Adik Ipar Malang
Bab 58 Tidur dengan DaffinMalam harinya, setelah selesai makan malam, Devan dan Lilis sedang berbincang di atas kasur, dengan Daffi berada di tengah antara mereka."Kak ....""Kenapa? Cerita saja," ucap Devan sembari memerhatikan Daffin."Tadi siang ada yang mengirim bunga dan paketan, tapi enggak ada nama pengirimnya.""Terus? Memang apa isinya? Bukan benda berbahaya, kan?" Ekspresi Devan mulai serius. Dia mengusap pipi Daffin untuk menenangkan emosinya.Lilis menggeleng. "Enggak, kok. Isi paketnya baju-baju untuk Daffin yang sangat mewah. Juga ada sebuah buku."Devan masih diam. Alisnya naik ke atas, pertanda Lilis bisa melanjutkan perkataannya."Sepertinya itu dari Kak Fero. Dulu saat aku hamil, dia juga pernah memberikan aku sebuah buku masa-masa hamil. Sekarang, dia memberikan buku pasca persalinan.""Fero?" tanya Devan."Baru dugaan saja," jawab Lilis lirih.Adik Ipar Malang Bab 59 Paket Pengantin BaruBeberapa hari sebelumnya ..."Apa kabar Siska?"Sebuah suara berada tepat di belakang Siska. Dia adalah orang yang dulu pernah menjadi dewi penyelamat, sebelum semuanya terbongkar oleh Devan. "Ka–kamu ...""Ya? Kita bertemu lagi.""Freya," bisik Siska."Ya. Ini aku, Freya. Kamu pikir aku akan sembunyi terus? Dendamku belum terbalas, tentu saja aku harus menuntaskannya." Freya terkekeh. "Sekarang kamu sudah masuk ke dalam keluarga Evan. Pasti sangat bahagia, ya? Sayangnya, aku terlambat mengetahui, kalau ibu kamu ternyata ada hubungan di masa lalu dengan keluarga itu. Kalau iya, pasti aku bisa memanfaatkanmu lebih awal."Tanpa sadar, Siska mengepalkan kedua telapak tangannya. Meski dia belum lama masuk ke keluarga itu, banyak kebaikan yang sudah diberikan kepadanya. Terutama untuk ibunya."Kenapa? Kamu mau marah?" ejek Freya. Siska menetra
Adik Ipar Malang Bab 60 Satu Kamar BerduaSontak saja mereka berdua langsung salah tingkah. Elan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, sedang Siska langsung memalingkan wajah ke mana saja, asal tidak temu pandang dengan Elan.Di pikiran pelayan, beda lagi. Dia malah mengira kalau dua orang pelanggannya ini tersipu karena masih hangat-hangatnya pengantin baru.Elan berdehem, ingin lebih dulu memecah kecanggungan ini."Maaf kami pesan menu biasa. Paket promonya lain kali saja."Pelayan itu masih tersenyum ramah. "Tidak apa-apa. Jadi, Tuan dan Nyonya mau pesan apa?" "Kamu mau pesan apa?" tanya Elan pada Siska."Samakan saja."Elan kembali memandang pelayan untuk memesan makanannya. "Dua porsi nasi goreng ukuran sedang dan dua porsi sup ayam ukuran kecil. Minumnya teh tawar hangat saja." Elan menutup buku menunya, kemudian mengembalikannya kepada pelayan. "Baik, silakan menunggu sebenta
Adik Ipar Malang Bab 61 Hadiah dari SiskaDevan menyeringai licik melihat kekompakan Elan dan Siska saat protes. Sepertinya ada bau-bau romantis di antara mereka berdua. Dalam hatinya berpikir cara menjadi mak comblang, supaya Elan tidak menjadi bujang lapuk.Di sisi lain, orang yang ada di dalam pikiran Devan sedang sama-sama tersipu. Suasana juga menjadi canggung seketika.Lilis mengerjapkan kedua matanya kemudian segera meluruskan. "Mas Tejo, mereka bukan suami istri. Letakkan di kamar tamu terpisah, ya.""Oh. Maafin saya, Den, Non. Saya kira ...""Enggak apa-apa." Elan segera menghentikan topik pembicaraan ini.Tadi pagi, mereka berdua sudah dibuat canggung saat sedang makan di sebuah rumah makan. Sekarang mereka kembali dibuat kejadian yang sama. "Oh iya. Di dalam kardus itu hadiah dariku untuk baby Daffin. Ransel warna hitam itu milikku, sedangkan warna abu-abu milik Siska. Tolong membawanya hati-hati, soalnya ada beberapa barang yang pen
