Home / Young Adult / AMORAGA / AMORAGA - 1

Share

AMORAGA
AMORAGA
Author: NadiaNade

AMORAGA - 1

Author: NadiaNade
last update Last Updated: 2021-03-14 21:55:38

"Every human being has a different nature. Maybe you represent one of the qualities that I don't like."

.

.

I made this story especially for those of you who have always faithfully read my story.

.

.

Happy reading.

        

     Deru napas cewek itu terdengar lebih keras saat ia telah sampai ke depan gerbang sekolah. Seragamnya basah oleh keringat. Rambut panjangnya sedikit berantakan, namun dengan cepat cewek itu merapikan penampilannya sebelum melangkahkan kakinya lebih jauh memasuki gerbang hitam yang ada dihadapannya. Sebelum melangkah ia berdoa sambil memejamkan matanya, "Semoga aja, guru piket lagi gak pengin lihat gue hari ini. Sekali ini aja, tolong jangan sampe ketahuan. Besok, kalo telat lagi, gue bakal nyium kaos kakinya Deri. Beneran, gak bohong. Amin."

Amora—cewek itu menoleh ke kanan-kiri, sebelum akhirnya ia memanjat gerbang setinggi 2 meter. Bagi Amora, memanjat gerbang sekolah bukan hal sulit. Jangankan gerbang sekolah, Amora bahkan mampu memanjat pohon kelapa yang tingginya 5 meter. Setelah melempar tasnya, Amora melompat dengan sempurna. Ia tersenyum senang, lalu menepuk belakang roknya yang agak kotor. Ia meraih tasnya hendak pergi, namun suara seseorang menghentikan langkahnya. "Pak, Amora telat!" teriak cowok jangkung yang kini berdiri tak jauh darinya. Segala sumpah-serapah ingin sekali Amora keluarkan, namun ia urungkan saat seorang pria berpakaian olah raga menghampirinya.

"Amora Natasha!"

Amora mengehela napas berat. Ia melirik cowok yang kini sedang berdiri dengan wajah datarnya. Jika saja Pak Indra tidak datang, maka cowok menyebalkan itu akan mendapatkan amarahnya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Pak Indra yang kini sudah berdiri di hadapannya.

"Saya mau masuk kelas, Pak. Kan, udah masuk jam pelajaran." Amora menatap Pak Indra dengan takut-takut. Meskipun ini bukan pertama kalinya Amora terlambat ke sekolah, tapi setiap berhadapan dengan Pak Indra, Amora selalu saja ketakutan. Bukan karena Pak Indra galak seperti guru piket kebanyakan, tapi karena Pak Indra selalu memberinya hukuman yang paling menyebalkan. Apalagi kalo bukan ...

"Bersihkan halaman sekolah sama Raga!"

Amora menunjukkan ekpresi tidak terimanya. "Yah, masa sama Raga mulu, Pak. Saya gapapa, deh, kalo disuruh beresin halaman sendiri. Tapi jangan sama Raga. Kalo lihat dia bawaannya pengin ngatain mulu. Nanti malah nambah dosa saya, Pak."

"Yang suruh kamu sama dia terlambat, siapa? Kalo gak mau sama Raga, besok-besok kalo terlambat ajak si Deri, biar dihukumnya sama Deri."

"Siap laksanakan, Pak!"

"Laksanakan apa?"

"Laksanakan hukuman Bapak bersihin halaman bareng anak koala." Amora menunjukkan cengiran khasnya, lalu cewek itu langsung pergi dari sana disusul Raga di belakang. Kadang, Indra heran, kenapa murid secantik dan semanis Amora, kelakuannya tidak sesuai dengan wajahnya? Anak jaman sekarang hanya tahu mempercantik diri daripada mempercantik kelakuan dan hati.

Amora berjalan menuju halaman dengan wajah kesal. Ia sengaja mempercepat langkahnya. Tepat saat tiba di halaman, Amora langsung menatap cowok yang sedari tadi ingin sekali ia maki. Cewek itu menyilangkan kedua tangannya di dada, lalu tersenyum sinis. "Seneng banget, ya, lo? Dihukum bareng gue?"

Raga menunjuk dirinya dengan jari telunjuk, kemudian tertawa sinis. Cowok jangkung dengan rambut agak kecokelatan dan hidung mancung itu terlihat tidak suka dengan apa yang Amora tuduhkan.

"Maaf udah ngecewain lo. Tapi gue gak seneng."

"Kalo gak seneng, kenapa setiap kali gue telat, lo selalu ngadu? Bilang aja, lo mau dihukumnya bareng gue, kan?"

