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 19 | Usaha Menjadi Istri Baik

    Gedung tinggi di kawasan pusat berdiri dengan kokoh. Aktivitas para karyawan terlihat begitu jelas. Cakra Mas Development, merupakan perusahaan yang bekerja di berbagai bidang, terutama hotel dan apartemen. Siapa yang tak kenal dengan pemimpinnya, Gibran. Nama lelaki itu sudah terdengar di kancah nasional.Kini, lelaki itu tengah duduk di ruangan kerjanya. Ruangan dengan desain mewah dan elegan itu terlihat sangat tertata. Ruangan itu didominasi oleh warna monokrom, warna yang menjadi kesukaan mendiang istrinya.Gibran masih setia memejamkan mata. Kedua tangannya menyatu dengan kepala menengadah. Ada hal yang mengganggu mengganggu dirinya saat ini “Enyahlah!” perintah Gibran setelah mengembuskan nafas panjang.Tawa itu, Gibran tidak suka melihat tawa itu. Bukan, lebih tepatnya Gibran tidak suka siapa yang menjadi pemicu tawa itu, Daffa dan Zahra. Ya, dua nama itu yang sejak tadi mengganggu pikirannya.Dia masih ingat saat keduanya tertawa lepas, setelah Zahra keluar dari mobilnya. Mun

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 20 | Perasaan Tidak Nyaman

    Teriknya matahari tak menyurutkan niat baik Zahra. Kini, wanita itu sudah berada di halaman perusahaan milik suaminya. Senyum cerahnya semakin mengembang saat melihat kotak makan siang di tangannya dan supir taksi yang mengantarnya.“Minta tolong bawakan ke dalam ya, Mas,” pinta Zahra pada driver taksi online yang ia pesan.“Siap Mbak.”Zahra jalan terlebih dahulu, menunjukkan jalan yang akan dilalui. Saat sampai di front office, dia melihat beberapa karyawan menyapa. Ini bukan kali pertama dirinya datang ke kantor Gibran.Sebelumnya, dia sudah pernah ke sini untuk mengantar Humaira mengantarkan makanan. Kini tugas mengantarkan makanan siang untuk Gibran, ia ambil alih. Semoga saja Humaira tidak marah tugasnya ia ambil alih sekarang.“Ib—”Zahra langsung meletakkan jari telunjuk di depan mulut saat Bunga —resepsionis— ingin memanggil dan menghampiri dirinya. Dari banyaknya karyawan yang bekerja di sini, hanya Bunga dan Devan yang mengetahui Zahra sudah menjadi istri Gibran. Bunga meru

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05
  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 21 | Perdebatan

    Rembulan bersinar terang hari ini. Bintang-bintang setia menemaninya, membuat Zahra yang ada di balkon kamar Nazira tersenyum senang. Dia tengah menikmati keindahan malam dengan Nazira dalam gendongannya, tentu saja dia memberikan selimut tebal untuk anaknya.Sepertinya, bayi itu masih belum mengantuk karena baru saja bangun dari tidurnya. Zahra yang memang tidak memiliki pekerjaan setelah makan malam sangat senang. Kalau bukan Nazira yang menemani dan menghiburnya, siapa lagi? Tidak mungkin kalau Gibran.Mengingat sampai detik ini belum berhasil mendapatkan hati Gibran, membuat Zahra tersenyum miris. Usia pernikahan mereka sudah memasuki dua bulan, tetapi seperti tidak ada perkembangan berarti. Yang membedakan hanya Gibran tidak irit bicara lagi, seperti sebelumnya.“Buna harus melakukan apa lagi, Nak?” tanya Zahra sambil menatap mata bulat milik Nazira. “Buna merasa sudah melakukan semua cara agar bisa mendapatkan hati ayah kamu. Namun, sampai saat ini belum ada hilal sama sekali.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-06
  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 22 | Kamu Cemburu?

