AMBIL SAJA SUAMIKU 18PoV KAYYISA"Mbak Kay, ada Pak Arkan di depan."Sejak aku dan Mas Arkan bercerai, Bik Asih memanggil Mas Arkan dengan sebutan Bapak. Dulu, Mas Arkan sendiri yang minta dipanggil Mas dan Mbak saja oleh Bik Asih, katanya biar nggak terlalu berjarak."Saya dan Kayyisa kan masih muda, Bik. Masih imut-imut, jangan panggil Bapak-lah."Ah, dulu, Mas Arkan lelaki yang baik, hingga aku dengan mudah jatuh cinta padanya. Dia juga pekerja keras. Papa langsung setuju begitu tahu aku dan Mas Arkan menjalin hubungan, meski Mas Arkan berasal dari keluarga sederhana. Menurut Papa, seorang pekerja keras adalah seseorang yang punya masa depan. Sekaya apapun keluargamu, kalau kau tidak bekerja dan hanya sibuk menghabiskan uang warisan, maka kau tak akan bertahan.Aku mengangkat kepala dari layar ponsel. "Apa katanya Bik? Datang sama siapa?""Sendirian, Mbak. Katanya ini terakhir kalinya dia datang. Mohon diizinkan."Bik Asih mengulangi kata-kata Mas Arkan. Aku berpikir sejenak. Me
AMBIL SAJA SUAMIKU 19"Apa Papa yang menyuruh Mas Arkan ke rumah dan minta maaf padaku?"Papa yang sedang ikut menyusun lego bersama Celia di atas lantai, menoleh. Beliau meletakkan lego terakhir di tangannya, hingga membentuk sebuah istana yang indah. Celia bersorak gembira dan berlari ke dalam memanggil Eyang putrinya, hendak pamer.Papa bangun dari lantai dan duduk di sebelahku. Seperti itulah Papa. Di kantor, beliau adalah bos yang dihormati. Di mata publik, Papa adalah pengusaha sukses yang disegani. Tapi di rumah, Papa adalah Ayah dan Kakek yang luar biasa."Tidak. Arkan bahkan belum pernah menemui Papa. Padahal Papa menunggunya datang."Aku terdiam sejenak. Jika memang bukan Papa yang menyuruh, dan tidak ada intimidasi dari orang lain, apakah itu berarti semua permintaan maaf dan penyesalan yang dia ucapkan kemarin malam itu tulus? Wajahnya kembali terbayang, semua kata-katanya dan sikap manisnya pada Celia. Dadaku berdebar mengingat dia terus saja berkata 'untuk terakhir kali'
AMBIL SAJA SUAMIKU 20"Pulang dari sini, cobalah bercermin dan mengukur siapa dirimu!"Seperti orang terkena serangan jantung, wajah Mayang pucat pasi. Aku dapat merasakan Ajeng yang gemas ingin memberi pelajaran padanya. Tapi, tentu saja, kami tidak dibesarkan untuk berbuat kekerasan. Sesakit apapun orang lain menyakiti kita, akan selalu ada cara untuk membalas sakit hati tanpa harus menyentuhnya.Tapi, sepertinya aku tak perlu lagi melakukan apa-apa. Melihat wajahnya yang pucat pasi itu, aku tahu bahwa kata-kata kami lebih dahsyat dari sekedar pukulan atau jambakan."Pulanglah, Mayang. Apapun yang terjadi padamu dan Mas Arkan, bukan lagi urusanku. Jangan pernah mempertanyakan dirinya lagi, dan jangan pernah mengadu apa-apa. Kuharap, ini terakhir kali kita bertemu."Mayang menatapku dengan bibir bergetar, lalu, tiba-tiba saja, dia berbalik dan menghambur keluar sambil menangis. Aku menahan napas, berharap para siswa dan tentor tak ada yang keluar ruangan. Ruangan kelas semuanya kedap
