Home / Rumah Tangga / ALASAN SUAMIKU MENDUA / Part 26. Sintia Selingkuh

Share

Part 26. Sintia Selingkuh

Author: Rizka Fhaqot
last update Last Updated: 2022-07-07 22:33:44
Tangan Aiman meremas kuat setir mobil, giginya bergemelutuk kala melihat Sintia dengan santainya menggandeng tangan laki-laki dengan postur tubuh ideal itu.

Dada laki-laki itu terasa terbakar oleh pemandangan di hadapannya. Ia tak ingin melabrak Sintia di tempat umum seperti ini, khawatir masalah akan semakin meruncing. Cepat tangan Aiman membidik kamera video pada ponselnya ke arah sepasang sejoli itu, berharap bisa menjadi bukti kuat untuk menumpahkan emosinya pada perempuan yang masih sah berstatus istrinya itu.

Aiman membuka layar ponsel, lalu menelpon Sintia. Beberapa kali tak ada jawaban, hingga akhirnya baru lah tersambung.

"Kamu di mana?" tanya Aiman tanpa basa-basi, emosinya terlalu besar untuk sekedar basa-basi pada perempuan yang berada di seberang sana.

"Aku di kantor, Bang," jawab Sintia santai. Perempuan itu seperti begitu lincah dalam berbohong. Sudah jelas-jelas Aiman melihatnya tengah mengangkat telpon dan Aiman sangat yakin jika itu Sintia.

"Kau yakin?" tanya Aim
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
rasain aiman
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 27. Katakan Sejujurnya

    Plak! Kesabaran Aiman semakin menipis. "Ternyata benar yang Ibu katakan, kau tak lebih dari perempuan murahan! Aku menyesal kembali dipertemukan denganmu! Kau bahkan tidak seujung kuku jika dibandingkan dengan Zia." Rahang Aiman mengeras. Di matanya kini, Sintia tak ubahnya wanita jalang yang datang hanya untuk menghancurkan rumah tangganya saja."Kalau memang iya, kamu mau apa?" tantang Sintia dengan setengah berteriak, tangan kirinya memegang pipi kirinya yang terasa perih karena tamparan Aiman. "Lalu apa yang membuatmu dulu sampai memohon meminta menjadi istriku padahal kau tahu jika aku sudah menikah, hah?!" Aiman terlihat semakin geram. Sintia menepis tangan Aiman yang mencengkeram pergelangan tangannya. "Dulu aku memang mencintaimu. Aku bahkan tak rela perempuan mana pun memilikimu, tapi setelah aku tau kau pergi saat aku berjuang melawan maut dan menikah dengan perempuan lain, cinta itu musnah, yang tersisa hanyalah rasa benci dan keinginan untuk balas dendam. Dan sekarang

    Last Updated : 2022-07-07
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 28. Menunggu Idah

    Zia meresapi setiap kata yang Fira ucapkan, hingga akhirnya ia menyimpulkan akan berkunjung ke pesantren hari ini juga. "Aku akan ke sana hari ini, Ra. Makasih sudah banyak membantuku." Zia tersenyum setengah terpaksa. "Kau butuh teman?" tanya Fira seolah menawarkan. "Tak usah, Ra, Oma-mu lebih penting sekarang. Lain kali kalau kau tak sedang sibuk, aku pasti akan meminta bantuanmu." Kini senyum Zia lebih lepas. "Oke, Zi, next time jangan sungkan kalau perlu apa-apa," ucap Fira seraya meraih tas jinjingnya dan memasukkan ponsel ke dalamnya. "Ya, udah, Zi, aku pamit, ya, Bang Farid sudah di depan. Mau mengantarku ke depan gerbang?" goda Fira. "Lagi males ke luar, hati-hati, ya," ucap Zia melepas kepergian Fira dengan senyum. Fira berjalan melewati lorong kamar yang berbaris rapi di kanan dan kirinya, hingga tak lama terlihat mobil Farid yang tengah terparkir tak jauh dari pos satpam. "Zia sehat?" tanya Farid pasa sang adik setelah Fira menutup pintu mobil, ia seolah tanpa lelah

