"Iya lah, ini gue. Siapa lagi?" jawabku."Jadi gini ya, rasanya bakal jadi istri seorang CEO. Nikahan aja semewah ini, gimana nanti kalau udah jadi istrinya? Bakal jadi nyonya Sultan deh Lo, Nay.""Bismillah aja, Sis. Doain acara gue nanti lancar ya, Sis. Gue deg-degan banget nih," kataku."Gue dulu juga gitu, Nay, deg-degan banget. Nah, mana pas acara akad nikah si Aska ganteng banget lagi, mirip song Joong Ki, rasanya gue pengen pingsan liat ketampanan si Aska," cerita Siska sambil senyum-senyum sendiri."Dih, orang mah deg-degan karena gugup mau nikah, ini malah karena liat kegantengan Aska, lebay Lo!" kataku memutar bola mata malas."Hehe ... canda kali!""Nay, coba sini yey berdiri!" perintah Kak Rus padaku.Akupun menuruti perintah Kak Rus. Kak Rus memberikan sepasang sepatu cantik berwarna silver yang memang sengaja di desain untukku."Sempurna ..." ucap Kak Rus setelah melihatku berdiri mengenakan sepatu."Wah ... Lo cakep banget, Nay," puji Siska sambil memberikan 2 jempolnya
Aku melerai pelukan dari tubuh kecil Zahra, lalu mencium kening Zahra lembut. Dengan posisiku yang masih duduk di kursi depan penghulu, tubuhku kini sudah sejajar dengan tubuh kecil Zahra."Zahra ... mulai hari ini, panggil Tante dengan sebutan Mama ya, Sayang? Insya Allah, Tante akan jadi Mama yang baik dan sayang sama Zahra," kataku dengan suara parau.Air mata yang sedari tadi aku tahan, akhirnya tumpah sudah."Iya, Mama ..." kata Zahra tersenyum manis. Hatiku langsung terasa hangat, saat Zahra menyebutku dengan panggilan, Mama."Tapi ... kenapa Mama menangis? Mama gak suka ya, punya anak seperti Zahra?"Aku menggeleng cepat. "Enggak, Sayang. Mama suka sekali punya anak seperti Zahra. Mama menangis bukan karena sedih, tapi, karena Mama sangat bahagia punya anak seperti Zahra," kataku, masih dengan suara parau."Zahra juga bahagia. Mulai sekarang, Zahra udah punya Mama seperti teman-teman Zahra di sekolah. Kalau sekolah nanti, Mama anterin Zahra ya?" kata Zahra dengan suara memelas.
Dekorasi dalam gedung hotel ini terlihat begitu mewah dan sempurna. Semua pernak-pernik tertata rapi dengan nuansa serba pink dan putih, sesuai dengan warna kesukaanku dan Mas Sony.Begitu banyak tamu undangan yang hadir, hingga memenuhi semua ruangan gedung hotel ini. Acara pesta pernikahan kami juga di meriahkan oleh salah satu penyanyi solo terbaik tanah air. Aku benar-benar tak menyangka, Bu Maysaroh mempersiapkan acara pesta yang begitu mewah luar biasa. Entah berapa kocek yang dikeluarkan oleh keluarga Bu Maysaroh, aku tak ingin menduga-duga, takut aku pingsan jika tahu nominalnya. Hihihi ...Tepat pukul 20.30 malam, pembawa acara pesta pernikahan ini yang juga pembawa acara paling terkenal di kotaku, menyuruh aku dan Mas Sony menaiki panggung. Aku sedikit gugup, karena ini kali pertama aku menaiki panggung di acara pesta pernikahan. Mas Sony menggenggam erat tanganku, dan mengangguk seolah memberi isyarat untuk ikut dengannya naik ke atas panggung.Dengan perasaan gugup, aku me
POV Kenzie"Aaarrrggghhh!" Aku berteriak frustasi, lalu memukul tembok dengan kuat menggunakan kepalan tanganku.Rasa sakit di kepalan tanganku saat ini tak sebanding dengan rasa sakit yang ada dalam hatiku. Sedih, muak, benci, dan juga jijik bercampur menjadi satu. Aku masih tak menyangka, wanita yang masih sah menjadi istriku itu begitu tega berkhianat di belakangku.Anggun yang selama ini aku pikir berasal dari keluarga baik-baik dan tak pernah berbuat macam-macam itu, ternyata sama murahannya dengan wanita-wanita yang biasa aku bayar untuk memuaskan nafsuku. Begitu bodohnya aku, bisa tertipu dengan seorang wanita seperti Anggun."Ma ... maafkan aku, Mas," lirih Anggun.Aku membalikkan tubuhku ke arah Anggun, tanpa aku sadari, ternyata kini Anggun telah berpakaian lengkap, tak seperti tadi."Ck! Maaf? Menjijikkan!" lirihku."Karena kamu sudah tahu semuanya, aku mau minta cerai dari kamu, Mas. Aku udah gak bisa untuk bertahan hidup sama kamu," kata Anggun dengan wajah takut-takut.A
