Share

Bab 3

Penulis: Kak Fonnia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-30 16:24:52

Bab 3

“Puas kamu, Nda? Anak kita sudah meninggal!” Roy berucap dengan suara lantang. Saat ini dia berbicara dengan Adinda lewat panggilan suara. Tentunya masih lewat nomor luar negeri karena saat ini Adinda belum ganti nomor w******p-nya. Adinda senjaga tidak mengganti kontak w******p-nya, karena dia masih ingin membongkar kebusukan suami dan keluarga suaminya itu

“Apa, Ikhsan meninggal? Yang benar saja kamu, Mas?” Adinda ikut bersandiwara sama seperti suaminya yang licik itu.

“Aku akan pulang sekarang, aku akan melihat langsung putra kita.”

“Tidak usah kamu pulang, karena kamu tidak akan bisa lihat Ikshan lagi. Sebentar lagi dia akan dimakamkan.”

“Kamu adalah Ibu yang jahat. Kamu ibu yang jahat, Adinda! Ikshan pasti sangat benci dengan kamu!” Roy terus saja mengatai Adinda jahat.

“Aku pulang sekarang, Mas. Aku sudah ada di depan rumah.” Saat ini Adinda sudah di depan rumah megah dua lantai itu. Rumah itu adalah hasil jerih payanya selama ini. Rumah yang dia beli dengan hasil keringatnya selama kerja di luar negeri.

Roy dan keluarganya gelegapan saat mendengar perkataan Adinda yang mengatakan dia sudah di depan rumah. Roy melangkah ke arah jendela dan mengintip Adinda dari jendela. Roy kaget bukan main, dia sangat syok melihat istrinya berdiri di depan pintu.

“Adinda beneran ada di depan, dia benaran sudah pulang.” Roy memberitahu keluarganya.

Lina, Mira dan Ita dan juga Ridho langsung beranjak menuju jendela dan mengintip Adinda dari jendela.

“Bagaiaman ini? Apa yang harus kita lakukan?” Roy bingung sendiri. Ditambah lagi mendengar suara ketukan pintu membuat Roy dan keluargannya itu bingung.

“Mas? Mas Roy? Buka pintunya Mas,” panggil Adinda.

‘Pasti mereka sedang Menyusun rencana untuk membohongiku lagi, aku tidak akan biarkan kalian terus mebohongiku. Aku akan buat kalian semua menderita.’ Adinda bergumam dalam hati.

“Dho, kamu bukain pintu!” Mira meminta suaminya yang buka pintu, sedangkan mereka kembali bersandiwara dengan berpura-pura menangis.

Ridho melangkah ke arah pintu dan mebukakan pintu untuk Adinda.

Melihat kedatangan Adinda, Roy menangis histeris.

Dengan Langkah pelan, Adinda melangkah mendekati Roy. Dia hendak memeluk Roy, tetapi tangannya ditarik oleh Lina, Ibu mertuanya.

“Jangan peluk anak saya, kamu istri yang jahat! Ibu yang jahat yang hanya mementingkan hidupmu sendiri. Kamu adalah Ibu yang jahat yang rela membiarkan anaknya meninggal. Kamu lebih sayang uang kamu!” Lina terus saja mencecar Adinda.

“Pergi kamu dari sini!” Mira ikut mengusir Adinda.

Adinda mengabaikan Lina dan Mira. Dia terus mendekati Roy dan meminta penjelesan dari suaminya itu. “Mas, mana Ikshan? Mas hanya bohongi aku saja kan? ikshan putraku tidak meninggal kan, Mas?” Dengan isak tangis Adinda bertanya pada suaminya. Adinda tetap berssndiwara sama seperti Roy yang lainnya.

“Ikshan sudah meninggal dan itu semua karena kamu, karena kamu yang tidak kamu memberikan uang untuk pengobatannya!” Roy berucap dengan intonasi tinggi dan mempersalahkan Adinda.

Roy dan keluargannya terus saja bersandiwara dan terus mempersalahkan Adinda.

“Kamu pergi dari sini, Ibu jahat sepertimu tidak pantas untuk tinggal di rumah ini!” pekik Mira yang ikut mengusir Adinda. Wanita itu tidak tahu diri dan tidak tahu malu. seharusnya dia yang pergi dari rumha itu karena dia dan suami dan anaknya hanya numpang di rumah itu.

