POV Kenzie["Jadi gue denger, si Mayang itu meninggal karena sakit kelamin. Gue bener-bener takut, Ken. Gue takut ketularan penyakitnya Mayang. Lo sendiri gimana, Ken? Apa Lo juga masih suka berhubungan dengan Mayang?"]Pertanyaan dari Edo membuat jantungku semakin berpacu lebih cepat, seluruh tulang dalam tubuh pun tiba-tiba melemas. Ternyata, penyakit yang aku derita saat ini karena tertular dari Mayang. Selama menjalani pengobatan, kondisi ku memang sudah mulai sedikit membaik. Tapi, mendengar kabar Mayang meninggal, aku jadi takut dan juga cemas. Bagaimana jika aku sampai meninggal seperti Mayang?["Ken, Lo masih dengerin gue gak?"] tanya Edo dari seberang telepon yang seketika membuyarkan lamunanku."Eh, i ... iya, Do. Gue masih denger kok," jawabku terbata.["Gimana, Ken, apa Lo masih berhubungan sama Mayang?"] tanya Edo lagi.Aku bingung harus jawab apa. Malu rasanya jika aku mengaku pada Edo bahwa aku tertular penyakit dari Mayang. Yang ada, aku akan jadi bahan ghibahan anggot
"Kamu sudah pulang, Ken?" tanya Ibu dengan wajah terlihat cerah."Iya, Bu. Oh ya, kok warung pecelnya udah tutup, Bu? Apa gak laku ya?" tanyaku merasa heran. Karena biasanya, Ibu menutup warung sebelum magrib. Jam di dinding baru menunjukkan pukul 16.00 sore."Siapa bilang? Warung Ibu laris banget malah, jam dua siang tadi sudah tutup. Sayang, Ibu gak punya persediaan sayur dan bahan pecel. Kalau ada kan lumayan tadi, buat nambahin penghasilan," jawab Ibu, sambil mengulas senyuman di bibirnya.Melihat wajah Ibu yang terlihat senang, akupun ikut merasa senang. Apalagi mendengar dagangan Ibu laris, rasa lelah sepulang dari bekerja seketika menghilang."Alhamdulillah, ya, Bu. Aku senang dengernya.""Iya, Ken. Ibu jadi bisa nabung dikit-dikit. Oh ya, Ken, tadi Bu Rini tetangga depan rumah itu nawarin rumahnya buat di sewakan. Gimana kalau kita sewa aja, Ken? Halamannya lumayan luas, Ibu bisa buka warung di depan rumahnya. Kalau disini kan sempit, Ken, mau lewat saja susah," jelas Ibu.Kon
Aku menggeleng cepat, menyadarkan diri dari lamunan. Aku tak ingin berpikir yang tidak-tidak, aku harus berusaha untuk bersikap tetap tenang. Meskipun dalam hati, aku benar-benar takut, jika kenyataan itu benar adanya. Bahwa aku mandul.Aku kembali melanjutkan pekerjaanku. Berita tentang kehamilan Naya barusan benar-benar mengganggu konsentrasiku bekerja. Rasa sesal di masa lalu kembali hadir. Jika memang benar aku mandul, aku benar-benar bodoh karena dulu telah mengkhianati Naya. Aku yakin, meskipun dulu Naya tahu bahwa aku mandul, pastilah ia akan tetap menerima diriku apa adanya.Karena yang kutahu, Naya adalah tipe wanita yang setia. Tapi sekarang, kenyataan ini justru seolah-olah baru terkuak. Jika sudah begini, siapa wanita yang mau menjadi istriku? Andai saja, aku tak bodoh dan bisa menahan nafsuku, pastilah hidupku bersama dengan Naya masih baik-baik saja hingga kini. Meskipun kami belum diberikan kepercayaan keturunan.Tapi, semua sudah berlalu. Wanita yang masih sangat aku c
