Pagi ini seperti biasa Lily melakukan rutinitas paginya, senam, di temani oleh Maria dan Charlotte.Namun kali ini tidak terlalu berat dan durasi yang lama, karena udara sudah sangat dingin. Lily dapat melihat dari balik jendela di balkon kamarnya tadi salju sudah menyelimuti pekarangan mansion. Tampak putih dan indah namun terlalu dingin.Kali ini hanya 30 menit saja sesi senam Lily. Lily duduk di kursi santai di pinggir kolam renang. Dengan cekatan Maria memberikan sebuah handuk kecil untuk Lily."Terima kasih, Maria," ujar Lily seraya mengambil handuk yang disodorkan padanya. Lily segera mengusap keringat yang mengalir di pelipisnya.Lily duduk sedikit menyandar di kursi karena perutnya yang mulai membesar, ia tak ingin sampai anak dalam kandungannya merasa terhimpit di dalam sana.Tiba-tiba Lily mengingat sesuatu, sesuatu yang bicara kan dengan Grandma saat ia terakhir kali datang ke sini. Senyum simpul terlukis di bibirnya."Hmm..., Maria, Charlotte, aku ingin membicarakan sesuat
Pagi ini setelah sarapan dan memakai pakaian yang sedikit lebih tebal Lily mengantar Arsen hingga depan pintu mansion.Setelah Arsen meninggalkan mansion Lily pergi mencari paman Albert. Ia ingin bertanya beberapa hal pada paman Albert. Untuk mendukung kejutan yang akan diberikan Lily pada Arsen dua hari lagi.Kemudian Lily mencatat resep-resep makanan yang di sebutkan oleh paman Albert dan step pembuatannya.Lily tak memiliki ponsel atau laptop untuk ia gunakan dan mencari resep di internet, maka dari itu ia bertanya pada paman Albert, sekalian bertanya makanan kesukaan Arsen.Paman Albert menyebutkan satu persatu bahan makanan sesuai dengan resep. Ia menyebutkan beberapa makanan kesukaan Arsen. Bahkan paman Albert menawarkan bantuannya untuk menolong Lily nanti, dengan senang hati Lily menerimannya bantuan tersebut.Setelah mencatat semuanya Lily kembali ke kamarnya bersama Maria dan Charlotte, karena udara terlalu dingin.Saat musim dingin seperti ini Maria dan Charlotte lebih ekst
Maria dan Alonzo sempat diam tanpa kata, mereka terasa begitu canggung, saling menunggu untuk membuka pembicaraan. Hingga akhirnya Alonzo memberanikan dirinya untuk bertanya."Kau masih memikirkan ayahmu?" tanya Alonzo. Ia sedikit menolehkan pandangannya pada Maria. Maria yang merasa ditanya juga melakukan hal yang sama, dan tanpa sengaja mata mereka beradu. Dengan cepat Maria mengalihkan tatapannya.Ada debaran aneh, bahkan ia dapat merasakan aliran darah yang mengalir dengan hangat di area sekitar pipinya."Hanya sedikit," jawab Maria."Jangan terlalu larut, kau boleh bersedih, tapi jangan lama-lama karena hidupmu masih berjalan," seru Alonzo.Maria mengangguk menyetujui ucapan Alonzo yang memang benar adanya. "Terima kasih," ucap Maria."Sebaiknya kau kembali ke kamar," seru Alonzo. Karena saat ini kondisi sedang tidak bagus berdasarkan cuaca dan kondisi musuh yang sedang mengintai Black Nostra, bisa saja ada serangan dadakan ke tempat ini."Sebentar lagi, Al," sesuai ucapan Alonz
Alonzo benar-benar lupa bahwa kini ia sedang bertugas bersama Pascoe dan Dante. Satu Pascoe saja sudah membuatnya pusing, sekarang ditambah Dante. Astaga, ini bencana.Bahkan Alonzo mendapat kabar bahwa Camilio langsung menemui dokter setelah keluar dari white room terkurung dua hari bersama mereka."Aku baru tahu Al, ternyata kau tidak lupa caranya berciiuman," goda Dante, " tapi payah, mau ku ajari?" tawar Dante.Alonzo semakin menatap tajam Dante."Dante, selamat, kau tak akan terganggu dengan igauan Alonzo yang memanggil-manggil Maria lagi," timpal Pascoe.Alonzo mengeratkan genggaman tangannya. Ia benar-benar sudah kesal. Sedangkan Maria ia masih menyembunyikan kepalanya karena malu, apalagi ucapan-ucapan yang terlontar dari mulut Pascoe dan Dante membuatnya ingin menghilang saja saat ini."Kembalilah ke kamar sekarang," bisik Alonzo pada Maria.Maria mengangguk pelan dalam pelukan Alonzo. Maria melerai pelukannya dari Alonzo kemudian menundukan kepala saat melewati Pascoe dan Da
