Plak! plak!Dua suara tamparan beruntun terdengar keras memenuhi seluruh aula. Itu karena tidak ada seorangpun di dalam sana yang berani bersuara saat melihat Awan dengan kejam menampar dan mempermainkan Andreas.Tidak ada lagi aura seorang tuan muda kaya yang sombong dan mendominasi seperti sebelumnya.Andreas lebih terlihat seperti ayam potong yang setiap saat bisa disembelih.Tentu saja yang menjadi algojonya adalah Awan.Sebenarnya, dengan satu pukulannya, Awan bisa saja langsung menghabisi orang biasa seperti Andreas. Tapi, ia sengaja tidak melakukannya atau hal itu akan menjadi hukuman yang terlalu ringan untuk Andreas.Awan bukan tipikal orang pendendam namun ia juga bukan orang yang mudah memaafkan musuh yang sudah berulangkali coba membunuhnya. Beberapa tahun lalu, Awan merasakan yang namanya penderitaan dan putus asa yang membuatnya hampir kehilangan nyawanya. Jadi, mana mungkin ia membunuh Andreas begitu saja? Setidaknya, Andreas juga merasaka
Awan dan Nadya sudah pergi sejak lima menit yang lalu, akan tetapi aula yang seharusnya meriah dengan pesta pernikahan itu kini justru sepi seperti peringatan kematian.Pemandangan mengerikan yang terjadi sebelumnya seolah masih tertinggal di sana. Bahkan hanya untuk sekedar menarik napas saja, setiap orang melakukannya dengan hati-hati seolah takut akan menarik perhatian seseorang."Argh, to-tolong, selamatkan aku!"Teriakan lemah dan sekarat Andreas akhirnya menyadarkan semua orang jika di sana ada korban yang perlu diselamatkan.Beny adalah orang pertama yang berani mendekati Andreas dan memeriksa kondisinya di saat orang lain merasa ngeri untuk mendekatinya."Ayah, kondisinya sangat kritis dan harus segera mendapatkan perawatan! Ujar Beny melaporkan kondisi Andreas secara singkat."Tunggu apalagi? Bawa dia ke rumah sakit keluarga kita dan pastikan dia mendapat perawatan terbaik.""Irvan, kamu kabari keluarga Winata tentang apa yang terjadi di sini. Kamu tentu tahu harus bicara apa
"Kalian semua adalah iblis. Binatang saja tidak akan membiarkan anak-anaknya dimakan oleh binatang lain. Tapi, apa yang kalian lakukan? Ketika tidak yang bisa kalian manfaatkan dari kami, kalian dengan entengnya melemparkan kami ke mulut buaya. Kalian.. kalian.."Alina berteriak dengan suara dingin dan penuh amarah. Jika suaminya masih bisa menahan diri karena menghormati ayahnya. Namun, bagaimana bisa ia melakukan hal yang sama saat nyawa ia dan keluarganya dipertaruhkan?"Alina, cukup!" Sela Arya dengan suara berat."Tidak bisa, mas. Aku sudah tidak tahan lagi. Selama ini kita sudah terlalu banyak diam dan mengalah. Tapi, lihat hasilnya? Mas, kam menganggap keluarga. Tapi, apa mereka menganggapmu keluarga mereka? Tidak! Mereka hanya menganggap kita sebagai orang bodoh yang bisa dimanfaatkan kapanpun mereka butuh lalu dibuang begitu saja saat sudah tidak berguna lagi."Alina seperti harimqu terluka yang sedang mengamuk dan sulit dihentikan. Merasa telah dimanfaatkan