    Rembulan bersinar terang hari ini. Bintang-bintang setia menemaninya, membuat Zahra yang ada di balkon kamar Nazira tersenyum senang. Dia tengah menikmati keindahan malam dengan Nazira dalam gendongannya, tentu saja dia memberikan selimut tebal untuk anaknya.Sepertinya, bayi itu masih belum mengantuk karena baru saja bangun dari tidurnya. Zahra yang memang tidak memiliki pekerjaan setelah makan malam sangat senang. Kalau bukan Nazira yang menemani dan menghiburnya, siapa lagi? Tidak mungkin kalau Gibran.Mengingat sampai detik ini belum berhasil mendapatkan hati Gibran, membuat Zahra tersenyum miris. Usia pernikahan mereka sudah memasuki dua bulan, tetapi seperti tidak ada perkembangan berarti. Yang membedakan hanya Gibran tidak irit bicara lagi, seperti sebelumnya.“Buna harus melakukan apa lagi, Nak?” tanya Zahra sambil menatap mata bulat milik Nazira. “Buna merasa sudah melakukan semua cara agar bisa mendapatkan hati ayah kamu. Namun, sampai saat ini belum ada hilal sama sekali.”Z

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08

Bab terbaru

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 76

    “Bi, Gibran ke mana?” Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Mama Puspa sesaat setelah tiba di rumah anaknya. Raut kelelahan terlihat jelas di wajah yang mulai memunculkan keriput. Namun, di sisi lain dia sangat senang dan bersyukur karena pada akhirnya Nazira diperbolehkan keluar dari rumah sakit.“Saya lihat mobilnya tidak ada,” lanjutnya sambil berjalan menaiki tangga menuju kamar Nazira.“Anu … itu Nyonya,” ucap Bibi dengan terbata. Merasa ada yang aneh, Mama Puspa menghentikan langkahnya. Ia lalu menoleh ke belakang, lalu berkata, “Bicara yang jelas Bi Jum. Gibran ke mana?”“Tadi … Den Gibran pergi setelah ada tamu.”“Tamu?” tanyanya dengan kening mengerut. “Siapa tamunya?” tanya Mama Puspa dengan intonasi tidak sukanya. Bagaimana bisa anaknya itu pergi padahal Nazira baru saja pulang dari rumah sakit.“Sama Mbak Liya, Nyah.”Mata Mama Puspa beberapa kali mengedip. *Maksud kamu Aurelia?” Wanita paruh baya itu kembali mengangguk. “Iya, Nyah.”Jujur saja, mendengar jawaban

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 75

    “Apa maksud kamu, Nak?”Pertanyaan itu Mama Nadira utarakan setelah beberapa detik terdiam. Jujur saja, dia begitu terkejut dengan perkataan Zahra. Ada apa dengan pernikahan anaknya? Apa yang terjadi hingga Zahra mengatakan hal itu.“Jangan bercanda, Nak. Pernikahan itu bukan untuk mainan.” Mama Nadira mencoba menampiknya. Pasti pernikahan anaknya bauk-baik saja, pasti. Zahra pasti hanya tengah bercanda.“Mama nggak suka ah kamu bicara seperti itu.” Mama Nadira memilih untuk beranjak. Dia menaruh piring kotor di dapur.Sementara itu, Zahra yang ditinggal berdua dengan sang Papa masih belum sanggup menatap papanya. Dia tidak takut. Hanya saja, dia takut membuang ayahnya kecewa dan merasa bersalah. Bagaimanapun, Papa Bagaskara yang menikahkan dirinya dengan Gibran.“Pah …,” panggil Zahra pada akhirnya setelah sekian lama diam. Kepalanya terus menunduk dengan tangan saling bermain.“Ada apa, Nak?” tanya Papa Bagaskara dengan tegas, tapi tersimpan kekhawatiran tersendiri.“Zahra tidak bis

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 74

    “Sayang, tumben kamu masak banyak banget.”Seruan itu membuat Mama Nadira yang tengah menggoreng ayam lengkuas langsung menoleh. Kedua sudut bibirnya langsung tertarik ke atas saat melihat tubuh tegap milik Bagaskara bersandar di dinding.“Iya, dong. Tadi Zahra bilang kalau mau pulang.”Kening Bagaskara langsung mengernyit mendengarnya. “Kapan bilang sama kamu, Mah?” Lelaki itu mendekat ke arah sang istri dan mengambil potongan kecil ayam yang sudah matang. “Enak, seperti biasa,” pujinya sambil memberikan satu kecupan di pipi Mama Nadira.“Ih … Papa apa-apaan, sih. Main cium-cium sembarangan. Nanti kalau ada yang lihat gimana?” gerutu Mama Nadira sambil menatap protes. Namun, kedua pipinya yang memerah tidak bisa menyembunyikan bahwa dirinya tengah salting.Mendengar itu Bagaskara hanya bisa menggelengkan kepala. Dia biarkan saja istrinya kembali melanjutkan kegiatan memasak. Kebahagiaan tersendiri melihat Nadira tersenyum benar-benar lepas setelah kepergian Humaira.Dua bulan setelah