AMBIL SAJA SUAMIKU 21"Mimpi apa?""Mimpi Ayah. Ayah … ayah … hilang, Bunda!"Sungguh, rasanya seperti sebuah pukulan. Disaat aku sedang memikirkan Mas Arkan, Celia tiba-tiba saja menangis karena bermimpi buruk tentang ayahnya. Jika Mas Arkan tak punya lagi hubungan apa-apa denganku, maka, dengan Celia, tak ada yang bisa menyangkal. Mereka berdua dekat sekali. Dan saat-saat terakhir itu … Hingga pagi, aku tak bisa tidur. Aku berbaring miring menghadap Celia, menatap wajahnya yang akhirnya tidur lagi dengan gelisah. Satu waktu, kulihat dahinya berkerut, bibirnya berkedut dan dia terisak. Lalu ada kalanya dia meringkuk, seperti sedang masuk ke dalam pelukan seseorang.Ya Allah, apa yang terjadi? Dimana Mas Arkan? Akhirnya, aku meraih ponsel. Bimbang sejenak, kuhubungi nomornya yang telah lama tak pernah lagi kulihat. Hening, tak ada tulisan 'berdering' di layar ponselku, pertanda nomor Mas Arkan tidak aktif. Kucoba mengirimkan pesan WA, ceklis satu.Menjelang azan subuh, ketika Celia m
AMBIL SAJA SUAMIKU 22"Berhenti. Kenapa dia dulu? Dia bukan siapa-siapa lagi? Aku istrinya! Aku istrinya!"Petugas menghampiri kami, menatap kami berdua bergantian. "Siapa yang bernama Kayyisa Setyawardana?""Saya, Pak.""Maaf, tapi menurut data kami, istri Bapak Arkan adalah Ibu Kayyisa Setyawardana.""Mereka sudah bercerai, Pak. Saya istrinya!" Mayang langsung menyambar. Aku diam saja, merasa lelah untuk berdebat. Setengah hatiku ingin segera masuk dan melihat 'dia'. Setengahnya lagi, merasa enggan dan berharap ini hanya mimpi buruk belaka."Sepupu saya sedang menjalani proses perceraian dengan korban, Pak. Sementara wanita yang ini adalah istri sirinya."Rayyan yang menjelaskannya. Petugas itu mengangguk, sepertinya sudah bisa meraba apa yang terjadi."Kalau begitu, yang masuk lebih dulu tetap istri sah, karena sebelum palu hakim dijatuhkan dan akta cerai keluar, di mata hukum, Ibu Kayyisa masih istri korban.""Lalu saya bagaikan?""Apa ibu tidak tahu bahwa pernikahan siri itu tak
AMBIL SAJA SUAMIKU 23"Tolong, biarkan sekali ini saja. Celia ingin melihat ayahnya untuk yang terakhir kali."Mayang menatapku garang."Tidak! Kau yang membuat suamiku bunuh diri, jadi nikmati saja hukumanmu."Aku menggelengkan kepala."Mas Arkan tidak bunuh diri. Aku akan membuktikannya nanti. Tapi sekarang, biarkan Celia melihat ayahnya sebentar saja.""TIDAK!""Mayang, hentikan tingkahmu yang memalukan itu!"Semua orang menoleh. Ibu mertuaku, Ibu Mas Arkan, datang dan tanpa kuduga, langsung memeluk Celia sambil berlinang air mata. Dia menatap pada empat lelaki yang telah bersiap mengangkat keranda berisi jenazah Mas Arkan."Tolong, Pak, sebentar saja, cucu saya ingin melihat ayahnya. Wanita ini adalah istri sah anak saya yang terpaksa harus mengalah oleh pelakor ini." Ibu menuding wajah Mayang. Mayang hendak berteriak lagi, tapi seseorang kemudian menyeretnya masuk ke dalam, entah siapa. Keempat orang itu saling pandang dan akhirnya mengangguk. Keranda diturunkan dan dibuka kem
AMBIL SAJA SUAMIKU 24PoV MAYANG"Kami permisi pulang. Dengan perginya Arkan, berarti putus sudah hubungan kita. Arkan tak punya anak darimu. Jika suatu saat kita bertemu di jalan, anggap saja kau tak mengenal kami."Suara Ibu mertuaku getas dan sinis. Aku tersentak dari memandang mobil Kayyisa yang melaju pulang. Bapak dan Ibuku, berdiri di sisi lain pemakaman sambil memegang tangan Mimi, dibawah pohon kamboja. Mereka sebenarnya enggan datang kesini, tapi aku memaksa. Kukatakan pada Ibu agar menemaniku kalau mau uang pembagian rumah. Ya, mungkin rumah itu akan kujual. Aku tak tahu lagi kemana harus mencari uang."Baiklah. Tapi jangan pernah mempertanyakan rumah dan mobil Mas Arkan. Semuanya akan jadi milikku."Mobil Mas Arkan yang ditemukan di parkiran apartemen tempatnya meninggal dunia, hari ini akan dikembalikan padaku. Tak ada apapun yang bisa dijadikan bukti. Mas Arkan dinyatakan bunuh diri. Case close. Sayang, ponselnya seharga dua puluh satu juta itu tidak ditemukan. Entah dim
