Beranda / Urban / AWAN - THE NEXT SANJAYA / 94. KESALAHAN ANAK DITANGGUNG OLEH ORANGTUANYA

Share

94. KESALAHAN ANAK DITANGGUNG OLEH ORANGTUANYA

Penulis: sutan sati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Awan dan Nadya sudah pergi sejak lima menit yang lalu, akan tetapi aula yang seharusnya meriah dengan pesta pernikahan itu kini justru sepi seperti peringatan kematian.

Pemandangan mengerikan yang terjadi sebelumnya seolah masih tertinggal di sana. Bahkan hanya untuk sekedar menarik napas saja, setiap orang melakukannya dengan hati-hati seolah takut akan menarik perhatian seseorang.

"Argh, to-tolong, selamatkan aku!"

Teriakan lemah dan sekarat Andreas akhirnya menyadarkan semua orang jika di sana ada korban yang perlu diselamatkan.

Beny adalah orang pertama yang berani mendekati Andreas dan memeriksa kondisinya di saat orang lain merasa ngeri untuk mendekatinya.

"Ayah, kondisinya sangat kritis dan harus segera mendapatkan perawatan! Ujar Beny melaporkan kondisi Andreas secara singkat.

"Tunggu apalagi? Bawa dia ke rumah sakit keluarga kita dan pastikan dia mendapat perawatan terbaik."

"Irvan, kamu kabari keluarga Winata tentang apa yang terjadi di sini. Kamu tentu tahu harus bicara apa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Dimas Prambudi
salam rendang dunsanak!
goodnovel comment avatar
Icha kue
Lanjutkan Uda jangan lupa SALAM RENDANG nya teman readers!!!
goodnovel comment avatar
Ilham Sabara
arya tenang masih ada awan yg bakalan bantu kalian,,,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   95. PILIHAN SIKAP ARYA WONGSO

    "Kalian semua adalah iblis. Binatang saja tidak akan membiarkan anak-anaknya dimakan oleh binatang lain. Tapi, apa yang kalian lakukan? Ketika tidak yang bisa kalian manfaatkan dari kami, kalian dengan entengnya melemparkan kami ke mulut buaya. Kalian.. kalian.."Alina berteriak dengan suara dingin dan penuh amarah. Jika suaminya masih bisa menahan diri karena menghormati ayahnya. Namun, bagaimana bisa ia melakukan hal yang sama saat nyawa ia dan keluarganya dipertaruhkan?"Alina, cukup!" Sela Arya dengan suara berat."Tidak bisa, mas. Aku sudah tidak tahan lagi. Selama ini kita sudah terlalu banyak diam dan mengalah. Tapi, lihat hasilnya? Mas, kam menganggap keluarga. Tapi, apa mereka menganggapmu keluarga mereka? Tidak! Mereka hanya menganggap kita sebagai orang bodoh yang bisa dimanfaatkan kapanpun mereka butuh lalu dibuang begitu saja saat sudah tidak berguna lagi."Alina seperti harimqu terluka yang sedang mengamuk dan sulit dihentikan. Merasa telah dimanfaatkan

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   96. KITA SEMUA DIJEBAK

    "Hahaha, gue gak nyangka kalau si Beny itu bakal mundur begitu saja. Padahal gue dah siap-siap buat berkelahi. Udah lama gak ngasah otot, tubuh jadi kaku.""Lagak lu Joe! Memang lu sanggup ngadepin pak Beny? Bagaimanapun dia itu seorang master. Sepuluh lu, paling cuma bisa buat manasin jari-jarinya doang.""Bajigur, emang gua serapuh itu? Bangsat ini nih si Mukhtar, remehin gua lu. Badak, lu jangan ikut campur kalau gua ajak dia sparing ya! Gua gak terima diremehin sama bodyguard lu, nih!""Ayok lah, kebetulan gua juga mau pemanasan sebelum naik ring minggu depan." Balas Mukhtar menanggapi sambil melepaskan jari-jarinya."Woi, kalian ini pada ngapain, sih? Kita itu ke sini buat bertemu Awan, malah pada berantem kalian?" Tegur Max mantan penguasa STM Dua Belas.Termasuk Theo, total ada dua puluh tiga orang yang sedang berkumpul di ruko kosong yang dulunya merupakan markas sekolah Bona.Mereka ini adalah para pemimpin sekolah yang pernah dikalahkan Awan dan kini mereka jadi berteman bai