Adik Ipar Malang Bab 62 (Map Biru Hilang)Tanpa diduga, Lilis langsung menerjang Siska dengan sebuah pelukan. "Terima kasih, Siska. Di saat yang lain memikirkan hadiah apa yang pantas untuk anaknya, kamu satu-satunya yang memikirkan kebutuhan ibunya."Siska tertegun sejenak, sebelum akhirnya tersadar. Dia menepuk punggung Lilis sambil berkata, "Sama-sama. Maaf kalau hadiah itu tidak seberapa dibandingkan dengan hadiah dari orang lain.""Tidak benar. Ini semua sangat bermanfaat. Aku sangat menyukainya. Terima kasih sekali lagi," ucap ibu dari Daffin sambil mengakhiri pelukannya. Perasaannya sangat terharu, karena ada yang memberikan hadiah untuknya, juga memecahkan solusi untuknya.Lilis sempat kepikiran saat nanti akan melakukan perjalanan jauh. Seperti pergi ke rumah orang tuanya untuk acara empat bulanan kakak kandungnya, Laras. Sekarang tidak perlu bingung lagi saat akan memberi asi Daffin. Semua ini berkat hadiah dari Siska.
Adik Ipar Malang Bab 63 Sangkaan SiskaSemua pintu mobil milik Elan terbuka. Pintu depan, pintu belakang, bahkan pintu bagasi pun juga terbuka. Kebetulan mas Tejo lewat, dengan ramah dia menyapa Elan. Mungkin saja, dia membutuhkan sesuatu, seperti bantuan mungkin."Ada yang bisa saya bantu, Den." Elan yang sedang memutar tuas handle jok mobil sedikit terperanjat. Hampir saja dia melepaskan pegangannya pada jok mobil. Kalau pegangannya tidak kuat, sudah pasti kakinya akan jadi korban.Melihat mas Tejo yang menyapa, Elan langsung terpikirkan orang yang tepat untuk ditanyai. "Apa Mas Tejo melihat sebuah map berwarna biru?"Pengurus kebun Devan itu sedikit berpikir sebentar. Setelah berhasil menemukan sebuah ingatan, dia pun langsung menjawab. "Oh iya. Saya sepertinya melihat sebuah map yang Aden sebutkan."Mata Elan terlihat cerah. Dia segera keluar dari mobil menghampiri mas Tejo. "Di mana sekarang map itu?"
Adik Ipar MalangBab 64 Penjelasan ElanKlang!Terdengar suara benda jatuh di luar kamar. Mereka berdua menengok ke arah sumber suara.Elan ingat, tadi langsung masuk mendorong Siska tanpa menutup pintu. Jadi pintu masih dalam keadaan setengah terbuka. Di depan pintu terlihat Devan dan Lilis berdiri dengan tubuh membeku.Lilis lebih dulu tersadar, kemudian berjongkok untuk memungut kunci mobil milik Elan yang tadi tak sengaja dijatuhkannya, karena mendengar perkataan Siska."A–aku minta maaf." Lilis berusaha memertahankan ekspresi wajahnya agar terlihat baik-baik saja. "Lilis," gumam Elan. "Ini kunci mobil Kak Elan. Tadi mas Tejo menitipkannya padaku." Lilis menyerahkan kunci mobil tanpa menatap wajah Elan. Pertanyaan Siska barusan masih menggema di dalam kepalanya. Bayangan Evan saat malam itu tiba-tiba kembali. Dia tak menyangka kalau Elan yang dipikirnya laki-laki baik, ternyata serupa dengan adik kandungnya.Tadinya Lilis mau ikut
Adik Ipar MalangBab 65 Mereka Tidak SadarElan menghela napas. "Beberapa hari ini aku mengabaikan pesan dan teleponnya. Dia pasti mengira kalau aku belum mengetahui rencananya yang ingin menyakiti Evan. Makanya dia masih berani menghubungiku."Siska yang mendengar ucapan Elan kalau dia akan mendekati Freya lagi menjadi sedikit gelisah. Namun, dia segera menepis perasaan itu. Dia sadar diri kalau dirinya bukan siapa-siapa Elan. Kenapa dirinya harus merasa gelisah seperti akan melepaskan seorang kekasih untuk perempuan lain? "Kamu yakin?" tanya Devan memastikan."Iya. Mau bagaimana lagi." Elan menaikkan kedua alisnya. "Apa kamu yang mau menggantikan aku mendekati Freya?"Devan langsung menggeleng dengan kencang. Dia masih sangat mencintai istrinya. Susah payah mendapatkan dari ayah mertua dan Evan, mana mau dia dilepas Lilis. "Tapi, Kak ..." Ucapan Lilis selanjutnya tertahan di tenggorokan melihat isyarat tangan Elan yang memintanya untuk diam.
