Naya menyambut bahagia kepulangan Bu Maysaroh dan juga Zahra. Sedari tadi, ia gelisah. Takut terjadi sesuatu pada Zahra dan juga Bu Maysaroh karena bertemu dengan Anggun. Tapi kini, ia merasa lega."Bagaimana, Bu, apa Ibu dan Zahra jadi ketemu dengan Anggun?" tanya Naya tak sabar.Bu Maysaroh yang baru saja duduk di kursi ruang tamu tersenyum. Ia tahu, dengan kegelisahan yang dirasakan oleh menantunya itu."Iya, Nay. Kamu gak perlu khawatir, semua baik-baik saja," jawab Bu Maysaroh tersenyum.Naya membuang nafas lega, ia bersyukur sesuatu yang ia khawatirkan akhirnya tak terjadi. Zahra yang baru pulang langsung bergelayut manja pada Naya. Seperti kebiasaannya selama ini. Zahra menceritakan pada Naya, tentang pertemuannya dengan Anggun. Yang ternyata adalah Ibunya.🌿Disisi lain, Bu Hanin menarik lengan Anggun dengan kasar setelah keluar dari pintu cafe. Bu Hanin benar-benar marah pada anaknya itu. Anggun memang sekali-kali harus diberi peringatan. Agar ia tak berulah dan mempermaluk
Hari ini adalah hari yang istimewa untuk keluarga Bu Maysaroh. Karena hari ini adalah hari perayaan pesta ulang tahun untuk cucunya, Zahra. Karena rumah Bu Maysaroh cukup besar, ulang tahun Zahra akhirnya di rayakan di rumah saja. Kondisi Naya yang sedang hamil muda pun tak memungkinkan untuk bolak-balik ke sana-sini jika harus dirayakan di luar.Karena kondisi Naya saat ini belum stabil, kelelahan sedikit saja membuat tubuhnya lemah. Semua persiapan pesta ulang tahun untuk Zahra pun, Bu Maysaroh yang menyiapkan segalanya. Bu Maysaroh pun mengerti dengan kondisi menantu kesayangannya itu. Tak masalah baginya, sebab mengurus segala sesuatu bisa dibantu oleh anak buah dan juga asisten rumah tangga di rumahnya."Wah, kamu cantik sekali, Sayang," puji Naya pada Zahra, putri kecilnya itu."Terima kasih, Mama." Zahra yang mendapat pujian dari Mamanya itu pun tersipu malu.Hati Zahra benar-benar bahagia saat ini, karena impiannya untuk merayakan pesta ulang tahun bersama Mamanya pun akhirnya
Disisi lain, Bu Hanin sedang menangis sesenggukan. Entah sudah berapa banyak air mata yang ia keluarkan setelah kecelakaan yang menimpa putri satu-satunya itu. Bu Hanin tak menyangka, karena ucapannya dalam hati bahwa Anggun akan berubah setelah mendapat teguran dari Tuhan, kini Tuhan benar-benar memberi teguran untuk Anggun.Dan Bu Hanin berharap, setelah kecelakaan yang menimpa Anggun saat ini bisa merubah sifat buruk putrinya nanti. Karena kondisi Anggun saat ini benar-benar sangat memprihatinkan. Bukan hanya luka fisik yang Anggun dapatkan, tapi juga batinnya yang saat ini sedang butuh disembuhkan.Bu Hanin saat ini sedang duduk menatap Anggun yang sedang berbaring dengan pandangan kosong. Setelah dua hari koma, Anggun kini sudah tersadar. Matanya terbuka, tapi mulutnya sama sekali tak mau mengeluarkan sepatah katapun. Diajak bicara pun, ia seperti tak merespon. Karena matanya hanya memandang kosong ke arah langit-langit kamar perawatan tempatnya di rawat saat ini."Bagaimana kond
"Kamu belum tidur, Nay?" tanya Sony yang tiba-tiba terbangun. Ia tak sengaja melihat istrinya Naya yang sedang berbaring tapi matanya belum terpejam."Belum, Mas, aku gak bisa tidur," jawab Naya pelan."Kenapa? Apa ada sesuatu yang lagi kamu pikirin?""Enggak ada sih, Mas. Mungkin bawaan hamil, jadi susah tidur, Mas."Sony membelai rambut Naya dengan lembut. Selama hamil, Naya memang sulit tidur di malam hari. Apalagi mendengar kabar tentang kecelakaan Anggun, membuat Naya menjadi gelisah."Mas, kira-kira gimana ya keadaan Anggun sekarang?""Untuk apa kamu mikirin Anggun, Nay?" Seperti dugaan Sony, Naya pasti sedang memikirkan Anggun."Gak tahu, Mas. Tiba-tiba kepikiran aja. Kasian juga kalau dia kenapa-kenapa.""Nay, kamu gak perlu mikirin keadaan wanita itu. Coba seandainya keadaan dibalik, apa dia mau memikirkan keadaan kamu? Pasti enggak, Nay. Jadi biarkan saja, untuk apa kita mikirin dia lagi," kata Sony."Iya, Mas, maaf.""Aku gak marah sama kamu, Nay. Kenapa kamu harus minta ma