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   97. BUKAN LAGI BRAM YANG SAMA

    Pengamatan Theo sangat cermat. Ia sudah membuat analisa sejak awal mula Bram masuk ke dalam ruangan bersama rombongannya. Apalagi saat itu Bram dengan terang-terangan membawa ponsel Bona bersamanya. Bukan hal yang sulit bagaimana Bram bisa mengetahui aktivitas Bona, bagaimanapun mereka masih saudara.Jadi, dibanding pertanyaan Joe sebelumnya, Theo langsung bertanya ke intinya, "Katakan, apa yang lu lakuin sama Bona?"Karena ia tidak melihat Bona bersama Bram, satu-satunya kemungkinan yang terpikir oleh Theo adalah kalau Bram pasti sudah melakukan sesuatu pada Bona demi menjalankan rencananya. Theo menebak kalau tujuan Bram sebenarnya adalah Awan. Setelah Bram dikalahkan Awan dulu, Bona maju dan memohon Awan untuk mengampuni Bram. Sebagai gantinya, Bona menggantikan posisi Bram sebagai penguasa di sekolahnya dan menjadi pengikut Awan. Anehnya, sejak saat itu Bram berubah total dan terlihat seperti siswa yang hanya fokus belajar dan sekolah. Tidak hanya itu, Bram juga menjadi lebih

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   98. KEKUATAN MENGERIKAN BRAM

    Sebelumnya, saat Joe beradu pukulan dengan Bram, Theo dengan cepat memberi kode pada rekan-rekannya dan dengan cepat membuat strategi bertarung. Meski tidak yakin dengan hasilnya karena kemampuan lawan yang belum diketahui. Namun, menyerah sebelum bertarung bukanlah karakter Theo dan yang lainnya. Peluang sekecil apapun mesti dicoba. Meski kalah, paling tidak mereka kalah dengan status terhormat. Pengalaman keras dari masa mereka sekolah dulu sudah mengajarkan hal ini. Sehingga, saat pertarungan antar dua kelompok ini pecah, Theo bersama Rinaldy langsung menghadang di depan Bram. Sementara, Max, Joe, Dirga dan yang lainnya menghadapi empat orang di belakang Bram. Jadi, lima hingga enam orang kelompok mereka untuk menghadapi satu orang musuh. Jika saja kondisi sekarang dalam keadaan normal, pantang bagi mereka main keroyok seperti ini. Namun, untuk menghadapi musuh yang kekuatannya belum terbaca dan kemungkinan berada jauh di atas mereka, mau tidak mau mereka harus menghilangkan p

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   99. TUAN SEBENARNYA

    Setelah bertarung beberapa saat, peluang yang ditunggu keduanya akhirnya datang.Theo sudah menyadari titik lemah dari kemampuan Bram. Kekuatan mematikan yang terkumpul di kedua lengan Bram dan membentuk pijaran berwarna merah memang sangat menakutkan. Namun, penggunaan kekuatan ini secara terus menerus pastinya menguras tenaga dalam dan stamina seseorang.Selain itu, Theo juga sangat cermat saat melihat bahwa selain kekuatan di kedua tangannya, kemampuan Bram secara keseluruhan tidaklah meningkat.Itu artinya, Bram hanya memiliki kekuatan di tangannya itu sebagai andalannya. Bisa jadi, kekuatannya tidak alami dan hanya 'dititipkan' padanya. Itu sebabnya, kemampuan Bram dalam aspek lain tidak meningkat dan memang, Bram tampak sangat bergantung dan mengandalkan kekuatan ini.Meski itu hanya analisa sementara. Namun, setelah bertarung beberapa saat, penilaian Theo menunjukkan hasilnya. Stamina Bram mulai terkuras banyak dan gerakannya menjadi lebih lambat.Saat itulah, peluang yang ditu