Adinda yang sudah tidak kuat dengan iparnya itu, dia pun menatap tajam Mira dengan kedua tangan yang mengepal kuat.

“Seharusnya kamu, suami dan anakmu yang pergi dari rumah ini! Ini bukan rumah kamu, dan kamu tidak pantas tinggal di rumah ini!” pekik Adinda tajam. Dia sudah tidak bisa tahan dengan sikap iparnya itu.

Plak!

“Cukup, Adinda! Mira Adik aku, dia berhak untuk tinggal di rumah ini!” Roy menampar Adinda dan lebih membela Adiknya,.

“Pergi kamu dari sini! Kamu pembunuh, kamu tidak pantas tinggal rumah ini!” pekik Roy mengusir Adinda.

Adinda tersenyum penuh arti, kemudian dia melihat ke arah wanita yang wajahnya baru baginya. Wanita yang ditatap oleh Adinda adalah Ati, istri kedua Roy. Sesudah itu Adinda kembali melihat ke arah Roy.

“Oke, aku akan pergi dari rumah ini. Tapi Mas harus antar aku ke makam Ikshan,” ujar Adinda.

“Ikshan tidak mau melihat Ibu gila sepertimu, Ikshan tidak mau melihat Ibu pelit sepertimu!” kata Roy terus beralasan.

“Lebih baik kamu pergi dari sini, kamu tidak pantas berada di rumah ini!” Roy kembali mengusir Adinda. Pria itu mencoba menarik tangan Adinda keluar, tetapi Adinda menepis tangan Roy dan menatap tajam suaminya itu.

“Sekali lagi kamu usir aku dari rumah ini, maka kamu akan aku laporkan pada pihak kepolisian!” ancam Adinda tajam. Sesudah itu Adinda menarik kopernya dan melangkah menuju kamarnya.

Mira dan Lina hendak menarik tangan Adinda, tetapi Adinda dengan kasar menepis tangan kedua wanita itu. Adinda menepis tangan Lina hingga wanita paruh baya itu jatuh tersungkur.

“Kalian yang harus pergi dari rumahku, kalian semua tidak berhak tinggal di rumah ini!” seru Adinda.

Sesudah itu Adinda melangkah masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamar dengan cara membanting. Adinda mengerutkan kening saat matanya melihat dalaman wanita yang tergeletak di atas tempat tidur. Adinda mengabaikan pakaian dalam itu, dia melangkah menuju lemari pakaian dan di dalam lemari itu penuh dengan pakian wanita. Pakaian itu milik Ita, istri kedua Roy.

Hati adinda semakin sakit saat melihat foto pernikahan Roy dan Ita yang ada di dalam lemari.

“Ternyata tidak hanya anakku yang kalian sakiti, tetapi kalian juga menyakiti hatiku. Kalian sangat jahat pada aku dan putraku, kalian akan aku buat menderita.”

Tidak berpikir panjang lagi, Adinda keluarkan semua pakaian dari dalam lemari itu dan dia isikan ke dalam tong sampah. “Aku akan membakar semua pakaian ini,” ucap Adinda.

Roy berlari masuk ke dalam kamar dan sangat terkejut melihat pakaian Ati yang sudah dikeluarkan dari dalam lemari.

Adinda melihat ke arah Roy dengan tatapan sendu. “Kamu nikah lagi?” tanya Adinda dengan suara pelan.

“Iya, aku nikah lagi karena aku rasa kamu itu istri tidak berguna! Kamu tidak bisa beri aku kepuasan. Dan istri kedua aku, dia bisa semuanya. Dia bisa buat aku bahagia dan dia bisa melayani aku layaknya seorang suami dan istri.”

“Jadi kamu anggap aku tidak berguna? Terus bagaimana dengan uang yang aku kirim selama ini? Apakah itu masih kurang untuk kamu dan keluarga benalu kamu itu?!” Adinda bertanya dengan intonasi yang tinggi.

“Kembalikan uang yang selama ini aku kirim.” Adinda kembali meminta uangnya yang ratusan juta yang dia kirimkan selama ini.

“Uang itu sudah saya gunakan untuk biaya sekolah Ikshan,” kilah Roy.

Adinda tersenyum sinis dengan perasaan sakit. Adinda melangkah lebih dekat lagi dengan suaminya itu.

