Share

Bab 7

Author: Kak Fonnia
last update Last Updated: 2024-06-06 16:45:20

"Kamu ...?" 

"Iya, aku ... Aku yang akan bongkar kebusukan kalian semua dan aku yang akan melaporkan kalian semua ke kantor polisi karena sudah membuat Ikshan g i l a!" ujar pria paruh baya itu dengan tegas. 

Roy mengepalkan kedua tangannya kuat. Dia tidak menyangka kalau pria paruh baya yang hilang selama ini kembali ke rumah. 

Pria paruh baya itu adalah Ferri, ayahnya Roy dan Mira. 

Ferri, sudah satu setengah tahun tidak kembali ke rumah itu karena dia tidak tega melihat anak dan istrinya yang terus berperilaku kasar pada Ikshan. 

Roy, Lina, Mira, dan Ridho. Mereka mereka tidak tenang dengan kembalinya Ferri, karena dengan kembalinya pria itu membuat posisi mereka terancam. Mereka terancam akan masuk penjara jika Ferri membeberkan semua perlakuan mereka pada pihak polisi. 

Roy dan Ridho mendekati pria itu dan menyeret pria dengan kondisi kaki kiri pincang masuk ke dalam rumah.

"Lepaskan Ayah, Roy! Sudah cukup kalian jahat sama Ikshan dan memeras Adinda untuk kepentingan kalian." Ferri terus berontak melawan Roy dan Ridho yang menyeretnya masuk ke dalam rumah. 

"Diam kau pria tua!" pekik Roy. 

"Lepaskan aku biada —" 

Bugh! 

Ucapan Ferri terputus karena pria itu tersungkur di lantai karena dipukuli oleh Roy dan Ridho. 

"Seret pria tua ini ke gudang!" perintah Roy pada Ridho.

Tidak menunggu diperintah dua kali, Ridho pun bergegas menyeret tubuh Ferri ke dalam gudang. 

Sedangkan Roy, pria brengsek itu mengibas tangannya dan kembali berkumpul dengan Lina dan Mira. 

"Adinda datang," bisik Mira saat melihat Adinda keluar dari taksi. 

"Untung saja pria tua itu sudah kita amankan, kalau tidak bisa gawat." Roy merasa lega karena Ferri sudah diseret oleh Ridho di gudang dan menguncinya di gudang. 

Adinda tidak peduli dengan keberadaan orang-orang di rumah itu, dia melangkah masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju kamar. Saat Adinda hendak menaiki anak tangga menuju kamarnya, dia tidak sengaja berpapasan dengan Ridho yang berjalan dari arah dapur sembari mengibas tangannya. 

Adinda mengabaikan pria itu, dia melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya. Adinda masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya. 

"Sepertinya ada yang mereka sembunyikan dari aku dan pasti mereka merencanakan sesuatu," ujar Adinda sambil menduduki bokongnya di samping tempat tidur. 

Adinda mengambil ponsel dari dalam tasnya dan membuka camera cctv yang sudah dia sambungan pada ponselnya. Adinda sudah meminta orang untuk pasang cctv di dalam rumah itu dan tentunya dipasang dengan sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh manusia-manusi biadab itu. 

Amira membuka cctv dari kamarnya, di sana dia tidak melihat apapun. Lalu dia mengecek cctv yang ada di depan terasa dan di sana dia melihat Ferri, Ayah mertuanya. Tentunya melihat pria paruh baya itu membuat Adinda terkejut.

"Ayah? Apa benar ini rekaman cctv hari ini?" gumam Adinda dan kembali mengecek tanggal pada video cctv itu. 

"Iya, benar. Ini rekaman hari ini." Adinda kembali memutar video rekaman cctv itu dan dia pun menontonnya, tetapi tiba-tiba video itu mati karena baterai ponsel Adinda habis. 

"Sialan!" umpat Adinda. 

Dia pun langsung mengisi daya pada ponselnya itu. Adinda lupakan video rekam itu, sambil menunggu bateri ponselnya terisi penuh, Adinda melangkah menuju kamar mandi dan mengguyur tubuhnya. 

Sedangkan di ruangan keluarga,Roy masih  berkumpul bersama Lina, Mira dan Ridho. 

"Apa kamu sudah ikat kaki dan tangan pria tua itu?" tanya Mira. 

