Selama tiga hari ini mereka melakukan perintah sesuai arah Camilio tiga hari yang lalu. Sasha dan Alonzo terus bekerja sama. Bukan hanya itu saja, Alonzo pun memberikan wejangan-wejangan pada Sasha, serta rahasia-rahasia kecil Mike pada Sasha.Seperti apa makanan kesukaannya, buku apa yang di baca Mike, Pengalaman masa lalu mereka. Dan masih banyak lagi."Jadi Handsome ku menyukai Ayam Parmigiana?" gumam Sasha bertanya pada Alonzo. Saat ini mereka kembali berkeliling kota untuk mencari informasi. Selama tiga hari ini usaha mereka masih belum membuahkan hasil, hingga Alonzo mengarahkan mobilnya menuju perbatasan New York dan New Jersey."Ya, dia menyukai Parmigiana," jawab Alonzo.Sasha mengangguk pelan, "eh, tapi aku tidak bisa membuatnya, Al. Bagaimana aku bisa membuatnya?" tanya Sasha."Ayam parmigiana tampilan dan rasanya mirip dengan chicken cordon bleu. Kau harus bisa membedakannya," seru Alonzo."Ah, Cordon blue, ya aku tahu itu," ujar Sasha."Ayam yang digoreng dengan menggunak
Arsen sampai di mansion saat sore menjelang. Tampak Lily yang sedang bermain dengan Theo di kamar Theo di temani oleh Charlotte dan Maria.Begitu Arsen datang, Charlotte dan Maria segera pamit meninggalkan kamar Theo."Kau sudah pulang," seru Lily menyambut kedatangan Arsen dengan Theo di gendongannya.Arsen mengangguk seraya tersenyum tipis. Kemudian ia melepaskan jas yang dikenakannya dan menaruhnya di atas sofa kemudian berjalan mendekati Lily dan Theo.Arsen mengecup kening Lily sekejap, Theo tampak menggapai-gapai tubuh Arsen yang begitu dekat dengannya."Kau mau ku gendong, hemm??" tanya Arsen pada Theo, Theo yang melihat Ayahnya tampak tertawa.Arsen segera mengambil alih Theo dari gendongan Lily. Dan Theo tampak begitu bahagia. Beberapa hari ini memang Arsen jarang bermain dengan Theo karena kesibukannya di markas.Arsen mengangkat Theo dan menghadapkan wajah Theo padanya. Theo kembali tertawa, ia seperti mendapat suatu kebahagiaan.Mulut nya mulai membuka seolah ingi mengatak
"Kau ini menakutkan, Al," kata Maria."Jika dibiarkan, mereka akan terus merecoki kita. Bahkan mungkin tidak berhenti sampe di depan kamar kita. Berisik!" jawab Alonzo dengan santai.Kemudian mereka berdua kembali melangkah menuju kamar mereka.Alonzo mengeluarkan kunci miliknya dari saku celananya, kemudian memasukkan dan memutar kuncinya.Ceklek..Alonzo membuka pintu kamar dan segera mereka memasukinya.Setelah melepas sepatu masing-masing, Alonzo menarik tangan Maria untuk duduk di sofa."Aku sudah mendapat ijin dari Tuan untuk cuti liburan bersamamu. Kita besok berangkat ke Tulum," ujar Alonzo dengan senyum setelah mereka duduk berdampingan di sofa."Benarkah?" tanya Maria tak percaya."Ya. Aku bahkan sudah membeli tiket untuk kita ke sana tadi," sahut Alonzo seraya membuka ponsel untuk menunjukkan booking confirmation tiket dari New York ke Cancun, Mexico pulang pergi atas nama mereka berdua."Jadwal pesawatnya besok jam 09.30 pagi dan kita tiba di Cancun jam 11.45 waktu Mexico,
