Part 25 Senjata Makan TuanRasanya aku tak percaya kalau Jhoni suaminya Ajeng kedapatan mesum dengan seorang gadis SMA di mobil dekat jalan sepi menuju perbukitan. Tadinya aku merasa aneh saja karena kecelakaan di jalan yang tidak begitu ramai. Ternyata, bukan karena kecelakaan kenapa orang-orang berkerumun, namun Jhoni melepaskan hasrat berselingkuh dengan gadis belia dan di hari meninggalnya Pak Joko. Astagfirullahalaziim, bapak baru meninggal anak berzina.“Aku akan menuntut kalian yang berani mengganggu urusan pribadiku!” teriak Jhoni menantang semua orang. Matanya melotot.Ini namanya mentang-mentang. Dikira dengan seragamnya akan bisa buat orang tunduk dan takut. Dia salah dan sangat salah. Justru beberapa orang mengambil video ini. Sebentar lagi akan viral kalau suaminya Ajeng kedapatan selingkuh dengan gadis yang mungkin hampir seumuran anak sulungnya. Ini namanya yang menyebar fitnah justru termakan fitnahan. Ajeng menuduh Mila dan Pak Joko selingkuh, bahkan berita ini berha
Part 26 Mendatangi Rumah AjengTanpa menunggu lama, aku mengirimkan video tentang Jhoni marah-marah kedapatan berduaan dengan gadis SMA di dalam mobil dekat jalan sepi. Biar Ajeng tahu apa dampak dari mulutnya yang suka fitnah dan justru fitnahan itu terjadi padanya. Suaminya selingkuh. Ingin sekali melihat reaksi wajah Ajeng, biar aku tambahkan ucapan agar ia menjaga lisan.“Pasti mereka akan bertengkar dan rumah tangganya bermasalah, Bu. Kenapa kita melakukan ini? Biarlah ia tahu sendiri dari orang lain, bukan dari kita.”“Apa?” Aneh sekali mendengar apa isi pikiran Mila. Ia masih takut kalau rumah tangga Ajeng dan Jhoni bermasalah setelah apa yang terjadi padanya? Ya Allah ....“Jangan terlalu lemah jadi wanita! Kita tidak membalas, tetapi ini terbalas sendiri. Lagian tanpa dari video kita ini, pasti ada videolain akan tersebar. Zaman sekarang netizen cerdik.”“Aku, aku hanya takut kalau kita membuat rumah tangga orang lain hancur akan berimbas pada kita, Bu.”“Ini hanya cara kita
Part 27 Reaksi WargaJhoni mengamuk mengarahkan pistol pada semua warga yang datang ke sini. Yang lebih tegasnya ke arah aku dan Mila. Seperti bangga dengan punya senjata itu, bahkan mertuanya menegur tidak dipedulikan seolah ia mentang-mentang. Bu Ida dan Ajeng tampak tersenyum sinis memandang kami semua seolah mereka keluarga yang berkuasa di semua kampung. Namun, mereka salah mengira kalau penduduk kampung ini bodoh mau menerima saja. Sekarang bukannya zaman di mana keluarga kaya berkuasa dan bisa membuat warga kampung tunduk. Ini negara hukum dan bukti bisa digunakan untuk melawan. Ya, sekarang zamannya video viral.Aku tak mau tinggal diam, video kejadian ini harus direkam. Bukti yang lebih berkuasa.“Bu, sebaiknya kita pulang aja.” Mila menarik tanganku menuju motor.“Tunggu.” Aku terus merekam.“Yun, aku nggak mau terluka gara-gara ini. Aku masih sayang nyawaku.” Jeni panik dengan berlari ke arah motornya.Beberapa warga yang berkerumun depan rumah Ajeng, kini bubar. Berlari ke