"Sudah. Dia tidak akan bisa kabur dan dia tidak akan bisa melaporkan kita pada pihak polisi ataupun melaporkan perlakuan kasar kita pada Adinda." Ridho merasa Ferri aman di dalam gudang. Karena kaki dan tangan pria itu dia ikat sangat kuat. 

"Bagus, ini baru suami aku." Mira memuji suaminya itu. 

"Ayo, kita semua kembali ke kamar kita masing-masing biar Adinda tidak curiga pada kita semua." Lina pun meminta putra putri dan mantunya untuk kembali ke kamar masing-masing. 

"Ayo!" sahut Roy,Ridho dan Mira, bersamaan. Mereka pun langsung masuk ke dalam kamar mereka masing-masing.

*

*

*

Jarum jam sudah menunjukan di angka 00.00. Penghuni rumah itu sudah tertidur lelap. 

Sedangkan di dalam gudang itu sangat gelap. Di mana di dalam gudang itu ada Ferri. 

"Tolong! Tolong lepaskan aku!" teriak Ferri. Pria itu baru bangun dari pingsan. 

"Aku harus bisa lepas dari ikatan anak durhaka itu, aku harus pergi dari sini." Ferri bergumam dan terus berusaha dan mencari agar bisa melepaskan ikatan tali pada tangan dan kakinya dan juga membuka mulutnya yang dibekap oleh Ridho. 

"Tolong! Tolong!" teriak Ferri dengan suara yang tidak terdengar jelas. 

"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Ferri monolog. Dia bingung dengan kondisi saat ini. Apa lagi dia dalam kondisi di ikat ditambah ruangan itu gelap gulita. 

Jika saat ini Ferri tengah bersusah paya berusaha untuk bisa melepaskan diri dan kabur dari sana, berbeda dengan Roy. Pria itu kembali bangun dari tidurnya karena kepelet pipis. 

Roy melangkah masuk ke dalam kamar mandi dan membuang air kecil. Saat Roy hendak kembali ke tempat tidurnya, tiba-tiba lampu kamarnya mati dan gelap gulita lah kamar itu tanpa pencahayaan apapun. 

"Pa, sakit! Pa, jangan sakiti Ikshan, Pa. Ikshan janji akan nurut sama Papa!" Suara isak tangis Ikshan. 

"Papa, jangan!" 

"Cukup, pa. Ikshan minta maaf." Suara itu jelas terdengar oleh Roy. 

Roy membulatkan matanya dan dia berusaha untuk melangkah menuju saklar lampu, tetapi sangat disayangkan sekali tubuh pria itu jatuh tersungkur karena terhalang oleh seseorang. 

"Cukup, Pa.pantat Ikshan sakit!" Suara Ikshan kembali terdengar jelas. Suara itu bukan diputar melalui alat rekam, tetapi suara itu nyata di dalam kamar. 

Roy semakin ketakutan, tubuhnya bergetar hebat saat tangan seseorang menyentuh pundaknya. 

"Siapa kamu! Jangan macam-macam kamu sama saya!" pekik Roy dengan suara tegas, tetapi tubuhnya bergetar hebat penuh ketakutan. 

"Papa, jahat! Papa jahat!" 

"Ikshan, diam kamu! Di mana kamu Ikshan?! Akan saya bunuh kamu!" Roy berusaha untuk bangkit dan mencari sumber suara itu. 

"Papa?" Suara itu sangat dekat di belakang Roy. 

Roy mencoba mengibaskan tangannya guna mencari keberadaan orang yang suaranya sama persis seperti suara putranya. 

"Di mana kamu Ikhsan? Kamu jangan main-main sama Papa! Papa habisi kamu!" Roy seperti orang gila yang terus mencari sumber suara dan keberadaan orang yang suaranya sangat-sangat mirip dengan putranya. 

"Bukan Papa yang akan habisi Ikshan, tapi Papa yang akan dihabisi oleh Ikshan." 

Roy semakin ketakutan dan dia berjalan ke arah saklar lampu dan menyalahkan lampu kamarnya. Dengan keringat dingin dan nafas yang terengah-engah, Roy mencari keberadaan orang yang suaranya sama persis seperti Ikhsan. 

"Di mana kamu? Keluar sini, jangan sembunyi kalau kamu berani!" teriak Roy. 

"Aku tidak takut sama kamu bocah gil—" 

Plak! 

Plak! 

Bugh! 

Tubuh Roy jatuh tersungkur, tak sadarkan diri. 

