Home / Fantasi / ALKEMIS TERAKHIR / 36. Perang Melawan Laskar Hitam

Share

36. Perang Melawan Laskar Hitam

last update Last Updated: 2024-11-23 23:26:49

Saat pagi menjelang dan mereka akhirnya mendapat waktu untuk beristirahat, seekor burung pos terbang rendah menuju benteng. Hans melihatnya dari kejauhan dan segera menangkapnya. Di kaki burung itu terdapat gulungan kecil berisi surat.

“Ini dari Kakek Suma,” kata Hans dengan nada serius, langsung menyerahkan surat itu kepada Asmar.

Asmar dengan cepat membuka gulungan itu, matanya membaca setiap baris dengan penuh perhatian. Raut wajahnya berubah serius, lalu ia menatap Zidan dan Hans.

“Kabar ini penting,” kata Asmar akhirnya. “Kakek Suma berhasil mendapatkan informasi tentang aliansi antara Laskar Hitam dan Kekaisaran Arzan. Mereka benar-benar berencana menyerang benteng ini dengan kekuatan penuh.”

Hans mengangguk, ekspresinya semakin tegang. “Aku sudah menduganya. Apa yang Suma katakan? Apa rencananya?”

Asmar membaca lebih jauh. “Dia meminta kita bersiap. Kakek Suma akan membawa beberapa orang yang bisa membantu kita, tetapi dia butuh waktu untuk menyusup kembali.”

“Berapa lama waktu
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • ALKEMIS TERAKHIR    37. Mulai Bicara

    Meskipun Laskar Hitam telah berhasil dikalahkan, Kakek Suma tahu bahwa kemenangan ini hanya awal dari konflik yang lebih besar. Kekalahan kelompok bayangan itu pasti akan memancing kemarahan Arzan, dan balasan dari kerajaan tirani itu bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. “Zidan, kau sudah menyadari bahaya yang kita hadapi sekarang, bukan?” tanya Kakek Suma sembari mengamati pemuda itu yang sedang menyiapkan perlengkapan pelatihannya. Zidan mengangguk, raut wajahnya serius. “Ya, Kakek. Aku tahu Laskar Hitam hanya bagian kecil dari kekuatan Arzan. Tapi... aku belum merasa cukup kuat untuk menghadapi yang lebih besar.” Kakek Suma tersenyum tipis, lalu mendekati Zidan dengan tangan bersilang di belakang punggungnya. “Kekuatan fisik dan kemampuan membuat pil saja tidak cukup, Nak. Dunia ini penuh dengan ancaman yang tak bisa selalu dihindari. Mulai hari ini, aku akan melatihmu seni bela diri.” Zidan tertegun. Selama ini, ia merasa kemampuannya sebagai alkemis sudah cukup. Namun,

    Last Updated : 2024-11-24
  • ALKEMIS TERAKHIR    38. Latihan Ganda

    Setelah diskusi panjang, Kakek Suma mulai membagi tugas. Hans diminta memimpin tim untuk menyampaikan pesan perdamaian ke kerajaan-kerajaan kecil yang masih ragu. Sementara itu, Zidan diberi tanggung jawab baru: belajar memahami seni diplomasi, sesuatu yang sangat berbeda dari latihan bela diri dan alkimia yang selama ini ia jalani.“Asmar, aku butuh kau untuk melatih Zidan bicara dengan para bangsawan. Mereka mungkin tidak akan mempercayai anak muda, kecuali jika ia membawa wibawa,” ujar Kakek Suma.Asmar tersenyum. “Diplomasi adalah seni yang lebih sulit dari membuat pil penyembuh. Tapi aku yakin Zidan bisa.”“Jangan terlalu yakin dulu,” gumam Zidan, yang merasa gugup tapi juga tertantang.Di sisi lain, Hans mempersiapkan timnya untuk pergi ke kerajaan tetangga. “Kita harus bergerak cepat. Jika Arzan mendengar kita mencoba membuat aliansi, mereka pasti akan mengirim ancaman untuk mematahkan semangat para raja itu,” katanya tegas.Hans membawa pesan resmi dari Raja Adrian untuk menaw

