Ini sudah minggu kedua setelah Helsa dinikahi dokter Adryan. Usia kandungan wanita itu sudah menginjak enam bulan, perutnya sudah terlihat besar.Di apartemen Helsa sendirian, sedangkan Adryan kembali menjalankan tugas mulianya di rumah sakit, cuti sembilan harinya sudah selesai. Wanita itu mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas kamar, lalu kembali duduk pada pinggiran ranjang. Helsa membuka room chat dari Renata, mamanya. Wanita paruh baya itu mengirim fotonya saat bisnis trip beberapa hari kemarin. 'Mama kangen. Main ke rumah, ya Cha?' Sorot mata Helsa berkaca-kaca saat membaca pesan singkat itu. Rasanya dia ingin sekali kembali ke masa kecilnya. Selalu dekat bersama Mama dan Papanya.'Nanti Echa bilang sama mas Adryan, ma,' balasnya. Ting ... Suara bell pintu apartemen mengalihkan perhatiannya. Helsa melihat ke arah jam dinding, Mas Adryan pulang secepat ini?Dengan cepat wanita hamil itu berjalan pelan menuju pintu, lalu membuka tuas pintu secara perlahan. "Helsa...,"
Adryan dan Helsa mengikuti langkah bunda memasuki rumah. Wanita paruh baya itu sama sekali tidak bicara sejak dari klinik. Mereka tahu jika bunda kecewa saat ini. Di dalam hanya ada Jefry yang sibuk berkutat dengan laptop di ruang tengah. Pria itu menyerngit heran saat melihat wajah bundanya yang ditekuk. "Bunda, kenapa?" tanya Jefry pada Adryan dan Helsa. "Bun, Adryan sama Helsa mau jujur sekarang. Kita perlu bicara ini," ujar dokter Adryan. "Kenapa?" tanya Jefry penasaran. Biasanya jika bunda dari apartemen adiknya, selalu bahagia. Apalagi setelah Adryan menikah. Bunda Marimar tidak menggubris perkataan Adryan, dia langsung masuk ke kamarnya, lalu menutup pintu rapat. "Gue dikacangin mulu," gumam Jefry"Helsa hamil," sambar dokter Adryan. "Alhamdulillah," ucap Jefry, dengan tangannya yang menengadah "Terus itu bunda kenapa? Bukannya bersyukur, udah mau punya cucu." "Helsa hamil diluar nikah," balas dokter Adryan. Helsa hanya menunduk, dia malu pada kakak iparnya.Bagai terk
Perjamuan makan malam sudah berakhir beberapa menit yang lalu, tuan Franco sangat bahagia karena malam ini anak dan menantunya menginap di rumah. Tapi, yang menjadi pertanyaannya sejak tadi dimana istrinya? Malam ini bunda tidak keluar untuk makan bersama, asisten rumah yang mengantarkan makanannya ke kamar. Bunda belum mau bicara pada siapapun. "Jadi, kenapa sama bunda? Terus Adryan, apa yang mau kamu sampaikan?" Helsa tampak gugup saat ayah mertuanya mulai bertanya. Namun tangannya mendadak hangat ketika dokter Adryan menggenggam jemarinya. Helsa mendongak, tatapan mereka bertemu, dia membalas senyuman suaminya dengan tulus. "Mungkin kabar ini akan membuat ayah kecewa sekaligus senang," ucap dokter Adryan. Tuan Franco menyerngit. "Helsa hamil," ungkap Adryan. "Wah, ayah mau gendong cucu? Kamu nggak lagi bohong, kan?" "Nggak, yah," sambar Jefry. "Tapi, maaf ayah. Maaf kalau Adryan hamili Helsa sebelum nikah." Helsa menunduk dalam. Dia malu saat suaminya mengatakan hal terse
"DOKTER Adryan!"Suara itu cukup menggelegar sepanjang lorong rumah sakit. Seorang gadis kecil dengan kursi roda baru saja keluar dari ruangan kemoterapi, bibir kecil itu melengkung dengan sempurna ketika mendapati dokternya."Denta," sapanya.Namanya Denta. Pasien pengidap kanker darah atau Leukimia yang ditangani dokter Adryan dan dokter Marcell, gadis kecil yang sesakit apapun tubuhnya akan selalu selalu tersenyum."Dok, aku marah. Nikahnya nggak bilang-bilang," ujar Denta dengan wajah sedikit ditekuk.Ibu dan dokter Marcell yang menemaninya hanya mengulum senyum. Mereka tahu jika gadis kecil itu sangat mengidolakannya."Tadinya dokter mau kasih kabar, keburu Denta minta keluar dari sini.""Nggak asik, sekarang Denta nggak bisa bucinin dokter lagi.""Masih bisa kok," timpalnya. "Asalkan....""Asalkan apa, dok?" tanya Denta penasaran."Mau berjuang buat sembuh. Kalau mau kemo nggak harus dipaksa lagi," jawabnya. "Denta sayang mama, kan? Atau nggak gini deh, setiap kali Denta kemo, d