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 73 | Surat Pengadilan Agama

    “Bi, Gibran ke mana?” Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Mama Puspa sesaat setelah tiba di rumah anaknya. Raut kelelahan terlihat jelas di wajah yang mulai memunculkan keriput. Namun, di sisi lain dia sangat senang dan bersyukur karena pada akhirnya Nazira diperbolehkan keluar dari rumah sakit.“Saya lihat mobilnya tidak ada,” lanjutnya sambil berjalan menaiki tangga menuju kamar Nazira.“Anu … itu Nyonya,” ucap Bibi dengan terbata. Merasa ada yang aneh, Mama Puspa menghentikan langkahnya. Ia lalu menoleh ke belakang, lalu berkata, “Bicara yang jelas Bi Jum. Gibran ke mana?”“Tadi … Den Gibran pergi setelah ada tamu.”“Tamu?” tanyanya dengan kening mengerut. “Siapa tamunya?” tanya Mama Puspa dengan intonasi tidak sukanya. Bagaimana bisa anaknya itu pergi padahal Nazira baru saja pulang dari rumah sakit.“Sama Mbak Liya, Nyah.”Mata Mama Puspa beberapa kali mengedip. *Maksud kamu Aurelia?” Wanita paruh baya itu kembali mengangguk. “Iya, Nyah.”Jujur saja, mendengar jawaban

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 72 | Restu Orang Tua

    “Apa maksud kamu, Nak?” Pertanyaan itu Mama Nadira utarakan setelah beberapa detik terdiam. Jujur saja, dia begitu terkejut dengan perkataan Zahra. Ada apa dengan pernikahan anaknya? Apa yang terjadi hingga Zahra mengatakan hal itu. “Jangan bercanda, Nak. Pernikahan itu bukan untuk mainan.” Mama Nadira mencoba menampiknya. Pasti pernikahan anaknya bauk-baik saja, pasti. Zahra pasti hanya tengah bercanda. “Mama nggak suka ah kamu bicara seperti itu.” Mama Nadira memilih untuk beranjak. Dia menaruh piring kotor di dapur. Sementara itu, Zahra yang ditinggal berdua dengan sang Papa masih belum sanggup menatap papanya. Dia tidak takut. Hanya saja, dia takut membuang ayahnya kecewa dan merasa bersalah. Bagaimanapun, Papa Bagaskara yang menikahkan dirinya dengan Gibran. “Pah …,” panggil Zahra pada akhirnya setelah sekian lama diam. Kepalanya terus menunduk dengan tangan saling bermain. “Ada apa, Nak?” tanya Papa Bagaskara dengan tegas, tapi tersimpan kekhawatiran tersendiri. “Zahra tid

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 71 | Minta Maaf

    “Sayang, tumben kamu masak banyak banget.”Seruan itu membuat Mama Nadira yang tengah menggoreng ayam lengkuas langsung menoleh. Kedua sudut bibirnya langsung tertarik ke atas saat melihat tubuh tegap milik Bagaskara bersandar di dinding.“Iya, dong. Tadi Zahra bilang kalau mau pulang.”Kening Bagaskara langsung mengernyit mendengarnya. “Kapan bilang sama kamu, Mah?” Lelaki itu mendekat ke arah sang istri dan mengambil potongan kecil ayam yang sudah matang. “Enak, seperti biasa,” pujinya sambil memberikan satu kecupan di pipi Mama Nadira.“Ih … Papa apa-apaan, sih. Main cium-cium sembarangan. Nanti kalau ada yang lihat gimana?” gerutu Mama Nadira sambil menatap protes. Namun, kedua pipinya yang memerah tidak bisa menyembunyikan bahwa dirinya tengah salting.Mendengar itu Bagaskara hanya bisa menggelengkan kepala. Dia biarkan saja istrinya kembali melanjutkan kegiatan memasak. Kebahagiaan tersendiri melihat Nadira tersenyum benar-benar lepas setelah kepergian Humaira.Dua bulan setelah

