Pengamatan Theo sangat cermat. Ia sudah membuat analisa sejak awal mula Bram masuk ke dalam ruangan bersama rombongannya. Apalagi saat itu Bram dengan terang-terangan membawa ponsel Bona bersamanya. Bukan hal yang sulit bagaimana Bram bisa mengetahui aktivitas Bona, bagaimanapun mereka masih saudara.Jadi, dibanding pertanyaan Joe sebelumnya, Theo langsung bertanya ke intinya, "Katakan, apa yang lu lakuin sama Bona?"Karena ia tidak melihat Bona bersama Bram, satu-satunya kemungkinan yang terpikir oleh Theo adalah kalau Bram pasti sudah melakukan sesuatu pada Bona demi menjalankan rencananya. Theo menebak kalau tujuan Bram sebenarnya adalah Awan. Setelah Bram dikalahkan Awan dulu, Bona maju dan memohon Awan untuk mengampuni Bram. Sebagai gantinya, Bona menggantikan posisi Bram sebagai penguasa di sekolahnya dan menjadi pengikut Awan. Anehnya, sejak saat itu Bram berubah total dan terlihat seperti siswa yang hanya fokus belajar dan sekolah. Tidak hanya itu, Bram juga menjadi lebih
Sebelumnya, saat Joe beradu pukulan dengan Bram, Theo dengan cepat memberi kode pada rekan-rekannya dan dengan cepat membuat strategi bertarung. Meski tidak yakin dengan hasilnya karena kemampuan lawan yang belum diketahui. Namun, menyerah sebelum bertarung bukanlah karakter Theo dan yang lainnya. Peluang sekecil apapun mesti dicoba. Meski kalah, paling tidak mereka kalah dengan status terhormat. Pengalaman keras dari masa mereka sekolah dulu sudah mengajarkan hal ini. Sehingga, saat pertarungan antar dua kelompok ini pecah, Theo bersama Rinaldy langsung menghadang di depan Bram. Sementara, Max, Joe, Dirga dan yang lainnya menghadapi empat orang di belakang Bram. Jadi, lima hingga enam orang kelompok mereka untuk menghadapi satu orang musuh. Jika saja kondisi sekarang dalam keadaan normal, pantang bagi mereka main keroyok seperti ini. Namun, untuk menghadapi musuh yang kekuatannya belum terbaca dan kemungkinan berada jauh di atas mereka, mau tidak mau mereka harus menghilangkan p
Setelah bertarung beberapa saat, peluang yang ditunggu keduanya akhirnya datang.Theo sudah menyadari titik lemah dari kemampuan Bram. Kekuatan mematikan yang terkumpul di kedua lengan Bram dan membentuk pijaran berwarna merah memang sangat menakutkan. Namun, penggunaan kekuatan ini secara terus menerus pastinya menguras tenaga dalam dan stamina seseorang.Selain itu, Theo juga sangat cermat saat melihat bahwa selain kekuatan di kedua tangannya, kemampuan Bram secara keseluruhan tidaklah meningkat.Itu artinya, Bram hanya memiliki kekuatan di tangannya itu sebagai andalannya. Bisa jadi, kekuatannya tidak alami dan hanya 'dititipkan' padanya. Itu sebabnya, kemampuan Bram dalam aspek lain tidak meningkat dan memang, Bram tampak sangat bergantung dan mengandalkan kekuatan ini.Meski itu hanya analisa sementara. Namun, setelah bertarung beberapa saat, penilaian Theo menunjukkan hasilnya. Stamina Bram mulai terkuras banyak dan gerakannya menjadi lebih lambat.Saat itulah, peluang yang ditu