Adik Ipar Malang Bab 66 Kecemasan LilisSejak makan siang itu, Siska tidak pernah membiarkan dirinya hanya berdua saja dengan Elan. Tidak mau membuat jantungnya selalu berdebar-debar seperti sedang lari maraton. Dia tahu apa arti dari ini, tetapi sebisa mungkin dia akan menghalaunya. "Kamu sendirian di sini. Sedang apa?" tanya Lilis pada Siska yang sedang duduk di samping rumah sambil memandang greenhouse milik mama mertuanya. Ini hari kedua Elan dan Siska berada di kediaman Devan. Hari ini juga mereka akan kembali ke Jakarta. Siska tersenyum menatap kehadiran Lilis. Apa lagi saat melihat Daffin dalam gendongannya, matanya langsung berbinar. "Aku sedang melihat bunga-bunga di dalam rumah tanaman itu," tunjuk Siska ke arah bunga-bunga yang ada di dalam greenhouse. "Boleh aku menggendong Daffin?"Lilis langsung saja menyerahkan Daffin dalam pelukan Siska. "Kamu mau masuk untuk lihat-lihat?" ta
Bab 91 Senyum Bahagia Freya tidak tahu kalau Laras juga mencari bantuan saat pergi. Makanya dia berpikir kalau Laras merupakan orang yang menyebabkan dirinya menjadi seperti sekarang. Sedangkan nasib ketiga pemuda yang melecehkan Freya, mereka sudah tew4s di dalam sel sesaat setelah Freya keguguran. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Fero. Lilis melihat Devan sedang menunduk sambil mengepalkan kedua telapak tangannya. Tangannya segera merengkuh telapak yang mengepal itu. Devan mengangkat kepalanya dan melihat senyuman hangat Lilis. Semua yang ada di sana juga melihat ke arah Devan. Mereka tahu bagaimana perasaan bersalah yang Devan miliki. "Devan, kamu enggak sepenuhnya salah. Bagaimanapun, kamu punya pilihan sendiri. Apa lagi ini untuk seumur hidup. Jangan karena orang memintamu melakukan ini, kamu juga harus menurutinya. Kamu itu milik diri kamu sendiri. Kamu berhak menentukan yang terbaik untuk dirimu." Pak Arifin selaku mertua Devan ber
Bab 90Fero memberi kode pada anak buahnya untuk tetap menangkap Freya. Kemudian terjadilah perkelahian antara Meisya dengan kedua anak buah Fero. Meski Meisya menguasai bela diri pun kalau harus melawan dua laki-laki yang ilmunya jauh di atasnya, dia akan kalah. Tidak sampai lima menit, Meisya bisa dikalahkan. Kemudian Fero membawa Freya kembali bersama dengan Meisya juga. Setelah mereka pergi, Devan menyuruh anak buahnya untuk segera membereskan preman-preman bayaran Freya dibantu oleh anak buah Evan.Evan menghubungi orang tuanya untuk segera pergi ke rumah sakit di mana Elan dirawat. Siska yang mendengar tentang Elan pun langsung mendekati Evan. "Tuan Evan, bolehkah saya bertemu dengan Tuan Elan?" tanyanya dengan nada memohon. Matanya berkaca-kaca. Evan mengangguk begitu saja. Sebenarnya dia merasa tak enak sudah mencurigai Siska kemarin. Sudah seharusnya dia meminta maaf. Tetapi suaranya tetap tidak bisa keluar, kembali ditelannya lagi. "Siska, ayo kita ke rumah sakit jengu