"Ken, saya tahu Anggun pernah menyakiti hati kamu. Maka dari itu, saya mewakili Anggun ingin meminta maaf sama kamu. Tolong, maafkan anak saya dengan tulus," ucap Pak Abu dengan tatapan memohon.Untuk pertama kalinya, aku mendengar Pak Abu berbicara. Bahkan, ia sampai mau memohon untuk memaafkan kesalahan Anggun padaku. Tapi, aku bingung, apa Pak Abu dan Bu Hanin sudah tahu tentang masalahku dengan Anggun?Tapi jika dipikir, pastilah mereka sudah tahu tentang masalahku dengan Anggun. Tak mungkin mereka tiba-tiba minta maaf jika tak tahu apa yang terjadi pada kami. Aku menghela nafas panjang, bingung harus menjawab apa. Karena sejujurnya, sulit bagiku untuk memaafkan Anggun. Tapi disisi lain, aku juga tak boleh egois. Aku sendiri memiliki banyak kesalahan di masa lalu. Jika aku tak bisa memaafkan kesalahan Anggun, lalu, bagaimana dengan Naya yang sudah aku sakiti hatinya?Aku tak ingin menjadi manusia kejam, apalagi, aku sudah berusaha untuk bertaubat. Pasti kedua orang tua Anggun akan
POV Naya5 bulan kemudian ....Alhamdulillah, aku sangat bersyukur karena telah diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk melahirkan dua bayi kembar secara normal. Meskipun, aku harus melewati proses melahirkan yang tak mudah. Apalagi, ini adalah kali pertama aku melahirkan.Jangan tanya bagaimana rasanya melahirkan, yang pasti luar biasa sangat nikmat. Mungkin, itu salah satu alasan mengapa wanita lebih diistimewakan oleh Tuhan. Andai para kaum pria tahu bagaimana sakitnya melahirkan, apakah mereka masih mau menyakiti hati seorang wanita?Untungnya, aku memiliki suami super sabar seperti Mas Sony. Ia dengan setia menemaniku tanpa lelah, saat diri ini merasakan kontraksi yang luar biasa sakitnya hampir semalaman. Mas Sony selalu ada di sampingku, memberikan semangat, dukungan, dan juga menguatkan aku.Rasa mulas di perut dan rasa nyeri dibagian intim sungguh luar biasa nikmatnya. Bahkan aku tak bisa berkata-kata, hanya tangis yang mewakili rasa sakit yang aku rasakan sebelum akhirnya mela
Dan hari yang kami tunggu-tunggu pun tiba. Hari ini, acara syukuran kelahiran Adam dan Aisyah akan segera dimulai. Kami mengundang banyak tamu, mulai dari kerabat, teman dan juga karyawan-karyawan di perusahaan Mas Sony yang sudah kami anggap sebagai saudara.Sedari pagi, seisi rumah ini sedang sibuk mempersiapkan acara syukuran ini, yang akan di buka dengan acara pengajian yang dipimpin oleh Pak Ustadz yang sengaja kami undang. Ayah dan Kak Keyla juga Mas Bayu sudah hadir sedari pagi untuk ikut membantu mempersiapkan acara ini."Selamat ya, Nay, ya ampyuuuun gemes banget deh. Anak Lo cakep-cakep kayak emak bapaknya," ucap Siska, yang datang bersama Aska dan anak mereka. Siska sedang memandang kedua bayiku yang aku tidurkan di dalam box bayi."Terima kasih ya, Sis. Alhamdulillah, gue seneng Lo bisa datang," kataku."Iya dong, pasti gue dateng lah. Lo kayak gak tau gue aja. Gue kan temen yang paling setia. Dari empat bulanan, sampai tujuh bulanan, dan bahkan Lo lahiran pun gue hadir. K
POV AuthorSuasana kantor milik Sony terdengar riuh dijam istirahat. Para karyawan sedang sibuk membahas tentang undangan acara syukuran kelahiran anak dari boss mereka. Siapa lagi kalau bukan Sony? Karena semua karyawan di perusahaan itu diundang tanpa terkecuali, seperti perayaan pesta pernikahan Sony dan Naya waktu itu.Kenzie sendiri hanya berdiri mematung, saat melihat undangan acara syukuran kelahiran bayi Sony dan juga Naya untuk dirinya. Semua karyawan terlihat bahagia karena mendapat undangan dari boss mereka. Tapi tidak dengan Kenzie. Ia merasa sedih, karena benar ternyata Naya telah memiliki anak dari Sony. Bahkan, anak mereka kembar.Kenzie sedih bukan karena kebahagiaan Naya, tapi, ia sedih karena kenyataan bahwa dirinya mandul seolah benar adanya. Ingin periksa pun, Kenzie takut."Ken, besok mau datang ke acara syukuran kelahiran anak Pak Sony gak? Kalau datang, kita berangkat bareng-bareng saja dengan teman-teman bagian cleaning servis. Seperti waktu itu, pas kita datan