    Last Updated : 2022-07-07
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 29. Curahan Hati

    Pesantren yang dulu terlihat begitu sederhana, kini telah banyak berubah. Halaman pesantren yang dulu saat Zia masih berstatus santri, masih dengan taman dengan bunga dan tanaman hias, kini terlihat lebih modern. Halaman luas pesantren kini dilengkapi dengan tempat-tempat olah raga, halaman masjid terdapat lukisan tiga dimensi—hasil kreasi santri. Ustadzah Hamidah yang tengah merawat tanaman hiasnya, melihat kedatangan Zia dengan sepeda motornya dengan perasaan berkeping. Hatinya ikut meringis, membayangkan gadis sebatang kara yang ia anggap anak kandung itu. "Kok, sendiri, Zi?" tanya Ustadzah Hamidah saat menyambut uluran tangan dari anak asuhnya itu. "Iya, Mi." Zia tersenyum lembut pada Ustadzah Hamidah. Ia berusaha menyembunyikan lukanya dari perempuan berhati tulus di hadapannya itu. "Ya udah, yuk, masuk."Zia mengikuti langkah beliau untuk masuk. Keduanya duduk berdampingan di ruang tamu rumah pimpinan pesantren itu. Jam segini, suasana pesantren lengang, sebagian besar peng

    Last Updated : 2022-07-07
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 30. Ingin Kembali

    "Saya mau mengantarkan ini untuk, Bapak." Laki-laki itu mengangsurkan sebuah amplop pada Aiman lalu segera pamit. Aiman mematung menatap surat panggilan sidang yang baru saja ia terima. Jalannya untuk kembali pada Zia ia rasa semakin sempit. Setelah sarapan ia bergegas meraih kunci mobilnya, kali ini ia akan mengesampingkan rasa malu pada kedua orang tuanya itu demi bisa meminta bantuan untuk membujuk Zia kembali. Aiman mengemudi dengan kecepatan tinggi, hingga dalam waktu satu setengah jam saja mobilnya sudah terparkir sempurna di halaman rumah orang tuanya. Adzan dzuhur berkumandang. Sesaat Aiman bertenang sambil mencari kata yang tepat untuk membuka pembicaraan dengan keduanya kelak. Setelahnya bergegas masuk. Ibu Ana membuka pintu untuk Aiman dengan wajah dingin. Tak ada kata sapaan yang keluar dari bibir yang mulai keriput itu untuk anak sulung karena luka yang masih perih di hatinya. Setelah selesai melaksanakan shalat, mereka makan siang. Kali ini pormasi lengkap. Ari dudu

    Last Updated : 2022-07-07
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 31. Permohonan Maaf

    "Jangan menambah malu kami di hadapan keluarga Ustadz Nasrun, kami sudah sangat malu pada keluarga mereka setelah tahu kau mentalak Zia. Dan satu lagi, perempuan sebaik Zia tak pantas untuk laki-laki tak punya pendirian sepertimu," ucap Pak Ramli berapi-api membuat Aiman tersulut emosi karena bukan dukungan yang ia peroleh, melainkan sebaliknya. "Aku akan membuat Zia kembali dengan caraku jika kalian tak ingin membantuku," ucap Aiman. Kesabarannya sudah habis karena terus dipojokkan. "Jangan mempersulit Zia di persidangan jika tak ingin kau dihapus dari keluarga ini dan tak mendapatkan hak waris sepeser pun dari kami," sergah Ibu Ana semakin tak terkontrol. Aiman tersentak mendengar kalimat terakhir ibunya, ia tak menyangka akan sekacau ini keadaannya. Dengan hati penuh amarah ia bangkit meninggalkan rumah orang tuanya tanpa sepatah kata pun. Berkali-kali Aiman berteriak kesal dalam mobil keadaan tertutup. Ia benar-benar frustasi. Hidupnya benar-benar kacau setelah kedatangan Sint