Setelah sampai di rumah Ibu, ternyata Ibu juga baru sampai di depan rumah, setelah berkeliling berjualan pecel. Wajah lelah Ibu membuatku merasa iba. Di usia Ibu yang sudah cukup tua, harusnya Ibu bisa menikmati masa tua, bukan malah banting tulang untuk bekerja."Ken, kamu baru pulang kerja?" tanya Ibu setelah kami masuk ke dalam rumah."Iya, Bu," jawabku berbohong."Loh, tapi kok kamu bawa-bawa tas besar? Kamu ribut sama Anggun? Apa kamu diusir?" tanya Ibu seperti terkejut.Aku hanya mengangguk, aku belum bisa menceritakan tentang masalahku yang sebenarnya dengan Anggun saat ini. Takut Ibu kepikiran dan menambah beban untuk Ibu. Ibu terlihat mendesah pelan."Kalau kamu sudah gak kuat hidup sama Anggun, lebih baik kalian bercerai saja. Ibu kasihan lihat kamu, selalu terlihat tertekan hidup dengan Anggun," kata Ibu."Iya, Bu," jawabku pelan."Muka kamu pucat sekali, Ken? Kamu sakit?""Iya, Bu. Hanya demam aja," jawabku."Ya sudah. Kamu istirahat dulu, nanti Ibu bikinkan bubur untuk ka
Dengan langkah gontai, aku berjalan keluar dari klinik dokter spesialis kulit yang baru saja aku kunjungi. Sedih rasanya, menjalani hidup yang seperti tak ada artinya ini. Saat ini, istri aku tak punya. Bahkan, anak pun aku tak ada. Siapa lagi tempatku untuk berbagi kasih sayang? Kalau sudah begini, tak ada lagi semangat dalam hidupku.Ting!Bunyi satu pesan masuk di ponselku. Dengan lesu, aku mengambil ponsel dari saku celanaku. Ternyata pesan dari Ibu.["Ken, Ibu sudah buatkan bubur untukmu makan siang. Hari ini, Dini sudah mulai masuk sekolah. Kunci rumah Ibu titipkan pada tetangga sebelah. Ibu mau jualan pecel keliling dulu."] Bunyi pesan dari Ibu.Membaca pesan dari Ibu, seketika hatiku menghangat. Aku baru tersadar, aku masih memiliki Ibu dan juga Dini yang masih peduli dan menyayangiku. Jika aku tak ada, pastilah Ibu dan Dini akan sedih bukan? Karena hanya akulah yang bisa diandalkan untuk membantu biaya kehidupan Ibu dan juga Dini adikku.Tiba-tiba, semangat hidupku kembali la
Pagi ini, cuaca cukup cerah. Secerah hatiku yang kembali bersemangat untuk menjalani hidup kembali. Sebagai seorang pria, memanglah aku harus kuat bukan? Aku tak ingin terus-menerus meratapi nasib yang hanya akan membuat hidupku semakin jatuh terpuruk. Aku akan berusaha, untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.Dengan langkah bersemangat, aku berjalan masuk ke dalam gedung kantor untuk bekerja seperti biasanya."Loh, Kenzie, kok kamu sudah masuk? Memang kamu sudah sembuh?" tanya Pak Ahmad saat aku baru datang."Iya, Pak. Saya sudah sehat kok," jawabku."Alhamdulillah, saya senang lihat kamu sehat lagi. Meskipun kamu baru, saya suka dengan cara kerja kamu yang rajin. Semoga kamu betah ya, untuk terus bekerja disini," kata Pak Ahmad."Iya, Pak. Terima kasih, Insya Allah saya betah kerja disini, Pak," jawabku.Pak Ahmad hanya tersenyum dan mengangguk mendengar jawaban dariku. Aku pun segera masuk ke dalam untuk melakukan pekerjaanku pagi ini seperti biasanya."Ken, ini undangan buat k
"Ken, besok datang ya ke acara pernikahan Pak Sony dan Bu Naya. Nanti saya jemput, kita berangkat bareng-bareng sama karyawan cleaning servis lainnya," kata Pak Ahmad menghampiriku."Tapi, Pak. Karyawan cleaning servis di kantor ini kan banyak. Memang mobil Pak Ahmad muat?""Kita datangnya bareng sama karyawan cleaning servis di lantai 2 ini aja, Ken. Kan cuma ada 6 orang. Pastilah muat, apa kamu mau ajak anak dan istri kamu juga?""Eh, enggak kok, Pak. Saya datang sendiri," jawabku."Ya sudah, berarti kamu berangkat bareng kami saja," kata Pak Ahmad.Mau tak mau, akhirnya, aku pun mengiyakan ajakan dari Pak Ahmad untuk berangkat bersama dengan karyawan cleaning servis lainnya. Tak enak rasanya, menolak ajakan dari Pak Ahmad. Mengingat, Pak Ahmad selama ini begitu baik padaku.🍀Dan akhirnya, acara yang ditunggu-tunggu oleh semua karyawan di perusahaan Pak Sony pun tiba. Kini aku sudah datang bersama karyawan bagian cleaning servis lainnya bersama Pak Ahmad seperti janjinya kemarin.