Hari ini Lily sangat bersemangat, karena hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu. Lily membuat makanan kesukaan Arsen dibantu oleh Maria. Ia merencanakan mengadakan makan malam romantis bersama Arsen di lantai 5.Setelah Arsen pergi ke kantor, Lily, Maria dan Charlotte serta dibantu beberapa pelayan merapikan lantai 5 di mana kolam renang berada.Lily sebenarnya ingin mengadakan di luar mansion, tepatnya di taman tapi kondisi tidak memungkinkan.Ini akan jadi momen indah yang Lily ciptakan untuk Arsen, Lily sangat mengetahui jika Arsen sama sekali tak menyukai pesta. Bahkan Grandma pun pernah mengatakannya padanya.Lily hanya akan makan malam berdua bersama Arsen tanpa ada yang akan mengganggu mereka. Hari ini adalah hari spesial bagi Arsen, meskipun mungkin Arsen tak akan menyukainya, Lily akan membuat Arsen untuk menikmati malam spesialnya kali ini.Lily memasak frititatta yang pernah Arsen buatkan beberapa hari yang lalu, makan simpel namun sangat berkesan bagi Lily. Ia ingin me
Segala persiapan sudah selesai dengan sempurna. Lily hanya tinggal menanti kedatangan Arsen, dan ia sudah siap menyambut kedatangan Arsen di pintu mansion.Dengan gaun malam yang cantik Lily di temani paman Albert. Tidak berapa lama terdengar suara mobil yang memasuki pekarangan mansion. Lily segera bersiap.Lily berdiri menyambut kedatangan Arsen. Arsen sangat kaget saat mendapati Lily yang tengah menyambutnya, biasanya tak pernah seperti ini, karena Arsen melarang Lily untuk menunggu nya di luar kamar seperti ini. Lily menyambut Arsen dengan senyuman.Arsen tampak memperhatikan pakaian yang dikenakan oleh Lily, ia tampak mengerutkan keningnya."Apa yang kau lakukan disini? Kau mau pergi?" tanya Arsen."Menunggumu, dan ya aku akan pergi bersamamu Arsen," jelas Lily dengan lembut, membuat Arsen semakin bingung.Lily tahu Arsen tak suka berbasa-basi atau pun kejutan. "Aku sudah menyiapkan makan malam untuk kita, aku ingin membuatnya berbeda khusus malam ini," ujar Lily."Anggap saja in
Kejadian semalam masih membekas di hati Arsen. Bukan hadiah mahal atau apapun, Arsen bisa mendapatkan semua itu dengan mudah, namun Lily memberikan lagi satu kenangan indah yang akan selalu dikenangnya.Arsen memandangi Lily yang masih terlelap di sampingnya. Tentu saja malam romantis mereka pada akhirnya berakhir di kamar, dengan percintaan mereka.Lily masih terlelap saat Arsen mulai mengelus pelan pipi Lily dan mengecup kepalanya dengan lembut.Perasaannya masih sangat bahagia, ia semakin merasa bahwa dirinya dibutuhkan dan dicintai oleh istrinya tersebut. Arsen merasa sangat tersanjung, karena dirinya ternyata begitu berharga di mata Lily.Arsen sebenarnya enggan untuk meninggalkan Lily hari ini, namun ia harus tetap pergi ke kantor. Setelah puas mengecup Lily perlahan Arsen bangkit dari tempat tidur perlahan, ia tak ingin membangunkan Lily. Arsen tahu Lily pasti masih merasa lelah.Ia segera berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh tubuhnya.Lily perlahan mulai membuka matanya,