"Bagaimana keadaan Anggun, Pa?" tanya Kenzie pada Pak Abu."Seperti yang kamu lihat, Anggun masih banyak diam. Tapi sekarang sudah lebih baik, kadang mau bicara meskipun cuma sepatah dua patah kata. Itu saja sudah membuat kami senang. Setidaknya, sudah ada sedikit perubahan," jawab Pak Abu."Iya, Pa. Semoga Anggun segera pulih dan kembali sehat," ucap Kenzie tulus.Semua yang ada di ruangan pun, mengaminkan ucapan Kenzie.Melihat keadaan Anggun, Kenzie benar-benar merasa iba. Ia tak hanya kasihan pada Anggun, tapi juga pada kedua anaknya. Sudahlah tak ada Ayah yang menyayangi mereka, kini ibunya pun jiwanya sedang berkelana. Raganya ada, tapi jiwanya entah kemana."Oh, ya, Ken. Hari ini kan, ada acara syukuran di rumah Bu Maysaroh. Apa kamu gak di undang?" tanya Bu Hanin."Iya, Ma, kami diundang kok. Rencananya, habis pulang dari sini, kami mau mampir kesana," jawab Kenzie."Baguslah. Kami juga sebenarnya diundang juga, tapi, kami gak bisa hadir. Kamu tahukan kondisi Anggun, kami gak
☘️Dan hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba juga. Sony dan Naya memutuskan untuk merayakan ulang tahun Zahra di hotel bintang lima. Sebab, di acara ulang tahun Zahra kali ini, Sony dan Naya mengundang semua karyawan di perusahaannya tanpa terkecuali.Tema perayaan ulang tahun Zahra kali ini bernuansa Mickey mouse. Sesuai dengan tokoh Disney kesukaan Zahra. Zahra merasa sangat senang, sebab setiap keinginannnya selalu dipenuhi oleh Papa dan Mamanya. Dan yang lebih membuat Zahra bahagia, akhirnya ia bisa mengundang Anggun yaitu Mama kandung yang mulai ia sayangi itu."Selamat ulang tahun, cucu Oma dan Opa," ucap Bu Hanin yang didampingi oleh Pak Abu. Bu Hanin dan Pak Abu mencium Zahra secara bergantian."Terima kasih, Pak, Bu, karena kalian semua sudah datang," ucap Bu Maysaroh."Sama-sama, Bu. Kami sangat senang, karena kalian mau mengundang kami," ucap Bu Hanin.Ucapan Bu Hanin sebenarnya tulus. Tapi bagi keluarga Bu Maysaroh justru terdengar seolah sindiran bagi mereka. Mereka
☘️POV AuthorSony memandang wajah Naya yang sedang tertidur pulas sambil memeluk kedua anaknya, Adam dan Aisyah. Di tangan kanan Naya ada Adam dan di tangan kirinya Aisyah. Belum lagi, ada Zahra yang ikut-ikutan tertidur pulas di samping adiknya, Aisyah. Naya tertidur pulas dengan wajah yang terlihat sangat kelelahan. Mulutnya terlihat sedikit terbuka, dan terdengar suara dengkuran halus keluar dari mulutnya. Membuat Sony terkekeh kecil melihat posisi tidur Naya yang menurutnya terlihat lucu itu.Sony mengabadikan momen tidur istri dan anak-anaknya dengan kamera ponsel miliknya. Foto itu akan Sony simpan sebagai kenangan jika di kantor Sony merasa rindu dengan keluarganya di rumah. Bagi Sony, Naya tetap terlihat cantik meskipun dalam kondisi jelek sekalipun.Pastilah tak mudah bagi Naya untuk mengurus ketiga buah hatinya. Seperti saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 malam. Tapi, ketiga anak Sony dan Naya baru tertidur setelah puas bermain. Dan tanpa sadar, Naya pun ikut keti