AMBIL SAJA SUAMIKU 25"Rumah dan mobil yang saya sebutkan tadi, menjadi barang jaminan atas pinjaman senilai satu milyar ke bank kami. Dan karena Bapak Arkan telah meninggal dunia dan tak mungkin membayarnya, maka rumah dan mobil yang menjadi barang jaminan, akan kami sita, sesuai dengan akad yang telah ditandatangani oleh Bapak Arkan sendiri.""APA?!"Bukan hanya aku yang berteriak, tapi Ibu juga. Ibu bahkan langsung mengguncang-guncang tubuhku."Apa-apaan ini, Mayang?!"Ibu histeris. Aku lebih dari histeris, lebih dari sekedar terkejut. Lututku langsung lemas hingga aku pastilah jatuh merosot di lantai, kalau saja salah satu dari dua lekaki itu tak segera menolongku. Aku dibawa masuk ke dalam rumah dan didudukkan di sofa."Bu, ambilkan minum untuk anaknya."Heran, Ibu sama sekali nggak punya inisiatif. Dia malah ter bengong-bengong."Bu, ambilkan minum.""Oh iya, iya … "Ibu berjalan tergopoh-gopoh dan kembali lagi membawa segelas air, yang langsung kuteguk dengan kalap. Setelahnya,
AMBIL SAJA SUAMIKU 60 (Ending)"Kalau begitu, Tuhan jahat! Kenapa hanya Mimi yang nasibnya seperti ini, kenapa?!"Air mataku menetes. Lukanya ternyata terlalu dalam untuk bisa disembuhkan dalam waktu singkat. Emosinya mudah sekali berubah. Saat masuk tadi, dia terlihat tenang dan normal, tapi sekarang, sedikit pemicu membuatnya kembali tak stabil. Di pelukan Dokter Eka, Mimi meronta, matanya tak lepas memandangku. Aku ingin memeluknya, sungguh. Tapi, dia tidak stabil dan bisa saja tiba-tiba melakukan hal yang bisa membahayakan bayi dalam kandunganku. Lalu perlahan, dia berhenti meronta. Aku mendekat, mencoba menggengam tangannya, sementara Dokter Eka masih memeluk dan mengusap-usap punggungnya. Mimi, bukankah dia hanya seorang anak kecil?"Mimi, maafkan Tante. Jika Mimi anggap, Tante punya salah sama Mimi, Tante Kay minta maaf yang sedalam-dalamnya. Apa yang bisa Tante lakukan agar Mimi tidak marah lagi?"Aku mencoba mengajaknya bicara dengan bahasa yang mudah dimengerti anak seusia
AMBIL SAJA SUAMIKU 59"Saya tak lagi bisa jatuh cinta, Miss. Mungkin, karena seluruh hati saya sudah dimiliki seseorang.""Tapi, saya bahagia, karena wanita yang saya cintai sudah bahagia dengan keluarganya. Bagi saya, tahta tertinggi dalam mencintai, adalah melihat orang yang kita cintai bahagia. Bukankah begitu, Miss?""Dan saya juga mendoakan kebaikan untuk Miss Kayyisa. Semoga keluarga Miss awet, bahagia selamanya tanpa ada lagi yang mengganggu.""Miss, bunga-bunganya sudah mulai layu, apa perlu diganti yang baru?"…Semua kata-kata Mister Erlangga kini terngiang-ngiang di telinga. Aku terduduk lemas di atas kursi. Ajeng buru-buru mendekat."Kamu nggak apa-apa, Kay?""Jadi dia rupanya, Jeng. Dia yang selama ini mengirimkan bunga, memberiku peringatan bahwa Mayang masih berkeliaran. Dia dibalik akun Hawk, dia juga yang mengirim bunga papan di sana kemarin.""Iya, aku tahu. Tapi, kalau kupikir-pikir, nggak ada hal berbahaya yang dia lakukan, Kay. Malah, dia seperti hanya menjaga dan