Raga mengambil sapu yang tersampir di dekat pohon, lalu melemparkannya ke depan Amora. "Bodoh! Ya jelas gue mau lo dihukum bareng gue. Biar apa?" Raga sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Amora, "Biar gue gak perlu repot-repot nyapu halaman sekolah."

Raga menyunggingkan senyum, lalu menepuk bahu Amora pelan. "Yang bersih, ya, Amora sayang."

Raga berjalan melewati Amora yang kemarahannya sudah berada di puncak. Kepalanya memanas, tangannya mengepal. Cewek itu berjalan agak cepat menghampiri Raga, lalu melempar sapu itu tepat mengenai kepala. Raga membelalak matanya sambil meringis memegangi belakang kepalanya, lalu menatap Amora kesal.

"Sapu yang bersih, ya, Raga sayang," teriak Amora yang langsung meraih tasnya dan berlari menuju kelas. Raga yang melihat itu hanya bisa mengumpat dalam hati.

        ***

Bagi Amora, menyelesaikan sekolah adalah hal nomor satu yang ada di prioritas hidupnya. Amora selalu berusaha menjadi yang terbaik di kelasnya. Tidak ada alasan menarik untuk itu. Hanya ... ia ingin kedua orang tuanya membanggakannya. Orang tua Amora jarang sekali pulang, bahkan nyaris tidak pernah. Mereka tinggal di Italia. Setiap bulan, Amora selalu dikirimi uang ... uang ... dan uang. Setiap hari ulang tahunnya, Amora selalu berdoa agar kedua orang tuanya pulang. Namun, tidak ada satu pun dari keduanya yang bahkan sekadar mengucapkan selamat ulang tahun. Sudah hampir 10 tahun Amora tidak pernah dikunjungi keduanya. Amora sudah terbiasa, menjadi anak yang terlihat tidak punya orang tua. Tidak peduli bagaimana orang lain memandangnya sebagai anak simpanan, anak haram, anak tak dianggap. Amora tidak pernah marah. Itu karena Amora merasa yang dikatakan mereka ada benarnya. Mungkin kehadiran Amora tidak pernah diinginkan sehingga ia ditinggalkan. Tapi, Amora yakin kedua orang tuanya punya alasan. Jika mereka tidak memerdulikannya, mereka tidak akan memberikan seluruh fasilitas mewah, uang, bahkan disekolahkan di sekolah paling bergengsi di Jakarta. Mungkin Amora hanya harus menungu ... Menunggu kedua orang tuanya kembali dan mengatakan, 'Amora, kami pulang'.

"Ra." Sebuah suara membuyarkan lamunannya. Amora menoleh mendapati Gita—teman sebangkunya.

"Bengong aja. Mikirin gue, ya?"

Amora tidak menjawab dan kembali fokus pada Bu Ratna yang sedang menulis latihan di papan tulis. Gita berbisik lagi, "Berantem lagi sama Raga?"

Mendengar nama itu disebut, Amora langsung menoleh menatap Gita dengan tatapan mengerikan. "Sekali lagi lo sebut nama dia, besok gak usah duduk sama gue."

"Yaelah, gitu doang ngambek. Gue kira lo udah kebal sama Raga. Bukan sekali-dua kali, lo berantem sama dia. Kok, sekarang ngambeknya beda?"

Amora menyentil kening Gita, lalu kembali menatap bukunya. "Berisik! Buruan kerjain soalnya!"

"Iye, Bu hajah."

Setelah kelas selesai, Amora dan Gita merapikan bukunya. Mereka sudah siap menyerbu kantin untuk mengisi cacing perut yang sekarang sedang berdemo. Kedua cewek itu berjalan sambil mengobrol. Mereka tidak sadar, Raga dan Bayu juga berjalan di belakang mereka. Raga melihat tali sepatu Amora yang terlepas. Alih-alih memberitahu, cowok itu malah menginjak talinya, membuat langkah Amora tertahan dan hampir terhuyung ke depan jika saja Gita tidak cepat menahannya. Raga dan Bagas tertawa agak keras, membuat Amora marah besar, dan ... PLAK!

Sebuah tamparan mendarat sempurna di pipi putih Raga. Beberapa anak yang sedang lewat langsung bergidik ngeri melihat tatapan Amora semarah itu. Amora memang terkenal ramah dan baik hati. Tapi, siapa yang tidak tahu jika Amora akan terlihat sangat mengerikan jika sedang marah. Dan hanya satu orang yang bisa membuat Amora semarah itu ... Saraga Imanuel.

"Kalo lo ada masalah sama gue, kita selesain sekarang!" teriak Amora, menggebu-gebu.

"Gue bercanda, kali, Ra. Sewot amat, sih."

"Hidup lo itu gak ada faedahnya banget, sumpah. Gak bisa, ya, sehari aja gak bikin gue marah? Cowok devil kaya lo itu, harusnya gak ada di bumi."