Maria dan Alonzo sudah mengemasi barang mereka tadi malam, sebentar lagi mereka akan segera berangkat, namun sebelum itu mereka akan berpamitan terlebih dahulu pada Lily, karena Arsen sudah berangkat setelah sarapan."Nyonya, kami pamit," seru Maria pada Lily yang sedang menggendong Theo, sedangkan Charlotte berada di sampingnya.Lily mengangguk pelan seraya tersenyum dengan lembut. "Nikmati waktu libur kalian. Maria, Al berhati-hati lah," ujar Lily."Tentu saja Nyonya," jawab Maria."Terima kasih atas perhatian Anda, Nyonya," timpal Alonzo.Setelah berpamitan Maria dan Alonzo segera memasuki mobil mereka. Alonzo segera menyalakan mesin mobil miliknya, kemudian mulai melakukannya perlahan dan mulai meninggalkan pekarangan mansion."Mari, Nyonya, kita kembali ke dalam," ajak Charlotte."Ayo, di luar sedikit berangin, tidak baik bagi Theo," seru Lily. Kemudian mereka berdua berjalan masuk kembali ke dalam mansion.Alonzo memang sengaja membawa mobil sendiri dan akan memarkirkannya di ba
Selama dua hari di Pantai Tulum, Maria dan Alonzo begitu bahagia, mereka sangat menikmati indahnya pantai serta angin laut yang menerpa tubuh mereka.Rasanya Maria dan Alonzo enggan untuk meninggalkan tempat tersebut. Benar-benar memanjakan mata mereka dan deburan suara ombak membuat hati mereka begitu tenang. Benar-benar tak puas jika hanya dua hari saja berada di sini. Sudah seperti surga.Namun, sayangnya. Di setiap ada perjumpaan, maka akan ada perpisahan. Begitu pula Maria dan Alonzo dengan Pantai Tulum yang sudah merebut hati mereka.Pagi ini Alonzo dan Maria bersiap meninggalkan hotel untuk menuju ke Cancun. Perjalanan dari Tulum ke Cancun memakan waktu sekitar dua jam. Mereka memiliki rencana setelah menaruh koper di kamar hotel, mereka ingin berjalan-jalan ke Torre Eschenica dan sekitar kota Cancun.Torre Eschenica adalah sebuah menara yang dapat berputar dan memberikan pemandangan menakjubkan. Cancun, Meksiko dapat terlihat 360 derajat dari atas menara ini.Setelah menikmat
"Danteeeeee!!!!" geram Mike dengan kesal dan marah. Membuat Dante menelan salivanya susah payah.'Mati aku, malam ini aku matiiiii!' pekik Dante dalam hati."Mike, maafkan aku, aku hanya bercanda, lagipula... iyuhhh.." Dante memasang wajah jijiknya."Aku masih menyukai wanita, serius! Sangat malah, ya ampun tak mungkin aku berpaling dari pelukan wanita-wanitaku dan memilih bermain anggar. Ya, Tuhan itu sangat menjijikan," cerocos Dante bak kereta api Shinkansen."Heh!! Bercanda? Bercanda apanya hah??! Tadi jelas-jelas kau mengurungku dan hendak menciumku!! Itu menjijikan, aishh, harga diriku hampir saja tercoreng olehmu," kini Pascoe ikut berbicara dengan masih menyembunyikan tubuhnya di balik tubuh Mike dan hanya menyembulkan kepalanya saja."Aku hanya bercanda, astaga!! Aku hanya ingin menggoda perjaka bodoh seperti mu!!" kilah Dante."Perjaka perjaka, itu lebih baik dari pada maniak sepertimu yang tiap hari celup sana sini dan menabur benih dimana-mana, apa kau petani yang sedang b
"K-kau mendengar pembicaraanku?" tanya Maria kaget dan tak percaya.Alonzo tak menjawab, ia hanya mengangkat satu alisnya menunggu jawaban Maria.Maria menundukkan kepalanya dan menarik napas panjang."Dia teman masa kecilku dulu saat aku tinggal di Mexico. Paman Nando berbicara pada orang tuaku, bermaksud menjodohkan kami tapi aku menganggap hal itu aneh. Jadi tidak pernah menanggapinya. Aku bahkan sudah lupa akan hal itu," jawab Maria."Kau tidak menjawab pertanyaanku," ujar Alonzo dengan tatapan tajamnya.Maria mengerutkan keningnya."Kau ini sudah bersuami tapi berbincang ramah dengan seorang pria yang kau bilang teman masa kecilmu. Lalu tadi kau bilang sudah lupa kalau pernah dijodohkan. Setelah ingat lagi, kau masih bisa bersikap ramah dengannya. Apa karena kau suka dipuji karena terlihat lebih cantik?" tanya Alonzo lebih tajam.Mata Maria membulat dengan semua tuduhan Alonzo yang dirasanya berlebihan. Maria merasa sia-sia saja menjawab pertanyaan Alonzo yang lebih mirip dengan