AMBIL SAJA SUAMIKU 58PoV KAYYISAPihak rumah sakit memutuskan mengirimkan jenazah Mayang pada keluarganya di kampung. Dengan kematiannya, maka segala kasus yang menjeratnya dianggap selesai. Arez menahanku di rumah, sama sekali tak mengizinkan aku melihat Mayang."No. Kau sedang hamil, dan kita tak punya lagi hubungan apa-apa dengannya."Aku tak bisa melakukan apa-apa selain pasrah. Rayyan yang akhirnya datang ke rumah sakit, untuk memberi informasi tentang keluarga Mayang di kampung, karena selama ini, Bapak dan Ibunya tak pernah muncul, menyedihkan sekali.Dari sosial media, aku menyaksikan potongan gambar proses pemakamannya. Kasus Mayang yang pernah ditemukan di apartement kosong waktu itu memang sempat viral sehingga banyak orang penasaran dengan kelanjutan kisahnya. Mau tak mau, namaku ikut disebut, selain nama Mas Arkan dan Mas Hadi tentu saja.(Sang pelakor akhirnya dapat karma. Dibayar tunai.)(Peringatan buat cewek-cewek yang minat jadi pelakor cuma buat hidup enak tanpa us
AMBIL SAJA SUAMIKU 57PoV TIGAFlashback, Malam sebelum kematian itu.Mayang bangun dari atas ranjang dengan susah payah. Tubuhnya masih lemah, tapi dendamnya tetap saja membara. Sekuat mungkin dia berusaha membuang semua kebenciannya pada Kayyisa, tapi selalu gagal. Dia teringat bagaimana dulu di sekolah, tak ada seorangpun meliriknya karena dia miskin. Tak ada yang mau berteman dengan gadis berbaju lusuh seperti dia. Sampai kemudian dia mengenal Kayyisa.Kayyisa yang banyak membantunya. Bukan hanya banyak, tapi sangat banyak. Mulai dari uang spp sampai uang jajan. Kayyisa juga tak segan membelikannya barang-barang bagus dan mahal. Doa memang salah satu anak orang paling kaya di kota ini. Tapi tetap saja, meski penampilan Mayang sudah berubah, Orang-orang sudah terlanjur melihatnya sebagai gadis miskin yang beruntung bertemu dengan Tuan Putri.Berbeda dengan dirinya, Kayyisa adalah Tuan Putri. Setiap langkahnya akan selalu mengundang mata, bukan hanya lelaki, tapi juga perempuan. Pa
AMBIL SAJA SUAMIKU 56Kali ini, aku tak lagi bisa bersabar dan mentolerir perbuatan Mayang. Mayang dan Mimi telah dengan sengaja bermaksud melukai Celia, orang paling penting di dunia ini. Tidak tahukah dia bahwa tak ada seorang ibu-pun di dunia ini yang rela anaknya diusik, apalagi terluka. Aku akan melakukan apa saja untuk melindungi anakku.Celia yang terbangun karena keributan itu, menatapku ketakutan. Aku memeluknya, menenangkan jantungku yang berdebar hebat. Tak lama, pintu dibuka, Papa dan Mama masuk dengan langkah tergesa. Mungkin mereka bertemu para perawat yang membawa Mayang dan menduga apa yang baru saja terjadi. Di luar, masih ramai orang membicarakan apa yang baru saja terjadi. Selain perawat, mungkin keluarga para pasien."Kay! Celia! Kalian nggak apa-apa?"Mama memeluk kami berdua dengan wajah pucat. Aku tak menjawab, dadaku masih berdebar kencang. Papa menarikku dalam pelukan, membiarkan Mama yang menenangkan Celia. Di pelukan Papa aku terisak. Tak terbayangkan olehku
AMBIL SAJA SUAMIKU 55Hari ini, aku bersedih untuk dua hal. Untuk putriku, dan untuk Mimi.Arez menyetir mobil dengan kecepatan tinggi mengikuti ambulans yang berjalan cepat di depan sana, sementara aku duduk di belakang sambul memeluk Afika yang tak mau berhenti menangis. Dia gemetar dan itu hanya bisa diredam oleh pelukan. Kutelepon Papa dan Mama, juga mertuaku, berusaha tegar saat menceritakan apa yang terjadi. Mobil putih itu di depan kami, dengan putriku di dalamnya yang telah diberi pertolongan pertama. Luka di kepala, meski kecil, darahnya banyak sekali.Ambulans berhenti di depan IGD, Celia lalu dipindahkan dengan sigap ke atas brankar dan dibawa ke dalam. Aku menuntun Afika masuk sementara Arez memarkir mobil. Kulihat seragam berwarna putih yang dipakai Afika, ada beberapa percik darah di sana.Darahnya banyak sekali, akankah anakku bertahan?Aku duduk di kursi logam dengan tubuh lemas. Kupeluk Afika yang mulai berhenti menangis dan kini melihat-lihat keramaian IGD rumah saki