"Bugh!"Theo hanya melihat bayangan punggung Rinaldy dari belakang dan tiba-tiba saja terdengar suara benturan yang cukup keras dan detik berikutnya, ia melihat tubuh Rinaldy terbang mundur lebih cepat dibanding saat ia menyerang sebelumnya.Tubuh Rinaldy terhempas dengan sangat keras menghantam dinding yang membuat dinding ruko kosong tersebut sampai hancur sebagian.Detik berikutnya, Rinaldy sudah tergeletak dalam keadaan sudah tidak berdaya.Dari kepalanya mengucur darah yang seakan tidak ada habisnya dan menutupi hampir semua wajahnya. Kedua tangan Rinaldy tertekuk sembilan puluh derajat yang menandakan kalau kedua lengan Rinaldy sudah patah sebelum ia dihempaskan oleh lawan.Jika begitu, betapa mengerikannya kecepatan dan juga kekuatan lawan?Padahal, Theo sempat berpikir kalau ia dan rekan-rekannya masih bisa menghadapi orang-orang ini.Sekarang, setelah melihat apa yang terjadi pada Rinaldy yang dikalahkan lawan hanya dalam satu gerakan, betapa naif pikirannya sebelumnya?Janga
"A-apa aku sedang bermimpi?" Banyaknya pukulan Bram di kepalanya membuat hampir semua wajah Theo diselimuti oleh darahnya. Selain itu, cideranya yang semakin parah membuat pandangan Theo menjadi kabur. Samar, Theo melihat bayangan di depannya perlahan berubah menjadi sosok seorang pria berbadan tegap. Sosok itulah yang telah melindungi Theo dan menyelamatkannya dari tangan kematian. Sosok itu juga yang telah menahan tubuhnya. Jika tidak, dengan kondisinya yang sudah lumpuh pasti akan membuat Theo jatuh. Sayangnya, Theo sudah tidak kuat bertahan dan akhirnya jatuh pingsan. Namun, sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, ia mendengar sosok didepannya bicara, "Maaf, Bang. Aku datang terlambat. Sisanya biar aku yang mengurusnya." Hanya sebuah kalimat singkat dan sederhana. Namun kalimat singkat itu seolah dapat memberi jaminan yang dibutuhkan Theo. Dalam ketidaksadarannya, seulas senyum tipis terukir di wajah Theo. Awan meletakkan tubuh Theo di atas lantai dengan begitu hati-ha
Tidak hanya Bram, empat orang anggota sekte Bulan Darah juga dibuat terkejut dengan aura kuat yang dipancarkan Awan. Mereka berempat dikenal sebagai Moji bersaudara yang terdiri dari Raden Moji Wirakusuma, Satria Moji Wiradarma, Aki Moji Wiraguna dan Dewa Moji Wirakencana. Dalam sekte Bulan Darah sendiri, mereka berempat merupakan anggota elit dan hanya berada satu level di bawah tim pemburu yang dikirim untuk memburu Awan waktu itu. Selain itu, dalam tim mereka hanya ada lima orang yang menunjukkan betapa istimewanya kemampuan mereka. Kali ini, begitu informan mereka mendapat informasi kalau Awan masih hidup, sekte Bulan Darah secarta khusus mengirim mereka berlima untuk misi ini. Tim kecil serta kemampuan istimewa mereka sangat cocok untuk misi ini. Mereka bisa bergerak secara efektif tanpa perlu menarik perhatian dari klan Sanjaya. Itu sebabnya mereka sempat tidak percaya jika Awan yang mereka lihat sekarang ini adalah orang yang sama dengan orang yang diburu oleh sekte mereka
Begitu Moji bersaudara mengaktifkan formasi empat elemen andalan mereka, seluruh ruangan dalam ruko seperti terisolasi dari dunia luar. Selain itu, tekanan di dalam formasi meningkat drastis dan sepenuhnya berada di bawah kendali Moji bersaudara. Dalam formasi ini, kekuatan mereka berempat meningkat tajam hingga dua kali lipat. Jangankan manusia biasa, bahkan seorang grandmaster ssekalipun sangat sulit untuk bisa lepas dari cengkeraman formasi ini. Tidak terkecuali Awan. Semula Awan masih yakin jika dengan kemampuannya yang sekarang, ia dapat menghadapi empat Moji bersaudara sekaligus. Itu sebabnya, ia begitu percaya diri saat menyerang. Dengan mengandalkan kecepatannya, Awan sengaja menargetkan Dewa si pengguna elemen tanah dan juga yang gerakannya paling lambat di antara tiga orang lainnya. Hanya saja, di bawah formasi empat elemen, semua gerakan Awan ternyata dapat terbaca oleh lawan dengan sangat mudah. Bahkan Dewa yang memiliki kecepatan paling lambat sekalipun, dapat me