Orang bertopeng itu tersenyum dalam topengnya. Lalu dia keluar dari kamar Roy dan melangkah menuju kamar Adinda. 

Adinda tertidur pulas hingga dia tidak menyadari jika ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya. 

"Aku akan membantumu, aku akan membuat suami dan keluarganya gila sama seperti perbuatan mereka pada Ikshan." 

Bersambung ...

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nurrita Sudarwati
si dokter ya yg bantu ?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 8

    Jarum jam sudah di angka 04.00 subuh, Roy belum juga tertidur. Pria itu terus saja kepikiran dengan orang misterius yang masuk ke dalam kamarnya itu.Pria itu terus saja guling ke kiri dan ke kanan, dia merasa tidak tenang.'Apa aku tidur saja di ruang tamu?' Pria itu bergegas turun dari tempat tidurnya dia menyambar selimut dan guling dibawanya ke ruang tamu. Roy meletakan guling di samping di sofa lalu dia tidur di sana. Roy langsung memejamkan matanya dan sekarang dia baru bisa tidur nyenyak. Sedangkan di dalam kamar Adinda sudah bangun tidur. Ibu satu anak turun dari ranjangnya dan berjalan ke arah toilet. Setelah dari toilet, Adinda membasuh wajahnya di kamar mandi. Selesai membasuh wajahnya, Adinda bersiap diri. Dia akan berangkat ke pasar pagi guna membelikan bahan masakan. Dia akan memasak untuk dia bawakan ke rumah sakit untuk sang putra. Adinda keluar dari kamarnya dan mencari sendalnya yang kemarin dia letakkan di teras rumah, tapi sekarang sendal itu sudah tidak ada di

    Last Updated : 2024-06-06
  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 9

    “Apa kamu sudah menemukan keberadaan ayah?” “Belum, sepertinya pria tua dan tidak berguna itu sembunyi dari kita.” Ridho sudah berusaha mencari keberadan Ferri ke sana kemari, tetapi tak kunjung menemukan ayah mertuanya.“Apa katamu? Berani sekali kau mengatakan ayahku tidak berguna! Mulutmu itu aku sumbat nanti!” Roy tidak terima Ridho yang mengatai ayahnya tidak berguna.“Bukankah kamu juga mengatakan ayahmu begitu?” Ridho bingung dengan sikap Roy.Roy mengepalkan kedua tangannya dan rahangnya mengeras. Kemudian Roy mendekati Ridho menarik baju Ridho. “Hanya aku yang boleh mengatai kedua orang tuaku! Dan kamu tidak boleh mengatakan itu, jika sekali lagi aku mendengar mulutmu akan aku pecahkan!”“Oke, aku tidak akan ulangi lagi.” Ridho menepis tangan Roy yang menarik bajunya.Roy menepis tangannya dan menjauh dari suami Kakak perempuannya itu. “Sekarang juga kamu harus mencari keberadaan ayah dan bawa pria tua itu ke hadapan aku.” Roy kembali perintah Ridho untuk memncari keberadaa

    Last Updated : 2024-06-06
  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 10

    "Dokter Ibnu?" "Iya, saya." Ternyata dokter Ibnu lah yang membekap mulut Adinda dan membawa wanita itu ke dalam mobilnya. "Kita harus pergi dari sini sebelum suamimu dan keluarganya tahu." Dokter Ibnu melesatkan mobil menuju ke rumah sakit. "Ikshan sudah membaik, tapi luka pada tubuh bagiannya juga sudah kering. Saat ini dia butuh kamu untuk selalu ada di sampingnya," kata Dokter Ibnu. "Iya, Dok. Maaf sudah merepotkan Dokter," ucap Adinda. "Tidak masalah, asal Ikshan sembuh dan bisa kembali beraktifitas seperti anak-anak lain." Dokter Ibnu sangat kasihan pada Adinda dan Ikshan, oleh sebab itu dia membantu Ibu dan anak itu. Dokter Ibnu juga memberikan perawatan dan pengobatan yang terbaik untuk Ikshan."Saya minta kamu untuk tetap ada di samping, Ikshan. Dia butuh Ibu dan pelukan hangat darimu." Dokter Ibnu meminta Adinda untuk tetap di rumah sakit. "Iya, aku akan tetap ada di sampingnya. Tapi untuk sementara aku harus mencari tahu semua kebusukan suami dan keluarganya. Aku akan

    Last Updated : 2024-06-06
  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 11