    Last Updated : 2022-07-07
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 32. Usaha Farid

    Zia tersenyum hambar. Cinta untuk laki-laki itu sudah sejak lama ia kubur dalam, dan kini hanya menyisakan luka yang kerap kali masih menimbulkan nyeri. [Tolong jangan pernah menganggu saya! Sebagaimana saya tidak pernah mengganggu anda setelah kita bercerai dulu!] balas Zia sebelum akhirkan memblokir nomor Aiman. Zia membaringkan tubuhnya di atas kasur, sebelum akhirnya Fira datang. Sahabatnya itu memang sering datang dan menginap bersamanya. Kini sahabatnya itu lah yang menjadi warna bagi hari-hari Zia. "Ih, nggak seru jam segini udah siap-siap tidur. Yuk, ah, bangun," ucap Fira seraya meletakkan dua kantong kresek makanan serta minuman ringan yang tadi dia beli di atas karpet. Meski terlahir dari keluarga kaya, Fira terlihat biasa saja, tak ada kesan sombong pada gadis itu. Semenjak Zia ngekos, Fira bahkan sering menginap bersamanya ketimbang tidur di rumah mewah orang tuanya. "Belinya banyak banget, Ra, ntar nggak habis, Ra!" ucap Zia seraya merubah posisi menjadi duduk. "Mak

    Last Updated : 2022-07-07
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 33. Meminta Restu

    "Ada apa lagi, Bang?" tanya sang Mama setelah menghabiskan makan malam di piringnya. Pak Darmawan menatap Farid dengan menurunkan kaca matanya."Ada yang mau Farid bicarakan sama Mama dan Papa," ucap Farid setenang mungkin. Fira menatap abangnya itu sambil tersenyum geli. "Semoga tentang jodoh, Mama sudah tak sabar ingin gendong cucu," celetuk Ibu Liana dengan sudut mata melirik putranya.Hati Farid berdesir, harapannya begitu besar untuk diterimanya Zia dalam keluarga mereka. Hening! Semua menunggu Farid kembali bersuara. Jam dengan ukuran setinggi orang dewasa berdentang memecah sunyi di ruang tamu menggema hampir ke seluruh ruangan. Mengabari pada penghuni rumah megah itu, jika saat ini waktu menunjukkan pukul delapan malam. "Farid ingin melamar perempuan yang Farid rasa pantas untuk menemani Farid, Pa, Ma," ucapnya seolah tanpa ragu. Ya, dirinya memang tak merasa ragu sedikit pun tentang rasanya pada perempuan sebatang kara yang beberapa bulan terakhir kerap mewarnai mimpi-mimp

    Last Updated : 2022-07-07
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 34. Adakah Rasa yang Sama?

    "Lalu … perempuan seperti apa yang kau inginkan menjadi pendampingmu, Bang? Kau harus menimbnag nama baik keluarga juga, jangan asal dalam memilih pasangan karena ini bukan hal sepele. Kau harus memikirkannya matang-matang," potong sang Mama dengan wajah kurang bersahabat. Farid menoleh pada adik satu-satunya yang duduk mematung di sampingnya. Hatinya gemas melihat Fira yang tak kunjung buka suara untuk membantunya menyampaikan maksud baiknya pada orang tua mereka. "Ma, Pa, Farid ingin melamar Zia!" Akhirnya kalimat itu meluncur dengan susah payah dari bibir Farid, setelah adik satu-satunya yang ia harapkan bisa membantunya kini hanya bergeming, seolah tidak terjadi apa-apa di hadapannya. Farid menangkap sesuatu yang Fira sembunyikan darinya, tapi apa itu ia pun tak tahu. Hening! Pak Darmawan dan Ibu Liana saling melempar tatap. Ibu Liana menaik turunkan alisnya seolah tengah memberi isyarat pada suaminya. Entah isyarat apa, Farid tak paham. Beberapa detik bahkan menit berlalu, t