Tebakan Satria bisa dikatakan setengah benar. Saat menghadapi empat Moji bersaudara, Awan telah mengerahkan seluruh kekuatan fisiknya sampai tingkat maksimalnya saat ini.Itu semua ia lakukan untuk menguji seberapa jauh batas dari kekuatan fisiknya.Setelah bertarung sekian lama, Awan menyadari bahwa ia tidak bisa mengalahkan lawan jika hanya mengandalkan kekuatan fisik semata. Apalagi ia dengan sukarela memasuki formasi lawan dan itu memberi lawan keuntungan lebih yang membuat Awan ditekan habis-habisan.Jika bukan karena kekuatan warisan raja Ashura dalam dirinya menitik beratkan pada penempaan fisik, tubuhnya mungkin sudah berulang kali hancur saat ini.Sehingga, walaupun di luar ia tampak cidera parah, namun ia tidak mengalami cidera dalam yang berarti.Sekarang, setelah merasa cukup menguji kemampuan fisiknya, sudah saatnya Awan serius dan mengeluarkan kemampuan sebenarnya.Seketika, tatapan Awan berubah serius. Dari dalam tubuhnya keluar bayangan hitam yang terlihat hidup dan men
"Plak!"Sebuah suara tamparan terdengar cukup keras dan sekaligus membuat semua orang menatap ke sumber suara dengan tatapan tegang.Siapa yang tidak tegang, saat seorang petinggi mafia yang paling ditakuti di kota ini di tampar oleh seorang wanita dan itu terjadi tepat di depan banyak pasang mata yang melihatnya."Na-Nadya, apa yang kamu lakukan? Cepat berlutut dan minta maaf pada tuan Max! Jika tidak, kamu akan berakhir dengan nasib tragis kalau tuan Max sampai marah." Teriak Anton ketakutan dan kesal dengan tindakan berani sepupunya tersebut.Punggung Anton terasa basah oleh keringat dingin. Tentu saja, ia sangat takut dengan kemarahan Max. Apalagi, ide untuk memperkenalkan Nadya pada Max adalah dari dirinya. Sikap lancang Nadya bisa berimbas pada dirinya. Anton tidak berani membayangkan jika Max sampai murka dan melampiaskan kemarahannya pada dirinya.Lona yang berdiri di dekat Nadya tidak kalah terkejutnya. Meski menurutnya, Max sangat pantas mendapat tamparan tersebut karena ia
Awan berdiri dengan mata syarat kerinduan memandang sebuah gedung di seberang jalan tempat ia berdiri saat ini. Sekarang sudah dua bulan berlalu dan satu-satunya orang yang terpikir olehnya saat ia kembali adalah Nadya, kekasihnya. Namun, di saat bersamaan ia juga terlihat ragu untuk melangkah ke depan dan masuk ke dalam gedung dua belas lantai tersebut."Hmn, aku harus memberi jawaban seperti apa nantinya yah?""Nadya, aku kembali!""Ah, tidak mungkin sesingkat itu. Bagaimanapun aku telah menghilang dua bulan lamanya. Atau aku harus berterus-terang saja dan menjelaskan kalau aku di seret oleh raksasa ke dasar telaga dan ular tersebut sebenarnya adalah sisa jiwa seekor naga dan kemudian aku menerima warisannya.""Huft, kalau dipikir-pikir, cerita itu lebih terdengar seperti dongeng dan mungkin akan sangat sulit dipercaya. Siapa yang akan percaya jia di dunia masih ada seekor naga? Meskipun itu hanya pecahan jiwa sekalipun. Apalagi Nadya orangnya sangat kritis dan logis.""Aku tidak b