    "Siapa yang letakkan rekaman ini?" gumam Adinda.Adinda yang penasaran dengan isi rekaman itu, dia sambungkan alat itu di ponselnya dan mulai mengotak atik rekaman itu. video rekam itu masih berputar beberapa detik dan setelah itu tampillah video yang membuat Adinda membulatkan matanya kedua tangannya menutup muulutnya."Ridho?" Tangan Adinda bergetar hebat saat melihat video yang diputar lewat ponselnya. Di mana di dalam video itu terlihat jelas Ridho tengah melakukan hal yang seharusnya tidak pantas dilakukan seorang paman pada ponakannya. tapi di dalam video itu terlihat Ridho seperti bukan seorang paman, tetapi seperti setan. Melihat Ridho melakukan hal bejat membuat Adinda langsung lempar rekaman itu di atas tempat tidur. Dia tidak kuat melihat sang putra yang menangis histeris saat laki-laki bertubuh kekar itu melakukan hal bejat padanya. Air matanya tak henti-hentinya luruh dan tubuhnya bergetar hebat. Ditambah lagi mendengar teriakan Ikshan di dalam video itu membuat uluh

    Last Updated : 2024-06-07
  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 12

    "Kamu kenapa, Mir? Kenapa wajah kamu lebam semua? Apa apa terjadi dengan kamu?" Lina sangat cemas melihat wajah cantik istri yang biru seperti dipukul orang. "Tidak kenap kok, Bu. Ini karena Mira salah skincare makanya lebam seperti ini." Mira berbohong. Dia terpaksa berbohong karena di meja itu ada Adinda.Adinda terlihat santai saja, dia menyeruput susu buatnya dan menyantap roti tawar yang sudah dibaluri selai. Tetapi matanya menatap tajam ke arah Mira dengan tatapan penuh ancaman yang sangat berbahaya.Sedangkan Lina heboh dengan kondisi kedua anaknya yang bangun pagi muka sudah penuh dengan lebam. "Kamu juga Roy, kenapa wajah kamu juga seperti itu?" tanya Lina. "Tidak kenapa-kenapa," jawab Roy juga berbohong, karena tidak mungkin dia jawab dengan jujur pada Ibunya apa lagi di meja makan ada Adinda. "Sudah, Bu. Ayo, sekarang kita sarapan." Mira menuntun Ibunya untuk duduk kembali di kursi. Lina duduk di kursinya dan Roy duduk didekat Ibunya. Sedangkan Mira, wanita itu terp

    Last Updated : 2024-06-07
  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 13

    "Kamu pikir kamu bisa mengalahkan aku? Tidak, kamu tidak akan bisa menyalahkan aku dan aku tidak akan pernah mau dikalahkan sama kamu wanita sialan!""Aku yang akan buat hidupmu menderita!"Adinda berucap dengan tubuh yang sedikit membungkuk di hadapan Mira. Adinda berhasil melawan serangan Mira dengan memukul kepala Kakak iparnya itu dengan bingkai foto hingga jatuh tersungkur di lantai.Adinda bangkit berdiri, lalu dia menyeret tubuh Mira keluar dari kamar. Dia akan mengurung wanita yang sudah menyakiti putranya itu di gudang.Sesampainya di gudang, Adinda mengikat kaki dan tangan Mira sama seperti yang dilakukan suaminya kalah itu pada Ikshan.Setelah diikat kaki dan tangan Mira, Adinda juga membekap mulut Mira dengan kain. Dengan begitu wanita itu tidak akan bisa kabur dan teriak meminta pertolongan orang lain.Sesudah itu Adinda bergegas meninggalkan gudang dan tidak lupa dia mengunci pintu gudang. Adinda kembali ke kamarnya, dia akan mengobati lukanya.Ibu dari Ikshan Muhammad i

    Last Updated : 2024-06-07
  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 14