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   100. TEKAD SEORANG THEO

    "Bugh!"Theo hanya melihat bayangan punggung Rinaldy dari belakang dan tiba-tiba saja terdengar suara benturan yang cukup keras dan detik berikutnya, ia melihat tubuh Rinaldy terbang mundur lebih cepat dibanding saat ia menyerang sebelumnya.Tubuh Rinaldy terhempas dengan sangat keras menghantam dinding yang membuat dinding ruko kosong tersebut sampai hancur sebagian.Detik berikutnya, Rinaldy sudah tergeletak dalam keadaan sudah tidak berdaya.Dari kepalanya mengucur darah yang seakan tidak ada habisnya dan menutupi hampir semua wajahnya. Kedua tangan Rinaldy tertekuk sembilan puluh derajat yang menandakan kalau kedua lengan Rinaldy sudah patah sebelum ia dihempaskan oleh lawan.Jika begitu, betapa mengerikannya kecepatan dan juga kekuatan lawan?Padahal, Theo sempat berpikir kalau ia dan rekan-rekannya masih bisa menghadapi orang-orang ini.Sekarang, setelah melihat apa yang terjadi pada Rinaldy yang dikalahkan lawan hanya dalam satu gerakan, betapa naif pikirannya sebelumnya?Janga

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   101. KALIAN AKAN MEMBAYARNYA SEPULUH KALI LIPAT

    "A-apa aku sedang bermimpi?" Banyaknya pukulan Bram di kepalanya membuat hampir semua wajah Theo diselimuti oleh darahnya. Selain itu, cideranya yang semakin parah membuat pandangan Theo menjadi kabur. Samar, Theo melihat bayangan di depannya perlahan berubah menjadi sosok seorang pria berbadan tegap. Sosok itulah yang telah melindungi Theo dan menyelamatkannya dari tangan kematian. Sosok itu juga yang telah menahan tubuhnya. Jika tidak, dengan kondisinya yang sudah lumpuh pasti akan membuat Theo jatuh. Sayangnya, Theo sudah tidak kuat bertahan dan akhirnya jatuh pingsan. Namun, sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, ia mendengar sosok didepannya bicara, "Maaf, Bang. Aku datang terlambat. Sisanya biar aku yang mengurusnya." Hanya sebuah kalimat singkat dan sederhana. Namun kalimat singkat itu seolah dapat memberi jaminan yang dibutuhkan Theo. Dalam ketidaksadarannya, seulas senyum tipis terukir di wajah Theo. Awan meletakkan tubuh Theo di atas lantai dengan begitu hati-ha

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   102. BAGAIMANA IA BISA SEKUAT INI?

    Tidak hanya Bram, empat orang anggota sekte Bulan Darah juga dibuat terkejut dengan aura kuat yang dipancarkan Awan. Mereka berempat dikenal sebagai Moji bersaudara yang terdiri dari Raden Moji Wirakusuma, Satria Moji Wiradarma, Aki Moji Wiraguna dan Dewa Moji Wirakencana. Dalam sekte Bulan Darah sendiri, mereka berempat merupakan anggota elit dan hanya berada satu level di bawah tim pemburu yang dikirim untuk memburu Awan waktu itu. Selain itu, dalam tim mereka hanya ada lima orang yang menunjukkan betapa istimewanya kemampuan mereka. Kali ini, begitu informan mereka mendapat informasi kalau Awan masih hidup, sekte Bulan Darah secarta khusus mengirim mereka berlima untuk misi ini. Tim kecil serta kemampuan istimewa mereka sangat cocok untuk misi ini. Mereka bisa bergerak secara efektif tanpa perlu menarik perhatian dari klan Sanjaya. Itu sebabnya mereka sempat tidak percaya jika Awan yang mereka lihat sekarang ini adalah orang yang sama dengan orang yang diburu oleh sekte mereka