    Last Updated : 2024-11-25
  • ALKEMIS TERAKHIR    39. Kesepakatan Yang Sulit

    Perjalanan menuju Kerajaan Lien bukanlah hal yang mudah. Setelah memutuskan untuk bergerak secara rahasia, Kakek Suma, Zidan, Hans, dan Asmar harus menyusuri jalur-jalur tersembunyi yang penuh risiko. Pasukan Arzan diketahui meronda di berbagai wilayah, menjadikan setiap langkah penuh kehati-hatian.Malam itu, ketika bulan hanya terlihat separuh, mereka melewati hutan lebat yang dikenal sebagai Hutan Awan Hitam. Kabut tebal menyelimuti setiap sudut, membuat pandangan menjadi terbatas. Hans yang memimpin perjalanan memerintahkan mereka untuk memperlambat langkah."Berhati-hatilah," bisiknya sambil memegang pedang di pinggangnya. "Pasukan Arzan sering menggunakan tempat ini sebagai jalur patroli."Zidan, yang mengikuti di belakang, merasa waspada. Meski ia sudah mulai menguasai bela diri di bawah bimbingan Kakek Suma, ia tahu bahwa pengalaman tempurnya masih minim. Kakek Suma, yang tampak tenang, sesekali menepuk pundaknya untuk memberinya rasa percaya diri.Saat mereka hampir mencapai

    Last Updated : 2024-11-26
  • ALKEMIS TERAKHIR    40. Membentuk Aliansi

    Setelah beberapa saat, ia akhirnya mengangguk pelan. “Baiklah, aku akan mengirimkan satu pasukan kecil sebagai tanda niat baik. Tapi jika Arzan mengetahuinya, aku harap kalian punya rencana untuk melindungi kami.”Ketika pertemuan berakhir, Zidan merasa lega meski hanya sedikit. Ia tahu jalan untuk membentuk aliansi masih panjang dan penuh rintangan. Namun, keberhasilan kecil ini membuatnya merasa lebih yakin akan perannya dalam perjuangan ini.“Aku tidak menyangka kau bisa berbicara seperti itu,” puji Asmar saat mereka kembali ke penginapan.Zidan tersenyum kecil. “Aku hanya berkata apa yang kurasa benar. Kita tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang ketakutan.”Kakek Suma menepuk bahunya. “Kau telah membuat langkah besar, Zidan. Tapi ingat, jalan kita masih panjang. Perjuangan ini membutuhkan lebih dari sekadar kata-kata. Kau harus terus berlatih, karena musuh yang sebenarnya masih menunggu di depan.”Zidan mengangguk. Ia tahu, ancaman Arzan adalah kenyataan yang tak bisa diabaika

    Last Updated : 2024-11-27
  • ALKEMIS TERAKHIR    41. Misi Rahasia

    Kakek Suma memandang mereka semua dengan mata tajam. “Kita akan mulai dengan membangun aliansi yang lebih kuat. Tapi sebelum itu, kita harus memastikan benteng ini benar-benar siap menghadapi serangan besar. Kita tidak boleh lengah.”Semua orang mengangguk setuju. Perjuangan mereka baru saja dimulai.Hari-hari berlalu dengan intensitas tinggi di benteng. Zidan terus berlatih keras, sementara Hans memimpin upaya memperkuat pertahanan. Asmar dan Kakek Suma bekerja sama untuk menciptakan rencana yang lebih matang.Di ruang rapat, Kakek Suma membentangkan peta besar di atas meja. Wilayah-wilayah yang telah dikuasai Arzan ditandai dengan tinta merah. “Mereka bergerak cepat,” katanya. “Kerajaan kecil di utara sudah menyerah, dan beberapa wilayah perbatasan lainnya mungkin sudah dikuasai.”“Tapi mereka belum menyerang kita langsung,” kata Hans sambil mengamati peta. “Apa itu berarti mereka masih merencanakan sesuatu?”“Tepat,” jawab Kakek Suma. “Mereka sedang mempersiapkan serangan besar, da

