Tidak hanya Bram, empat orang anggota sekte Bulan Darah juga dibuat terkejut dengan aura kuat yang dipancarkan Awan. Mereka berempat dikenal sebagai Moji bersaudara yang terdiri dari Raden Moji Wirakusuma, Satria Moji Wiradarma, Aki Moji Wiraguna dan Dewa Moji Wirakencana. Dalam sekte Bulan Darah sendiri, mereka berempat merupakan anggota elit dan hanya berada satu level di bawah tim pemburu yang dikirim untuk memburu Awan waktu itu. Selain itu, dalam tim mereka hanya ada lima orang yang menunjukkan betapa istimewanya kemampuan mereka. Kali ini, begitu informan mereka mendapat informasi kalau Awan masih hidup, sekte Bulan Darah secarta khusus mengirim mereka berlima untuk misi ini. Tim kecil serta kemampuan istimewa mereka sangat cocok untuk misi ini. Mereka bisa bergerak secara efektif tanpa perlu menarik perhatian dari klan Sanjaya. Itu sebabnya mereka sempat tidak percaya jika Awan yang mereka lihat sekarang ini adalah orang yang sama dengan orang yang diburu oleh sekte mereka
Begitu Moji bersaudara mengaktifkan formasi empat elemen andalan mereka, seluruh ruangan dalam ruko seperti terisolasi dari dunia luar. Selain itu, tekanan di dalam formasi meningkat drastis dan sepenuhnya berada di bawah kendali Moji bersaudara. Dalam formasi ini, kekuatan mereka berempat meningkat tajam hingga dua kali lipat. Jangankan manusia biasa, bahkan seorang grandmaster ssekalipun sangat sulit untuk bisa lepas dari cengkeraman formasi ini. Tidak terkecuali Awan. Semula Awan masih yakin jika dengan kemampuannya yang sekarang, ia dapat menghadapi empat Moji bersaudara sekaligus. Itu sebabnya, ia begitu percaya diri saat menyerang. Dengan mengandalkan kecepatannya, Awan sengaja menargetkan Dewa si pengguna elemen tanah dan juga yang gerakannya paling lambat di antara tiga orang lainnya. Hanya saja, di bawah formasi empat elemen, semua gerakan Awan ternyata dapat terbaca oleh lawan dengan sangat mudah. Bahkan Dewa yang memiliki kecepatan paling lambat sekalipun, dapat me
Tebakan Satria bisa dikatakan setengah benar. Saat menghadapi empat Moji bersaudara, Awan telah mengerahkan seluruh kekuatan fisiknya sampai tingkat maksimalnya saat ini.Itu semua ia lakukan untuk menguji seberapa jauh batas dari kekuatan fisiknya.Setelah bertarung sekian lama, Awan menyadari bahwa ia tidak bisa mengalahkan lawan jika hanya mengandalkan kekuatan fisik semata. Apalagi ia dengan sukarela memasuki formasi lawan dan itu memberi lawan keuntungan lebih yang membuat Awan ditekan habis-habisan.Jika bukan karena kekuatan warisan raja Ashura dalam dirinya menitik beratkan pada penempaan fisik, tubuhnya mungkin sudah berulang kali hancur saat ini.Sehingga, walaupun di luar ia tampak cidera parah, namun ia tidak mengalami cidera dalam yang berarti.Sekarang, setelah merasa cukup menguji kemampuan fisiknya, sudah saatnya Awan serius dan mengeluarkan kemampuan sebenarnya.Seketika, tatapan Awan berubah serius. Dari dalam tubuhnya keluar bayangan hitam yang terlihat hidup dan men