Bab terbaru

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   179. BAJINGAN NEKAD

    "Apa yang mereka lakukan?""Bodoh! Mereka malah melakukannya sendiri tanpa perlu kita paksa. Hahaha!"Melihat dua tetua keluarga Saka yang dengan 'bodoh'nya coba menyelamatkan dua rekannmereka yang ada di tengah kolam membuat Edi tertawa terbahak-bahak. Ia melihat kalau keduanya sudah melakukan tindakan sangat bodoh tanpa menyadari ada sesuatu di bawah permukaan kolam.Benar saja, saat keduanya melintasi permukaan kolam yang tenang, monster ular yang sedang bersembunyi di bawah kolam langsung menyergap dan hampir saja menelan keduanya secara hidup-hidup. Jika saja Awan tidak datang tepat waktu, niscaya keduanya sudah berpindah alam dan menjadi bagian dari isi perut sang ular.Meski begitu, apa yang dilakukan Awan tidak memberi dampak apa-apa selain hanya berhasil mengalihkan perhatian si ular. Bahkan dengan serangan seperti itu tidak meninggalkan satu goresan di permukaan kulit ular monster tersebut.Edi tertawa mencemooh, "Hahaha, dia pikir dia siapa? Menyerang binatang spritual ting

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   178. KEMUNCULAN SOSOK ULAR RAKSASA

    Di tempat lain.Ribuan binatang spritual berlarian masuk ke dalam gua seolah sedang berlomba untuk berebut makanan. Derap langkah mereka yang besar membuat seluruh gua bergetar hebat seolah sedang dilanda gempa bumi.Pemandangan ini akan membuat siapapun gemetar ketakutan. Bahkan tiga tetua pembentukan jiwa yang dibawa oleh Edi tidak urung merasa khawatir. Jika jumlahnya puluhan, mereka mungkin masih dapat dengan mudah membunuhnya layaknya menginjak kawanan semut.Namun, jika jumlahnya sudah sebanyak ini, mereka tidak akan bisa keluar tanpa cidera."Tuan muda, situasi ini tidak terlihat bagus. Kita harus bergerak cepat!""Tetua, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Edi yang ditanya seperti itu justru balik bertanya dengan ekspresi bingung dan tegang.Kepercayaan diri yang ia tunjukkan beberapa menit sebelumnya sudah berubah menjadi ekspresi tegang. Rencana yang seharusnya mudah justru menjadi sangat sulit saat ini. Meskipun mereka berhasil mendapatkan teratai bumi dan inti monster

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   177. PENGKHIANAT

    "Tetua Arsyad, kenapa anda berhenti di sini?" Tanya salah seorang prajurit keluarga Saka heran.Karena tetua Arsyad yang memimpin mereka tiba-tiba berhenti, membuat semua orang di belakangnya ikut berhenti dan menatapnya dengan penuh tanya,Seharusnya mereka harus bergegas kembali ke kediaman keluarga Saka. Karena disamping mereka harus membawa pil untuk kepala keluarga, mereka juga harus segera melaporkan tentang misi penyelamatan dua tetua mereka yang dipimpin oleh Dian dan meminta tim bantuan.Namun, bukannya harus bergegas kembali, tindakan tetua Arsyad yang tiba-tiba berhenti dan menunjukkan gelagat mencurigakan membuat semua orang kebingungan."Cony, serahkan pilnya padaku!" Ujar tetua Arsyad mengulurkan tangannya."Tetua, apa maksudmu? Kita harus bergegas kembali dan melapor pada keluarga utama." Ujar prajurit Cony tidak langsung menuruti permintaan seniornya tersebut."Apa perintahku kurang jelas? Cepat, serahkan pil itu padaku!" Ulang tetua Arsyad dingin."Maaf, tetua! Kami t