“Biaya sekolah Ikshan atau kamu dan keluargamu buatnya gila?” tanya Adinda setengah berbisik.

Roy sangat terkejut dan syok mendengar perkataan Adinda.

Bersambung …

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si adinda kebanyakan drama bodoh. masak mau masuk ke sarang penjshat datang seorang diri. yg cerdas dan masuk akal dikit dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 4

    Bab 4"Nda, tolong cepat ke rumah sakit. Ikshan terus saja berontak dan memanggil kamu," ujar dokter Ibnu dari seberang sana. "Baik, Dok. Saya akan segera ke sana," jawab Adinda. Adinda keluar dari kamarnya dan mengunci pintu kamar. Dengan langkah panjang Adinda melangkah keluar. Adinda berjalan ke arah jalan raya mencari taksi untuk mengantarnya ke rumah sakit jiwa. Ponsel Adinda terus saja berdering ada panggilan masuk dari dokter Ibnu. Adinda mengabaikan panggilan itu karena perasaannya saat ini tidak tenang dan pikirannya sudah jauh melayang tentang putranya tercinta. [Kamu ada di mana? Bisa lebih cepat] pesan masuk dari dokter Ibnu. [Saya masih dalam perjalanan.] Adinda akhirnya membalas pesan dokter Ibnu. Karena sudah tiga hari dokter Ibnu merawat Ikshan di rumah sakit membuat Adinda akrab dengan dokter berjenis kelamin laki-laki itu. Setibanya di rumah sakit, Adinda bergegas keluar dari mobil dan membayar ongkos taksi pada pak sopir. Sesudah itu Adinda berlari kecil mas

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 5

    Bab 5Adinda baru saja pulang dari rumah sakit. Wanita itu melangkah masuk ke dalam rumah. Rumah itu sangat sepi karena para penghuni lain sudah pada tidur. Adinda melangkah menuju kamarnya, dia membuka pintu kamarnya dan melangkah masuk ke dalam kamarnya. Karena seharian jagain putranya di rumah sakit. Adinda menjatuhkan bokongnya di samping tepat tidur. dia memejamkan matanya dan seketika itu juga bayangan tentang Ikshan muncul dalam benaknya. 'Ikshan, maaf Ibu belum bisa tidur berdua denganmu,' gumam Adinda lirih. Tidak terasa air matanya mengalir dari pelupuk matanya. Akhir-akhir ini air mata itu terus saja mengalir tak henti saat mengetahui sang buah hati gilaAdinda menyeka air matanya dan dia bergegas bangkit berdiri dan merenggangkan otot-otot tangannya yang terasa remuk redam. Sesudah itu Adinda melangkah menuju kamar mandi, dia akan mengguyur tubuhnya guna melepaskan rasa penat dan juga rasa stres yang tengah melandanya. Tanpa diketahui oleh Adinda jika ada seseorang yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 6

    Bab 6 anakku disiksa mertua dan ipar sampai gila.Suasana duka menelimuti keluarga Roy. Di mana saat ini, keluarga itu tengah di landa duka yang mandalam atas meninggalnya Ita, istri kedua Roy. Semua orang yang datang di rumah itu memakai pakaian warna hitam sebagai lambang duka.Roy, Lina, Mira dan Ridho. Mereka terus saja menangis sesenggukkan merasa kehilangan orang yang mereka cinta dan juga orang yang selama ini mereka anggap sebagai ladang uang. Jika saat ini Roy dan keluarga menangis sesenggukan berbeda dengan Adinda, wanita itu terlihat sangat cantik dengan gaun warna merah.Penampilan Adinda berbeda dari yang lainya. Wanita itu merias wajahnya dengan sangat cantik dan juga memeloskan lipstik berwarna merah senada dengan gaun yang dipakainya. Semua parah melayat yang ada di rumah itu menatap Adinda dengan tatapan sinis. Tetapi tatapan mereka tidak membuat nyali Ibu satu anak itu menciut, justru tatapan sinis itu membuat Adinda semakin percaya diri dan berani.Adinda melangkah