Kemarin sore Alonzo dan Maria sudah kembali ke mansion. Mereka membawakan beberapa oleh-oleh yang beli dan memberikannya pada Lily dan Sasha. Sedangkan untuk Charlotte ia akan memberikannya setelah Charlotte kembali ke mansion.Dan hari ini Maria sudah kembali berkerja seperti biasa. Begitupula dengan Alonzo, yang tadi pagi sudah berangkat menuju markas Black Nostra. Karena giliran Camilio dan Charlotte yang mendapatkan cuti hari ini, hingga beberapa hari ke depan.Kini Lily sedang duduk menikmati makan siang bersama Maria dan Sasha di meja makan. Sedangkan Theo sedang terlelap di kamarnya, dijaga oleh Roza yang menggantikan Charlotte yang sedang cuti.Lily dan Sasha meminta Maria bercerita tentang liburannya bersama Alonzo di Mexico.Mata Lily dan Sasha berbinar saat Maria menceritakan detail keindahan Pantai Tulum dan tempat sekitarnya. Maria juga menunjukkan foto-foto keindahan alam di sana dan foto-foto mereka berdua."Kau punya account di sosial media, Maria?" tanya Sasha."Punya
Dengan langkah pasti tanpa ragu dan tanpa takut sedikit pun Carla mulai berjalan menuju pintu dengan pistol miliknya di genggaman tangan kanannya.Dirinya sudah diselimuti emosi yang memuncak atas kematian anak sulungnya. Dengan kuat ia mendorong pintu kamar mandi.Brakkk...Dan langsung mengarahkan pistol pada orang yang ada di hadapan suaminya. Ia sudah bersiap untuk menarik pelatuknya sedikit lagi peluru yang berasal dari pistol nya akan berpindah dan bersarang di kepala musuh yang berdiri tak jauh di hadapan suaminya.Telunjuknya mulai bergerak, dan..Dorrr ....Carla terjatuh ke lantai dengan kepala yang berlubang dan mengeluarkan darah segar.Peluru Mike sudah lebih dulu sampai di kepalanya sebelum ia berhasil menarik pelatuk pistolnya."Carlaaaaaa!!!" Pekik Giuseppe seraya menghampiri tubuh Carla yang sudah terbaring tak bernyawa.Giuseppe mengeratkan genggaman tangannya menahan emosi nya. Belum reda ia mendengar kematian anaknya yang merupakan penerusnya, kini di hadapannya ia
Saat pintu kamar mandi terbuka tiba-tiba saja sebuah senjata api laras panjang terlihat dan membidik ke arah Arsen. Dan...Dorrr...Brukkk!!Dorrr... Camilio dengan sigap menembak kepala si penembak hingga ia jatuh terpental ke lantai dan tewas seketika.Arsen sempat terkesiap, namun ia segera menolong berjongkok mengecek kondisi Dante yang langsung menghadang tembakan yang ditujukan padanya."Duhhh sakitttt.." Lirih Dante seraya menyentuh lengan kanannya dengan tangan kirinya."Coba ku periksa lukamu." Seru Camilio. Kemudian melihat luka pada lengan Dante. Arsen pun hanya memperhatikan.Kemudian Arsen memerintahkan Mike untuk mengecek musuh yang ternyata anak Giu yang pertama."Peluru hanya masuk 2.5cm sampai 3cm saja Dante. Tak usah cengeng seperti itu." Seru Camilio setelah mengecek keadaan luka Dante kemudian mulai membalut luka Dante dengan sapu tangan miliknya agar pendarahannya tak keluar banyak."Hanyaaa?? Kau bilang hanya hah?? Ini sakit!!" Gerutu Dante.Camilio hendak menjaw