    Last Updated : 2024-11-28
  • ALKEMIS TERAKHIR    42. Serangan Diam-Diam

    Setelah perjalanan panjang penuh ketegangan, tim berhasil kembali ke benteng. Mereka disambut dengan sorak-sorai para prajurit yang mendengar kabar keberhasilan misi tersebut.“Kakek, kau berhasil!” seru Zidan yang telah menunggu dengan cemas.“Ini hanyalah awal,” jawab Kakek Suma sambil menghela napas. “Kita telah memberi mereka pukulan keras, tapi ini juga akan memancing amarah Arzan. Mereka tidak akan diam saja setelah ini.”Hans berdiri di dekatnya, wajahnya serius meskipun ada kebanggaan yang terpancar. “Mereka kehilangan persenjataan besar. Itu akan memperlambat mereka, tapi kita harus bersiap menghadapi serangan balasan.”Kemenangan kecil ini menjadi pengingat bahwa meskipun Arzan adalah kekuatan besar, mereka bukanlah musuh yang tak terkalahkan. Semangat di benteng meningkat, tetapi semua orang tahu bahwa pertempuran sebenarnya baru saja dimulai.Sementara di benteng, euforia kemenangan masih terasa. Zidan melihat Kakek Suma berdiri di menara pengawas, memandang cakrawala deng

    Last Updated : 2024-11-29
  • ALKEMIS TERAKHIR    42. Rencana Penyusupan

    Setelah beberapa menit berlari, tim kecil itu akhirnya berhasil mencapai batas aman. Mereka menunggu di tepi hutan, berharap Kakek Suma akan menyusul. Tak lama kemudian, suara langkah terdengar, dan Kakek Suma muncul, meski dengan beberapa luka di lengannya.“Kau baik-baik saja, Kakek?” tanya Zidan cemas.“Ini hanya luka kecil,” jawab Kakek Suma sambil tersenyum. “Yang penting, misi kita berhasil.”Asmar memeriksa luka-luka Kakek Suma dengan cepat dan memberikan pil penyembuh untuk membantunya pulih. Sementara itu, Hans mengamati kejauhan, memastikan tidak ada lagi musuh yang mengejar mereka.“Mereka akan membutuhkan waktu untuk pulih dari kerugian ini,” kata Hans. “Kita berhasil membuat mereka mundur sementara.”Zidan melihat timnya dengan rasa bangga dan lega. Ini adalah pelajaran penting baginya, bahwa keberanian dan strategi adalah kunci kemenangan. Tetapi ia juga menyadari bahwa pertempuran ini hanyalah awal dari perjuangan panjang melawan Kekaisaran Arzan.Meskipun berhasil melu

    Last Updated : 2024-11-30
  • ALKEMIS TERAKHIR    44. Mencari Informasi

    Zidan menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah ke area tes kekuatan. Tempat itu dipenuhi aura tekanan, dengan para peserta yang terlihat tegang menunggu giliran mereka. Di hadapannya berdiri sebuah kristal besar, alat yang digunakan untuk mendeteksi dan mengukur kekuatan energi internal seseorang. Zidan tahu bahwa dia harus menyembunyikan kekuatannya. Dengan pil penekan energi yang diberikan Asmar, energinya akan tampak sangat rendah, hampir tidak terdeteksi.Ketika gilirannya tiba, dia maju dengan percaya diri palsu, menempatkan tangannya di atas kristal. Kilatan cahaya lemah muncul, nyaris tidak menunjukkan tanda kekuatan yang signifikan. Pengawas tes menatapnya dengan tatapan meremehkan."Dasar lemah," gumam salah satu pengawas, mencatat hasilnya di papan. "Kau ditempatkan di bagian dasar. Bergabunglah dengan kelompok pelatihan Kelas E."Zidan hanya tersenyum tipis dan mengangguk, berpura-pura malu. "Bagian dasar," pikirnya. "Justru ini yang kubutuhkan untuk tetap tidak mencolok.