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 7

    "Kamu ...?" "Iya, aku ... Aku yang akan bongkar kebusukan kalian semua dan aku yang akan melaporkan kalian semua ke kantor polisi karena sudah membuat Ikshan g i l a!" ujar pria paruh baya itu dengan tegas. Roy mengepalkan kedua tangannya kuat. Dia tidak menyangka kalau pria paruh baya yang hilang selama ini kembali ke rumah. Pria paruh baya itu adalah Ferri, ayahnya Roy dan Mira. Ferri, sudah satu setengah tahun tidak kembali ke rumah itu karena dia tidak tega melihat anak dan istrinya yang terus berperilaku kasar pada Ikshan. Roy, Lina, Mira, dan Ridho. Mereka mereka tidak tenang dengan kembalinya Ferri, karena dengan kembalinya pria itu membuat posisi mereka terancam. Mereka terancam akan masuk penjara jika Ferri membeberkan semua perlakuan mereka pada pihak polisi. Roy dan Ridho mendekati pria itu dan menyeret pria dengan kondisi kaki kiri pincang masuk ke dalam rumah."Lepaskan Ayah, Roy! Sudah cukup kalian jahat sama Ikshan dan memeras Adinda untuk kepentingan kalian." Fer

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 8

    Jarum jam sudah di angka 04.00 subuh, Roy belum juga tertidur. Pria itu terus saja kepikiran dengan orang misterius yang masuk ke dalam kamarnya itu.Pria itu terus saja guling ke kiri dan ke kanan, dia merasa tidak tenang.'Apa aku tidur saja di ruang tamu?' Pria itu bergegas turun dari tempat tidurnya dia menyambar selimut dan guling dibawanya ke ruang tamu. Roy meletakan guling di samping di sofa lalu dia tidur di sana. Roy langsung memejamkan matanya dan sekarang dia baru bisa tidur nyenyak. Sedangkan di dalam kamar Adinda sudah bangun tidur. Ibu satu anak turun dari ranjangnya dan berjalan ke arah toilet. Setelah dari toilet, Adinda membasuh wajahnya di kamar mandi. Selesai membasuh wajahnya, Adinda bersiap diri. Dia akan berangkat ke pasar pagi guna membelikan bahan masakan. Dia akan memasak untuk dia bawakan ke rumah sakit untuk sang putra. Adinda keluar dari kamarnya dan mencari sendalnya yang kemarin dia letakkan di teras rumah, tapi sekarang sendal itu sudah tidak ada di

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 9

    “Apa kamu sudah menemukan keberadaan ayah?” “Belum, sepertinya pria tua dan tidak berguna itu sembunyi dari kita.” Ridho sudah berusaha mencari keberadan Ferri ke sana kemari, tetapi tak kunjung menemukan ayah mertuanya.“Apa katamu? Berani sekali kau mengatakan ayahku tidak berguna! Mulutmu itu aku sumbat nanti!” Roy tidak terima Ridho yang mengatai ayahnya tidak berguna.“Bukankah kamu juga mengatakan ayahmu begitu?” Ridho bingung dengan sikap Roy.Roy mengepalkan kedua tangannya dan rahangnya mengeras. Kemudian Roy mendekati Ridho menarik baju Ridho. “Hanya aku yang boleh mengatai kedua orang tuaku! Dan kamu tidak boleh mengatakan itu, jika sekali lagi aku mendengar mulutmu akan aku pecahkan!”“Oke, aku tidak akan ulangi lagi.” Ridho menepis tangan Roy yang menarik bajunya.Roy menepis tangannya dan menjauh dari suami Kakak perempuannya itu. “Sekarang juga kamu harus mencari keberadaan ayah dan bawa pria tua itu ke hadapan aku.” Roy kembali perintah Ridho untuk memncari keberadaa

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 10

    "Dokter Ibnu?" "Iya, saya." Ternyata dokter Ibnu lah yang membekap mulut Adinda dan membawa wanita itu ke dalam mobilnya. "Kita harus pergi dari sini sebelum suamimu dan keluarganya tahu." Dokter Ibnu melesatkan mobil menuju ke rumah sakit. "Ikshan sudah membaik, tapi luka pada tubuh bagiannya juga sudah kering. Saat ini dia butuh kamu untuk selalu ada di sampingnya," kata Dokter Ibnu. "Iya, Dok. Maaf sudah merepotkan Dokter," ucap Adinda. "Tidak masalah, asal Ikshan sembuh dan bisa kembali beraktifitas seperti anak-anak lain." Dokter Ibnu sangat kasihan pada Adinda dan Ikshan, oleh sebab itu dia membantu Ibu dan anak itu. Dokter Ibnu juga memberikan perawatan dan pengobatan yang terbaik untuk Ikshan."Saya minta kamu untuk tetap ada di samping, Ikshan. Dia butuh Ibu dan pelukan hangat darimu." Dokter Ibnu meminta Adinda untuk tetap di rumah sakit. "Iya, aku akan tetap ada di sampingnya. Tapi untuk sementara aku harus mencari tahu semua kebusukan suami dan keluarganya. Aku akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 11