Mike mulai memerintahkan seluruh anak buahnya untuk mulai mendekati mansion Giu dengan perlahan dan sembunyi-sembunyi.Mereka lakukan pun tidak langsung bersamaan. Agar pergerakan mereka tak diketahui.Arsen pun mulai keluar dari dalam mobil dan ikut mengamati. Ia sudah menyiapkan dua buah pistol di balik jasnya. Ia akan ikut turun tangan untuk menghadapi Giuseppe Bruscha. Pria tua yang sudah berani-beraninya mengusiknya dan Black Nostra."Bagaimana?" Tanya Arsen."Semua sudah menuju posisi mereka masing-masing, kita hanya perlu menunggunya sebentar lagi." Jelas Mike.Arsen mengangguk pelan, kemudian menatap mansion Giu yang akan mereka ratakan sebentar lagi.Rasanya Arsen sudah sangat tidak sabar ingin segera meratakannya saat ini juga. Namun, rasanya tidak akan menyenangkan jika Giu mati dengan mudah begitu saja.Arsen harus membalas atas semua yang sudah Giu lakukan pada keluarganya dan Black Nostra.Begitupula dengan Mike. Ia menyimpan dendam pada Giuseppe yang rupanya membuat Mor
Tepat pukul 00.30 kedua team berangkat menuju tempat tujuan mereka masing-masing dengan menggunakannya beberapa mobil. Team A menuju mansion Giuseppe, dan team B yang dipimpin oleh Alonzo menuju markas Gio Bruscha.Jarak antara markas sementara mereka dengan mansion dan markas Gio Bruscha memang lumayan agak jauh, hingga membutuh waktu hampir sejam untuk sampai di sana. Pascoe berada di dalam mobil Van ditemani oleh Enrico.Mobil Van tersebut sudah dirancang sedemikian rupa, dilengkapi dengan segala peralatan yang Pascoe butuhkan untuk bekerja.Mobil dikemudikan oleh seorang supir, Enrico membantu Pascoe mengawasi dua buah layar laptop yang memperlihatkan markas dan mansion Giuseppe.Pascoe terus memberi informasi kepada seluruh rekannya melalui earphone."Hanya 2 orang penjaga di gerbang depan markas. Sisanya di dalam, tidak terlalu banyak, di belakang hanya ada satu orang." Seru Pascoe."Noted! Thank you, Pas!" Seru Alonzo di dalam earphone."No problem!""Mansion, tiga orang penjag
Setelah menempuh waktu hampir 3 jam akhirnya helikopter yang ditumpangi oleh rombongan Black Nostra sampai di Miami.Waktu menunjukkan pukul 10 malam lewat saat mereka tiba. Richard dan beberapa anak buahnya menyambut kedatangan Arsen dan yang lainnya.Begitu melihat Arsen dan Mike, Richard langsung menghormat, Arsen dan Mike hanya menganggukkan kepalanya sedikit. Sangat jarang mendapat kesempatan untuk bertemu langsung dengan ketua Black Nostra langsung seperti ini.Selama Richard bergabung dengan Black Nostra dan memimpin Black Nostra di cabang Florida, ini kali keduanya bertemu dengan Arsen. Saat ia dilantik dan saat ini. Biasanya ia hanya akan berhubungan dengan Mike saja. Meskipun Richard sering melihat wajah Arsen di televisi, majalah maupun surat kabar."Tuan." Seru Richard."Hmm, bagaimana kabarmu Richard?" Tanya Arsen. Bagaimanapun Richard adalah anak buahnya yang sudah banyak memberikan kontribusi pada Black Nostra.Bisnis Black Nostra sangat aman terkendali di Florida berka
Arsen berjalan memasuki markas, malam ini mereka akan terbang ke Miami dan menyerang markas dan mansion Giuseppe."Mike...," panggilannya pada Mike yang sedang duduk memperhatikan rekaman CCTV di samping Pascoe.Mike langsung menolehkan wajahnya pada Arsen, bukan hanya dia saja yang menoleh dan memberi hormat padanya tapi yang lainnya juga."Ya, Tuan." Seru Mike pada akhirnya."Ke ruanganku!" Titah Arsen."Baik." Jawab Mike kemudian langsung beranjak berdiri dan mulai mengikuti langkah Arsen.Sesampainya di dalam ruangan Arsen mereka duduk saling berhadapan di meja milik Arsen. Arsen tampak membuka laci mejanya dan mengeluarkan sesuatu dari sana dan menaruhnya di atas meja."Sebelum berangkat, sebaiknya kita menghubungi The Composser terlebih dahulu. Agar mereka menutupi tindakan-tindakan yang akan kita lakukan. Dan membuatnya samaran bagi pemerintahan." Jelas Arsen.Mike tampak mengangguk. "Aku setuju Tuan. Penyerangan kita kali ini terbilang besar, apa lagi pada dua tempat. Dan lint