Kemarin Corry Wilcout datang ke kantor Arsen untuk mengundang makan malam bersama keluarga Wilcout. Tentu saja Arsen dapat membaca maksud di balik undangan tersebut.Rupanya Corry dan Hendrik masih penasaran padanya. Padahal pesta pernikahan Arsen sempat diberitakan meskipun wajah Lily tak nampak.Arsen tentu saja akan datang ke acara makan malam tersebut, bagaimanapun ia harus menjalin hubungan yang baik dengan Hendrik. Sudah jam 6 sore sedangkan makan malam diadakan pukul 7 malam. Arsen sudah siap dengan pakaiannya. Kini ia sedang menunggu Lily yang sedang di dandani oleh Maggie. Tentu saja Lily akan ikut dengannya malam ini untuk menemui keluarga Walcout. Agar mereka tidak lagi mengganggu Arsen dengan harapan agar Arsen bisa menjalin hubungan dengan Corry.Tidak berapa lama Lily keluar dengan mengenakan gaun malam yang cantik dan elegan, dengan bagian perut yang longgar, karena perutnya semakin membesar. Tidak lupa Lily mengenakan mantel yang hangat karena udara yang dingin. Lil
"Sashaaa...!!" Pekik Mike seraya menangkap tubuh Sasha yang ambruk supaya tidak jatuh ke lantai. Berkat kesigapan Mike Sasha tak terjatuh ke lantai, karena Mike berhasil menangkapnya.Riobard dan Camilio yang sedang mengobrol di dekat pintu masuk ruang meeting terkejut mendengar suara pekikan Mike. Dengan segera mereka mencari lokasi sumber suara dan segera berjalan cepat mendekati Mike dan Sasha.Sasha sudah dalam gendongan Mike saat Riobard dan Camilio datang menghampiri."Sasha kenapa Mike?" Tanya Camilio khawatir dan penasaran. Ia dapat melihat wajah Sasha yang tampak pucat. Begitu pula Riobard yang sedikit khawatir terlihat di wajahnya."Awalnya dia ikut kemari untuk bersenang-senang sedikit dengan Giu tapi mendadak ingat Tuan yang pernah memotong lengan Ken lalu dia mual dan malah pingsan!" Jelas Mike dengan sedikit panik."Bawa ke klinik saja Mike. Dokternya masih ada. Aku baru saja menengok Dante. Jeofre dan Alonzo tadi ke sana." Sahut Riobard dengan cepat."Baik, aku akan mem
Dengan perlahan Sasha melerai pelukan Mike, Mike tampak masih terlelap dalam tidurnya. Pagi sekali Mike sudah kembali ke kamar dan tidur di samping Sasha.Dengan perlahan Sasha mulai turun dari tempat tidurnya. Berusaha tak membangunkan Mike yang tampak raut kelelahan di wajahnya.Setelah mandi dan berpakaian rapi, Sasha segera ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Mike.Sasha memanggang beberapa lembar roti kemudian menaruh potongan daging asap, potongan tomat, selada dan satu lembaran keju di tengahnya, kemudian menaruhnya di atas piring. Sasha juga mengambil semangkuk salad kesukaan Mike dan dua gelas jus apel. Semua itu ditaruh di atas meja dorong dan dibawanya ke dalam kamar.Saat memasuki kamar, terlihat Mike mulai terbangun."Jam berapa ini?" Tanya Mike dengan suara serak seraya mengucek matanya."Hampir jam sembilan pagi. Aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita." jawab Sasha."Hmm.. kebetulan sekali, aku agak lapar." Jawab Mike sambil turun dari ranjang dan mende
Anggota inti Black Nostra segera memasuki helikopter. Arsen dan Mike terbang kembali ke New York memakai helikopternya yang lebih kecil sedangkan seluruh anak buahnya dan Giuseppe yang tertawan berada di dalam helikopter yang besar.Misi penumpasan Gio Bruscha terbilang sukses, meskipun ada 6 pengawal mereka yang tewas, bahkan Sam dan Dante terkena tembakan. Meskipun tidak parah.Yang terpenting adalah mereka telah menghancurkan Gio Bruscha dan menangkap Giuseppe hidup-hidup. Mereka akan mengintrogasi Giuseppe untuk memastikan tidak ada orang lain lagi dalam persekongkolannya untuk menjatuhkan Black Nostra.Arsen dan Mike duduk bersebelahan untuk mendiskusi penghargaan apa yang akan diberikan kepada beberapa pengawal yang tewas, termasuk memantau Richard membereskan urusan di Miami agar semuanya berjalan aman.Sementara di dalam helikopter, Dante tak henti-hentinya merintih dan mengomel, sesaat sebelum helikopter diterbangkan hingga mulai lepas landas."Aduh.. lenganku sakit sekali..