"Hahaha, gue gak nyangka kalau si Beny itu bakal mundur begitu saja. Padahal gue dah siap-siap buat berkelahi. Udah lama gak ngasah otot, tubuh jadi kaku.""Lagak lu Joe! Memang lu sanggup ngadepin pak Beny? Bagaimanapun dia itu seorang master. Sepuluh lu, paling cuma bisa buat manasin jari-jarinya doang.""Bajigur, emang gua serapuh itu? Bangsat ini nih si Mukhtar, remehin gua lu. Badak, lu jangan ikut campur kalau gua ajak dia sparing ya! Gua gak terima diremehin sama bodyguard lu, nih!""Ayok lah, kebetulan gua juga mau pemanasan sebelum naik ring minggu depan." Balas Mukhtar menanggapi sambil melepaskan jari-jarinya."Woi, kalian ini pada ngapain, sih? Kita itu ke sini buat bertemu Awan, malah pada berantem kalian?" Tegur Max mantan penguasa STM Dua Belas.Termasuk Theo, total ada dua puluh tiga orang yang sedang berkumpul di ruko kosong yang dulunya merupakan markas sekolah Bona.Mereka ini adalah para pemimpin sekolah yang pernah dikalahkan Awan dan kini mereka jadi berteman bai
Pengamatan Theo sangat cermat. Ia sudah membuat analisa sejak awal mula Bram masuk ke dalam ruangan bersama rombongannya. Apalagi saat itu Bram dengan terang-terangan membawa ponsel Bona bersamanya. Bukan hal yang sulit bagaimana Bram bisa mengetahui aktivitas Bona, bagaimanapun mereka masih saudara.Jadi, dibanding pertanyaan Joe sebelumnya, Theo langsung bertanya ke intinya, "Katakan, apa yang lu lakuin sama Bona?"Karena ia tidak melihat Bona bersama Bram, satu-satunya kemungkinan yang terpikir oleh Theo adalah kalau Bram pasti sudah melakukan sesuatu pada Bona demi menjalankan rencananya. Theo menebak kalau tujuan Bram sebenarnya adalah Awan. Setelah Bram dikalahkan Awan dulu, Bona maju dan memohon Awan untuk mengampuni Bram. Sebagai gantinya, Bona menggantikan posisi Bram sebagai penguasa di sekolahnya dan menjadi pengikut Awan. Anehnya, sejak saat itu Bram berubah total dan terlihat seperti siswa yang hanya fokus belajar dan sekolah. Tidak hanya itu, Bram juga menjadi lebih
Sebelumnya, saat Joe beradu pukulan dengan Bram, Theo dengan cepat memberi kode pada rekan-rekannya dan dengan cepat membuat strategi bertarung. Meski tidak yakin dengan hasilnya karena kemampuan lawan yang belum diketahui. Namun, menyerah sebelum bertarung bukanlah karakter Theo dan yang lainnya. Peluang sekecil apapun mesti dicoba. Meski kalah, paling tidak mereka kalah dengan status terhormat. Pengalaman keras dari masa mereka sekolah dulu sudah mengajarkan hal ini. Sehingga, saat pertarungan antar dua kelompok ini pecah, Theo bersama Rinaldy langsung menghadang di depan Bram. Sementara, Max, Joe, Dirga dan yang lainnya menghadapi empat orang di belakang Bram. Jadi, lima hingga enam orang kelompok mereka untuk menghadapi satu orang musuh. Jika saja kondisi sekarang dalam keadaan normal, pantang bagi mereka main keroyok seperti ini. Namun, untuk menghadapi musuh yang kekuatannya belum terbaca dan kemungkinan berada jauh di atas mereka, mau tidak mau mereka harus menghilangkan p
Setelah bertarung beberapa saat, peluang yang ditunggu keduanya akhirnya datang.Theo sudah menyadari titik lemah dari kemampuan Bram. Kekuatan mematikan yang terkumpul di kedua lengan Bram dan membentuk pijaran berwarna merah memang sangat menakutkan. Namun, penggunaan kekuatan ini secara terus menerus pastinya menguras tenaga dalam dan stamina seseorang.Selain itu, Theo juga sangat cermat saat melihat bahwa selain kekuatan di kedua tangannya, kemampuan Bram secara keseluruhan tidaklah meningkat.Itu artinya, Bram hanya memiliki kekuatan di tangannya itu sebagai andalannya. Bisa jadi, kekuatannya tidak alami dan hanya 'dititipkan' padanya. Itu sebabnya, kemampuan Bram dalam aspek lain tidak meningkat dan memang, Bram tampak sangat bergantung dan mengandalkan kekuatan ini.Meski itu hanya analisa sementara. Namun, setelah bertarung beberapa saat, penilaian Theo menunjukkan hasilnya. Stamina Bram mulai terkuras banyak dan gerakannya menjadi lebih lambat.Saat itulah, peluang yang ditu