Part 28 Rencana MilaMendengar niat Bayu pada Mila, ada rasa senang meski jalannya salah. Di sini jalannya salah karena merusak kaidah agama, di mana wanita yang sedang dalam masa iddah tidak boleh dilamar. Tetapi aku bisa apa? Mengingatkan sudah dilakukan, dan Bayu sadar itu karena tak mungkin dia tidak tahu. Namun karena takut Mila akan menikah lagi dengan orang lain atau takut terlambat lagi, ia nekat bicara denganku.Ya Allah, maafkan dosa-dosa kami.“Kalau masalah ini, aku tidak bisa memutuskan karena hasil akhir ada pada Mila.”“Ya, Bu Yuni. Aku tau itu. Hanya mau minta izin untuk mendekati Mila, insyaallah, aku tau batasannya.”Sopan sekali cara Bayu ingin mendekati anakku. Minta izin padahal belum tentu diterima Mila. Aku takut Mila menolaknya karena tak ada rasa cinta. Sangat terlihat sekali Mila belum ada rasa pada Bayu meski mereka sudah kenal dari kecil.---Jika seandainya Mila jadi menikah dengan Bayu. Ini akan lebih baik dan ada rasa tenang. Masalah orang tua Bayu restu
Part 29 Pov MilaPov Mila“A-apa Nak? Kamu ....”“Ya, Bu. Aku ingin membalas Mas Haris yang membuat hidupku hancur dan kehilangan anakku. Aku sangat membencinya, sangat!” Kutekankan ucapan ini agar Ibu mengerti betapa aku tidak mau yang lain kecuali membalaskan sakit hati.Aku tahu jika dendam berdosa. Aku tahu melanggar ajaran yang sering diberikan Ibu dan almarhum Bapak. Dan aku sangat tahu itu. Tetapi, hati dengan rasa kehilangan anak, sangat sulit dikendalikan betapa aku sangat sedih, sangat! Bahkan ingin rasanya mati ikut Gibran agar sedih atas kehilangan ini tidak berlarut. Mungkin sebagian orang akan mengira kalau aku bodoh dengan berlarut sedih. Namun, aku yang punya rasa, aku yang punya kesedihan ini yang tidak mau pergi. Bayangan kala Gibran memanggilku minta minum susu, merengek minta main air, bahkan berlari menghampiriku kala wanita yang dipanggilnya ‘Oma’ marah seperti syetan yang mau membunuhnya. Ya, Ibu mantan mertua adalah wanita yang ingin kubalaskan bersama putra-p
Part 30 BeritaMas Haris langsung berhenti di tepi jalan, lalu menoleh padaku. Pasti mau memastikan apakah benar aku yang dibonceng Mas Bayu. Kami sempat beradu pandang dan wanita diboncengnya menatapku sinis. Akan tetapi ....“Mas Bayu, dia mengejar kita,” ucapku, karena mas Haris langsung mendekat. Bahkan ia sengaja ngebut dan akhirnya sudah berada di depan motor mas Bayu.Aduh, kami belum sempat menjauh.Mas Bayu langsung menghentikan motor. Laju motor tidak kencang hingga ia tidak terkejut dengan kedatangan Mas Haris tiba-tiba di depan kami.“Turun Mila!” Tiba-tiba mas Haris teriak menyuruhku turun dari motor.Loh? Apa urusannya? Dia bukan lagi suamiku hingga harus menuruti perintahnya. “Mas Bayu, sebaiknya cepat aja antarkan aku pulang.” Aku tetap duduk di belakang mas Bayu tanpa peduli perintah mantan suamiku.“Sebaiknya kamu jangan menghalangi jalan kami.” Mas Bayu berucap tegas hingga mas Haris langsung turun dari motornya, pun wanita itu. Ternyata wanita itu adalah wanita y
Part 31 Minta Maaf Menyebalkan!Apakah aku dosa di atas penderitaan orang yang telah menyakiti putriku? Apakah aku salah kalau berita yang dibawa Pak Rahmat dan istrinya berhasil membuat rasa lega? Tidak bisa dipungkiri, aku merasakan senang.Kemarin, Mila masih takut dengan seragam Jhoni kalau ia bisa berbuat banyak tanpa bisa kami melawan. Apalagi setelah melihat dua kali Jhoni mengarahkan pistolnya pada warga dengan sikap mentang-menatang. Ternyata beberapa warga melaporkan kasus ini. Bukan saja itu, Ajeng juga melaporkan kasus perselingkuhan suaminya. Yang benar akan terungkap pada waktunya.