AMBIL SAJA SUAMIKU 54Bangunan itu akhirnya selesai juga. Lancarnya dana yang mengucur dan kombinasi tukang profesional yang disediakan Papa, akhirnya membuat bangunan English Expert Dua selesai setelah enam bulan dikebut pengerjaannya. Gedung tiga lantai itu memang berada di jalan yang sepi dari lalu lintas kendaraan, persis seperti yang kuinginkan. Dia didirikan di atas tanah bekas rumah yang terbakar. Esok setelah peresmian, aku akan mulai memanggil para tentor yang sudah lulus seleksi dan mulai menerima siswa baru. "Cool. Ternyata kita sejak dulu satu hati. Sama-sama mencintai dunia pendidikan meski di jalan yang berbeda."Arez merangkul bahuku. Kami baru saja memantau sentuhan terakhir dekorasi gedung karena dua hari lagi adalah hari peresmiannya. Neon Box akan mulai menyala nanti malam. Dan papan nama besar itu sudah akan terlihat meski dari kejauhan."Aku semangat melakukan semuanya, karena ada kamu.""Hey, sejak kapan istriku pinter ngegombal?"Arez mengusap pipiku sejenak se
AMBIL SAJA SUAMIKU 53"Bunda, Ayah! Ayo, nanti terlambat!"Dua pasang kaki mungil berlarian dengan tak sabar. Sebentar keluar rumah, sebentar kemudian masuk kembali ke kamarku, melihat aku yang sedang memasangkan dasi dan merapikan jas yang dikenakan Arez. Jas hitam yang dia pakai itu entah bagaimana membuat dirinya tampak semakin tampan."Tunggu, sayang! Sebentar lagi!"Arez tertawa, dia mengusap rambutku sebentar. Setelah semuanya rapi, bukannya bergegas keluar, Arez malah merangkum wajahku dengan kedua tangan dan menghadiahiku dengan sebuah kecupan ringan. Ciuman singkat yang akan segera menjadi panas jika aku tak segera menarik diri dari hadapannya.Hari ini hari penting."Bunda! Ayah!"Dua gadis cilik itu muncul lagi, dengan seragam merah putih, dasi, dan topi yang tampak cantik di tubuh mereka yang mungil. Hari ini adalah hari pertama Celia dan Afika masuk Sekolah Dasar. Aku segera mundur, menarik diri dari rengkuhan Arez yang bersikeras ingin memeluk dan menciumku."Oke, siap,
AMBIL SAJA SUAMIKU 52Sejak kedatangan Mimi, keadaan Mayang membaik. Dia tak lagi histeris setiap kali bertemu orang lain. Nyata adanya bahwa kehadiran seorang anak adalah penyembuh luka paling sempurna. Mimi diminta Dokter Eka. Dokter spesialis kejiwaan itu menangkap potensi kerusakan yang cukup besar dalam jiwa Mimi dan mencoba menerapinya sendiri di rumah. Pada waktu-waktu tertentu, Mimi dibawa ke rumah sakit untuk bertemu Mayang. Perlahan tapi pasti, kondisi Mayang mulai stabil. Mayang juga dibebaskan dari segala tuntutan karena kondisi kejiwaannya tak memungkinkan dia untuk diadili. Tiga bulan kemudian, Mayang diperbolehkan keluar dari rumah sakit jiwa. Tapi, kemana dia harus pulang? Sementara kedua orang tuanya menolak. Mereka takut diusir dari kampung karena kisah Mayang telah menyebar luas. Semua orang tahu dia pernah menjadi wanita penghibur. Dokter Eka akhirnya menyanggupi Mayang agar tinggal di rumahnya. Dokter wanita yang masih lajang itu hanya tinggal sendirian bersama s