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 70 | Melihatnya

    “Yakin hari ini Lo mau masuk kampus?” Pertanyaan itu membuat Zahra yang mengaplikasikan sunscreen menoleh. Wanita itu menghela nafas. Ini pertanyaan ketiga setelah dia mengatakan akan masuk kampus setelah lima hari menjalani kelas secara online.“Yakin. Lo nggak usah khawatir, Put. Gue baik-baik saja.”Selesai bersiap, mereka akhirnya pergi ke kampus. Di sela perjalanan, mereka bercerita tentang hal-hal kecil. Zahra beberapa kali dibuat tertawa oleh Adel.Meskipun begitu, ada rasa hampa di sudut hatinya. Dia berulang kali bertanya, bagaimana kabar Nazira? Apakah anaknya itu baik-baik saja? Zahra tidak bisa abai pada amanah yang sudah dititipkan pada dirinya.“Lo … nggak mau pulang, Ra”“Pulang ke rumah Mama?” Zahra membuka galeri, lalu menatap foto dirinya dan Nazira. Tanpa bisa dicegah, tangannya bergerak untuk memberikan usapan. “Terlalu jauh sam—”“Lo tau yang gue maksud, Ra,” sela Adel sambil menoleh ke arah kiri. “Gue tanya, kapan Lo pulang ke rumah suami? Lo punya tanggung jawab

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 69 | Sama-Sama Membutuhkan

    “Mama nggak mau tau ya, Gib. Kamu harus cari Zahra sampai ketemu! Mama nggak mau lihat Nazira sakit!!” Mama Puspa menatap tajam Gibran yang kini duduk di ruang rawat Nazira. Lelaki itu mengurut hidungnya. Kepalanya semakin pening mendengar Omelan sang Mama. Awalnya, dia sengaja menyembunyikan kepergian Zahra karena tahu reaksi mamanya akan seperti ini. Namun, sebaik apa pun dia menyembunyikannya, Mamanya mengetahui juga. Jangan lupakan wanita yang melahirkannya ini mempunyai banyak mata. “Iya, Ma. Gibran juga masih berusaha mencari Zahra.” Mama Puspa menghela nafas panjang. “Apa yang kamu perbuat hingga Zahra meninggalkan rumah, ha?” Puspa menatap tajam anaknya. “Kamu ini mikirnya gimana sih, Gib?” tatapan itu berubah menjadi sendu. “Zahra itu sudah mengorbankan masa depannya untuk masa depan kamu dan Nazira!” Puspa memalingkan muka, sambil mengusap air matanya. “Dia melakukan itu tanpa banyak protes. Tapi kamu, kamu justru tidak tahu diri. Kamu menyakitinya hingga Zahra memutuska

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 68 | Firasat Ibu

    Pyarr. “Astaghfirullah,” teriak Mama Nadia. Wanita setengah baya itu menatap pigura foto pernikahan Zahra dan Gibran yang ada di dekat televisi terjatuh. Matanya menatap cukup lama bingkai itu. Ia mulai merasa ada hal yang terjadi antara anak dan menantunya. “Ada apa, Ma?” tanya papa Bagas saat mendengar teriakan Mama Nadia. Lelaki itu mendekati Mama Nadia yang masih memaku di tempat sambil memegang album foto. Bagas melihat istrinya menatap ke lantai, lebih tepatnya ke arah foto pernikahan Zahra dan Gibran yang kini pecah. “Astaghfirullah, kok bisa pecah?” tanya Papa Bagas sambil bergegas merapikan itu. “Ah … ini masih bisa diperbaiki, Ma. Nggak kenapa-napa,” ujar Papa Bagas menenangkan istrinya. “Pah … ada apa sama mereka, ya?” tanya Mama Nadia begitu lirih. Dia berdiri perlahan, lalu menatap suaminya dengan lekat. “Perasaan Mama tiba-tiba nggak enak, Pa. Mama merasa ada yang terjadi sama mereka,” ungkapnya tentang keresahan hati. Papa Bagas yang mendengar itu menghela nafas

DMCA.com Protection Status