    Last Updated : 2024-12-01

Latest chapter

  • ALKEMIS TERAKHIR    116. Raja Zidan

    Langit di atas Arzan membentang biru jernih, hanya dihiasi awan tipis yang melayang perlahan. Sinar matahari pagi memantulkan kilauan keemasan di atap istana yang megah, lambang dari pemerintahan baru yang kini membawa harapan bagi rakyatnya. Di bawah kepemimpinan Raja Zidan, kerajaan yang dahulu dilanda peperangan kini berdiri dengan kokoh, lebih kuat dan lebih makmur dari sebelumnya.Di pusat kota, pasar yang dulunya sepi kini kembali ramai. Pedagang-pedagang memenuhi jalanan dengan tenda dan lapak mereka, menawarkan hasil bumi yang melimpah, kain-kain sutra yang indah, dan barang-barang berharga dari berbagai wilayah. Anak-anak berlarian dengan riang, suara tawa mereka menggema di antara bangunan-bangunan yang telah dipugar. Tidak ada lagi ketakutan di mata mereka, tidak ada lagi bayangan peperangan yang menghantui.Di depan istana, Zidan berdiri tegak di atas balkon, memandang ke arah rakyatnya dengan mata penuh kebanggaan. Ia mengenakan jubah kebesaran berwarna biru tua dengan su

  • ALKEMIS TERAKHIR    115. Raja Baru

    Setelah melalui perjalanan panjang penuh darah dan pengorbanan, Zidan akhirnya berdiri di puncak kekuasaan. Dia tidak mendambakan tahta, tetapi takdir membawanya ke posisi itu. Sebagai pemimpin baru kerajaan Arzan, dia memikul beban yang lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan.Hari-hari setelah kemenangan besar itu dipenuhi dengan pertemuan, keputusan, dan perubahan yang drastis. Zidan menyadari bahwa kerajaan yang baru harus dibangun dengan fondasi yang kokoh, bukan hanya dengan kekuatan alkemis, tetapi juga dengan keadilan dan kebijaksanaan yang benar-benar mengutamakan rakyat.Rakyat Arzan, yang dulu hidup dalam bayang-bayang ketakutan, kini mengangkat kepalanya. Di jalanan dan pasar, mereka menyebutnya dengan penuh hormat: Raja Zidan, meski ia lebih suka dianggap sebagai pelayan rakyat.Zidan berjalan menyusuri jalan-jalan kota Arzan, ditemani oleh beberapa pengawal dan anggota dewan penasihat. Di setiap sudut, warga menyapanya dengan hormat. Para ped

  • ALKEMIS TERAKHIR    114. Kemenangan

    Zidan berdiri di tengah reruntuhan istana Arzan, menatap medan pertempuran yang kini mulai mereda. Udara masih dipenuhi debu, bau darah dan mesiu bercampur dengan angin malam yang dingin."Kyro, cari yang terluka dan kumpulkan mereka di pusat kota!" perintah Zidan, suaranya penuh kewibawaan meski kelelahan jelas terasa.Kyro mengangguk dan segera bergerak, bersama beberapa alkemis lain yang masih mampu berdiri."Asmar, periksa reruntuhan. Ada kemungkinan beberapa orang masih terjebak di bawah sana," lanjutnya.Asmar tanpa ragu mulai menggambar lingkaran alkemis di tanah. Dengan kekuatan alkeminya, batu-batu besar perlahan bergerak, membuka jalur bagi mereka yang mungkin masih hidup di bawah puing-puing.Di sisi lain, Kakek Suma memimpin pasukan alkemis yang tersisa, menahan sisa-sisa pengawal kerajaan yang menyerah. "Mereka yang menyerah, ikat dan kumpulkan. Kita akan menentukan nasib mereka nanti," katanya tegas.Zidan berjalan ke tengah kota yang porak-poranda. Beberapa warga sipil