    Last Updated : 2022-07-07

Latest chapter

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 179. Cinta Akan Datang di Waktu yang Tepat

    "Terima kasih atas waktu dua tahunmu membersamaiku, Bang. Semoga kau selalu menjadi laki-laki terbaik bagiku dan Hana, putri kita." Zia menyandarkan kepalanya ke dada bidang lelaki yang sudah dua tahun melengkapi hidupnya. Sebuah jalan takdir yang sama sekali tidak pernah ia duga sebelumnya, jika Farid akan menjadi suami, imam juga jalan dirinya untuk menggapai surga Rabb-nya."Alhamdulillah, Sayang. Abang juga sangat bersyukur sekali bisa dipertemukan dengan perempuan cantik, baik hati, sholeha, sepertimu." Senyum menawan Farid dia persembahkan untuk perempuan asing teristimewa dalam hidupnya. Keduanya saling menautkan jari menikmati semilir angin sore di taman samping rumah sambil melihat kelucuan Hana yang tengah bermain tidak jauh dari tempat mereka duduk.Kehangatan keluarga kecil mereka semakin lengkap setelah kehadiran Hana sebagai pengantar doa-doa panjang dalam setiap sujud mereka sebagai orang tua. Meminta serta memohon keberkahan untuk rumah tangga agar senantiasa berada d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 178. Semua Karena Sabar

    Tiara menatap lekat wajah laki-laki di hadapannya. Dapat ia rasakan hatinya menghangat seiring cinta yang kian tumbuh dan berkembang terhadap laki-laki itu. "Kau yakin? Apa kau sama sekali tak memiliki rasa sakit hati atas penolakanku selama ini?" tanya Tiara dengan rasa penasaran. "Aku yakin. Tak naif, kecewa itu kerap terasa, hanya saja aku menganggapnya sebagai pecut untuk berjuang meraih cintamu lebih keras lagi. Jujur, di luaran sana ada yang mengejarku untuk meraih cintaku, sayangnya hati ini sudah terpaut sejak lama padamu, Ti." Laki-laki itu terlihat sangat serius. Tiara menatap Miko dengan senyum termanisnya. Hati berdesir kian rapat yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. "Apa kau akan selalu bersikap seperti ini seandianya aku menerima lamaranmu?" Tiara berusaha menuntaskan keingintahuannya. "Apa kau pikir aku akan mengorbankan waktu dan kesabaranku selama ini dalam memperjuangkan cintamu hingga aku akan mengabaikanmu saat kau sudah menjadi milikmu?" Miko balik bertanya

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 177. Menikahlah denganku!

    Zia mengangguk. "Aku udah maafin Sintia, Ti. Lagipula dari dulu Kakak nggak pernah dendam sama Sintia. Sakit hati atas perlakuan Sintia dulu Kakak rasa itu manusiawi, yang pasti sekarang Kakak sudah mengikhlaskan semuanya." Zia tersenyum lembut. "Kakak memang luar biasa. Terima kasih, Kak.""Maafin kesalahan Sintia! Anggap aja kalo Sintia khilaf waktu ngelakuin semuanya," lanjut Zia."Iya, Kak. Aku hanya berharap semoga Sintia tenang di kehidupan abadinya dan ke depannya nggak akan ada lagi Sintia baru di dalam hidup kita." Tiara berucap lirih. Zia mengangguk pelan. "Aamiin.."***"Sekarang tak ada lagi Sintia, Ti. Aku harap kau bisa menerima lamaranku. Maafkan atas sikapku beberapa waktu lalu." Aiman berucap dengan nada memohon. Aiman meminta Tiara untuk menemuinya di tempat biasa, rumah makan yang beberapa kali mereka jadikan tempat bertemu sambil menghabiskan waktu istirahat siang sebelum kembali ke kantor. Tiara tidak langsung menjawab, ia berpikir sejenak agar tidak salah men