"Aku tidak peduli kamu mendengar isu tidak jelas itu darimana. Kalaupun perusahaanku dalam masalah, aku tidak akan pernah meminta bantuanmu, Jay. Atau aku perlu menelpon Erika untuk menjemputmu ke sini?" Balas Nadya dingin dan membuat Jay yang semula terlihat percaya diri menjadi canggung dengan wajah memerah karena malu ditolak Nadya secara terang-terangan seperti itu."Hahahaa... Wanita yang galak! Aku suka. Oh man, sepertinya keberuntunganmu sudah habis. Jangan bilang kalau aku tidak memberikan kesempatan, hahaha!" Tawa Max menertawakan Jay.Max tanpa malu-malu bahkan duduk duduk di sofa depan meja Nadya sambil melipat satu kakinya dan mengeluarkan cerutunya.Seorang pengawal dengan sigap menyalakan korek untuk Max dan membuatnya terlihat seperti seorang bos yang mengendalikan situasi. Aura Max berbeda dengan Jay.Jika Jay terlihat seperti orang kaya pada umumnya, maka Max lebih terlihat seperti seorang mafia dengan aura menindas dan syarat kekejaman. Itu pula yang membuat Lona leb
Anton menatap iri kemegahan ruangan Nadya dan membayangkan jika ruangan semewah itu menjadi miliknya, tentu saja lengkap dengan perusahaannya.Wajar saja Anton cemburu dengan pencapaian Nadya. Baru beberapa bukan yang lalu Nadya dan keluarganya pindah ke kota ini dan meminta bantuan keluarga besarnya untuk meminta perlindungan dan membantu kehidupan mereka karena Madya Nadya dan keluarganya baru saja di'buang' oleh keluarga Wongso.Siapa sangka, nasib Nadya akan berubah begitu drastis hanya dalam beberapa bulan. Tidak hanya bisa mengenal keluarga kelas satu di kota ini tapi kehidupan mereka juga berubah sangat drastis. Nadya bahkan bisa memiliki sebuah perusahaan yang tingkatnya di atas perusahaan keluarganya dan hanya dalam waktu relatif singkat, status Nadya dan keluarganya bahkan sudah melewati keluarga Dehen.Karena kedengkiannya, Anton coba menghasut keluarganya dengan coba menjodohkan Nadya dengan kenalannya. Tentu saja, tujuan Anton yang sebenarnya adalah untuk memperdaya Nad
Dinding gua bergetar dan beberapa batu mulai berjatuhan. Gua yang telah ada selama ibuan tahun tersebut sepertinya tidak bisa lagi bertahan.Di saat bersamaan, Awan membuka mata dan aura kuat tampak mengelilingi seluruh tubuhnya.Dibanding sebelumnya, penampilan Awan yang sekarang terlihat seperti seorang pertapa. Rambutnya sedikit lebih panjang serta wajahnya yang tampan mulai ditutupi oleh jambang dan kumis tipis."Haah!" Awan menarik napas dalam dan melepaskannya ke udara dan seketika udara keruh memenuhi udara sebelum menguap tersapu angin.Awan tidak tahu berapa lama waktu yang telah ia habiskan untuk menyerap pil roh. Namun, hasil yang ia tuai melebihi dari ekspektasi naga Ragnarok terhadapnya. Ia telah berhasil membuka simpul ke tiga dan sekaligus mencapai level Pemutusan Roh.Sekarang, Awan dapat merasakan jumlah reiki di dalam tubuhnya meningkat drastis yang membuat tidak hanya kekuatannya meningkat berkali-kali lipat tetapi juga kemampuan persepsinya jadi lebih luas dan ter
Tanpa terasa dua hari sudah berlalu sejak Awan mulai berlatih teknik pemurnian tubuh naga.Naga Ragnarok yang sedang menjaga api di luar bejana dibuat terkejut begitu bejana tempat Awan berada tiba-tiba retak dan sebuah cahaya menyilaukan keluar dari dalamnya.Tidak lama setelah itu, bejana yang terbuat dari perunggu tersebut pecah dan sosok Awan muncul dari dalamnya dengan berselimutkan cahaya keemasan."Bagaimana mungkin? Dia benar-benar berhasil menyempurnakan tahap pertama pemurnian tubuh naga?" Seru Ragnarok tidak percaya.Bagaimana tidak? Teknik ini sejatinya adalah teknik bangsa naga karen mereka terlahir dengan fisik khusus dan juga api bawaan yang sudah ada semenjak mereka lahir.Namun, Awan menggunakan cara yang berbeda yaitu dengan menggunakan elemen air untuk mengendalikan amukan api saat pemurnian tubuh naga.Tidak hanya berhenti disitu, Awan juga berhasil menyempurnakan teknik ini lebih cepat dan menyatu sempurna dengannya.Ragnarok bisa melihat jika cahaya yang menyelimu