    "Siapa yang letakkan rekaman ini?" gumam Adinda.Adinda yang penasaran dengan isi rekaman itu, dia sambungkan alat itu di ponselnya dan mulai mengotak atik rekaman itu. video rekam itu masih berputar beberapa detik dan setelah itu tampillah video yang membuat Adinda membulatkan matanya kedua tangannya menutup muulutnya."Ridho?" Tangan Adinda bergetar hebat saat melihat video yang diputar lewat ponselnya. Di mana di dalam video itu terlihat jelas Ridho tengah melakukan hal yang seharusnya tidak pantas dilakukan seorang paman pada ponakannya. tapi di dalam video itu terlihat Ridho seperti bukan seorang paman, tetapi seperti setan. Melihat Ridho melakukan hal bejat membuat Adinda langsung lempar rekaman itu di atas tempat tidur. Dia tidak kuat melihat sang putra yang menangis histeris saat laki-laki bertubuh kekar itu melakukan hal bejat padanya. Air matanya tak henti-hentinya luruh dan tubuhnya bergetar hebat. Ditambah lagi mendengar teriakan Ikshan di dalam video itu membuat uluh

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07

Bab terbaru

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 40

    ANAKKU GILA S2 12Ibnu baru saja pulang dari kantor polisi, dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk bisa menolong Arunika dari kasus tersebut. Karena orang yang melaporkan Arunika ke pihak polisi memiliki bukti yang sangat kuat. Bukti berupa video dan juga foto saat Arunika saat membunuh korban. “Ayah tidak bisa membantu Arunika, semua bukti yang diserahkan ke kantor polisi sudah sangat jelas kalau dialah pelaku yang bunuh korban.” Ibnu berucap lirih dengan raut wajah sendu. “Jika barang bukti sudah membuktikan Arunika adalah pelaku, Ikhsan rasa kita tidak perlu mencari pembelaan apapun. Itu adalah kesalahannya dan dia harus terima hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.” Ikshan meminta kedua orang tuanya untuk tidak perlu mencari pembelaan untuk memperingankan hukuman pada sepupunya. “Tapi bagaimana kalau keluarga korban meminta hukuman mati?” Ibnu masih memikirkan Arunika, dan dia juga merasa kasihan pada gadis yang dia besarkan dengan kasih sayang. Ya, walaupun Arunika sering m

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 39

    ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKWArunika berdiri di depan pintu dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Raut wajahnya terlihat sangat kegirangan. Ia tampak sangat senang melihat kedatangan Ivan.Ivan terlihat sangat buru-buru dengan raut wajah cemas. Laki-laki itu menyeret tangan Arunika masuk ke dalam rumah kontrakan wanita itu.Sikap Ivan membuat Arunika bingung dan penuh tanda tanya. Dia melepaskan tangan Ivan hingga tangan laki-laki itu menjauh darinya.“Apa-apaan kamu?!” bentak Arunika setelah berhasil melepaskan tangannya dari cengkeraman Ivan.Ivan menatap nyalang Arunika, begitu pula dengan Arunika yang tak kalah sengit menatap laki-laki di hadapannya.“Mana uang hasil kamu jual adik sepupu aku yang sialan itu?!” Arunika mengulurkan salah satu tangannya, meminta uang dari Ivan.Ivan mengibas tangan wanita itu dan tersenyum sinis. “Apa katamu? Uang? Tidak ada uang!” ucap Ivan sambil mendorong tubuh Arunika menjauh darinya.“Tidak ada uang? Adik sepupumu itu sudah bunuh ketiga