☘️Hari ini, adalah hari putusan sidang tentang kasus meninggalnya Maryam. Aku datang didampingi oleh Bapak mertua. Beberapa kali sidang, kami sempat membawa Ibu mertua. Tapi, beliau sering mengamuk jika bertemu dengan pelaku. Setiap jalannya sidang, orang tua Maryam memang selalu menyempatkan untuk hadir di persidangan.Mereka sama denganku, ingin tahu tentang perkembangan kasus Maryam. Berulang kali, Ibu dan Bapak mengucapkan terima kasih padaku setelah mengetahui tentang fakta bahwa Maryam pernah mengalami pemerkosaan oleh pelaku. Mereka mengucapkan terima kasih sebab aku telah menerima Maryam apa adanya. Sebab selama ini, aku dan Maryam memang menutup rapat tentang aib itu.Saat sidang sebelumnya, aku membeberkan tentang kasus perkosaan yang diterima Maryam di masa lalu, untuk menambah berat masa hukuman yang diterima oleh pelaku. Itulah sebabnya orang tua Maryam bisa mengetahui fakta yang sesungguhnya. Karena hanya akulah saksi kunci. Aku juga menyerahkan buku diary milik Maryam
☘️Mataku tertuju pada lembar halaman tulisan Maryam yang terakhir. Sebab pada catatan itu, tertulis jelas namaku. Mataku langsung memanas, membaca tulisan Maryam yang ditujukan untukku.Ungkapan hatiku untuk Mas KenzieMas Kenzie, aku mencintaimu dengan segala kekuranganmu.Terima kasih telah mencintaiku.Terima kasih telah menyayangiku.Terima kasih telah menjagaku.Terima kasih telah menjadi pelindung untukku.Terima kasih telah menjadi penyelamat hidupku.Terima kasih telah menerima segala kekuranganku.Terima kasih atas cinta tulusmu.Dan masih banyak ucapan terima kasih lainnya yang tak bisa aku ungkapkan untukmu.Kamu lelaki kedua yang ada di dalam hatiku setelah Bapak.Aku memintamu, Mas.Dan cinta ini, akan aku bawa sampai mati ....Begitulah isi cacatan terakhir Maryam di buku diary miliknya. Membuat air mataku seketika mengalir deras. Dada ini semakin sesak dibuatnya. Dan ternyata, bukan hanya itu saja. Masih banyak catatan lain yang berisi tentang diriku. Semua Maryam ceri
☘️"Pak, Bu, maafkan saya. Sebab saya tidak bisa menjaga Maryam dengan baik," ucapku menunduk.Saat ini, kami semua sudah berada di rumah. Kami semua saat ini sedang berkumpul di ruang tamu."Sudah, Ken. Ini sudah jadi takdir Tuhan. Meskipun saya kecewa, tapi semua tak akan merubah keadaan," ucap Bapak."Lalu, bagaimana dengan pelaku yang sudah mencelakai Maryam? Apa sudah tertangkap?" tanya Bapak."Sudah, Pak. Kemarin, pelaku sudah diamankan oleh pihak kepolisian," jawabku."Syukurlah, setidaknya, pelakunya harus dihukum sesuai dengan perbuatannya pada anak kami," ucap Bapak."Kami sangat berterima kasih sama kamu, Ken. Karena selama ini sudah bertanggung jawab membahagiakan anak kami. Hampir setiap hari, Maryam telepon kami. Maryam selalu menceritakan tentang kamu," ucap Bapak dengan suara serak."Benarkah?" tanyaku lirih.Aku tak menyangka, Maryam selalu menceritakan tentang aku pada Bapak dan Ibu. Padahal, selama ini Maryam sama sekali tak pernah bercerita padaku. Bahkan, Maryam h
☘️Aku masih menunggu di luar ruangan ICU dengan cemas. Perasaanku bercampur aduk. Dalam hati tak henti-hentinya melantukan doa untuk kekasih hatiku yang saat ini sedang berjuang nyawa.Dini yang berada di sampingku mengusap pundakku pelan. Seolah memberikan aku dukungan agar tetap kuat. Tak sengaja aku melirik ke arah Dini, ternyata adikku itu sudah menitikkan air mata."Kenzie!" panggil suara yang sepertinya tak asing. Lalu aku menoleh ke arah sumber suara itu."Bapak, Ibu," ucapku. Ternyata orang tua Maryam baru tiba di rumah sakit.Semalam, aku telah menceritakan perihal kejadian ini pada kedua mertuaku. Dan malam ini, sepertinya mereka baru tiba. Karena memang jarak dari kampung halaman mereka untuk sampai di kota ini cukup jauh."Gimana keadaan Maryam, Ken?" tanya Ibu yang terlihat sudah berlinang air mata.Aku menundukkan kepala, tak sanggup untuk menceritakan tentang kondisi Maryam saat ini. Pastilah perasaan mereka sama hancurnya denganku jika tahu bagaimana keadaan Maryam sa