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   176. SIAPA MENJEBAK SIAPA

    Ternyata, Awan sudah memperhitungkan semua kemungkinan bahaya yang dapat membahayakan dirinya dan orang-orang disekitarnya. Itu termasuk semua orang yang pernah menentang Awan seperti halnya kelompok Shelma.Tetua Dion sempat meragukan kecurigaan Awan saat itu. Menurutnya, Shelma seperti halnya semua prajurit dalam keluarga Saka adalah karakter yang sangat loyal. Karena salah satu persyaratan agar mereka bisa diterima sebagai prajurit keluarga Saka adalah mereka harus bersumpah setia menggunakan darah yang membuat mereka tidak bisa mengkhianati keluarga Saka.Hanya saja, alasan akan cukup masuk akal dengan menjelaskan kalau dirinya hanya orang luar yang membuat Shelma ataupun rekan-rekannya bisa saja menghabisi dirinya. Ditambah jika ada seseorang yang mampu meyakinkan mereka.Siapa lagi, kalau bukan Edi Purnama.Itu sebabnya, sesaat sebelum masuk ke dalam gua, sesuai dengan arahan Awan, tetua Dion sengaja memberi tanggungjawab pada Shelma dan rekan-rekannya secara khusus menjaga keam

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   175. DIA TIDAK AKAN MEMBUNUHKU

    Edi sempat salah tingkah saat Awan tiba-tiba bertanya padanya dan menjawab dengan nada agak tinggi, "Apa maksudmu bertanya seperti itu? Bagaimana aku tahu apa yang ada di dalam sana! Seperti kata Dian, seharusnya kita menyelamatkan tetua Elang dan tetua Evan sebelum ular monster itu kembali.""Begitukah?" Ujar Awan dengan senyum licik yang membuat Evan merasa gelisah layaknya seorang maling yang baru saja tertangkap basah."Bagaimana kalau kamu sudahi saja sandiwara ini, tuan muda Edi? Atau, aku sendiri yang akan membongkar kebohonganmu?""Kebohongan apa maksudmu? Jika ada yang perlu dicurigai di sini maka itu adalah kamu. Kita semua sudah melihat kalau dua tetua Saka ada di sana. Tapi, bukannya bergegas menyelamatkan mereka, bajingan ini justru membuat tuduhan tidak mendasar dan mengulur waktu yang membuat nyawa mereka bisa saja tidak dapat diselamatkan." Balas Edi ketus dan membalikkan semua kesalahan pada Awan.Selain tetua Dion, para prajurit keluarga Saka tampak mulai termakan de

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   174. MASUK KE DALAM GUA

    Rombongan Awan masuk ke dalam gua.Gua itu sendiri memiliki lebar tidak lebih dari dua setengah meter.Hanya saja, siapapun yang masuk ke dalam gua akan merasakan tekanan yang sangat besar seolah mereka sedang memasuki mulut harimau. Tidak terkecuali mereka yang berada di ranah pembentukan inti seperti halnya tetua Dion dan yang lainnya. Mereka merasakan tekanan yang belum pernah mereka hadapi.Tidak heran, Dian yang berada di ranah pembentukan fondasi tampak begitu tertekan. Sampai-sampai ia tidak berani berada jauh dari sisi Awan. Berada di dekat Awan satu-satunya cara yang membuatnya merasa agak aman.Karena di dalam gua terdapat binatang spritual tingkat empat dan juga lebar gua yang relatif sempit, mereka tidak memiliki pilihan selain berjalan kaki dan berusaha untuk menyembunyikan hawa keberadaan mereka.Hanya saja, belum lama mereka berjalan masuk ke dalam gua, mereka terpaksa berhenti karena di depan mereka terdapat beberapa lorong.Tanpa mereka sadari, gua tempat mereka ber