    Bugh! Suara tubuh terjatuh dan tersungkur di lantai. "Mati saja kau laki-laki pengganggu!"Tubuh Roy jatuh tersungkur di lantai kamar mandi. Pria itu benar-benar mabuk parah. Ibnu yang bersembunyi di balik pintu pun bergegas keluar dari kamar mandi dan mengajak Adinda untuk pergi dari sana. Ibnu tidak rela meninggalkan Adinda di rumah itu sendirian, apa lagi Roy yang mabuk seperti itu. Ibnu takut jika laki-laki itu melukai Adinda. "Ayo, kita pergi dari sini." Tanpa menunggu persetujuan Adinda, Ibnu menarik tangan Adinda keluar dari kamar itu. Adinda hanya bisa nurut karena dia juga merasa takut jika Roy melakukan hal yang tidak-tidak padanya. Ibnu bawa Adinda ikut bersamanya. Ibnu bawa Adinda ke rumah sakit. Dalam perjalanan Adinda hanya diam saja, dia tidak berbicara sepatah kata pun. "Maaf, kalau saya memaksa kamu untuk ikut bersama saya. Tapi yang jelas saya takut jika kamu tetap di rumah dan disakiti oleh suamimu yang sedang mabuk itu.""Tidak masalah. Saya juga takut mas

    Last Updated : 2024-06-07
  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 15

    Adinda baru saja sampai di rumah, kepulangan ke rumah itu langsung disambut oleh Roy. Suaminya itu sudah berdiri di depan dengan kedua tangan lipat di depan dada. Adinda tidak peduli dengan keberadaan Roy, dia melangkah masuk melewati lelaki itu. Tetapi tangannya dicekal sehingga langkahnya terhenti. Tanpa menoleh ke arah orang yang menahan tangannya, Adinda menepis tangannya dengan kasar sehingga terlepas dari cekalan tangan orang di belakangnya. "Dari mana kamu? Kenapa kamu selalu keluar setiap hari?" Beberapa pertanyaan dilontarkan oleh Roy. "Aku cari Ikshan, apa kamu pernah berpikir untuk mencari keberadaan anak kita?" Adinda jawab dengan nada ketus. "Ups, aku lupa kalau kamu kan telah merekayasa kematian Ikshan." Tanpa merasa takut Adinda mengucapkan benaran yang ada. "Jaga ucapanmu Adinda, kamu harus terima kenyataan! Ikshan sudah mati!" Roy tetap kekeh menganggap Ikshan meninggal. Adinda tersenyum sinis dan berbalik badan menatap suaminya itu. Tanpa berkata-kata lagi, Ad

    Last Updated : 2024-06-07

Latest chapter

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   bab 45

    “Apa-apaan kamu, Sari!” pekik Ikshan. Dia berusaha mendekati Sari dan memegang kedua tangan dokter wanita itu. “Sekali lagi kamu nyakitin aku, tidak segan-segan aku laporkan kamu ke kantor polisi!” ucap Ikshan. Dia berhasil membawa Sari keluar dari ruangannya. Mendengar suara Ikshan dan Sari yang bertengkar di dalam ruangan beberapa perawat langsung berlari ke arah kedua dokter. Lusi selaku perawat di rumah sakit itu ia langsung melerai keduanya. “Kamu tidak pernah balas perasaan aku, kamu jahat Ikshan!” ujar Sari dengan suara lantang. “Kamu lebih memilih wanita gila itu, kamu dan dia sama-sama gila!” Sari terus saja berteriak dan memukul dada bidang Ikshan. Ikshan tidak peduli dengan perkataan dokter Sari, dia meminta pada salah satu perawat untuk mengobati luka yang dilempari oleh Sari. Lusi berteriak memanggil satpam meminta satpam untuk mengamankan Ikshan dan Sari.Setelah satpam mengamankan Sari, Lusi menemui Ikshan dan dia mengambil alih dari perawat lain untuk mengobati

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   bab 44

    Setelah kejadian Robby yang masuk ke dalam halaman rumah Jannah dan mencoba untuk meneror dan menghabisi Jannah, Ikshan terus saja menjaga wanita itu dan bawa Jannah ikut bersamanya. Apa lagi ada kejanggalan saat Jannah yang dipindahkan ke rumah sakit lain, membuat Ikhsan bertekat untuk bawa Jannah dan dia akan mencari tahu orang yang sudah menyuntik obat keras ada tubuh Jannah hingga wanita itu berteriak dan berontak seperti orang gila. Kedatangan Robby ke rumah Jannah sudah diketahui oleh kedua orang tua Jannah dan juga Ikshan. Mereka sudah mengeceknya lewat CCTV. Walaupun Robby memakai topeng, tetapi kedua orang tua Jannah mengenalinya. Kedua orang tua Jannah juga akan melaporkan kejadian itu pada pihak kepolisian dan sekarang pihak polisi tengah menyelidiki.Saat ini, Ikshan dan Jannah baru saja sampai di kediaman Ikshan. Ikhsan sendiri yang ada piket pagi pun harus berangkat kerja, dia langsung bersiap diri untuk berangkat ke rumah sakit. “Kamu di rumah saja,” kata Ikshan pada