"Bugh!"Theo hanya melihat bayangan punggung Rinaldy dari belakang dan tiba-tiba saja terdengar suara benturan yang cukup keras dan detik berikutnya, ia melihat tubuh Rinaldy terbang mundur lebih cepat dibanding saat ia menyerang sebelumnya.Tubuh Rinaldy terhempas dengan sangat keras menghantam dinding yang membuat dinding ruko kosong tersebut sampai hancur sebagian.Detik berikutnya, Rinaldy sudah tergeletak dalam keadaan sudah tidak berdaya.Dari kepalanya mengucur darah yang seakan tidak ada habisnya dan menutupi hampir semua wajahnya. Kedua tangan Rinaldy tertekuk sembilan puluh derajat yang menandakan kalau kedua lengan Rinaldy sudah patah sebelum ia dihempaskan oleh lawan.Jika begitu, betapa mengerikannya kecepatan dan juga kekuatan lawan?Padahal, Theo sempat berpikir kalau ia dan rekan-rekannya masih bisa menghadapi orang-orang ini.Sekarang, setelah melihat apa yang terjadi pada Rinaldy yang dikalahkan lawan hanya dalam satu gerakan, betapa naif pikirannya sebelumnya?Janga
"Jadi, aku bosnya? Pemilik saham mayoritas dan nama perusahaan baru kita PT ADN, pasti inisial nama kita juga, 'kan?" Tanya Awan sambil menggoda Nadya yang sedang sibuk mendandaninya.Karena ini adalah rapat perdana yang melibatkan kekasihnya, Nadya ingin kekasihnya itu tampil dengan optimal. Namun, saat itu penampilan Awan justru tidak mencerminkan seorang eksekutif sama sekali. Karena itu, Nadya langsung Awan ke salah satu ruangan yang sudah dipersiapkan Nadya sejak lama.Itu adalah ruangan presiden direktur yang telah disiapkan Nadya untuk Awan.Selain ruang ekslusif dengan dekorasi dan interior modern, di dalamnya juga terdapat kamar khusus untuk beristirahat. Nadya bahkan juga sudah menyiapkan cukup banyak pakaian pria dan semuanya terlihat pas dengan tubuh Awan.Sepertinya, Nadya sudah hapal dengan baik ukuran tubuh Awan. Karena semua ukuran pakaian yang ada di dalam lemari memiliki ukuran yang sama.Sambil tersenyum merapikan dasi dan
"Nad, eh, maksudku Bu Nadya, anda tidak apa-apa, 'kan?” Tanya seorang pria usia tiga puluhan mengenakan setelan rapi bak seorang eksekutif menerobos masuk tidak lama setelah kepergian Dian dan yang lainnya. Dibelakangnya disusul oleh beberapa eksekutif perusahaan.Sama seperti pria yang pertama masuk, mereka semua mengkhawatirkan keselamatan Nadya akibat penyerangan sebelumnya.Ternyata, selain petugas keamanan dilumpuhkan, para eksekutif perusahaan dan karyawan yang berada di lantai atas, disekap dalam ruangan masing-masing dan tidak diperbolehkan keluar oleh belasan anggota geng.Beberapa menit yang lalu, tidak lama setelah Awan melumpuhkan para penyerang, petugas keamanan perusahaan berhasil mengendalikan situasi. Orang-orang ini baru berhasil keluar dan langsung menuju ke ruangan Nadya mengira jika para penjahat tersebut menargetkan Nadya.Namun, di antara semua orang, pria yang masuk pertama kali terlihat mencolok karena perhatiannya yang seperti sengaja ditunjukkan secara terang