“Aku hanya mau nama baik anakku kembali, Pak. Semua warga pernah datang ke rumah ini karena menuduh Mila berzina dengan Pak Joko.” Tetap nama baik Mila lebih penting. Jika hanya meminta maaf tanpa menjelaskan pada warga, sama saja artinya Pak Rahmat dan istrinya masih membela yang salah. Yang dibutuhkan bukan permintaan maaf saja.Pak Rahmat menghela napas besar. Terdiam sejenak sambil beradu
Part 32 Pengakuan Ajeng Pov Ajeng“Mau apa Ibu ke sini?” Tanyaku kala ibu mertua datang ke rumah bawa sekarung beras.“Mbak, kami datang karena peduli.” Haris menjawab tanpa aku bertanya padanya. Ia, Rosi dan ibunya datang berkunjung dan entah tujuan apa. Kasus perselingkuhan Mas Jhoni sudah aku laporkan. Ini bentuk membalaskan sakit hati atas sebuah pengkhianatan. Mas Jhoni yang aku banggakan karena suami yang punya seragam kerja yang banyak ditakuti warga, tega selingkuh dengan gadis SMA yang hampir seumuran anak sulung kami. Bukan saja itu, selama ini baktiku sebagai istri setia dan tidak pernah membantah dibalas dengan pengkhianatan. Aku yakin seragam Mas Jhoni akan copot atas laporanku ini, ditambah tentang sikapnya menodongkan pistol pada warga.“Aku mau bicara denganmu. Lagian Raka dan Intan cucu kandungku.” Jawaban yang menekankan kalau anak-anakku cucu kandungnya. Oke, kalau begitu alasannya dia datang, maka aku terima dengan lapang dada, tetapi kalau meminta aku mencabut
Part 54 Demi KesepakatanPov Mila“Mas mau apa datang ke sini?” Tanyaku tanpa menatap pada mas Haris. Aku justru mengalihkan pandangan ke depan dengan sifat cuek berdiri melipat tangan di perut.“Mila, aku tidak bahagia dengan pernikahanku. Aku mau kita seperti dulu lagi.” Aku mengalihkan pandangan padanya. “Aku tidak bisa!” jawabku tegas.“Tapi, aku bisa menceraikan wanita itu. Dia hanya pelakor di rumah tangga kita.”Enak saja bilang ‘pelakor di rumah tangga kita’ setelah ia dengan senang hati berselingkuh dengan mengatakan kalau aku adalah wanita yang tidak menarik lagi. Bahkan tanpa ragu memperbandingkan aku dengan wanita lain di atas ranjang seolah hati ini terbuat dari batu. Namun, aku suka melihatnya hari ini meminta aku kembali. Bebarti tujuan hampir sampai, yaitu ingin membuat dia terluka hingga merasakan apa yang aku rasakan.“Aku tidak mau ibu dan saudaramu menentang hubungan kita, Mas.”“Itu jangan khawatir. Aku akan bicara dengan Ibuku. Kalau masalah saudara aku jangan k
Part 53 Kedatangan HarisMila terlihat lebih baik setelah ia pulang dari Jakarta dengan perubahan yang bertambah cantik. Bukan saja fisik, sifat pun lebih berani. Aku saja sebagai wanita yang melahirkannya masih tak percaya kalau ia bisa berubah hanya dalam beberapa bulan saja. Ini perawatan yang mungkin tidak ada di kampung ini. Satu hal yang membuat aku bersyukur yaitu, Mila sudah bangkit dari keterpurukan atas kehilangan anak dan apa yang dialaminya selama menikah dengan Haris.“Ibu kok melihat aku gitu?” Tanya Mila sambil memijat kakiku. Ia sadar aku perhatikan.“Ibu ingin kamu segera menikah biar ada yang jagain. Status janda di kampung ini sangat hina.”Mila tersenyum kecil. Tak ada jawaban dan tangannya terus bekerja memijat kakiku tanpa henti.“Kalau belum ada yang dekat, apakah Ibu bisa carikan calon menantu Ibu?” Aku sengaja memancingnya. Mana tahu ia punya seseorang yang sedang dekat atau sekedar ada yang memperhatikan lebih.“Masa iddah aku baru aja berakhir. Aku belum si