Terlukanya Dewa tidak hanya mengurangi kekuatan serangan Moji bersaudara, tapi juga berdampak pada formasi empat elemen mereka. Tidak ingin kehilangan momentum, Raden segera memerintahkan Satria dan Aki untuk menyerang Awan bersama. Tiga gelombang kekuatan alam mengepung Awan dari ntiga sudut berbeda dengan niat menghancurkannya. "Hmn, masih teknik yang sama? Apa kalian tidak punya permainan lain untuk ditunjukkan?" Cibir Awan terang-terangan. Teknik serangan Moji bersaudraa memang memiliki daya rusak yang sangat hebat, apalagi jika serangan mereka dikombinasikan seperti saat menyerang Awan sebelumnya. Bagi kultivator biasa, mereka mungkin akan putus asa karena sulit mencari kelemahan dari serangan yang menggun akan elemen alam secara bersamaan. Setiap elemen memiliki keunggulan serta kelemahan dari elemen lainnya. Namun, jika masing-masing elemen disatukan, maka setiap kelemahannya tidak lagi ada. Itulah alasan kenapa hampir mustahil selamat dari serangan empat elemen alam
Begitu Raden berhasil menarik kembali reikinya dari Bram, kekuatannya seketika meningkat drastis hingga ke titik puncak. Seluruh tubuh Raden tampak memerah dan mengeluarkan hawa panas yang sangat tinggi. Namun, transformasinya belum berhenti sampai di sini. Karena detik berikutnya, reiki di dalam tubuh Raden seakan terus meningkat hingga titik yang sulit dibayangkan dan membuat suhu di dalam ruko semakin bertambah panas layaknya berada di dalam kawah gunung merapi.Melihat aura kuat milik Raden, Awan tidak berani meremehkannya meski sekarang ia sedang menggunakan kemampuan bayangannya.Awan sempat heran melihat ledakan energi Raden yang terlihat tidak wajar. Meski Raden menarik kembali reikinya dari dalam tubuh Bram, namun itu hanya sepuluh persen dari reiki sejati milik Raden. Mustahil Raden bisa menciptakan perubahan sedrastis ini.Namun, begitu Awan memperhatikan dengan lebih seksama menggunakan kesadaran ilahinya, Awan segera tahu di mana letak ketidakwajarannya."Teknik pembakara
"Ba-bagaimana kamu melakukannya?" Tanya Satria penasaran.Bahkan setelah membakar esensi darah sebagai kartu pamungkas terakhir, mereka masih bukan lawan Awan.Saat Satria hendak menerobos keluar ruko untuk melarikan diri dengan membawa Aki dan Dewa, tepat di bagian dinding luar ternyata ada pembatas berbentuk bayangan yang sangat gelap dan sedikit transparan.Karena waktu itu Satria sedang terburu-buru melarikan diri, ia tidak berpikir panjang dan memaksa untuk menghancurkan perangkap tersebut.Namun, bukannya hancur, dinding bayangan tersebut justru bisa memantulkan serangannya kembali hingga menyerang balik dirinya. Karena Satria sedang berada dalam kondisi puncaknya, ia pun menerima serangan balik yang sangat kuat.Itu sebabnya, Satria sampai berakhir dalam kondisi seperti sekarang ini. Namun, yang lebih mengejutkan dirinya, kakak pertamanya ternyata juga mengalami kekalahan dari Awan meski ia telah membakar esensi darahnya.Tidak peduli Satria berpikir sekeras apapun, ia masih b
Lama Awan menatap ke arah 'ninja' wanita di depannya dengan tatapan penasaran. Dengan kemampuannya saat ini, ia sudah bisa melihat dan merasakan intent milik seorang kultivator ataupun ahli beladiri tanpoa harus melihat keberadaan mereka secara langsung. Hanya saja, wanita di depannya itu berbeda. Jika Awan tidak melihatnya secara langsung dengan matanya sendiri, Awan benar-benar tidak akan bisa mendeteksi keberadaannya. Itupun mungkin karena wanita itu ingin menampakkan diri di depannya. Jika tidak, Awan mungkin tidak akan tahu kalau wanita itu sebenarnya sudah lama berada di dalam ruangan tersebut. Dia sudah ada dan datang hampir bersamaan dengan Awan. Tentu saja tujuannya hampir sama dengan Moji bersaudara. Bedanya, Jika Moji bersaudara ingin menangkap atau menghabisi Awan dan membawanya ke sekte mereka, sementara ia datang untuk melindungi dan memastikan keselamatan Awan. Sebenarnya, ia sempat beberapa kali ingin muncul untuk melindungi Awan. Hanya saja, melihat kemampu