Amora menarik tangan Gita pergi menuju kantin. Raga yang melihat kepergian Amora langsung tertawa sinis.

Gita menaruh semangkok bakso ke depan Amora yang masih saja marah-marah karena kejadian tadi. Kalau sudah begini, Amarah cewek itu tidak akan padam dengan mudah. "Udahlah, Ra. Lo, kan, tahu sendiri kalo Raga emang gitu orangnya. Cowok kaya dia gak akan tiba-tiba dapet hidayah. Modelan kaya gitu mesti kena azab dulu baru tobat."

"Gak ngerti gue. Kenapa, sih, dia itu seneng banget bikin gue emosi? Itu cowok hatinya udah ketutup micin, kali, ya? Gak berperasaan banget, sumpah."

"Tapi gue heran. Disaat semua orang takut sama Raga, cuma Bayu yang enggak. Itu anak musang nempel mulu sama Raga."

"Cuma ada satu kemungkinan kalo kaya gitu." Amora menyuap baksonya lalu melirik ke arah Raga dan Bayu yang duduk tidak jauh dari mereka. "Dua-duanya sama-sama manusia terkutuk. Bedanya, Bayu lebih sering dapet hidayah."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dindainsr_
keren aaaaaaa semangat kak......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • AMORAGA   AMORAGA - 2

    To me you are like the ocean, too broad and deep, so I am afraid to enter further. Dark and cold...Happy readingHari-hari sekolah selalu membosankan seperti biasa. Belajar, bertengkar dengan Raga, mengobrol dengan Gita, kemudian belajar lagi, lalu pulang. Sebegitu membosankannya sampai Amora ingin cepat lulus dari sana. Masih ada satu tahun lagi sebelum ia berada di titik akhir masa SMA. Ya, Amora masih kelas sebelas dan beberapa minggu lagi, ia akan melaksanakan ujian kenaikan kelas. Amora merebahkan tubuhnya di tempat tidurking sizeberhiaskan kelambu berwarnagold. Asal kalian tahu, rebahan adalah hal terbaik dilakukan saat pulang sekolah. Cewek itu mengambil ponselnya lalu menekan angka satu. Sebuah nomor langsung tersambung otomatis. Beberapa detik kemudian, sebuah suara terdengar. "Ada yang bisa dibantu, Non Mora?"Amora menggaruk alisnya sebentar, lalu set

    Last Updated : 2021-03-15
  • AMORAGA   AMORAGA - 3

    "Non Mora, ayo buruan! Nanti telat lagi," teriak Bi Daru dari bawah menggunakan speaker corong yang selalu dipakai untuk memanggil Amora dari bawah."Bentar, Bi. Lagi nyari dasi," teriak Amora. Padahal, ia tahu teriakannya tidak akan terdengar. Setelah menemukan dasinya, Amora turun menggunakan lift. Saat sampai di lantai utama, Amora langsung berlari mengambilsandwichdari piring yang dipegang Bi Daru. "Mora berangkat, Bi.Assalamua alaikum.""Waalaikum salam

    Last Updated : 2021-03-16
  • AMORAGA   AMORAGA - 4

    Until here I still don't understand, the reason you act like you don't have a heart...Happy reading Hari-hari silih berganti. Bagi anak-anak SMA Aeris yang saat ini mereka utamakan adalah ujian kenaikan kelas. Sekolah lebih tenang seperti biasanya. Tidak ada keributan di kantin, di tempat eskul, atau di ruang osis. Begitu hening sampai suara penggaris kayu milik Pak Indra yang terjatuh saja terdengar jelas, membuat semua anak kelas B menoleh ke arah Pak Indra. "Maaf, maaf. Bapak gak sengaja.Sok,atuh, dilanjutkan," kata Pak Indra yang hari ini bertugas mengawas kelas Amora.Bunyi jarum jam menghiasi suasana kelas yang sepi. Sampai akhirnya bel tanda ujian telah selesai berbunyi. "Oke, anak-anak. Lembar jawaban sama soalnya ditinggal saja di meja. Kalian boleh pulang."Amora memasukkan pensil dan barang-bara

    Last Updated : 2021-03-18
  • AMORAGA   AMORAGA - 5

    "Love is simple. The tricky thing is you."..\Happy Reading "Hai, Ra."