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 43

    Ikshan menginap di kediaman Jannah. Mereka juga sudah bawa Jannah keluar dari rumah sakit. Hanya selama ini kondisi Jannah memburuk karena ada orang jahat yang menyuntikkan obat ke dalam tubuh Jannah, sehingga wanita itu berontak dan teriak seperti orang gila. Saat ini kondisi Yura sudah kembali normal dan sebenarnya wanita itu sudah sembuh sejak di rumah sakit tempat Ikshan bekerja, tetapi karena disuntik dengan obat keras yang membuat Jannah berontak dan teriak-teriak seperti orang gila yang membuatnya terus dirawat di rumah sakit. “Apa bisa Jannah ikut bersama saya?” Ikshan meminta izin untuk bawa Jannah ikut bersamanya. Dia ingin menyelidiki lebih lanjut mengenai orang yang menyuntik otak ke dalam tubuh Jannah. “Boleh, dok. Tapi, apakah tidak merepotkan dokter?” Kedua orang mengizinkan Jannah ikut bersama dokter Ikshan, tetapi mereka takut merepotkan laki-laki itu. “Tidak ada yang merepotkan, justru saya senang. Karena nantinya Jannah bisa nemenin adik saya di rumah.” Ikshan

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 42

    ANAKKU GILA S2 Semua masalah tentang Arunika sudah diurus oleh Ikshan. Laki-laki tampan itu rela ambil cuti demi mengurus masalah adik sepupunya. Selama satu bulan Ikshan cuti dia mengurus semuanya, tidak hanya mengurus masalah Arunika, tetapi Ikshan juga mengurus keberangkatan kedua orang tuanya ke tanah suci. Setalah semua urusannya selesai, Ikshan kembali masuk kerja seperti biasanya. Dokter tampan itu sangat bersemangat setelah cuti satu bulan penuh. Dia melangkah kakinya ke arah ruangannya, dia meletakkan tasnya diatas meja. sesudah itu dia kembali meninggalkan ruangan kerjanya. Dia melangkah ke ruangan rawat Jannah. Tentunya dia sangat merindukan pasiennya yang satu itu. Sesampai di ruang yang ditempati oleh Jannah, ruang itu sudah ditempati pasien lain.Ikshan menghentikan langkahnya dengan penuh kebingungannya, dan saat itu juga dia bertanya pada perawat yang tengah menangani pasien di dalam ruangan itu. “Sus? Pasien yang ada di ruangan ini pindah kemana?” tanya Ikshan. “

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 41

    ANAKKU GILA S2 Semua masalah tentang Arunika sudah diurus oleh Ikshan. Laki-laki tampan itu rela ambil cuti demi mengurus masalah adik sepupunya. Selama satu bulan Ikshan cuti dia mengurus semuanya, tidak hanya mengurus masalah Arunika, tetapi Ikshan juga mengurus keberangkatan kedua orang tuanya ke tanah suci. Setalah semua urusannya selesai, Ikshan kembali masuk kerja seperti biasanya. Dokter tampan itu sangat bersemangat setelah cuti satu bulan penuh. Dia melangkah kakinya ke arah ruangannya, dia letakkan tasnya di atas meja. sesudah itu dia kembali meninggalkan ruangan kerjanya. Dia melangkah ke ruangan rawat Jannah. Tentunya dia sangat merindukan pasiennya yang satu itu. Sesampai di ruang yang di tempati oleh Jannah, ruang itu sudah ditempati pasien lain.Ikshan menghentikan langkahnya dengan penuh kebingungannya, dan saat itu juga dia bertanya pada perawat yang tengah menangani pasien di dalam ruangan itu. “Sus? Pasien yang ada di ruangan ini pindah ke mana?” tanya Ikshan. “