"Cepat, lepaskan aku!" Teriak Bona sambil coba melepaskan diri.Sayangnya, tali yang mengikat tubuhnya terlalu kuat dan ia hanya bisa terus meronta. Namun, tidak peduli sekuat apapun Bona coba melepaskan ikatan di tubuhnya, semuanya tetap sia-sia.Bona tidak memiliki pilihan selain memohon pada pria asing di dekatnya itu agar mau melepaskan ikatannya.Namun, semua teriakan Bona seakan dianggap angin lalu. Pria asing yang mengenakan pakaian 'aneh' serta caping yang menutup kepalanya tersebut tidak bergeming sedikitpun. Dia hanya diam sambil duduk bersela seperti orang sedang bersemedi."Sial! Sebenarnya darimana si Bram mendapatkan orang-orang aneh ini?" Gerutu Bona kesal dengan kelakuan saudaranya itu.Untungnya Bram tidak berniat jahat padanya dan hanya mengikat Bona di sana untuk menahannya."P-pak, tolong lepaskan aku! Aku mohon! Aku harus menghentikan kecerobohan Bram. Anak bodoh itu tidak tahu apa yang sedang dilakukannya." Ucap Bona terus bicara.Pria asing itu masih saja diam.
"Apa yang mereka lakukan?""Bodoh! Mereka malah melakukannya sendiri tanpa perlu kita paksa. Hahaha!"Melihat dua tetua keluarga Saka yang dengan 'bodoh'nya coba menyelamatkan dua rekannmereka yang ada di tengah kolam membuat Edi tertawa terbahak-bahak. Ia melihat kalau keduanya sudah melakukan tindakan sangat bodoh tanpa menyadari ada sesuatu di bawah permukaan kolam.Benar saja, saat keduanya melintasi permukaan kolam yang tenang, monster ular yang sedang bersembunyi di bawah kolam langsung menyergap dan hampir saja menelan keduanya secara hidup-hidup. Jika saja Awan tidak datang tepat waktu, niscaya keduanya sudah berpindah alam dan menjadi bagian dari isi perut sang ular.Meski begitu, apa yang dilakukan Awan tidak memberi dampak apa-apa selain hanya berhasil mengalihkan perhatian si ular. Bahkan dengan serangan seperti itu tidak meninggalkan satu goresan di permukaan kulit ular monster tersebut.Edi tertawa mencemooh, "Hahaha, dia pikir dia siapa? Menyerang binatang spritual ting
Di tempat lain.Ribuan binatang spritual berlarian masuk ke dalam gua seolah sedang berlomba untuk berebut makanan. Derap langkah mereka yang besar membuat seluruh gua bergetar hebat seolah sedang dilanda gempa bumi.Pemandangan ini akan membuat siapapun gemetar ketakutan. Bahkan tiga tetua pembentukan jiwa yang dibawa oleh Edi tidak urung merasa khawatir. Jika jumlahnya puluhan, mereka mungkin masih dapat dengan mudah membunuhnya layaknya menginjak kawanan semut.Namun, jika jumlahnya sudah sebanyak ini, mereka tidak akan bisa keluar tanpa cidera."Tuan muda, situasi ini tidak terlihat bagus. Kita harus bergerak cepat!""Tetua, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Edi yang ditanya seperti itu justru balik bertanya dengan ekspresi bingung dan tegang.Kepercayaan diri yang ia tunjukkan beberapa menit sebelumnya sudah berubah menjadi ekspresi tegang. Rencana yang seharusnya mudah justru menjadi sangat sulit saat ini. Meskipun mereka berhasil mendapatkan teratai bumi dan inti monster