"Adikku, kamu beruntung sekali dapat lencana dari jenderal besar Saka. Dengan kencana itu kamu bisa balapan di tengah kota tanpa perlu khawatir ada polisi yang berani menangkapmu." Ujar Sigit sambil tertawa."Nyiut!""Aw-aw, sakit istriku!"Tidak sampai sedetik Sigit tertawa, pinggangnya langsung terasa perih akibat cubikan sang istri yang menatapnya melotot, "Kamu itu mengajari adikmu yang tidak baik. Apa kamu tidak lihat! Di sini juga ada putri kita, bagaimana kalau dia juga mencobanya saat sudah bisa mengendumibil nanti?""Hahaha, maaf-maaf, aku hanya bercanda sayang!" Ujar Sigit meringis sambil mengelus lembut tangan istrinya agar dilepaskan.Awan dan yang lainnya ikut tertawa melihat bagaimana 'pertengkaran' romantis sepasang suami-istri tersebut.Sigit dan keluarganya masih tinggal bersama Dian Saka yang meminta ijin keluarganya untuk tinggal lebih lama di sana.Selain candaan tersebut, ternyata tujuan Sigit lainnya yaitu untuk membahas kesulitan perusahaan Awan.Setelah berbinc
"Ehm, ehmn!" Tuan besar Saka berdehem dua kalian dan sekaligus menyadarkan semua orang dari kondisi canggung yang sedang terjadi.Terutama, cucu perempuannya yang bertindak sangat nekad dengan memeluk Awan di hadapan semua orang.Meskipun Awan adalah pemuda yang sangat menjanjikan dengan segudang bakat yang sulit dicari duanya. Namun, bukan berarti cucunya dapat memeluknya begitu saja. Apalagi, ia memeluknya di depan semua orang dan terutama karena pemuda itu sendiri sudah memiliki kekasih yang saat ini berdiri tepat di samping mereka.'Situasi macam apa ini? Bahkan cucuku yang biasanya sangat tenang, sekarang justru mengambil inisiatif duluan untuk memeluk seorang pria asing?'Sebagai kakek yang melihat cucunya tumbuh sejak kecil, tuan besar Saka cukup mengenali bagaimana kepribadian cucunya tersebut. Sebagai bunga yang tumbuh dalam keluarga militer, Dian memiliki kepribadian yang keras dan disiplin. Alasan itu juga yang membuat lelaki manapun sulit untuk mendekatinya. Pernah ada se
Jay meringkuk ketakutan dan tidak berdaya saat ayahnya sendiri menamparnya berulangkali. Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya, ayahnya menghajarnya seperti sekarang ini. Namun hari ini, ayahnya memukulnya seperti orang kesetanan dan itu semua disebabkan oleh satu orang, Awan.Meski begitu, Jay yang sedang kesakitan tidak sempat memikirkan bagaimana membalas Awan untuk sekarang. Karena ia harus meredakan amarah ayahnya terlebih dahulu.Tamparan ayahnya baru berhenti saat kakeknya memerintahkan ayahnya untuk berhenti. Itupun wajah Jay sudah membengkak dan darah keluar cukup banyak dari mulut dan hidungnya.Saat itu, Jay berpikir jika penderitaannya sudah berakhir. Tapi yang terjadi, itu justru awal dari penderitaan Jay yang sebenarnya.Saat tuan besar Harsya berkata, "Mulai hari ini, kamu akan dikirim ke Uganda selama lima tahun ke depan untuk merenungkan semua kesalahanmu. Selain itu, uang sakumu akan dipangkas sembilan puluh persen dan jika kamu masih belum berubah dan masih berkeing
"Kamu tidak salah kan, Jok? Apa semua ini benar dilakukan oleh bos Awan seorang diri?" Tanya ketua tim keamanan perusahaan terperangah pada Joko, petugas keamanan yang sebelumnya diselamatkan Awan.Bagaimana tidak? Saat ini ada belasan tim keamanan bersenjatakan lengkap dan tujuan mereka tentu saja untuk siap tempur menghadapi semua penyerang yang telah melumpuhkan mereka sebelumnya. Namun, jangankan bertarung, mereka justru hanya menemukan puluhan anggota geng yang sudah terbaring dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka.Namun, yang lebih terkejut justru adalah Joko dan seorang rekannya.Karena baru seperempat jam berlalu sejak Awan pergi dari pos jaga setelah menyelamatkan mereka dan ia sudah berhasil melumpuhkan semua penjahat yang menyerang perusahaan mereka. Joko dan kawan-kawannya bahkan tidak memiliki kesempatan untuk unjuk gigi.'Apa ini yang dimaksud bos waktu itu?' Bathin Joko antara percaya tidak percaya.Joko teringat ucapan Awan terakhir, "...kalian ku