"Bagaimana, Ken? Apa benar, polisi sudah menangkap pelakunya?" tanya Ibu tak sabar, saat aku baru tiba di rumah sakit."Benar, Bu. Pelakunya sudah tertangkap," jawabku lirih sambil duduk di kursi tunggu depan ruangan Maryam saat ini dirawat."Terus, siapa pelakunya?"Sulit rasanya, untuk menjawab pertanyaan dari Ibu. Aku tak mungkin menceritakan secara detail tentang kasus ini pada Ibu. Yang ada, Ibu akan berpikir macam-macam tentang Maryam. Biarlah, aib Maryam dimasa lalu cukup aku saja yang tahu."Ken, kok gak jawab pertanyaan Ibu?""Aku gak kenal dengan pelakunya, Bu.""Aneh, kalau gak kenal, kenapa bisa kejadian begini? Apa jangan-jangan, pelakunya itu selingkuhan Maryam?" tanya Ibu yang seketika membuatku terkejut sekaligus marah."Bu, bisa gak, Ibu gak menuduh Maryam yang aneh-aneh. Maryam sekarang lagi kritis, Bu. Lagi berjuang antara hidup dan mati, jadi tolong, jangan berpikir negatif dengan Maryam!" ucapku tak terima."Loh, Ibu kan cuma bertanya, apa salahnya? Lagian kamu it
☘️"Arrghh ... !" Aku berteriak kesetanan saat para polisi memegangi tubuhku untuk menjauh dari dua orang biadab itu."Pak, tenang, Pak!" teriak salah seorang polisi yang sedang memegangi ku. Tapi, aku tetap berusaha ingin lepas dan maju untuk menghajar pelaku yang sudah membuat istriku terluka. Bahkan, saat ini istriku sedang bertaruh nyawa di ranjang rumah sakit. Itu semua akibat ulah pria biadab itu.Pak polisi menyeret tubuhku dengan paksa untuk menjauh dan keluar dari ruangan tadi. Aku benar-benar tak bisa mengendalikan amarahku. Bagaimana tidak, salah satu pria yang duduk itu wajahnya masih sangat aku kenali. Dia adalah Dion. Mantan pacar Maryam yang dulu pernah bertengkar denganku.Dan aku yakin, pria paruh baya yang duduk di samping Dion itu adalah Ayahnya. Pria bejat yang sudah memperkosa Maryam dulu. Hingga membuat Maryam depresi dan hampir bunuh diri.Aku terduduk di sebuah kursi dengan pikiran kacau balau. Antara emosi, marah, dan juga dendam. Rasanya belum puas, jika belu
☘️"Ken, gimana keadaan Maryam?" tanya Ibu yang baru datang bersama Dini. Aku sendiri masih duduk di depan ruang ICU, karena kondisiku juga ikut melemah setelah melakukan pendonoran darah untuk Maryam."Maryam masih kritis, Bu," jawabku lemah.Hingga saat ini, keadaan Maryam memang belum menunjukkan kemajuan. Maryam masih kritis dan belum juga sadarkan diri."Memangnya, apa yang terjadi, Ken? Kenapa bisa seperti ini?""Ceritanya panjang, Bu. Intinya ada orang jahat yang mau mencelakakan kami. Maryam bisa seperti ini juga karena aku, Bu. Maryam ... sudah menyelamatkan nyawa aku, Bu," jelasku dengan suara serak. Tak lama, air mata keluar dari sudut mataku.Aku memang benar-benar tak bisa lagi menahan kesedihan. Aku benar-benar sangat takut. Takut jika Maryam meninggalkan aku. Kami belum lama menikah, tapi, begitu banyak cobaan yang datang silih berganti. Dan puncaknya, inilah cobaan terberat dan yang paling menakutkan untukku.Aku takut ....Takut jika Maryam sampai pergi meninggalkan k