Arsen dan seluruh anggota inti Black Nostra telah sampai di hanggar tempat kedua helikopter diparkirkan. Jeofre dan Enrico segera menggotong Giuseppe ke dalam helikopter, sedangkan Riobard dan Alonzo memindahkan semua perlengkapan senjata ke dalam helikopter."Buka jasmu, Dante. Aku akan memeriksa lukamu," seru Camilio sambil membuka ikatan sapu tangannya di lengan Dante, lalu mengambil kotak P3K dan senter yang selalu tersedia di dalam setiap mobil.Saat masih di militer, Camilio sudah terlatih untuk mengobati luka secara darurat, baik itu luka tembak maupun luka tusukan dengan peralatan sederhana.Dante melepas jasnya dibantu oleh Pascoe dan tampak kemeja Dante yang berwarna putih, banyak noda darah di sekitar luka tembaknya pada lengan atas sebelah kanan.Dante duduk di atas kursi mobil van bagian tengah dekat pintu mobil dan Camilio berdiri di dekatnya.Camilio menarik sedikit kain lengan panjang Dante ke atas dan melalui lubang yang kena tembak itu Camilio memasukkan satu jariny
"Tuan, bagaimana dengan pria bernama Pierre itu? Alonzo mengatakan bahwa ia tak menemukan pria itu di markas Giu." Seru Mike pada Arsen sambil menolehkan wajahnya pada Arsen yang duduk di kursi belakang."Minta Pascoe untuk mencari tahu keberadaan Pierre, kemudian perintahkan Richard untuk menghabisinya. Ia terlalu berbahaya untuk Black Nostra. Karena ia tahu pasti kita lah dalang di balik penghancuran Gio Bruscha. Dia bisa menjual informasi ini ke siapapun." Jelas Arsen."Baik Tuan."Mike segera menekan tombol di earphonenya, dan menghubungi Pascoe."Pas, kau cari keberadaan Pierre. Apapun caranya, dia harus ditemukan, dan cepat kabari aku jika kau sudah menemukannya." Titah Mike pada Pascoe."Tunggu sebentar, Mike. Tidak mudah untuk menemukannya, namun aku yakin akan bisa menemukan dimana ia berada sekarang." Jawab Pascoe dengan sangat yakin.Di tempatnya Pascoe kembali mengotak-atik laptop miliknya dan berusaha mencari tahu keberadaan Pierre.Memang membutuhkan waktu yang cukup lam
Dengan langkah pasti tanpa ragu dan tanpa takut sedikit pun Carla mulai berjalan menuju pintu dengan pistol miliknya di genggaman tangan kanannya.Dirinya sudah diselimuti emosi yang memuncak atas kematian anak sulungnya. Dengan kuat ia mendorong pintu kamar mandi.Brakkk...Dan langsung mengarahkan pistol pada orang yang ada di hadapan suaminya. Ia sudah bersiap untuk menarik pelatuknya sedikit lagi peluru yang berasal dari pistol nya akan berpindah dan bersarang di kepala musuh yang berdiri tak jauh di hadapan suaminya.Telunjuknya mulai bergerak, dan..Dorrr ....Carla terjatuh ke lantai dengan kepala yang berlubang dan mengeluarkan darah segar.Peluru Mike sudah lebih dulu sampai di kepalanya sebelum ia berhasil menarik pelatuk pistolnya."Carlaaaaaa!!!" Pekik Giuseppe seraya menghampiri tubuh Carla yang sudah terbaring tak bernyawa.Giuseppe mengeratkan genggaman tangannya menahan emosi nya. Belum reda ia mendengar kematian anaknya yang merupakan penerusnya, kini di hadapannya ia