"Tetua Arsyad, kenapa anda berhenti di sini?" Tanya salah seorang prajurit keluarga Saka heran.Karena tetua Arsyad yang memimpin mereka tiba-tiba berhenti, membuat semua orang di belakangnya ikut berhenti dan menatapnya dengan penuh tanya,Seharusnya mereka harus bergegas kembali ke kediaman keluarga Saka. Karena disamping mereka harus membawa pil untuk kepala keluarga, mereka juga harus segera melaporkan tentang misi penyelamatan dua tetua mereka yang dipimpin oleh Dian dan meminta tim bantuan.Namun, bukannya harus bergegas kembali, tindakan tetua Arsyad yang tiba-tiba berhenti dan menunjukkan gelagat mencurigakan membuat semua orang kebingungan."Cony, serahkan pilnya padaku!" Ujar tetua Arsyad mengulurkan tangannya."Tetua, apa maksudmu? Kita harus bergegas kembali dan melapor pada keluarga utama." Ujar prajurit Cony tidak langsung menuruti permintaan seniornya tersebut."Apa perintahku kurang jelas? Cepat, serahkan pil itu padaku!" Ulang tetua Arsyad dingin."Maaf, tetua! Kami t
Ternyata, Awan sudah memperhitungkan semua kemungkinan bahaya yang dapat membahayakan dirinya dan orang-orang disekitarnya. Itu termasuk semua orang yang pernah menentang Awan seperti halnya kelompok Shelma.Tetua Dion sempat meragukan kecurigaan Awan saat itu. Menurutnya, Shelma seperti halnya semua prajurit dalam keluarga Saka adalah karakter yang sangat loyal. Karena salah satu persyaratan agar mereka bisa diterima sebagai prajurit keluarga Saka adalah mereka harus bersumpah setia menggunakan darah yang membuat mereka tidak bisa mengkhianati keluarga Saka.Hanya saja, alasan akan cukup masuk akal dengan menjelaskan kalau dirinya hanya orang luar yang membuat Shelma ataupun rekan-rekannya bisa saja menghabisi dirinya. Ditambah jika ada seseorang yang mampu meyakinkan mereka.Siapa lagi, kalau bukan Edi Purnama.Itu sebabnya, sesaat sebelum masuk ke dalam gua, sesuai dengan arahan Awan, tetua Dion sengaja memberi tanggungjawab pada Shelma dan rekan-rekannya secara khusus menjaga keam
Edi sempat salah tingkah saat Awan tiba-tiba bertanya padanya dan menjawab dengan nada agak tinggi, "Apa maksudmu bertanya seperti itu? Bagaimana aku tahu apa yang ada di dalam sana! Seperti kata Dian, seharusnya kita menyelamatkan tetua Elang dan tetua Evan sebelum ular monster itu kembali.""Begitukah?" Ujar Awan dengan senyum licik yang membuat Evan merasa gelisah layaknya seorang maling yang baru saja tertangkap basah."Bagaimana kalau kamu sudahi saja sandiwara ini, tuan muda Edi? Atau, aku sendiri yang akan membongkar kebohonganmu?""Kebohongan apa maksudmu? Jika ada yang perlu dicurigai di sini maka itu adalah kamu. Kita semua sudah melihat kalau dua tetua Saka ada di sana. Tapi, bukannya bergegas menyelamatkan mereka, bajingan ini justru membuat tuduhan tidak mendasar dan mengulur waktu yang membuat nyawa mereka bisa saja tidak dapat diselamatkan." Balas Edi ketus dan membalikkan semua kesalahan pada Awan.Selain tetua Dion, para prajurit keluarga Saka tampak mulai termakan de
Rombongan Awan masuk ke dalam gua.Gua itu sendiri memiliki lebar tidak lebih dari dua setengah meter.Hanya saja, siapapun yang masuk ke dalam gua akan merasakan tekanan yang sangat besar seolah mereka sedang memasuki mulut harimau. Tidak terkecuali mereka yang berada di ranah pembentukan inti seperti halnya tetua Dion dan yang lainnya. Mereka merasakan tekanan yang belum pernah mereka hadapi.Tidak heran, Dian yang berada di ranah pembentukan fondasi tampak begitu tertekan. Sampai-sampai ia tidak berani berada jauh dari sisi Awan. Berada di dekat Awan satu-satunya cara yang membuatnya merasa agak aman.Karena di dalam gua terdapat binatang spritual tingkat empat dan juga lebar gua yang relatif sempit, mereka tidak memiliki pilihan selain berjalan kaki dan berusaha untuk menyembunyikan hawa keberadaan mereka.Hanya saja, belum lama mereka berjalan masuk ke dalam gua, mereka terpaksa berhenti karena di depan mereka terdapat beberapa lorong.Tanpa mereka sadari, gua tempat mereka ber