Max yang sebelumnya tampak arogan, kini dibuat tercengang. Empat bawahannya yang selama ini menjadi tangan kanannya benar-benar dibuat tidak berkutik dan berlutut begitu saja di depan seorang gembel.Max sangat mengenal empat bawahannya, tidak mungkin mereka akan berlutut begitu saja di depan orang. Terlebih, mereka adalah kultivator.'Kenapa mereka begitu ketakutan di depan gembel ini?' Pikir Max bertanya-tanya.Saat itu, Max mulai curiga kalau pria yang terlihat seperti gembel itu tidaklah sesederhana penampilannya."Siapa kamu?" Tanya Max dengan suara tertahan."Oh, setelah begitu sombong dan bahkan mau melecehkan wanitaku, kamu baru bertanya siapa aku? Apa kepalamu baru saja terbentur, bung?" Balas Awan mengejek."Wanitamu? Setahuku, dia adalah wanita singel." Ujar Max hati-hati sambil melirik kesal ke arah Anton.Melihat aura Awan yang dapat mengintimidasi bawahannya, Max tidak lagi berani berbuat ceroboh. Pengalamannya selama belasan tahun di dunia hitam mengajarinya untuk berha
"Awan?" Nadya tercengang dan sampai menutup mulutnya. Ia hampir tidak percaya kalau orang yang selama ini ia tunggu-tunggu akan muncul seperti ini.Perasaan Nadya campur aduk dan sebagian besarnya didominasi oleh perasaan bahagia karena harapan terbesarnya akhirnya terkabul. Awannya telah kembali! "Bajingan! Siapa kamu? Berani-beraninya kamu menganggu kesenanganku?" Hardik Max berang.Sedikit lagi, Max hampir berhasil menyentuh Nadya dan tentu,madegan selanjutnya akan berjalan sesuai dengan keinginan Max. Namun, kedatangan orang asing yang tidak dikenalnya, membuat usahanya jadi terhenti. Lebih parahnya, orang asing yang terlihat seperti gembel tersebut malah tidak mengacuhkan kemarahan Max dan berjalan melewatinya begitu saja."Aku tidak terlambat, 'kan?" Tanya Awan pada Nadya.Nadya menggeleng dan matanya berkaca-kaca,"Kamu, kamu sangat terlambat! Kamu terlambat dua bulan satu hari tiga jam dan dua puluh tiga menit."Tanpa menghiraukan semua pasang mata yang melihat dan juga pen
"Plak!"Sebuah suara tamparan terdengar cukup keras dan sekaligus membuat semua orang menatap ke sumber suara dengan tatapan tegang.Siapa yang tidak tegang, saat seorang petinggi mafia yang paling ditakuti di kota ini di tampar oleh seorang wanita dan itu terjadi tepat di depan banyak pasang mata yang melihatnya."Na-Nadya, apa yang kamu lakukan? Cepat berlutut dan minta maaf pada tuan Max! Jika tidak, kamu akan berakhir dengan nasib tragis kalau tuan Max sampai marah." Teriak Anton ketakutan dan kesal dengan tindakan berani sepupunya tersebut.Punggung Anton terasa basah oleh keringat dingin. Tentu saja, ia sangat takut dengan kemarahan Max. Apalagi, ide untuk memperkenalkan Nadya pada Max adalah dari dirinya. Sikap lancang Nadya bisa berimbas pada dirinya. Anton tidak berani membayangkan jika Max sampai murka dan melampiaskan kemarahannya pada dirinya.Lona yang berdiri di dekat Nadya tidak kalah terkejutnya. Meski menurutnya, Max sangat pantas mendapat tamparan tersebut karena ia c