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 176. Mengikhlaskan

    Zia mengalihkan perhatiannya kembali pada sang dokter. Lalu menganggukkan kepala. "Benar, Dok. Jadi jika memang harus dilepas, saya dan keluarga akan berusaha menerima dengan lapang dada." Susah payah Zia mengucapkan kata-kata itu melalui bibirnya yang bergetar. Tapi dia harus, dia tidak bisa ikut rapuh di saat Tiara tak sanggup lagi untuk sekedar berdiri. "Tiara!"Zia menggandeng lengan Tiara untuk ke luar setelah pamit pada dokter yang di hadapan mereka. Farid pun memutuskan untuk mengambil alih semua tugas Tiara. Dia mengikuti dokter tersebut agar segera menandatangani surat persetujuan pelepasan alat penunjang hidup Sintia sekaligus melunasi segala biayanya. Jasad Sintia akan dimandikan oleh pihak rumah sakit dan dikafani sekalian di sini. Supaya mereka hanya tinggal menyemayamkan jasad Sintia menuju ke tempat peristirahatan terakhir. Di sisi lain, Zia mencoba menuntun Tiara ke kursi ruang tunggu. Dia mendudukkan Tiara sembari memberikan sebotol air mineral yang tadi sempat ia b

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 175. Sintia Sekarat

    Tiara bercerita panjang lebar pada Zia. Ia sendiri merasa sedikit tak nyaman menceritakan semuanya pada Zia, terlebih sesuatu yang ada hubungannya dengan Aiman. Tapi ia sendiri seolah tidak memiliki tempat berbagi. Sang nenek tinggal terpisah darinya dengan jarak satu setengah jam perjalanan. Sedangkan sang ayah, laki-laki itu semakin tak memiliki waktu untuknya, bahkan hanya sekedar menelpon pun seolah tak memiliki waktu. "Kakak hanya bisa menyerahkan semua keputusan padamu, Ti. Kau sudah dewasa. Semoga apa pun keputusanmu itu akan berbuah manis di kemudian hati, Ti.""Terima kasih, Kak, sudah sudi mendengar ceritaku. Aku pun berharap begitu. Aku berharap ada kebahagiaan untukku tanpa harus menyakiti hati siapa pun."Telepon terputus. Zia terdiam sejenak. Isi percakapannya dengan Tiara barusan seolah berputar di kepalanya. Ia sendiri tak tahu harus berbuat apa yang pasti ia hanya berharap yang terbaik bagi Tiara. Embusan napas panjang ke luar dari mulutnya. Sekilas wajah patah hati

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 174. Kita Akan Menemukan Jodoh Masing-masing

    Tiara lagi-lagi tersenyum sinis. Kalimat Aiman mampu menoreh luka di relung sana. Bagi Tiara, pantang berbohong apalagi dalam hal sepenting ini."Jika saja kau bisa melihat isi hatiku, maka kalimat yang kau ucapkan barusan tak akan pernah ke luar." Kali ini tatapan mata Tiara lekat di wajah Aiman.Laki-laki itu terdiam sejenak. Mencari alasan agar kali ini usahanya untuk membina keluarga baru tidak kembali gagal. "Maafkan aku, Ti. Aku khilaf!" Aiman berusaha menurunkan egonya. "Kumohon mengertilah. Aku bahkan tak akan bisa tenang jika hubungan kita terus berlanjut. Dua hati yang aku korbankan atau … bisa saja lebih." Tiara berucap sendu. "Apa tak ada jalan lain, Ti?" Kumohon! Aku hanya ingin membina keluarga bahagia dan melihat senyum kedua orang tuaku kembali merekah." Aiman menghiba berharap hati Tiara akan luluh. Tiara bergeming. Bayangan Ibu Ana melintas membuatnya sedikit tak nyaman. Namun, ia tak ingin keadaan lebih buruk lagi. "Percayalah, kita akan menemukan jodoh kita ma