Keserakahan terkadang membuat seseorang bisa kehilangan akal sehat dan nuraninya. Itulah yang terjadi pada Edi Purnama.Menurut Awan, Edi memiliki tujuan utama yang membuatnya sampai rela menjadikan wanita yang disukainya sebagai alat untuk mendapatkan keinginannya. Bisa jadi, Awan dan tim keluarga Saka akan dijadikan sebagai pengalih perhatian.Hanya saja, Awan tidak bisa menyimpulkan apa yang sedang dicari oleh Edi sampai berani mengorbankan banyak orang untuk mendapatkan keinginannya. Yang bisa dilakukan Awan saat ini adalah mengikuti permainan Edi dan membuat langkah antisipasi untuk menghindari jatuhnya korban di pihak mereka.Setelah menjelaskan rencananya pada tetua Dion, Awan lalu membuat pil pemulihan untuk kepala keluarga Saka seperti janjinya. Yang mengejutkan, pembuatan pil ini sendiri tidak menggunakan tungku alkimia seperti kebanyakan alkemis lainnya dan Awan bahkan hanya membutuh waktu kurang dari lima menit untuk memurnikan empat pil tingkat atas."Astaga! Dokter jeni
Awan dan tetua Dion sampai di area pinggir hutan yang relatif sangat sepi dan bagian belakang mereka adalah tebing yang cukup tinggi. Sebuah tempat yang cukup ideal untuk meramu pil."Dokter jenius Awan, katakan saja, apa yang anda ingin saya lakukan?" Tanya tetua Dion begitu hanya ada mereka berdua di tempat tersebut.Awan tersenyum kecil dan berkata, "Hmn, tetua Dion sangat bijak. Saya kagum, tetua dapat membaca maksud saya mengajak anda ke sini.""Jangan mengejek saya, dokter jenius Awan! Di depan anda, saya justru tidak ada apa-apanya.""Saat anda mengajak saya untuk menjaga anda membuat pil, saya menyadari kalau ada sesuatu yang anda inginkan dari saya tapi tidak ingin diketahui oleh yang lainnya. Saya melihat anda dapat mengalahkan hewan spritual tingkat tiga dengan mudah. Bagi orang lain, mungkin itu suatu keberuntungan karena mengira tetua Armen sudah tenaga dan melukai monster itu sebelumnya. Tapi, saya tidak melihatnya demikian. Ular itu bahkan tidak terluka sama sekali oleh
"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?" Tanya Dian meminta saran Awan dan para tetua.Meski dalam hati Dian sangat ingin menyelamatkan dua orang tetuanya yang ditangkap oleh monster ular tersebut. Namun, Dian masih dapat mengendalikan ketenangannya dan mempertimbangkan jalan terbaik yang harus mereka ambil.Misi menyelamatkan dua tetuanya jelas adalah misi yang hampir mustahil. Pertama, mereka tidak tahu bagaimana nasib kedua tetua tersebut saat ini. Entah mereka masih hidup atau sudah mati. Kedua, kalaupun mereka nekad pergi menyelamatkan keduanya, peluang keberhasilan mereka sangatlah kecil.Bagaimanapun lawan yang menanti mereka adalah binatang spritual tingkat empat. Sementara mereka hanya memiliki empat ahli pembentukan inti tahap menengah. Itupun jika Edi Purnama bersedia membantu mereka serta ditambah oleh lima orang pembentukan inti tahap awal.Untuk Awan sendiri, Dian tidak mungkin melibatkannya dalam misi berbahaya ini. Bagaimanapun, Awan adalah harapan kesembuhan kakeknya.