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 38

    Jelita menundukkan kepalanya, membenamkan wajah di antara kedua lututnya. Tubuhnya bergetar hebat saat sebuah tangan menyentuh pundaknya dari belakang.“Kak Ikshan, Ibu, Ayah. Jelita takut,” gumam Jelita dalam hati, disertai isak tangis yang tidak bisa ia bendung lagi.“Jelita?” panggil suara seorang pria.“Jangan sentuh saya! Saya mohon, jangan perkosa saya,” Jelita memohon pada orang itu untuk tidak menyentuhnya, sambil menepis tangan yang ada di punggungnya.“Jangan takut, Jelita,” ucap pria itu, memegang kuat punggung Jelita dan merangkulnya dengan erat. Pria itu adalah Ibnu.Ibnu berhasil melacak keberadaan putrinya dan menemukannya menangis di pinggir jalan dalam keadaan takut.“Ini Ayah, Jelita.”Mendengar perkataan Ibnu, Jelita perlahan membuka matanya dan menoleh ke arah belakang. Ia menangis histeris saat melihat ayahnya memeluknya.“Ayah? Jelita takut.” Jelita semakin menangis.“Ayah, ada laki-laki bajingan yang mau menodai Jelita. Jelita takut, Ayah,” ucap Jelita sambil te

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 37

    “Dia masih perawan. Jadi, saya minta bayarannya lebih mahal dari yang kemarin.” Laki-laki itu tengah bernegosiasi dengan teman-temannya. Laki-laki itu adalah Ivan, dan orang yang dimaksud olehnya adalah Jelita.Ivan menculik gadis itu saat dia tengah menunggu taksi di halte sekolah, dan itu semua atas perintah Arunika. Arunika sengaja melakukan itu agar bisa menggantikan dirinya untuk melayani teman-teman Ivan, dan uang dari teman-teman Ivan dibagi dua dengannya.“Bagaimana? Apa kalian mau?” tanya Ivan.“Berapa yang harus kami bayar?” tanya salah satu temannya Ivan. Laki-laki berperut buncit dan berkulit hitam itu adalah orang yang meniduri Arunika kemarin.“Kalian bertiga cukup membayarnya 10 juta, dan kalian bisa memakainya seharian,” ucap Ivan, menyebutkan nominal yang harus dibayar oleh teman-temannya.Ketiga teman Ivan masih berpikir, mereka saling memandang dan mencoba untuk berdiskusi.Sedangkan di dalam kamar, Jelita tengah berusaha untuk kabur dari laki-laki bejat itu.‘Aku h

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 36

    Adinda berjalan mondar-mandir dengan perasaan tidak tenang memikirkan putrinya yang belum juga pulang. Padahal anak tetangga yang satu sekolah dengan Jelita sudah pulang sejak tadi. Apalagi ini sudah sangat sore, tetapi putrinya itu belum kunjung pulang juga.“Apa mungkin Jelita ikut Ikshan ke rumah sakit?” tanya Adinda pada suaminya.“Tidak tahu, Bu. Coba saja telepon Ikshan, Ayah juga tidak tenang. Ayah takut terjadi sesuatu sama Jelita,” kata Ibnu. Suami dari Adinda itu juga tidak karuan.“Ayah kok bilang begitu? Ibu kan makin takut,” kata Adinda. Sesudah itu Adinda mengambil ponselnya dan langsung menghubungi Ikshan.Tadinya Adinda sudah menghubungi Jelita, tetapi nomor anak gadisnya itu tidak dapat dihubungi. Tadinya juga Adinda masih berpikir positif tentang anaknya. Adinda berpikir mungkin anak gadisnya itu belajar kelompok bersama teman-temannya, tetapi pada akhirnya Adinda memikirkan yang tidak-tidak tentang putrinya. Dia dan Ibnu takut terjadi sesuatu pada Jelita dan memutus

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 35

    Arunika tergeletak di atas tempat tidur dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Wanita itu baru saja digempur habis-habisan oleh teman-temannya Ivan. Arunika berusaha untuk bangun dan perlahan dia turun dari tempat tidur yang hanya beralaskan tikar plastik saja. Tentunya tubuhnya terasa remuk redam dan lemas. Saat ini Arunika hanya bisa pasrah dengan keadaannya, karena dia tidak mungkin untuk melawan kelima pria bertubuh tegap tersebut. Arunika berjalan pelan memungut kembali pakaiannya dan kembali mengenakannya kembali. Sesudah itu, dia keluar dari kamar dan saat dia keluar dari kamar dia langsung disambut dengan tawa sinis dari kelima laki-laki yang menidurinya beberapa menit lalu. Arunika tidak peduli dengan kelima pria itu, dia lebih memilih melangkah mendekati Ivan dan meminta lelaki itu untuk mengantarnya pulang. “Hai, p3l4cur?” sapa salah satu teman Ivan. Robby, namanya. “Haha.” Teman-teman Ivan yang lain tertawa saat mendengar Robby memanggil Arunika dengan sebutan p3l4cur