  • ALKEMIS TERAKHIR    113. Serangan

    Zidan menggenggam pedangnya erat, tubuhnya dipenuhi luka, tapi semangatnya tidak padam. Energi biru yang mengelilinginya berkobar semakin kuat, berdenyut seperti jantung yang penuh amarah.Makhluk bayangan itu menatapnya dengan tatapan kosong, sebelum akhirnya mengangkat tangannya. Kabut hitam di sekelilingnya berputar seperti badai, membentuk tombak kegelapan raksasa."MATI!" raung makhluk itu, melemparkan tombak tersebut ke arah Zidan dengan kecepatan kilat.BOOM!Zidan melompat ke samping tepat sebelum tombak itu menghantam lantai, menciptakan kawah besar dan meruntuhkan sebagian dinding perpustakaan. Batu dan pecahan kayu beterbangan, menyelimuti medan pertempuran dengan debu tebal.Dari dalam kabut, makhluk itu melesat ke arah Zidan dengan kecepatan tak kasat mata!CLANG!Pedang Zidan bertemu dengan cakar hitam makhluk itu, menciptakan percikan energi yang menyilaukan. Tubuh Zidan terdorong ke belakang oleh kekuatan luar biasa, tapi dia tetap bertahan."Asmar! Beri dia dukungan!"

  • ALKEMIS TERAKHIR    112. Perang Kerajaan Arzan

    Zidan mengatur napasnya, darah mengalir dari luka di pelipisnya. Ia dan kelompoknya telah terpojok di dalam Perpustakaan Terlarang, dikelilingi oleh Zarif, Jenderal Morvath, dan pasukan kekaisaran. "Dinding mulai runtuh," bisik Kyro. "Kita tak bisa bertahan lama di sini." Asmar menekan luka di bahunya, matanya tajam mengamati Morvath. "Jadi ini rencana Kaisar? Menghapus seluruh jejak sejarah alkemis?" Morvath menyeringai. "Sejarah tidak lebih dari beban bagi yang lemah. Kaisar menginginkan kekuatan sejati." Zarif melangkah maju. "Tak perlu banyak bicara. Kita akhiri mereka sekarang." Zidan tidak menunggu. Dengan gerakan cepat, ia menjejak tanah, menciptakan gelombang energi yang menghantam lantai. Batu-batu berhamburan, menciptakan kabut debu yang menghalangi pandangan. "SEKARANG!" teriaknya. Kyro melemparkan bom asap, mempertebal kabut. Dalam kekacauan itu, Zidan berlari ke arah Morvath, mengayunkan pedangnya dengan sekuat tenaga. Tebasan itu hampir mengenai Morvath

  • ALKEMIS TERAKHIR    111. Pengkhianatan

    Ruangan masih dipenuhi asap akibat ledakan. Zidan mengatur napasnya, matanya tetap waspada mengawasi tubuh Zarif yang tergeletak tak berdaya di lantai. Namun, ia tahu bahwa kemenangan ini hanya permulaan dari pertarungan yang lebih besar. "Asmar, kita harus pergi sekarang," ucap Zidan tegas. Asmar mengangguk. "Terowongan ini tidak akan bertahan lama. Kita harus menuju ke bagian terdalam istana sebelum pasukan lain datang." Mereka bergerak cepat melalui lorong bawah tanah, langkah mereka tergesa-gesa namun tetap berhati-hati. Zidan merasakan atmosfer yang semakin mencekam—seperti ada sesuatu yang mengawasi mereka dari kegelapan. Saat mereka mencapai persimpangan lorong, suara langkah kaki mendekat dengan cepat. Zidan memberi isyarat agar semua berhenti. Dari kejauhan, terlihat sekelompok pengawal istana yang membawa obor, menerangi lorong yang remang. "Tidak ada jalan mundur," bisik Kyro, menggenggam belatinya erat. "Tidak," Zidan menggeleng. "Kita akan membuat mereka kehil