Part 52Pov Mila (2)Mas Bayu datang menghampiri. Entah mau apa lagi karena memang kami tak ada urusan sebelumya. Yang terjadi antara kami hanya sebatas berteman baik dari kecil. Ia saja yang menaruh hati yang tidak pernah terbalas dari hatiku. Entah kenapa tak ada getaran sedikit pun padahal ia lelaki yang baik.“Assalamualaikum,” ucap mas Bayu.“Waalaiakuamsalam,” jawabku dan ibu serempak.“Bu Yuni, aku datang mau bertemu Mila.”Seketika Ibu langsung menatapku sesaat. “Maaf, tapi ini ada apa ya, Bayu?” tanya ibu balik.Mas Bayu mengalihkan pandangan padaku. “Aku mau bicara yang menyangkut tentang lamaranku waktu itu, Bu Yuni.” Meski ia menjawab pertanyaan ibu, namun pandangannya tetap mengarah padaku.Aku sama sekali tidak tertarik untuk membahas lamarannya. Apalagi setelah orang tua dia menolak menjual daging pada Ibu dan membuat Ibu terhina ulah kegigihannya mendekati aku. Intinya, kami tidak bersalah malah dibuat bersalah. Jika Ibu dihina yang bukan salah Ibu, rasanya mau membal
Part 51Pov MilaAku yakin akan membuat Mas Haris mencariku. Kejadian menabrak mobil orang dari belakang bisa dilihat betapa ia terpesona, yaitu Mila mantan istrinya yang selalu dihina dan dikatakan bau matahari dan jelek, sekarang tidak ada lagi. Yang ada hanya Mila yang penuh dengan dendam.Anakku, Ibu yakin kamu sudah bahagia di sana. Allah lebih sayang kamu hingga rindu Ibu semakin berat dan hanya bisa menangis memeluk foto, membayangkan saat Ibu menggendongmu, menyuapi makan dan menjagamu kala bermain. Ibu rindu, Nak ..., sangat ....Setiap hari aku terus diselimuti penyesalan. Kenapa aku tak minta bantuan tetangga waktu itu kala tak ada uang buat berobat. Kenapa aku hanya diam menangis karena takut dan menuruti saja kala Mas Haris dan ibunya menyuruh minumkan paracetamol saja. Kenapa aku bodoh sekali sehingga diam ini membunuh anakku. Aku menyesal, sangat. Tekanan hidup dulunya sudah cukup! Aku akan melawan siapa saja yang menghina. Sudah cukup dengan menjadi Mila wanita bersik
Part 50“Astagfirullahalaziim! Ada apa ya, Bu?” Mila terkejut dan lalu mengalihkan pandangan ke arah Haris.“Haris nabrak mobil orang dari belakang.” Aku pun ikut menonton insiden ini dengan senang hati.Aku yakin mantan menantu aku itu terkejut kala melihat Mila sudah berubah cantik. Tidak kusam lagi atau badan kurus kering. Kini badan Mila sudah ideal dengan tinggi badannya. Aku saja yang melahirkan sangat terkejut jika hanya beberapa bulan saja bisa secantik ini.“Hey! Apa kamu nggak punya mata!” Lelaki yang mengendarai mobil bicara berteriak pada Haris.Haris turun dari motornya. Untung ia tidak jatuh karena motor yang tidak melaju kencang kala melihat putriku barusan. Dan bisa dilihat betapa ekor mobil penyok ulah tabrakan. Aku dan Mila sengaja menghentikan langkah menyaksikannya. Lagian, penasaran juga ingin melihat reaksi Haris sekali lagi.“Kamu tu yang salah bawa mobil lambat!” Bukannya mengakui kesalahan, Haris malah balik menyalahkan lelaki itu.“Ini bukan jalan keramaian!