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 40

    ANAKKU GILA S2 12Ibnu baru saja pulang dari kantor polisi, dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk bisa menolong Arunika dari kasus tersebut. Karena orang yang melaporkan Arunika ke pihak polisi memiliki bukti yang sangat kuat. Bukti berupa video dan juga foto saat Arunika saat membunuh korban. “Ayah tidak bisa membantu Arunika, semua bukti yang diserahkan ke kantor polisi sudah sangat jelas kalau dialah pelaku yang bunuh korban.” Ibnu berucap lirih dengan raut wajah sendu. “Jika barang bukti sudah membuktikan Arunika adalah pelaku, Ikhsan rasa kita tidak perlu mencari pembelaan apapun. Itu adalah kesalahannya dan dia harus terima hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.” Ikshan meminta kedua orang tuanya untuk tidak perlu mencari pembelaan untuk memperingankan hukuman pada sepupunya. “Tapi bagaimana kalau keluarga korban meminta hukuman mati?” Ibnu masih memikirkan Arunika, dan dia juga merasa kasihan pada gadis yang dia besarkan dengan kasih sayang. Ya, walaupun Arunika sering m

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 39

    ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKWArunika berdiri di depan pintu dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Raut wajahnya terlihat sangat kegirangan. Ia tampak sangat senang melihat kedatangan Ivan.Ivan terlihat sangat buru-buru dengan raut wajah cemas. Laki-laki itu menyeret tangan Arunika masuk ke dalam rumah kontrakan wanita itu.Sikap Ivan membuat Arunika bingung dan penuh tanda tanya. Dia melepaskan tangan Ivan hingga tangan laki-laki itu menjauh darinya.“Apa-apaan kamu?!” bentak Arunika setelah berhasil melepaskan tangannya dari cengkeraman Ivan.Ivan menatap nyalang Arunika, begitu pula dengan Arunika yang tak kalah sengit menatap laki-laki di hadapannya.“Mana uang hasil kamu jual adik sepupu aku yang sialan itu?!” Arunika mengulurkan salah satu tangannya, meminta uang dari Ivan.Ivan mengibas tangan wanita itu dan tersenyum sinis. “Apa katamu? Uang? Tidak ada uang!” ucap Ivan sambil mendorong tubuh Arunika menjauh darinya.“Tidak ada uang? Adik sepupumu itu sudah bunuh ketiga

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 38

    Jelita menundukkan kepalanya, membenamkan wajah di antara kedua lututnya. Tubuhnya bergetar hebat saat sebuah tangan menyentuh pundaknya dari belakang.“Kak Ikshan, Ibu, Ayah. Jelita takut,” gumam Jelita dalam hati, disertai isak tangis yang tidak bisa ia bendung lagi.“Jelita?” panggil suara seorang pria.“Jangan sentuh saya! Saya mohon, jangan perkosa saya,” Jelita memohon pada orang itu untuk tidak menyentuhnya, sambil menepis tangan yang ada di punggungnya.“Jangan takut, Jelita,” ucap pria itu, memegang kuat punggung Jelita dan merangkulnya dengan erat. Pria itu adalah Ibnu.Ibnu berhasil melacak keberadaan putrinya dan menemukannya menangis di pinggir jalan dalam keadaan takut.“Ini Ayah, Jelita.”Mendengar perkataan Ibnu, Jelita perlahan membuka matanya dan menoleh ke arah belakang. Ia menangis histeris saat melihat ayahnya memeluknya.“Ayah? Jelita takut.” Jelita semakin menangis.“Ayah, ada laki-laki bajingan yang mau menodai Jelita. Jelita takut, Ayah,” ucap Jelita sambil te

  • ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW   Bab 37

    “Dia masih perawan. Jadi, saya minta bayarannya lebih mahal dari yang kemarin.” Laki-laki itu tengah bernegosiasi dengan teman-temannya. Laki-laki itu adalah Ivan, dan orang yang dimaksud olehnya adalah Jelita.Ivan menculik gadis itu saat dia tengah menunggu taksi di halte sekolah, dan itu semua atas perintah Arunika. Arunika sengaja melakukan itu agar bisa menggantikan dirinya untuk melayani teman-teman Ivan, dan uang dari teman-teman Ivan dibagi dua dengannya.“Bagaimana? Apa kalian mau?” tanya Ivan.“Berapa yang harus kami bayar?” tanya salah satu temannya Ivan. Laki-laki berperut buncit dan berkulit hitam itu adalah orang yang meniduri Arunika kemarin.“Kalian bertiga cukup membayarnya 10 juta, dan kalian bisa memakainya seharian,” ucap Ivan, menyebutkan nominal yang harus dibayar oleh teman-temannya.Ketiga teman Ivan masih berpikir, mereka saling memandang dan mencoba untuk berdiskusi.Sedangkan di dalam kamar, Jelita tengah berusaha untuk kabur dari laki-laki bejat itu.‘Aku h

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status