Helsa duduk di kursi pantry, pandangannya tidak lepas dari situs Setara Daring pada layar macbook dihadapannya. Wanita itu baru saja selesai melihat kemajuan belajarnya, awal bulan April nanti Helsa akan mengikuti ujian setara untuk mendapatkan ijazah Sekolah Menengah Atas.Sebentar lagi wanita itu harus pergi jauh setelah lahiran nanti, meninggalkan Jakarta.Helsa tersenyum miris, ada rindu yang dia pendam selama ini. Helsa merindukan Akmal, laki-laki pemilik janin yang ada didalam rahimnya."Aku kangen," ucapnya. Setitik air mata lolos dari sudut matanya, ternyata sesulit ini jauh dari laki-laki itu."Izinin mami mencintai papi seperti mami mencintai papa kamu, sayang. Maaf mami egois," ucapnya lirih sembari mengusap perutnya.Suara pintu masuk mengalihkan perhatiannya, sepertinya itu dokter Adryan. Wanita itu mengusap wajahnya, agar suaminya tidak mencemaskannya."Sayang ..." Suara itu terdengar semakin dekat."Meja pantry, mas.""Lagi ngapain?" Adryan mendekap istrinya dari belaka
Adryan mengambil langkah panjang menuju dapur. Mimik wajahnya terlihat sangat cemas, entah ada apa dengan pria yang sudah lengkap dengan kemeja hitam lengan panjang.Tangannya mengacak-ngacak pantry, ada sesuatu yang dicarinya. Sedangkan Helsa, wanita itu sibuk menyiapkan sarapan untuknya."Sa...," panggilnya."Hm...," gumam Helsa sembari mengoles selai nutella pada roti."Lihat paperbag Gucci yang semalam diatas meja nggak?"Wanita itu menghentikan aktivitasnya, matanya melirik pada tempat sampah.Adryan yang penasaran segera mengikuti sorot mata istrinya."Astaghfirullah, sayang ... Malang sekali nasibmu," ucapnya penuh ibah, lalu segera memungut kembali paperbag tersebut."Sa..., Kamu nggak lagi sakit kan? Ini parfum Gucci." Adryan mendengus kemudian duduk di kursi tepat disamping istrinya."Mahal tapi wanginya nggak enak. Helsa nggak suka," ketus Helsa."Apanya yang nggak enak, sayang? Untung nggak pecah," ujarnya dengan mengelus dua botol parfum mahal itu."Emang seberarti itu bu
Helsa duduk anteng di sofa tengah, dengan mengenakan dress hitam motif bunga dan jangan lupakan sebuah mangkuk berisi mie instan dipegangnya. Wanita itu sangat menikmati mie instan buatannya sembari menunggu susu vanilla rasa coklat pesanannya.Ini sudah pukul tujuh malam, sedangkan suaminya belum kembali ke apartemen. Apa dokter Adryan lari dari tanggung jawab? Atau dia asyik dengan perempuan lain diluar?Ah, rasanya itu tidak mungkin.Waktu terus berjalan, Helsa terus terlarut dalam drama Korea yang dia tonton sampai tidak menyadari kehadiran pria berjas putih yang sudah duduk disampingnya. Mangkuk bekas makan tadi masih diletakan diatas meja."Segitu seruhnya itu drama sampai suaminya pulang nggak disambut," sindir Adryan.Helsa terlonjak. "Mas, sejak kapan duduk disini?""Sejak scene ciuman," jawab Adryan."Apaan sih!" Ia memukul Adryan dengan bantal sofa, "mana pesanan Helsa?""Pesanannya ada. Tapi, nggak gratis!" Adryan memberi jeda pada ucapannya. "Pulsa yang waktu itu juga bel
"Sayang..., kok nikahan kemarin sahabat-sahabat kamu nggak ada?"Helsa menatap intens Adryan, tangannya Masih menjamah kerah baju milik suaminya. Hal semacam ini sudah menjadi kebiasaannya setiap sebelum suaminya berangkat ke rumah sakit, Helsa yang membena kembali kemeja suaminya. Adryan memang seperti itu, padahal kan dia tidak memakai dasi yang harus dibantu istrinya."Helsa nggak punya sahabat," tukasnya. Namun, di dalam hati kecilnya, Helsa merindukan keempat sahabatnya. Ranaya, Diandra, Citra, dan Keke. Empat gadis itu tidak bersalah. Semua karena Bella. Musuh dibalik selimut.Adryan mengerti, mungkin mereka punya Masalah. Sudah, dia tidak perlu banyak bertanya."Oh, iya sayang, mama apa kabar?" Adryan mengalihkan pertanyaan, lagipula dia juga belum bertemu ibu mertuanya setelah hari pernikahan mereka. Renata memang sangat sibuk dengan perusahaan."Mama baru balik dari Kanada. Helsa lupa bilang sama Mas, mama nyuruh kita main ke rumah.""Ya udah, malam minggu kita menginap disana