Part 49 Mila Jadi Pusat PerhatianTidak! Kenapa pikiranku mengatakan kalau Mila seperti yang dikatakan Lili, bahwa ia kerja jual diri di Jakarta. Tetapi tidak mungkin anakku seperti itu. Aku membesarkannya dengan didikan agama dan tata krama yang baik. Apakah begitu pendeknya pemikiran Mila hingga melakukan ini?Ya Tuhan, aku mau mati saja jika pemikiran ini benar. Aku tak sanggup, aku tak kuat dan ....“Ibu kenapa?” Mila memegang kedua lenganku kala dada ini sesak dengan pemikiran buruk ini. Saking tak terimanya, hanya air mata yang berjatuhan. Tuhan, aku tak kuat, aku betul-betul tidak kuat.“Hah! Hah! Hah!” Dada ini makin sesak dan ini paling parah yang pernah dirasakan. “Ibu ..., Ibu kenapa?” Mila tampak khawatir dan terus memegangku.“Apa salahku hingga Ibu seperti ini? Kenapa Ibu?” Air mata Mila berjatuhan.Aku menghela napas panjang berulang kali agar bisa mengendalikan diri. Ini tepatnya rasa shock yang berlebihan hingga mengendalikan diri saja sulit. Mengucap di hati, inila
Part 48 Kepulangan Mila (2)Aku memeluk erat anakku yang sangat dirindukan. Sudah lama ingin melihatnya seperti ini. Bahkan sehari saja terasa sangat lama. Ia cantik dan kulit putih glowing seperti dulu kala masih gadis. Ya Allah, terima kasih telah mengembalikan putriku seperti dulu. Mila melepaskan pelukan. “Ibu lihat nih. Aku sudah cantik belum?” Mila berputar agar aku bisa melihatnya lebih jelas.Bukan saja kulitnya yang terawat, sekarang pakaian yang dikenakan juga bagus. Ia tak terlihat seperti wanita yang terlahir dari rahimku yang kerja hanya berjualan di pasar. Tidak, ia tidak seperti itu. Justru ia lebih cocok menjadi anaknya Cece. “Masyaallah, kamu cantik sekali, Nak.” Bahkan mata ini berembun saking terharunya. Ini terharu yang membahagiakan.“Ibu tau nggak, banyak sekali alat-alat yang digunakan buat perawatanaku ini. Bahkan ini perawatan tempat artis-artis, Bu. Dan biayanya juga sangat mahal. Tetapi Cece membiarkan aku menikmati perawatan itu tanpa memotong gajiku.”“A
Part 47 Kepulangan MilaSudah dua hari ini ke pasar, namun daging pesanan tak kunjung datang. Ditelepon tak diangkat. Bahkan aku pulang dengan membawa uang dua puluh ribu saja hasil dari jual sayur yang tidak banyak. Tetap bersyukur karena dari hasil kebun samping rumah saja bisa menganjal perut. Tak ada beras singkong pun jadi. Lagian ikan bisa diambil di kolam dan sayur juga dipetik. Alhamdulillahirabilalamiin, Allah masih sayang padaku.Sendiri, ini lebih membuat fokus beribadah. Selalu berdoa agar Mila bisa bahagia dan menemukan pendamping hidup yang bertanggung jawab. Tak lupa mendoakan almarhum suami yang sampai sekarang masih dirindukan. Rindu yang paling berat adalah kala merindukan seseorang yang telah pergi ke sisi Allah. Jika masih di dunia mungkin masih bisa melihatnya meski berjarak jauh, tetapi takdir memisahkan kami.Stok gula dan kopi telah habis. Aku ke warung untuk membelinya karena satu hari saja tanpa minum kopi, terasa ada yang kurang. Ya, beginilah jika kecanduan
Part 46 CaraElis semakin terlihat gelisah. Namun Lili sama sekali belum memperlihatkan kalau ia bersalah. Tatapan sinis masih terlihat seolah punya dendam besar padaku, astagfirullahalziim.“Kenapa diam?”“Sepetinya ia iri pada kita. Ayok pulang, Nak.” Lili menarik lagi tangan putrinya. Sekali lagi Elis menahan diri sehingga belum beranjak juga. Aku tahu, ia takut dengan ancamanku.“Oke, kalau gitu aku pergi dulu. Lama-lama di sini akan membuang banyak waktu.” Lalu aku melangkah mau pulang.Sebenarnya aku tak yakin apakah bisa kasus ini dilaporkan. Hanya berlagak sok pintar saja demi menggertak Lili. Namun, ia sama sekali tak gentar. Hanya Elis yang terlihat pucat.“Tunggu, Bu Yuni!” Tiba-tiba Elis menghentikan langkahku kala baru beberapa langkah meninggalkan warung ini.Aku berbalik badan. ”Ya, ada apa lagi?” tanyaku.“Aku nggak mau masalah ini semakin dikonsumsi orang banyak. Mungkin ini hanya salah paham saja. bisakah kita lupakan masalah ini?” Dengan nada baik Elis berucap.“Kam