Dua hari kemudian ...."Astaghfirullah ..." ucap Pak Abu sambil memegangi dadanya yang sebelah kiri. Jantungnya tiba-tiba terasa berdenyut sakit."Pak, Bapak gak papa?" tanya Ardi cemas.Pak Abu benar-benar terkejut mendengar informasi tentang Anggun yang baru saja di sampaikan oleh Ardi. Pak Abu tak menyangka, ketiga anak yang dilahirkan oleh Anggun memiliki ayah yang berbeda-beda. Bahkan, selama ini, Anggun hidup menjadi wanita simpanan para pria yang telah beristri. Pantas saja Anggun bisa terkena penyakit kelamin. Mungkin itu efek dari Anggun yang suka berganti-ganti pasangan. Pikir Pak Abu.Dan yang membuat jantung Pak Abu bertambah sakit, ternyata, istri Sony saat ini adalah wanita yang pernah Anggun sakiti hatinya. Pak Abu tak habis pikir, dengan takdir rumit yang dijalani putrinya itu. Memikirkannya saja membuat jantung Pak Abu semakin sakit."Saya gak papa, Ar. Tolong, ambilkan obat saya di dalam tas itu," kata Pak Abu sambil menunjuk tas yang biasa ia bawa bekerja.Pak Abu m
POV Kenzie["Jadi gue denger, si Mayang itu meninggal karena sakit kelamin. Gue bener-bener takut, Ken. Gue takut ketularan penyakitnya Mayang. Lo sendiri gimana, Ken? Apa Lo juga masih suka berhubungan dengan Mayang?"]Pertanyaan dari Edo membuat jantungku semakin berpacu lebih cepat, seluruh tulang dalam tubuh pun tiba-tiba melemas. Ternyata, penyakit yang aku derita saat ini karena tertular dari Mayang. Selama menjalani pengobatan, kondisi ku memang sudah mulai sedikit membaik. Tapi, mendengar kabar Mayang meninggal, aku jadi takut dan juga cemas. Bagaimana jika aku sampai meninggal seperti Mayang?["Ken, Lo masih dengerin gue gak?"] tanya Edo dari seberang telepon yang seketika membuyarkan lamunanku."Eh, i ... iya, Do. Gue masih denger kok," jawabku terbata.["Gimana, Ken, apa Lo masih berhubungan sama Mayang?"] tanya Edo lagi.Aku bingung harus jawab apa. Malu rasanya jika aku mengaku pada Edo bahwa aku tertular penyakit dari Mayang. Yang ada, aku akan jadi bahan ghibahan anggot
"Kamu sudah pulang, Ken?" tanya Ibu dengan wajah terlihat cerah."Iya, Bu. Oh ya, kok warung pecelnya udah tutup, Bu? Apa gak laku ya?" tanyaku merasa heran. Karena biasanya, Ibu menutup warung sebelum magrib. Jam di dinding baru menunjukkan pukul 16.00 sore."Siapa bilang? Warung Ibu laris banget malah, jam dua siang tadi sudah tutup. Sayang, Ibu gak punya persediaan sayur dan bahan pecel. Kalau ada kan lumayan tadi, buat nambahin penghasilan," jawab Ibu, sambil mengulas senyuman di bibirnya.Melihat wajah Ibu yang terlihat senang, akupun ikut merasa senang. Apalagi mendengar dagangan Ibu laris, rasa lelah sepulang dari bekerja seketika menghilang."Alhamdulillah, ya, Bu. Aku senang dengernya.""Iya, Ken. Ibu jadi bisa nabung dikit-dikit. Oh ya, Ken, tadi Bu Rini tetangga depan rumah itu nawarin rumahnya buat di sewakan. Gimana kalau kita sewa aja, Ken? Halamannya lumayan luas, Ibu bisa buka warung di depan rumahnya. Kalau disini kan sempit, Ken, mau lewat saja susah," jelas Ibu.Kon
Aku menggeleng cepat, menyadarkan diri dari lamunan. Aku tak ingin berpikir yang tidak-tidak, aku harus berusaha untuk bersikap tetap tenang. Meskipun dalam hati, aku benar-benar takut, jika kenyataan itu benar adanya. Bahwa aku mandul.Aku kembali melanjutkan pekerjaanku. Berita tentang kehamilan Naya barusan benar-benar mengganggu konsentrasiku bekerja. Rasa sesal di masa lalu kembali hadir. Jika memang benar aku mandul, aku benar-benar bodoh karena dulu telah mengkhianati Naya. Aku yakin, meskipun dulu Naya tahu bahwa aku mandul, pastilah ia akan tetap menerima diriku apa adanya.Karena yang kutahu, Naya adalah tipe wanita yang setia. Tapi sekarang, kenyataan ini justru seolah-olah baru terkuak. Jika sudah begini, siapa wanita yang mau menjadi istriku? Andai saja, aku tak bodoh dan bisa menahan nafsuku, pastilah hidupku bersama dengan Naya masih baik-baik saja hingga kini. Meskipun kami belum diberikan kepercayaan keturunan.Tapi, semua sudah berlalu. Wanita yang masih sangat aku c