  • ALKEMIS TERAKHIR    110. Pertarungan Yang Sengit

    Dengan Asmar kini berada di sisi mereka, ketegangan semakin memuncak. Zidan tahu bahwa mereka sudah berada di ujung jurang—hanya dengan pergerakan cepat dan strategi yang cermat mereka bisa selamat. Namun, tantangan yang dihadapi tidak hanya fisik, tetapi juga banyak rahasia yang harus diungkap.Setelah mendiskusikan rencana mereka dengan Asmar, Zidan merasa seluruh beban tanggung jawab terletak di pundaknya. Kerajaan yang sudah begitu kuat dan pengkhianatan yang terjalin rapat membuat setiap langkah yang mereka ambil berpotensi menjadi jalan menuju kehancuran.Asmar mengisyaratkan agar mereka bergerak lebih cepat. "Pintu belakang sudah pasti telah dibuka. Kerajaan tidak akan lama lagi menyadari kita telah memasuki ruang bawah tanah ini. Kita harus menuju pusat kekuatan mereka—dan menemukan cara untuk menghentikan pertempuran alkemis yang telah mereka rencanakan."Zidan mengangguk dan dengan sigap memimpin kelompok menuju jalur yang lebih sempit dan

  • ALKEMIS TERAKHIR    109. Langkah Rahasia

    Baik! Saya akan melanjutkan cerita dengan lebih banyak ketegangan dan intrik. Berikut kelanjutannya:Zidan mengatur napasnya dengan hati-hati saat ia dan teman-temannya bersembunyi di balik bayangan dinding benteng Arzan. Mereka tahu bahwa setiap gerakan ceroboh bisa menarik perhatian pengawal yang berjaga ketat. Elric melirik ke arah Zidan, matanya penuh tanda tanya."Apa rencanamu sekarang?" bisik Elric.Zidan menghela napas, berpikir cepat. "Kita harus menciptakan gangguan. Jika kita hanya menunggu, kita akan terjebak di sini selamanya."Kyro mengangguk, matanya berbinar penuh keberanian. "Aku bisa membuat suara ledakan kecil dengan batu api dan bubuk mesiu yang kubawa. Itu bisa mengalihkan perhatian mereka cukup lama."Daren tersenyum tipis. "Baiklah, begitu mereka terpancing, kita harus bergerak cepat. Tapi bagaimana kita tahu jalur mana yang paling aman?"Zidan merogoh saku jubahnya dan mengeluarkan secarik kertas peta yang ia dapatkan dari seorang informan sebelumnya. "Ada jalu

  • ALKEMIS TERAKHIR    108. Rasa Curiga

    Zidan melangkah dengan hati-hati, matanya menyapu sekeliling lorong gelap yang dipenuhi bayangan. Nafasnya ditahan, mendengar langkah-langkah kaki yang mendekat. Ia merapat ke dinding, menunggu hingga suara itu menjauh sebelum melanjutkan perjalanan. Harzan telah mencurigainya, dan setiap gerak-geriknya kini dalam pengawasan. Namun, ia tak bisa mundur sekarang.Setelah bertemu Kakek Suma dan mendapatkan petunjuk penting, ia tahu bahwa keberadaannya di Akademi Arzan bukan sekadar kebetulan. Ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi, sesuatu yang melibatkan kekuatan tersembunyi yang bisa mengancam keseimbangan kekaisaran. Namun, sebelum ia bisa bertindak, ia harus memastikan keselamatan Daren, Kyro, dan Elric. Mereka bertiga mungkin belum tahu sepenuhnya bahaya yang mengintai, tetapi mereka adalah orang-orang yang bisa ia percayai.Di dalam kamar mereka, keheningan menggantung saat Zidan menceritakan apa yang ia ketahui. Daren duduk dengan ekspresi serius, sementara Kyro berkacak ping

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status