Bab 89 Tukar Kebebasan SiskaSemua yang ada di dalam ruangan itu terkejut. Terutama Freya. Padahal dia sudah membayar orang-orang untuk melindungi tempat ini. Lagi pula rumah ini berada jauh di dalam karena dibangun di belakang kebun. Lilis yang melihat Devan datang segera berlari ke arahnya. Freya yang melihat itu langsung berteriak, "Cepat tangkap dia! Jangan sampai dia berlari ke sana!"Semua preman itu langsung berlari ke arah Lilis. Bukannya menangkap Lilis, mereka malah berdiri di sisi kanan, kiri, dan di belakang Devan. Freya langsung tercengang. Bagaimana bisa orang bayarannya malah berdiri di pihak Devan? Tubuhnya tiba-tiba gemetar. Sepertinya dia sudah tahu apa yang sudah terjadi. Jangan-jangan, Elan tidak dibawa ke tempat yang sudah dia rencanakan, melainkan sudah diselamatkan oleh mereka. Tetapi Freya masih mencari cara untuk menyelamatkan dirinya. Devan memandang Freya dengan pandangan yang sulit. Dulu mereka bertiga—dengan Fero—sangat akrab. Devan sudah menganggap F
Adik Ipar Malang Bab 88 Yang SebenarnyaBeberapa hari berikutnya, Freya mau mengeluarkan suaranya. Hal yang pertama kali dia ucapkan adalah meminta Fero mencari siapa perempuan yang berlibur juga di puncak pada saat itu.Akhirnya, setelah beberapa hari, Fero sudah menemukan keluarga mana yang pergi berlibur pada hari di mana Freya mengalami kejadian naas. Saat Fero ingin memberitahu Freya, dia malah mendapati adiknya sedang sekarat setelah meminum obat peng9u9ur kandungan lebih dari takaran. Hal itu membuat Fero syok karena ternyata Freya tiba-tiba mengalami pendarahan dan kemudian keguguran.Karena pendarahan terus menerus, membuat rahimnya menjadi infeksi. Untuk meminimalisir munculnya kanker dan kerusakan pada organ lainnya, dokter menyarankan agar Freya menjalani pengangkatan rahim.Freya jelas menolak. Baginya rahim adalah salah satu tanda perempuan sejati. Dari gadis saja dia tidak punya rahim, laki-laki mana yang mau men
Adik Ipar Malang Bab 87 Kamu Punya Sesuatu "Kamu tidak percaya, kalau kamu punya sesuatu yang tidak aku punya?" tanya Freya dengan dingin. Lilis hanya menggelengkan kepalanya dengan perlahan.Freya berucap dengan lirih, "Devan."Mata Lilis melebar tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Mungkin telinganya sedang tidak berfungsi dengan baik.Freya paham melihat dari ekspresi Lilis. Pasti perempuan di depannya ini merasa sudah salah dengar."Kamu enggak salah dengar. Aku benar-benar menginginkan Devan.""Jangan macam-macam Freya! Kamu mendekati kak Elan untuk menghancurkan rumah tangga kak Evan dan kak Laras, kenapa kamu meminta kak Devan padaku? Aku pikir kamu menyukai kak Evan!" ucap Lilis dengan nada tinggi.Lilis merasa kalau Freya sudah terkena gangguan jiwa. Sebenarnya apa yang ada di pikirannya. Dengan wajah cantik dan kekayaan keluarganya, laki-laki mana yang akan menolak? Kenapa harus terobsesi dengan laki-laki yang sudah menikah,
Adik Ipar Malang Bab 86 Menghubungi Devan Di tempat lain, Fero tiba-tiba penasaran dengan adiknya yang sedang cuti. Dia coba untuk menghubungi adiknya kembali. Namun, masih tidak tersambung.Tadinya dia ingin membuat kejutan untuk adiknya, dengan tidak memberitahukan kepulangannya ke Indonesia. Ternyata adiknya malah mengambil cuti, dan nomornya susah dihubungi."Ini sudah hampir tiga jam, tapi kenapa Freya masih susah dihubungi?" gumam Fero.Akhirnya Fero penasaran untuk apa adiknya itu mengambil cuti tanpa sepengetahuannya. Dia segera meminta bawahannya untuk mencari keberadaan adiknya.Setelah beberapa saat, Fero menerima laporan kalau Freya beberapa hari yang lalu memesan tiket pesawat ke Singapura, tetapi tidak pergi ke sana. Lalu, untuk apa?Setelah mengerti dengan situasi ini, Fero langsung bangkit dari duduknya. Dia membawa dua bawahannya untuk mengikutinya."Pergi ke lokasi di mana Freya sekarang berada!"