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 34

    “Arunika benaran pergi dari rumah, Kak?” tanya Jelita saat dia tidak melihat Arunika di sana.“Iya, biarkan saja dia pergi. Nanti juga dia akan merasakan betapa susahnya hidup di luar sana,” kata Ikshan.“Tapi, Kak, kasihan dia lagi hamil.” Jelita merasa kasihan pada Arunika.“Itu kemauannya sendiri. Dia mau pergi dari rumah dan mau hidup bebas, jadi kita tidak perlu memikirkan dia.” Ikshan tidak ambil pusing lagi dengan sepupunya itu. Yang dia pikirkan saat ini adalah perasaan ibunya. Ikshan yakin suatu hari nanti Arunika pasti akan kembali lagi ke rumah itu.“Sudah, sekarang kamu buruan ambil tas, biar Kakak antar ke sekolah.” Ikshan akan mengantar adiknya ke sekolah. Hari ini dia masuk malam, jadi bisa antar adiknya ke sekolah.Jelita masuk ke dalam kamarnya, mengambil tas sekolahnya, dan digendong di pundaknya. Sesudah itu dia langsung meninggalkan kamarnya. Gadis cantik itu berpamitan pada kedua orang tuanya. Setelah berpamitan, putri dari Adinda dan Ibnu itu langsung berangkat d

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   bab 33

    Ikshan yang baru saja pulang kerja begitu terkejut mendengar suara kedua orang tuanya yang berbicara dengan suara keras dan bentak. Dengan cepat-cepat Ikshan berlari menaiki anak tangga menghampiri kedua orang tuanya yang berdiri di depan pintu kamar Arunika. Ikshan mengintip ke dalam kamar Arunika yang menangis di dalam kamar sembari memasukkan pakaian ke dalam tas. “Ada apa ini, Bu?” tanya Ikshan dengan suara pelan.“Arunika buat masalah lagi?” tanya Ikshan lagi. Kali ini pertanyaan Ikshan mendapatkan anggukkan kepala dari Ibnu, sedangkan Adinda terus saja mengomel Arunika yang tidak bisa atur. “Ayah dan Ibu ke kamar saja, biar Ikshan yang urus Arunika.” Ikshan meminta kedua orang tuanya untuk kembali ke kamar, dan dia yang akan mengurus sepupunya itu. Lagi dan lagi Ibnu menganggukkan kepala dan menuntun Adinda ke kamar mereka. Setelah kedua orang tuanya pergi, Ikshan melangkah masuk ke dalam kamar sepupunya yang dan dia akan bicara dengan wanita itu. Ikshan mendekati Arunika

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   bab 32

    “Dok, pasien di kamar 11 terus saja memanggil nama Dokter.” Pasien yang dimaksud oleh perawat itu adalah Roy.“Nanti saya ke sana.” Ikhsan menghela napas panjang, hatinya terasa berat untuk bertemu ayahnya. Ikhsan bangkit berdiri, dia mengambil sesuatu dari dalam laci, lalu dia masukkan ke dalam kantong bajunya. Dengan langkah panjang dan raut wajah datar, Ikhsan melangkah menuju ruangan Roy.Dengan perasaan yang susah dijelaskan, Ikhsan berdiri di depan pintu dengan kedua tangan yang masuk ke dalam kantong celananya. Sorot matanya terus saja melihat ke arah laki-laki yang darahnya mengalir di tubuhnya.Roy sendiri yang baru menyadari jika di depan pintu ada putranya yang dulu dia siksa dengan sangat keji hingga putranya itu mengalami gangguan jiwa. Sekarang putranya itu sudah tumbuh dewasa dan jadi dokter spesialis kejiwaan.“Ikhsan?” panggil Roy dengan mata berkaca-kaca.“Iya, aku Ikhsan. Aku Ikhsan yang kalian siksa kala itu, Ikhsan yang Ayah paksa kala itu untuk mengerjakan semua

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status