    Last Updated : 2021-03-18
  • AMORAGA   AMORAGA - 6

    Then you must know what I mean...Happy ReadingRaga duduk di salah satu meja dekat lapan

    Last Updated : 2021-03-18
  • AMORAGA   AMORAGA - 7

    You make me confused, scared, and sorry at the same time. You make this strange feeling develop without knowing the reason...Happy Reading Amora menghentakkan kakinya beberapa kali. Ia melirik jam dipergelangan tangannya yang menunjukka

    Last Updated : 2021-03-18
  • AMORAGA   AMORAGA - 8

    Your attitude is strange. Making me confused should be happy or just ordinary...Happy ReadingAmora haus sekali setelah perdebatan panjang yang membuatnya harus menerima kenyataan bahwa ia sudah terikat oleh Baskara. Masa bodo. Amora tidak peduli dengan itu. Ia hendak ke dapur untuk mengambil air es. Ia melihat Raga yang tengah meminum sesuatu. Mata Amora melebar kala melihatnya. Tentu saja, Amora langsung menarik tangan Raga hingga beberapa butir obat terjatuh ke lantai. "Raga?! Lo narkoba?!"Raga terkejut bukan main. Keterkejutannya bukan karena Amora y

    Last Updated : 2021-03-19
  • AMORAGA   AMORAGA - 9

    Your strength is defending, my strength is giving up...Happy Reading

    Last Updated : 2021-03-19

Latest chapter

  • AMORAGA   AMORAGA - 25

    Fabian tertawa keras. "Akhirnya lo datang juga ketua Baskara. Tapi kayaknya, hari ini ...." Fabian menatap Amora yang kini menangis ketakutan. "... Cewek lo yang bakal mati."Kini Raga lah yang tertawa. "Lo salah."Kini semua anak Oscar menatap Fabian dengan tatapan sinis. Yang ditatap kebingungan sekaligus kesal. "Kalian ngapain? Buruan serang mereka!"

  • AMORAGA   AMORAGA - 24

    All hearts will go home..Happy ReadingAmora dan Gita berjalan kaki menuju warung belakang sekolah. Akhir-akhir ini keduanya sering ke sana karena bakwan di sana sangat enak. Sejak kemarin, Amora sedikit berubah. Tidak terlalu pendiam seperti biasa. Cewek itu juga sudah mukai banyak bicara. Apa bertemu Jeha punya efek sebesar itu? Gita bahkan sempat terkejut dengan perubahan Amora. Tapi disis

  • AMORAGA   AMORAGA - 23

    You must believe that I was there, around you...Happy Reading Amora berjongkok dihadapan sebuah nisan. Ia mengusap nama dari seseorang yang sudah tidak lagi ada di dunia ini. Amora tersenyum simpul. Ia menaruh buket bunga d

  • AMORAGA   AMORAGA - 22

    He's not lose, you just can't see him...Happy Reading Amora mendatangi rumah Raga beberapa kali. Tapi sejujurnya ia agak ragu untuk sekadar mebekan bel. Bagaimana jika Raga tidak ada atau bagaimana orang tuanya Raga t

  • AMORAGA   AMORAGA - 21

    Yes, you really kept your promise. You like disappear from the earth...Happy Reading Raga menghidupkan motornya. Ia benar-benar dikendalikan oleh emosi. Bahkan panggilan Bayu saja seperti angin berlalu. Bayu berusaha

  • AMORAGA   AMORAGA - 20

    I'll do for you, because I care...Happy ReadingAmora duduk di sebelah Jeha sambil memakan es krimnya. Keduanya duduk di rerumputan yang ada di sebuah taman. "Gila. Emang kalo lagi panas-panas gini enaknya makan es krim. Gue heran sama yang pada makan cilok. Udah panas, pedes, apa enggak membahana itubody," celoteh Amora sambil menunjuk beberapa orang yang sedang mengantre untuk membeli cilok.Jeha yang mendengarnya hanya bisa tertawa. Cewek yang satu ini memang unik. Jeha tidak pernah bertemu dengan cewek yang omo

  • AMORAGA   AMORAGA - 19

    Worrying exists because of care...Happy ReadingRaga masih saja memikirkan perkataan Amora. "Emangnya gue mau bilang apa?" gumam Raga sambil menatap langit-langit kamarnya. Detik itu juga, rasa nyeri kembali menyerang dadanya. Tidak terlalu sakit, namun karena itulah Raga membenci dirinya."Kenapa akhir-akhir ini dada gue nyeri terus?" gumam Raga. Cowok itu langsung teringat bahwa ia ingin mengatakan apa yang ia sembunyikan pada Amora. Ah ... Apa itu yang Amora bahas tadi? Jadi ... Apa Amora tahu soal penyakit itu? Apa Amora sudah tahu soal Saga? Cowok itu langsu

  • AMORAGA   AMORAGA - 18

    Family is a real warmth...Happy Reading

  • AMORAGA   AMORAGA - 17

    I don't like you hurting yourself, just as much as you hurt me...Happy ReadingAmora dan Raga turun dari taksi. Keduanya mengucapkan terima kasih setelah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status