Adik Ipar Malang Bab 85 Memata-mataiSiska dan Lilis sedang duduk di ruang tamu. Mereka sedang menunggu sang Tuan Rumah keluar dari ruangannya. Lilis merasa was-was. Dia sedang memikirkan bagaimana kedepannya dengan Daffin kalau dirinya terjadi sesuatu di sini. Sedang Siska, dia malah merasa sangat gugup dan takut.Meisya segera menghampiri Siska dan Lilis. Dia membawa sebuah kotak berukuran tiga puluh sentimeter dan meletakkan di atas meja. "Silakan taruh ponsel Nona berdua di dalam kotak ini!" ujar Meisya dengan sopan. Siska dan Lilis saling memandang dan mengerutkan kening.Melihat keragu-raguan kedua perempuan itu, Meisya menambahkan, "Kami tidak akan mengambilnya. Hanya untuk mengantisipasi saja." Siska dan Lilis masih enggan untuk mengeluarkan ponsel mereka. Tidak disangka kalau Freya sangat berhati-hati. Padahal rencana Lilis adalah ingin merekam dan mencari bukti sebanyak-banyaknya untuk m
Adik Ipar Malang Bab 84 Dua Perempuan Sementara itu, Lilis sudah sampai di dekat gang besar yang dimaksud oleh Freya. Sebelumnya Freya memberitahu lagi, kalau mereka naik kendaraan umum, mereka harus turun di gang besar yang menuju ke rumah di mana Elan disembunyikan. Lalu, mereka harus berjalan kaki kurang lebih sejauh lima puluh meter lagi. Selama berjalan, Lilis memerhatikan keadaan tempat ini. Sepanjang jalan, di sisi kanan dan kiri hanya kebun yang ditanami pohon buah-buahan. Di antaranya pohon rambutan, mangga, dukuh, dan jambu air. "Lis, perasaanku agak kurang enak. Apa kita balik lagi saja?" Siska menggandeng lengan Lilis dengan kuat. Meski siang hari, tapi di sini sangat sunyi. Bahkan tidak ada orang yang lewat. Sepertinya lahan di sini adalah milik satu orang, sehingga orang-orang tidak berani lewat jalan ini sembarangan. "Jangan dulu! Kalau kita kembali, bagaimana dengan Kak Elan?" tolak Lilis."Tapi aku
Adik Ipar Malang Bab 83 Penyekapan Elan Di kantor Devan, tiba-tiba saja pikirannya mengarah ke Lilis. Entah kenapa hatinya sangat merindukan istri kecilnya itu.Devan menghentikan pekerjaannya sebentar, lalu mengambil ponsel dan menghubungi nomor Lilis. Panggilannya tersambung. Hanya saja tidak di angkat oleh istrinya itu. Sampai panggilan ketiga, Lilis tetap tidak mengangkat telfonnya. Kemudian Devan menghubungi nomor rumah Bu Maya. Tepat sekali beliau yang mengangkatnya. [Halo, kediaman Rifan di sini.]"Halo, Tante. Ini aku Devan."[Oh, Devan. Ada apa?]"Apa Lilisnya ada, Tante?"[Lilis? Dia sedang menemani Siska ke rumah sakit.]"Sejak kapan?"[Kurang lebih dari dua jam yang lalu. Mungkin sedang banyak pasien, jadi antreannya sedikit panjang.]"Apa Daffin juga ikut?"[Enggak. Daffin di rumah dengan Tante dan Laras. Ada apa, ya? Suara kamu kok terdengar cemas.]"Enggak apa-apa, kok, Tante. Terima kasih, ya. Mungkin L