Hari yang ditentukan akhirnya telah tiba. Setelah menghubungi Richard dan Enrico untuk mengkonfirmasi kesiapan pasukan dan bahan peledak, semuanya sudah sempurna dan tak ada yang terlewat.Rencana Penyerangan akan di lakukan menjelang dini hari, dimana mereka semua sedang terlelap, jauh di dalam mimpi mereka saat mereka tidur. Arsen memperkirakan hanya akan ada beberapa orang yang masih terjaga untuk tetap menjaga keamanan mansion maupun markas milik Giu.Mereka akan mulai berangkat menuju Miami setelah makan malam, makan malam mereka percepat 1 jam dari jam biasanya. Karena setelah itu mereka akan kembali berkumpul dan melakukan briefing terakhir sebelum penyerangan.Setelah menikmati makan malamnya, Arsen, Mike dan seluruh anggota inti Black Nostra bersiap berangkat. Mereka makan malam bersama di markas untuk menghemat waktu.Sedangkan Pascoe masih saja berkutat dengan laptop miliknya di ruang rapat. Sebelum keberangkatan Pascoe memutuskan untuk kembali mengecek CCTV-CCTV baik di ma
"Yeayy! Akhirnya aku sudah berhasil meretas CCTV yang berada di markas dan mansion milik Giu." Kali ini Pascoe lah yang tiba-tiba berseru dengan gembira."Perlihatkan pada kami, Pas." Titah Mike."Tunggu, aku akan memperlihatkannya pada kalian melalui layar proyektor agar terlihat dengan jelas oleh semua orang." Seru Pascoe kemudian kembali berkutat dengan Marrie-nya.Dan dalam waktu singkat mereka semua yang berada di dalam ruangan dapat melihat hasil kerja Pascoe yang terpampang di layar di hadapan mereka.Tampak beberapa gambar video terlihat secara bersamaan. Kotak-kotak kecil dan tertulis keterangan tempat di setiap kotak itu. Gerbang, pintu masuk, ruang tengah, halaman, halaman belakang dan banyak lagi."Ini kediaman Giu." Jelas Pascoe.Kemudian gambar pada layar tiba-tiba berubah namun tetap sama terdapat kotak-kotak kecil beberapa."Dan ini markas mereka." Pascoe kembali menjelaskan."Kau memang hebat, Pas!" Puji Mike pada Pascoe."Tentu saja, aku hebat, jangan pernah meraguka
Setelah sarapan, Mike segera berangkat menuju markas untuk memimpin rapat persiapan penyerangan ke Gio Bruscha di Miami. Sedangkan Sasha tinggal di mansion untuk menemani Oleg dan dua orang pengawalnya yang akan kembali ke Moskow sore hari.Mike memasuki ruang rapat di markas, bersamaan dengan semua anggota inti."Dante dan Alonzo, kau cari informasi denah markas dan mansion Gio Bruscha terbaru, lalu serahkan semua pada Camilio supaya bisa dipelajarinya." Seru Mike seraya menatap Alonzo, Dante dan Camilio bergantian."Baik!" jawab Alozo, Dante dan Camilio bersamaan."Jeofre dan Riobard, persiapkan pasukan, rompi anti peluru dan senjata untuk penyerangan kita ke Miami. Pilih 25-30 orang yang terbaik untuk kita berangkatkan." Seru Mike sambil menatap Jeofre dan Riobard."Baik!" jawab Jeofre dan Riobard bersamaan."Karena perjalanan cukup jauh, pasukan harus kita berangkatkan dua hari sebelumnya. Mereka berangkat naik mobil tapi jangan beriringan supaya tidak mencolok dan dicurigai oleh