Saat pintu kamar mandi terbuka tiba-tiba saja sebuah senjata api laras panjang terlihat dan membidik ke arah Arsen. Dan...Dorrr...Brukkk!!Dorrr... Camilio dengan sigap menembak kepala si penembak hingga ia jatuh terpental ke lantai dan tewas seketika.Arsen sempat terkesiap, namun ia segera menolong berjongkok mengecek kondisi Dante yang langsung menghadang tembakan yang ditujukan padanya."Duhhh sakitttt.." Lirih Dante seraya menyentuh lengan kanannya dengan tangan kirinya."Coba ku periksa lukamu." Seru Camilio. Kemudian melihat luka pada lengan Dante. Arsen pun hanya memperhatikan.Kemudian Arsen memerintahkan Mike untuk mengecek musuh yang ternyata anak Giu yang pertama."Peluru hanya masuk 2.5cm sampai 3cm saja Dante. Tak usah cengeng seperti itu." Seru Camilio setelah mengecek keadaan luka Dante kemudian mulai membalut luka Dante dengan sapu tangan miliknya agar pendarahannya tak keluar banyak."Hanyaaa?? Kau bilang hanya hah?? Ini sakit!!" Gerutu Dante.Camilio hendak menjaw
Mike mulai memerintahkan seluruh anak buahnya untuk mulai mendekati mansion Giu dengan perlahan dan sembunyi-sembunyi.Mereka lakukan pun tidak langsung bersamaan. Agar pergerakan mereka tak diketahui.Arsen pun mulai keluar dari dalam mobil dan ikut mengamati. Ia sudah menyiapkan dua buah pistol di balik jasnya. Ia akan ikut turun tangan untuk menghadapi Giuseppe Bruscha. Pria tua yang sudah berani-beraninya mengusiknya dan Black Nostra."Bagaimana?" Tanya Arsen."Semua sudah menuju posisi mereka masing-masing, kita hanya perlu menunggunya sebentar lagi." Jelas Mike.Arsen mengangguk pelan, kemudian menatap mansion Giu yang akan mereka ratakan sebentar lagi.Rasanya Arsen sudah sangat tidak sabar ingin segera meratakannya saat ini juga. Namun, rasanya tidak akan menyenangkan jika Giu mati dengan mudah begitu saja.Arsen harus membalas atas semua yang sudah Giu lakukan pada keluarganya dan Black Nostra.Begitupula dengan Mike. Ia menyimpan dendam pada Giuseppe yang rupanya membuat Mor
Tepat pukul 00.30 kedua team berangkat menuju tempat tujuan mereka masing-masing dengan menggunakannya beberapa mobil. Team A menuju mansion Giuseppe, dan team B yang dipimpin oleh Alonzo menuju markas Gio Bruscha.Jarak antara markas sementara mereka dengan mansion dan markas Gio Bruscha memang lumayan agak jauh, hingga membutuh waktu hampir sejam untuk sampai di sana. Pascoe berada di dalam mobil Van ditemani oleh Enrico.Mobil Van tersebut sudah dirancang sedemikian rupa, dilengkapi dengan segala peralatan yang Pascoe butuhkan untuk bekerja.Mobil dikemudikan oleh seorang supir, Enrico membantu Pascoe mengawasi dua buah layar laptop yang memperlihatkan markas dan mansion Giuseppe.Pascoe terus memberi informasi kepada seluruh rekannya melalui earphone."Hanya 2 orang penjaga di gerbang depan markas. Sisanya di dalam, tidak terlalu banyak, di belakang hanya ada satu orang." Seru Pascoe."Noted! Thank you, Pas!" Seru Alonzo di dalam earphone."No problem!""Mansion, tiga orang penjag