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   173. KITA IKUTI RENCANANYA

    Keserakahan terkadang membuat seseorang bisa kehilangan akal sehat dan nuraninya. Itulah yang terjadi pada Edi Purnama.Menurut Awan, Edi memiliki tujuan utama yang membuatnya sampai rela menjadikan wanita yang disukainya sebagai alat untuk mendapatkan keinginannya. Bisa jadi, Awan dan tim keluarga Saka akan dijadikan sebagai pengalih perhatian.Hanya saja, Awan tidak bisa menyimpulkan apa yang sedang dicari oleh Edi sampai berani mengorbankan banyak orang untuk mendapatkan keinginannya. Yang bisa dilakukan Awan saat ini adalah mengikuti permainan Edi dan membuat langkah antisipasi untuk menghindari jatuhnya korban di pihak mereka.Setelah menjelaskan rencananya pada tetua Dion, Awan lalu membuat pil pemulihan untuk kepala keluarga Saka seperti janjinya. Yang mengejutkan, pembuatan pil ini sendiri tidak menggunakan tungku alkimia seperti kebanyakan alkemis lainnya dan Awan bahkan hanya membutuh waktu kurang dari lima menit untuk memurnikan empat pil tingkat atas."Astaga! Dokter jeni

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   172. RENCANA AWAN

    Awan dan tetua Dion sampai di area pinggir hutan yang relatif sangat sepi dan bagian belakang mereka adalah tebing yang cukup tinggi. Sebuah tempat yang cukup ideal untuk meramu pil."Dokter jenius Awan, katakan saja, apa yang anda ingin saya lakukan?" Tanya tetua Dion begitu hanya ada mereka berdua di tempat tersebut.Awan tersenyum kecil dan berkata, "Hmn, tetua Dion sangat bijak. Saya kagum, tetua dapat membaca maksud saya mengajak anda ke sini.""Jangan mengejek saya, dokter jenius Awan! Di depan anda, saya justru tidak ada apa-apanya.""Saat anda mengajak saya untuk menjaga anda membuat pil, saya menyadari kalau ada sesuatu yang anda inginkan dari saya tapi tidak ingin diketahui oleh yang lainnya. Saya melihat anda dapat mengalahkan hewan spritual tingkat tiga dengan mudah. Bagi orang lain, mungkin itu suatu keberuntungan karena mengira tetua Armen sudah tenaga dan melukai monster itu sebelumnya. Tapi, saya tidak melihatnya demikian. Ular itu bahkan tidak terluka sama sekali oleh

  • AWAN - THE NEXT SANJAYA   171. DOKTER DAN JUGA ALKEMIS

    "Sekarang, apa yang harus kita lakukan?" Tanya Dian meminta saran Awan dan para tetua.Meski dalam hati Dian sangat ingin menyelamatkan dua orang tetuanya yang ditangkap oleh monster ular tersebut. Namun, Dian masih dapat mengendalikan ketenangannya dan mempertimbangkan jalan terbaik yang harus mereka ambil.Misi menyelamatkan dua tetuanya jelas adalah misi yang hampir mustahil. Pertama, mereka tidak tahu bagaimana nasib kedua tetua tersebut saat ini. Entah mereka masih hidup atau sudah mati. Kedua, kalaupun mereka nekad pergi menyelamatkan keduanya, peluang keberhasilan mereka sangatlah kecil.Bagaimanapun lawan yang menanti mereka adalah binatang spritual tingkat empat. Sementara mereka hanya memiliki empat ahli pembentukan inti tahap menengah. Itupun jika Edi Purnama bersedia membantu mereka serta ditambah oleh lima orang pembentukan inti tahap awal.Untuk Awan sendiri, Dian tidak mungkin melibatkannya dalam misi berbahaya ini. Bagaimanapun, Awan adalah harapan kesembuhan kakeknya.

DMCA.com Protection Status