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 173. Penolakan

    "Laki-laki itu masih menyimpan rasa padamu, Sayang!" ucap Farid saat keduanya baru saja masuk ke mobil. Zia menatap lekat wajah sang suami dengan dahi berkerut. Farid sengaja mengalihkan pandangan lurus ke depan. "Maksudnya?" tanya Zia seolah tak mengerti. "Mantan suamimu!" Kali ini Farid melirik sekilas wajah cemberut Zia. "Abang tak suka Zia bertemu dengannya?" "Tidak!""Meski tanpa sengaja?""Ya."Hening. Zia tak lagi meneruskan pertanyaannya. Ia memilih menatap lekat wajah Farid dengan wajah manyun. Farid yang merasa diperhatikan kini tak bisa menyembunyikan tawanya. "Manyun aja keliatan cantik, apalagi senyum." Farid mengecup puncak hidung Zia. Zia tak menjawab. Gemas rasanya karena merasa dipermainkan. "Nggak usah dipikirin! Abang cuma becanda." Farid tersenyum lembut. "Sebenarnya Abang serius kalau dia masih menyimpan rasa padamu. Sayangnya sekarang Abang-lah laki-laki beruntung itu, bukan dia." Farid kembali terkekeh. "Tak usah bahas dia lagi. Zia nggak nyaman," aku Zi

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 172. Aku Mundur

    Aiman bangkit dan mengangsurkan tangannya saat Farid dan Zia sudah berdiri di dekatnya. Farid dan Aiman bersalaman layaknya dua orang yang baru saja kenal. Karena ini memang kali pertamanya Farid dan Aiman bertatap muka. Saat Zia menikah pun Aiman tak datang karena merasa tak mampu melihat Zia berbahagia dengan laki-laki lain. Setelahnya Farid duduk dengan jarak satu kursi dari Aiman. Zia duduk di samping Farid. "Baru sampai?" tanya Farid berusaha mencairkan suasana. Ia tahu jika Aiman masih sangat menginginkan Zia hingga Zia memuyuskan menerima lamarannya. "Sekitar pukul 2 tadi," jawab Aiman. Ia merasakan suasana yang begitu canggung. "Tiara di dalam?" tanya Farid lagi. "Iya, beberapa menit lalu baru masuk." Aiman menjawab singkat pertanyaan Farid. Ia tak tahu harus berbasa-basi seperti apa agar suasana canggung antara mereka bisa menghangat. *Di dalam ruangan ICU Tiara duduk di sisi kiri Sintia. Ditatapnya wajah dengan luka jahitan di kepala dan pipi di hadapannya. Ada iba d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 171. Cemburu

    "Kau di sini …." Aiman duduk tepat di samping Tiara. "Maaf, saking paniknya aku lupa mengabarimu." Tiara berucap setelah menoleh sekilas pada Aiman. Setelahnya tatapan matanya kembali mengarah pada pintu ruang ICU yang tertutup rapat. "Aku menghubungimu berulang-ulang tapi tapi tak ada balasan. Akhirnya kuputuskan untuk mencarimu di tempat di mana Sintia dirawat.""Terima kasih sudah sepeduli itu padaku." Kalimat Tiara terdengar datar. Kini Aiman seolah tak lagi memiliki daya tarik di matanya. Ia mulai sadar jika terlalu banyak hati bahkan fisik yang tersakiti saat dirinya ia memutuskan untuk menerima lamaran Aiman.Jika ia tetap meneruskan rencana awal ia yakin hati Miko akan bertambah hancur, pun dengan Sintia. Tiara tak ingin menambah api dendam di hati perempuan itu seandainya Sintia sembuh dari komanya. "Besok malam kita bertemu di tempat biasa habis isya! Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," lirih Tiara sendu. Ia sangat paham dengan memutuskan hubungan dengan Aiman berarti

DMCA.com Protection Status