"Namun, sebelum kamu menyerap teratai inti bumi dan memurnikannya, kamu harus menguasai teknik tubuh naga secara sempurna terlebih dahulu.""Teratai inti bumi ini mungkin cukup untuk mengantarmu naik tingkatan kecil menjadi Pembentukan Jiwa tahap puncak dan kalau beruntung, itu bisa membuatmu selangkah lebih dekat membuka simpul ketiga dalam tubuhmu.""Apa? Senior juga tahu tentang simpul dalam tubuhku?" Ujar Awan terkejut.Kultivasi Awan sangat unik dan berbeda dengan kultivator pada umumnya. Itu karena ia mewarisi teknik kultivasi dari raja Asura. Didalam tubuh Awan terdapat dua belas simpul murni yang membatasi kekuatan sejati. Sejauh ini, Awan baru membuka dua simpul dan jika ia membanding kekuatannya dengan tetua Wahyu yang ia lawan sebelumnya, Awan menyimpulkan kekuatannya berada di level Pembentukan Jiwa tahap menengah. Hanya saja, perbedaan pengalaman serta kekuatan, Awan masih berada setingkat di bawah tetua Wahyu.Namun, cara menentukan tingkat kekuatan Asura bukan dengan ti
Awan mengyunkan dager sepasang dager di tangannya beberapa kali untuk menguji kemampuannya lebih lanjut. Semakin lama ia menggunakannya semakin Awan dibuat kagum. Selama ini Awan belum pernah menggunakan senjata meski dalam warisan Asura terdapat beberapa teknik beladiri menggunakan senjata. Mungkin karena ia belum menemukan senjata yang cocok dengannya.Namun ketika ia menggunakan dager pemberian Naga Ragnarok, Awan seperti menemukan kecocokan dengan senjata tersebut.'Tebasannya sangat tajam namun tidak meninggalkan jejak apapun, sangat sempurna sebagai senjata pembunuh yang sangat mematikan. Beratnya juga ringan dan membuatnya menjadi sangat fleksibel. Bahkan, setelah diayunkan hampir tidak meninggalkan jejak lintasan angin. Meski begitu, hanya dengan mengayunkannya seperti ini, sudah cukup untuk membelah benda ringan.' Pikir Awan kagum."Senior naga, dari apa senjata ini terbuat? Ini terlihat kokoh dan sangat tajam seperti terbuat dari baja namun jelas ini bukan baja. Selain itu,
"Nak, terima warisanku ini!" Naga Ragnarok menjentikkan jarinya dan sebuah cincin hitam melayang tepat di depan Awan.Dengan cepat Awan meraih cincin tersebut dan menatap Ragnarok dengan penuh tanya. Bagaimanapun cincin ditangannya itu hanya terlihat seperti cincin hitam biasa dan bahkan tanpapermata ataupun ukiran apa-apa di permukaannya alias polos.Lalu, apa maksudnya naga Ragnarok menyebut cincin tersebut sebagai warisan."Hmn, aku lupa! Diduniamu sekarang mungkin sangat asing dengan benda ini. Kamu pasti sudah mengaktifkan kesadaran ilahimu, benar?"Awan mengangguk ringan, "Iya, sudah senior naga.""Kalau begitu gunakan kesadaran ilahimu dan lihat apa yang ada dalam cincin ditanganmu itu!" Perintah naga Ragnarok.Meski masih sedih bingung dengan maksud dibalik perintah naga Ragnarok namun Awan tetap menurutinya. Selama ini, Awan hanya menggunakan kemampuan kesadaran ilahinya untuk melihat apa yang tidak bisa dijangkau oleh inderanya. Karena itu, ia heran kenapa naga Ragnarok me